Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219586 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risani Andalasia Putri
"Penyakit kronik seperti hipertensi membutuhkan terapi jangka panjang, bahkan seumur hidup pasien. Lamanya terapi yang harus dijalani pasien hipertensi, sering membuat pasien menjadi tidak patuh terhadap terapinya. Konseling oleh apoteker merupakan cara efektif untuk mempertahankan atau meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapinya. Keterbatasan tenaga apoteker puskesmas di Indonesia, menyebabkan konseling tidak dapat dilakukan. Pemerintah sendiri mewajibkan puskesmas memasang poster sebagai sarana promosi kesehatan. Pada penelitian ini, media poster dimanfaatkan untuk tujuan memberi informasi kepada pasien terkait penyakit dan terapi hipertensi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan membandingkan seberapa jauh pemberian konseling dan pemasangan poster mempengaruhi tingkat kepatuhan dan nilai tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Bakti Jaya Kota Depok. Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan metode tidak langsung menggunakan kuesioner MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale). Sampel merupakan pasien hipertensi yang dikumpulkan dari bulan Maret sampai Mei 2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konseling dapat meningkatkan kepatuhan (P=0,000), menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (P=0,010 dan P=0,018), sedangkan pemasangan poster hanya efektif dalam meningkatkan kepatuhan (P=0,028). Terdapat perbedaan signifikan penurunan skor MMAS-8 antara kelompok konseling dan kelompok poster (P=0,017), dan tidak terdapat perbedaan signifikan penurunan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok konseling dan poster (P=0,170 dan P=0,410).

The therapy for cronic disease such as hypertension may take a long time or even as long as patient?s lifetime. The length of therapy process that patient should take, sometimes make them not be comply with their therapy instructions. Counseling by pharmacist is an effective way to maintain or to increase their compliance to the therapy. Limitation of pharmacists in primary care in Indonesia may led education to the patients could not be done. The Government advocates sticking poster as a health promotion program in primary care. In this study, using poster to inform patients about disease and therapy hypertension.
The objective of this study was to know how far the patient counseling and sticking poster by pharmacist influenced patient?s adherence on taking their antihypertensive and systolic and diastolic blood pressure control in Bakti Jaya Primary Care, Depok. Patient?s adherence was measured by indirect method, using Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) Quesionaire. Sample were hypertensive patients, collected in March to May 2012.
The result showed that counseling effective in enhancing adherence (P=0.000) and reducing systolic and diastolic blood pressure (P=0.010 dan P=0.018), whereas sticking poster only effective in enhancing adherence (P=0.028). There were significant difference of decreasing score MMAS-8 between counseling group and poster group (P=0.017), there were not significant difference of decreasing systolic blood pressure and diastolic blood pressure between counseling group and poster group (P=0.170 and P=0.410)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30871
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni Dewanti
"Rendahnya kepatuhan dan self efficacy menjadi masalah yang signifikan untuk penggunaan obat hipertensi. Keterbatasan tenaga kesehatan menyebabkan pemberian informasi sulit dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas konseling dibandingkan dengan leaflet terhadap peningkatan self efficacy dan kepatuhan pasien serta penurunan tekanan darah pasien menggunakan obat hipertensi di Puskesmas Pancoran Mas dan Puskesmas Beji Depok. Rancangan penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Pengambilan data dilakukan dari bulan Maret sampai Juni 2013 dengan 37 pasien pada kelompok yang mendapatkan konseling dan 36 pasien pada kelompok yang mendapatkan leaflet. Penilaian self efficacy menggunakan skala MUSE dan untuk kepatuhan menggunakan MMAS 8.
Hasil penelitian menunjukkan konseling dan leaflet dapat meningkatkan self efficacy (P=0,000) dan kepatuhan (P=0,000) pasien, serta dapat menurunkan tekanan darah sistol (P=,010) pada kelompok konseling dan menurunkan tekanan darah sistol (P=0,000) maupun diastol (P=0,019) pada kelompok leaflet. Tidak ada perbedaan antara kelompok konseling dan leaflet dalam meningkatkan self efficacy (P=0,401) dan kepatuhan pasien P=(0,374) serta menurunkan tekanan sistol (P=0,663) dan tekanan diastol (P=0,466).

Low adherence and self efficacy was significant problem for using medication. However, the limitation of medical personnel makes medical information service is very hard to be done. The research purpose was to evaluate the effectiveness of counselling and leaflet againts self efficacy and adherence as well as the blood pressure of hypertension patients using the medication in Puskesmas Beji and Puskesmas Pancoran Mas Depok. Data collection was conducted from March to June 2013 with with 37 patients in the group receiving counseling and 36 patients in the group receiving leaflets. Self efficacy assessment using MUSE scale and adherence using the MMAS 8.
The result showed that counselling and leaflet can increase patient adherence (P=0.000) and self efficacy (P=0.000) and can lower systolic blood pressures (P=0.010) in group counseling and lowers systolic (P=0.000) and diastolic blood (P=0.019) pressure in the leaflet group. There was no difference between group counseling and leaflets to increase self-efficacy (P= 0.401) and patient adherence (P=0.374) and lower systolic pressure (P = 0.663) and diastolic pressure (P = 0.466).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Wahyu Puspitasari
"Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Ketidakpatuhan terhadap terapi pengobatan pada pasien DM tipe 2 menyebabkan glukosa darah tidak terkontrol sehingga meningkatkan resiko komplikasi. Edukasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan. Keterbatasan tenaga Apoteker di puskesmas di Indonesia menyebabkan edukasi tidak dapat dilakukan secara efektif sehingga perlu dicari alternatif edukasi lain, seperti pemberian booklet.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pemberian booklet obat terhadap tingkat kepatuhan melalui Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8 dan hemoglobin terglikasi (HbA1C) pada pasien DM tipe 2 dari Maret sampai Mei 2012. Penelitian merupakan pre-eksperimental yang dilakukan secara prospektif di puskesmas Bakti Jaya Kota Depok. Sampel terdiri dari 30 pasien DM tipe 2 yang diberikan booklet pengobatan DM. Skor MMAS-8 dan persentase HbA1C diukur sebelum dan 8 minggu sesudah pemberian intervensi.
Hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan uji paired t test untuk HbA1C dan uji Wilcoxon untuk MMAS-8. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p < 0,05) terhadap nilai HbA1C dan MMAS-8 antara sebelum dan 8 minggu setelah pemberian intervensi. Dengan demikian, penelitian ini mengindikasikan bahwa edukasi diabetes melalui pemberian booklet pengobatan efektif membantu meningkatkan kepatuhan pasien. Penelitian ini juga menyatakan bahwa pasien yang memiliki skor MMAS-8 yang rendah dikaitkan memiliki pengukuran HbA1C yang juga rendah.

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic metabolic disorder characterized by elevation of blood glucose concentration. Non-adherence to diabetes treatment in type 2 DM patients leads to poor glucose control and increases the risk of disease complications. Education is one of way to increase medication adherence. Limitation of pharmacists in public primary health care in Indonesia led to education could not be done effectively so that it was necessary to find other alternatives education such as medication booklet.
This study was undertaken to evaluate the effect of a medication booklet on adherence rate parameters, such as The 8-item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) and glycosylated haemoglobin (HbA1C) in type 2 diabetic patients from March to May 2012. This were pre-experimental and prospective study conducted at Bakti Jaya primary care, Depok. A convenience sample of 30 type 2 diabetic patients was studied to receive medication booklet. The value of MMAS-8 and percentage of HbA1C were measured before and after the 8-week intervention.
The results were analyzed by paired t-test for HbA1C and Wilcoxon test for MMAS-8. It showed that there were significant differences (p < 0.05) of the value of HbA1C and MMAS-8 between before and after the 8-week intervention. It indicated that a diabetes education by medication booklet, was effective enhancing their medication adherence. This study also found that patients with a lower score on the Morisky scale had a lower HbA1C measurement."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31262
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Febiyanti Norman
"ABSTRAK
Kepatuhan pasien hipertensi masih cukup rendah. Peningkatan kepatuhan dapat
menurunkan mortalitas yang disebabkan penyakit kardiovaskular. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan adalah dengan
ceramah kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh ceramah
terhadap kepatuhan dan tekanan darah. Selain itu juga dianalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan pasien. Metode penelitian ini adalah Pre-
Experimental dengan desain One Group Pretest-postest. Pengambilan sampel
dilakukan secara consecutive sampling. Pasien yang ikut dalam penelitian adalah
pasien yang telah menderita hipertensi minimal tiga bulan sebelum penelitian,
berumur ≥ 30 tahun dan bersedia menjadi responden. Kepatuhan diukur dengan
kuesioner Morisky 8-items. Data tekanan darah didapat dari data rekam medik
pasien. Ceramah kesehatan diberikan satu kali oleh Apoteker. Pasien yang
bersedia ikut dalam penelitian berjumlah 112 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepatuhan pasien sesudah mengikuti ceramah sebagian besar
(95,5%) memiliki kepatuhan tinggi. Nilai rerata tekanan darah sistol sesudah
ceramah sebesar 143 ± 13,96 mmHg dan nilai diastol sebesar 86 ± 10,78 mmHg.
Hasil uji Wilcoxon signed rank menunjukkan bahwa ceramah memiliki pengaruh
terhadap peningkatan kepatuhan dan penurunan tekanan darah. Hasil uji kai
kuadrat menunjukkan sosiodemografi dan regimen obat tidak memiliki pengaruh
yang nyata terhadap kepatuhan. Kesimpulan yang diperoleh adalah ceramah
kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan dan menurunkan tekanan darah pasien.

ABSTRACT
Compliance of hypertensive patients are still quite low. Improvement of
compliance may decrease mortality rate caused cardiovascular disease. One
method used to improve compliance is using health lecture. This study was
designed to evaluate the influence health lecture of compliance and blood pressure
and also analyze the factors that influence compliance for hypertensive patients.
The method using the Pre-Experimental One Group Pretest-postest Design.
Sampling was conducted by consecutive sampling. Patients in this study were
patients who had hypertension for at least three months before the study, aged ≥
30 years old and willing to be a respondents. Compliance was measured using the
Morisky 8-items questionnaire. Blood pressure data based on data medical records
of patients. Health lectures given only once by pharmacist. Patients who
participated in this study were 112 people. The results showed that patient
compliance after attending health lecture showed majority patients (95.5%) had a
high compliance. Average value systolic blood pressure after the lecture of 143 ±
13.96 and diastolic value of 86 ± 10.78 mmHg. Wilcoxon signed rank test result
showed that the lecture had influence of improvement compliance and blood
pressure. Chi-square test result showed that sociodemographic and drug regimen
does not have real influence to patient?s compliance. Their conclusion is health
lecture can improve compliance and decrease the patient's blood pressure."
Universitas Indonesia, 2012
S42282
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiet Nurwidya Hening
"Peran apoteker dalam upaya peningkatan kepatuhan pengobatan dan perbaikan luaran klinis pasien di Indonesia perlu dievaluasi. Penelitian bertujuan mengevaluasi pengaruh konseling apoteker terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan, mengontrol kadar kontrol glikemik, profil lipid dan tekanan darah pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok dari April-Oktober 2018. Penelitian dilakukan dengan desain kuasi-eksperimental dengan pretest-posttest pada 77 responden terdiri atas kelompok intervensi (KI) (n=39 orang) mendapatkan konseling dan buklet dari apoteker dan kelompok kontrol (KK) (n=38 orang) yang hanya diberikan buklet saja, dengan alat ukur Medication Adherence Questionnaire (MAQ) untuk kepatuhan, pemeriksaan darah untuk gula darah puasa (GDP), gula darah dua jam post prandial (GDPP), glycosylated hemoglobin A1 (HbA1c) dan profil lipid serta pengukuran tekanan darah. KI mengalami perbaikan parameter kepatuhan, HbA1c dan profil lipid sedangkan pada KK tidak ada perubahan yang bermakna pada parameter klinis bahkan mengalami peningkatan ketidakpatuhan (p=0,008) posttest dibandingkan pretest. Hasil uji beda rerata antara KI dan KK menunjukkan perbedaan bermakna pada parameter kepatuhan, GDP, GDPP dan HbA1c. Berdasarkan uji kai kuadrat, KI menunjukkan perubahan signifikan pada GDP (p=0,05) dan HbA1c (<0,0001) terkontrol dibandingkan KK. Hasil analisis multivariat, konseling apoteker memberikan pengaruh 2,0 kali (95% CI: 0,603-7,059) dan 3,5 kali (95% CI: 0,880-14,045) pada kondisi terkontrol GDP dan HbA1c. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan konseling apoteker merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan GDP dan HbA1c menjadi lebih terkontrol.

The role of the pharmacist to improve medication adherence and clinical outcome of patients in Indonesia needs to be evaluated. The study aimed to evaluate the effect of pharmacist counseling on improving medication adherence, controlling the level of glycemic control, lipid profile and blood pressure of type 2 DM outpatient at RSUD Kota Depok from April-October 2018. The study was conducted with quasi-experimental design with pretest-posttest on 77 respondents divided into intervention groups (IG) (n = 39 people) getting counseling and booklets from pharmacists and control groups (CG) (n = 38 people) who were given booklets only, with a MAQ questionnaire for medication adherence, blood tests for fasting blood glucose (FBG), post prandial blood glucose (PPBG), glycosylated hemoglobin A1 (HbA1c) and lipid profiles and blood pressure measurements. IG improved adherence parameters, HbA1c and lipid profile whereas in CG there were no significant changes in clinical parameters and even increased non-adherence (p = 0.008) on posttest. Mean Whitney test between IG and CG showed significant differences in parameters of medication adherence, fasting blood glucose (FBG), post prandial blood glucose (PPBG) and glycosylated hemoglobin A1 (HbA1c). Based on the chi square test, IG shows a significant change in controlled GDP (p = 0.05) and HbA1c (<0,0001) compared to CG. Based on multivariate analysis, counseling of pharmacists had an effect of 2,0 times (95% CI: 0,603-7,059) and 3,5 times (95% CI: 0,880-14,045) on changes in FBG and HbA1c. Pharmacist counseling is a factor that affects changes in FBG and HbA1c to be more controlled. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T52327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Hendi Rohaendi
"Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sitolik lebih dari140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Teh rosella digunakan untuk menurunkan tekanan darah oleh sebagian masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain kuasi eksperimen dengan kontrol. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan efektifitas teh rosella dan obat terhadap tekanan darah pasien hipertensi di Panti Jompo Welas Asih Kota Tasikmalaya dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya. Sampel penelitian ini berjumlah 40 orang responden, terdiri dari 20 responden yang diberikan teh rosella dan 20 orang responden yang minum obat actrapin 5 mg sehari sekali selama tujuh hari. Pengambilan sampel dengan cara total sampling untuk responden di panti dan conventiente sampling untuk pasien rumah sakit. Pengujian efektifitas sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan uji paired-Sample T test, sedangkan untuk menguji adanya perbedaan efektifitas diantara dua kelompok menggunakan uji independent Sample T test dan untuk menguji efektifitas pemberian intervensi setelah dikontrol oleh jenis kelamin, umur, dan Indek Massa Tubuh menggunakan uji Manova. Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin paling banyak perempuan, rerata umur responden 60 tahun dan rerata Indek Masa Tubuh 27,25. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok (p=0,000). Teh rosella dan obat sama efektifnya dalam menurunkan tekanan darah pada kedua kelompok (p= 0,057 dan 0,242). Jenis kelamin, umur, dan IMT tidak mempengaruhi penurunan tekanan darah sistolik dan diatolik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara signifikan teh rosella dan obat dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu adanya penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang sebih besar, uji kandungan rosella, dan pengukuran secara serial.

Hypertension is an elevation of systolic blood pressure higher than 140 mmHg and diastolic higher than 90 mmHg (WHO, 2003). In addition to pharmaticeutical intervention, many poeple in the community have been using roselle tea to reduce blood pressure. The purpose of this study is to explore the effect of roselle tea and medication of actrapin on the level of blood pressure in patient with hypertension at Panti Jompo Welas Asih and Distric General Hospital in Tasikmalaya. The design was a quasi experimental study using a equivalent control group with pre and post test approach. A total sampling of 20 patients employed as an intervention group I (roselle tea proided) and a conventience sampling of 20 patient from Distric General Hospital was employed as an actrapan users. The finding showed that there are a decrease in level of blood pressure both for syastolic and diatolic in all groups (p=0,000). Both Roselle tea and actrapin have showed a ability to reduce the level of systolic and diastolic blood pressure (p= 0,057 and 0,242 respectively). The study has showed that no significant reduction of blood pressure after controlled by gender, age and body mass indexs. It is recommended to conduct further research using appropiate number of samples, composition test of roselle tea caracteristic, and also using repeated meassure approach."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24811
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Apsari
"Kepatuhan diet penderita hipertensi yang tidak baik dapat mempengaruhi upaya dalam pengontrol tekanan darah dan dapat meningkatkan risiko komplikasi. Diet Approach to Stop Hypertension (DASH) merupakan salah satu diet yang direkomendasikan untuk mengendalikan tekanan darah bagi penderita hipertansi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepatuhan diet DASH terhadap pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Cross Sectional. Peneliti menggunakan data sekunder dari penelitian ”Hubungan Kebiasaan Minum Kopi dan Faktor Lainnya dengan Pengendalian Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Puskesmas Kemiri Muka Tahun 2023”. Pengolahan data sekunder dilakukan pada bulan April-Mei 2024. Total sampel pada penelitian ini adalah 156 penderita hipertensi usia >18 tahun yang berobat dan kontrol rutin setiap bulan serta merupakan peserta Prolanis dan Posbindu di Puskesmas Kemiri Muka Kota. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukan 68,6% responden memiliki tekanan darah tidak terkendali dan 59,4% responden pada kategori tidak patuh dalam pelaksanaan diet hipertensi DASH. Hasil uji statistik diketahui nilai p-value 0,985 dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kepatuhan diet DASH dengan tekanan darah responden dalam penelitian ini. Variabel usia menjadi variabel yang mempengaruhi pengendalian tekanan darah (p-value <0,05).

Non-compliance with the diet among hypertensive patients can affect efforts to control blood pressure and may increase the risk of complications. The Diet Approach to Stop Hypertension (DASH) is one of the recommended diets for managing blood pressure in hypertensive patients. This study aimed to determine adherence to the DASH diet in controlling blood pressure among hypertensive patients at the Kemiri Muka Public Health Center in Depok City. This research was a quantitative study with a cross-sectional design. Researchers used secondary data from the study "Relationship between Coffee Drinking Habits and Other Factors with Blood Pressure Control in Hypertensive Patients at the Kemiri Muka Public Health Center 2023". Data processing was conducted from April to May 2024. The total sample in this study was 156 hypertensive patients aged >18 years who received regular treatment and monthly check-ups and were participants in the Prolanis and Posbindu at Kemiri Muka Public Health Center. The data were analyzed using the chi-square test and logistic regression. The results of this study showed that 68.6% of respondents had uncontrolled blood pressure, and 59,4% of respondents were categorized as non-compliant in implementing the DASH hypertension diet. Statistical tests revealed a p-value of 0.985, indicating that there was no significant relationship between adherence to the DASH diet and respondents' blood pressure in this study. Age was identified as variable influencing blood pressure control (p-value <0.05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husnul Azhimah
"Edukasi menggunakan video, kartu pengingat minum obat dan pesan singkat merupakan intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan menuju keberhasilan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi edukasi menggunakan video, kartu pengingat minum obat dan pesan singkat terhadap kepatuhan penggunaan antihipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Tangerang Selatan-Banten. Penelitian menggunakan rancangan Randomized Controlled Trial (RCT) dengan melibatkan 160 responden, terdiri dari kelompok kontrol (80 responden) dan intervensi (80 responden). Data Kepatuhan penggobatan dan tekanan darah terkontrol dinilai dari pengisian kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) dan rekam medik sebelum dan setelah intervensi. Sebelum Intervensi ada perbedaan signifikan antar kelompok mengenai karakteristik demografi responden, karakteristik klinis, dan gaya hidup. Intervesi apoteker melalui video, kartu pengingat minum obat dan pesan singkat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan (p:0.000) dengan kategori kepatuhan tingkat tinggi sebesar 7,5%, kepatuhan sedang sebesar 77,5% dan kepatuhan rendah sebesar 15%. Intervensi ini juga secara signifikan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (p:0.000,TDS/TDD=-15,44 mmHg/-5,12 mmHg). Pasien hipertensi mengalami 3,75 % kejadian efek samping samping obat dengan level ringan (Mild). Manifestasi efek samping yaitu sakit perut dan kelelahan serta sakit kepala.

Education using videos, medication reminder cards and text message reminder is an intervention that can be done to increase medication adherence to successful therapy. This study aims to evaluate education using videos, medication reminder cards and short messages on adherence to antihypertensive use in outpatients at the Tangerang Selatan Health Center, Banten. The study used a Randomized Controlled Trial (RCT) design involving 160 respondents, consisting of a control group (80 respondents) and an intervention group (80 respondents). Data on medication adherence and controlled blood pressure were assessed by completing the Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) questionnaire and medical records before and after the intervention. Prior to the intervention there were significant differences between groups regarding the demographic characteristics of the respondents, clinical characteristics, and lifestyle. Pharmacist intervention through videos, medication reminder cards and short messages had a significant effect on increasing medication adherence (p: 0.000) with high adherence categories of 7.5%, moderate adherence of 77.5% and low adherence of 15%. This intervention also significantly reduced systolic and diastolic blood pressure (p:0.000, TDS/TDD=-15.44 mmHg/-5.12 mmHg). Hypertensive patients experienced 3.75% of side effects of drugs with mild levels (Mild). Manifestations of side effects are abdominal pain and fatigue as well as headaches. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>