Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika Eka Prasetyarini
"ABSTRAK
Pendek merupakan ukuran status gizi TB/U yang nilainya dibawah -2SD menurut WHO 2007. Masih tingginya angka kejadian pendek di Indonesia, terutama pada remaja dan dampaknya yang besar menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini. Skripsi ini membahas mengenai kejadian pendek dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain usia menarche, berat lahir, frekuensi konsumsi sumber energi, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah, sosial ekonomi, aktivitas olahraga dan tinggi badan orang tua pada siswi SMP Negeri 7 Depok tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang melibatkan 124 responden menunjukkan bahwa 14,5% mengalami kejadian pendek. Hubungan yang didapatkan bermakna antara lain : berat lahir, frekuensi konsumsi protein hewani, nabati, aktivitas olahraga, tinggi badan ayah dan ibu dengan tinggi badan menurut umur. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pihak sekolah mengadakan pengukuran tinggi badan secara berkala dan melakukan penyuluhan gizi karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang penting dalam daur kehidupan.

ABSTRACT
Stunting is a measure of nutritional status of height-for-age which value is below-2SD according to WHO 2007. The high incidence of stunting in Indonesia, particularly in adolescents and the big impact become the background of this study. This thesis discussed about stunting and factors that influence it, such as age at menarche, birth weight, frequency of consumption of energy, animal protein, vegetable protein, vegetable and fruit, socio-economic, sport activities and parental height in 7th State Junior High School girls students Depok 2012. This study uses a cross-sectional study design with univariate and bivariate analysis. The results of the study involving 124 respondents showed that 14.5% are stunted. The significant relationships obtained are: birth weight, frequency of consumption of animal protein, vegetable, sports activities, mother and father's height to the respondent?s height-for-age. Based on this research, the school is expected to hold a regular height measurements and perform nutritional counseling because adolescence is a period of significant growth in the life cycle."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfa Fauzia
"Peningkatan konsumsi minuman bersoda secara terus menerus di kalangan remaja menimbulkan masalah kesehatan dan gizi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor individu dan faktor lingkungan dengan kebiasaan konsumsi minuman bersoda pada siswa SMP Islam PB Soedirman Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan terhadap 124 siswa secara acak sistematis pada bulan April 2012. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan 40,3% siswa mengonsumsi minuman bersoda dengan frekuensi tinggi. Jenis kelamin, uang saku, preferensi, pengetahuan gizi, sikap, teman sebaya dan media massa memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan konsumsi minuman bersoda. Pihak sekolah memberikan edukasi gizi mengenai makanan dan minuman sehat yang sebaiknya dikonsumsi.

The increasing frequency of frequent carbonated soft drink consumption in adolescents contributes into the emerging problems related health and nutrition This research was conducted to examine the relations between individual and environmental factors to carbonated soft drink consumption behaviour of PB Soedirman Islamic School students in year 2012. The method used in this study was cross sectional design with 124 respondent by systematic random sampling on April, 2012. Analysis used in unvarit and bivariat.
The result showed that 40,3% students consume carbonated soft drink in high frequency. Sex, pocket money, preference, nutrition knowledge, attitude, peer group and mass media have significant association to consumption soft drink. The school committee is suggested to ban soft drink selling in school cafeteria and provide adequate education about healthy food and beverages to consume.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Safitri
"Urbanisasi perkotaan menimbulkan berbagai masalah kesehatan diberbagai aggregat usia. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia enam tahun dan diakhiri ketika anak mengalami pubertas yaitu usia 12 tahun. Salah satu risiko masalah kesehatan yang yang terjadi pada anak usia sekolah di perkotaan adalah masalah nutrisi. Faktor yang mempengaruhi nutrisi kurang diantaranya jenis makanan, aktivitas, dan pola asuh orangtua.
Karya ilmiah ners ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah nutrisi kurang. Anak. R (7 tahun) di Kelurahan Cisalak mengalami gizi kurang. Evaluasi dari implementasi keperawatan menyusun triguna makanan dan jadwal kegiatan harian menunjukkan bahwa aktivitas dan pola makan anak mengalami perubahan.

Urban urbanization lead to various health problems in various age aggregate. School age children are children aged six years and ended when the child reached puberty are 12 years old. One of the risks of health problems that occur in schoolage children in urban areas is a nutritional problem. Factors affecting less nutrients including foods, activities, and parenting parenting.
The aim of this paper was tu describe the family nursing care with malnutrition. Child. R (7th years) in the Kelurahan Cisalak experiencing malnutrition. Evaluation of the implementation of nursing preparing "triguna makanan" and daily activity living indicates that the child's diet and activity changes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Anggi Vertikal
"Gizi lebih pada anak berkontribusi terhadap risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler di masa dewasanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi lebih. Penelitian dilakukan secara cross-sectional pada siswa kelas 4 dan 5 SD Negeri Pondokcina 1 Depok (n=122; usia 8?11 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 44,3 % siswa termasuk gizi lebih. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan gizi lebih adalah aktivitas fisik (p=0,009; CI 95%), asupan energi (p=0,004; CI 95%), dan lemak (p=0,001; CI 95%). Dari hasil penelitian, diharapkan adanya perhatian mengenai asupan zat gizi (energi dan lemak) serta aktivitas fisik siswa.

Overnutrition in children contribute to the risk of cardiovascular disease in adult life. The objective of this study was to determine factors associated with overnutrition. The study was conducted with cross-sectional design in 4th and 5th grades in SD Negeri Pondokcina 1 Depok (n = 122; 8-11-years old). Result of this study showed 44.3% of students were overnutrition. Factors significantly associated with overnutrition were physical activity (p = 0.009; CI 95%), energy intake (p = 0.004; CI 95%), and fat intake (p = 0.001; CI 95%). Based on this research, attention should be given more to nutrient intake (energy and fat) and physical activity of students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina
"Program gizi anak sekolah seimbang yang dijadikan bentuk intervensi keperawatan komunitas untuk menanggulangi masalah gizi kurang, yang dilakukan oleh keluarga dan anak usia sekolah dengan pemberdayaan masyarakat dibentuk kelompok pendukung (KP GASS) sebagai wadah yang mendukung terlaksananya program inovasi GASS. Penulisan bertujuan memberikan gambaran pelaksanaan GASS dalam pelayanan asuhan keperawatan komunitas integrasi model manajemen pelayanan kesehatan, CAP, FCN, dan TPP pada anak usia sekolah gizi kurang di Kelurahan Cisalak Pasar, Depok. Hasil praktik KM GASS sebagai penilaian penerapan GASS, terjadinya peningkatan status gizi anak usia sekolah sebanyak 80% anak terjadinya peningkatan BB dan tinggi badan selama 8 bulan, peningkatan pengetahuan keluarga 7,3, sikap 7,82, dan keterampilan keluarga 23,2 dari 2 SD, KP GASS aktif sampai akhir evaluasi kader yang aktif 7 orang yang sebelumnya 10 orang, tingkat kemandirian keluarga dari 10 keluarga 70% keluarga dengan tingkat kemandirian IV.

The Balanced Nutrition program of school-age children as the intervention strategy of Nursing Community to cope the malnutrition problem, performed by school-age children and family with the empowerment community in a supported group (as called KP GASS), it is a forum whom support the GASS innovation program. The aim of writing is to give the scheme of GASS implementation in the service nursing community care of health service, integrated with a model of health service management, CAP, FCN, and TPP on the malnutrition of school-age children in the Cisalak market district, Depok. The result practice of KM GASS as the assessment of GASS implementation, an increased occurence of nutrition status of school-age children as much as 80% of the children have overweight body scale and height for 8 months, the increasing family knowledge being 7.3, the behaviour 7.82 and the family comprehence skll being 23.2 from two (2) elementary school level, KP GASS is still active until the end of evaluation cadres active 7 people who formerly 10 people, the level of self-sufficiency family from 10 families with 7 people are still active as the previous analysis in ten (10) people, 70% family could be in the 4th level of self-sufficiency.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Emy Rianti
"Pneumonia adalah infeksi akut jaringan paru-paru yang terjadi akibat menurunnya sistem imunitas tubuh dan biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari sampai dengan 14 hari. Sampai saat ini pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kematian pada bayi dan balita di Indonesia.
Dari data kunjungan rawat inap rumah sakit di kota Depok, kasus pneumonia menempati urutan ketiga pada balita yaitu sebesar 11,45% dan mempunyai kontribusi sebesar 7,78% penyebab kematian (urutan kelima). Sedangkan dari data kunjungan rawat jalan di Puskesmas Sawangan, prevalen pneumonia pada balita adalah sebesar 9,45%, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia. Penilaian status gizi diukur berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut umur dengan standar baku nasional di Indonesia (Keputusan Menkes RI No: 920/Menkes/SK/ VIII/2002). Variabel kovariat adalah jenis kelamin balita, umur balita, pemberian ASI eksklusif, status imunisasi, pemberian vitamin A dosis tinggi dan pendidikan ibu.
Desain penelitian menggunakan studi kasus kontrol. Kasus adalah balita umur 6 - 59 bulan yang datang berobat ke puskesmas dan dinyatakan menderita pneumonia oleh dokter dan atau petugas puskesmas terlatih, melalui peniiaian dan klasifikasi MTBS sejak Februari sampai dengan Juni 2006. Kontrol adalah semua balita yang dinyatakan tidak menderita pneumonia dan tidak menderita ISPA oleh petugas yang sama kemudian dilakukan SRS. Dengan menggunakan beberapa variabel penelitian terkait, dari hasil perhitungan rumus diperoleh besar sampel 120 dengan perbandingan kasus dan kontrol = 1 : 1, sehingga total sampei adalah 240. Data dipcroleh dari hasil wawancara, observasi dan pengukuran. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita setelah dikontrol oleh pemberian ASI secara eksklusif dan dapat disimpulkan bahwa balita dengan status gizi baik dan mendapat ASI secara eksklusif akan terlindungi sebesar 68% dari penyakit pneumonia dibandingkan dengan balita yang status gizi kurang dan tidak mendapat ASI eksklusif. Disarankan bahwa upaya untuk menurunkan angka kematian pada balita karena penyakit pneumonia adalah dimulai dengan menurunkan angka kesakitan pneumonia, salah satu cara menurunkan angka kesakitan adalah dengan menurunkan prevalensi gizi kurang dan meningkatkan cakupan pemberian ASI secara eksklusif."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Sri Wardani
"Status gizi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kesakitan dan kematian. Balita termasuk dalam kelompok rentan atau rawan gizi. Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi balita baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di RW 06 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Metode yang digunakan bersifat deskriptif sederhana dengan sampel berjumlah 93 balita. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara terstruktur kemudian dianalisa dengan rumus persentase dan proporsi.
Hasil penelitian menunjukan status gizi baik 79,6%, jenis kelamin perempuan 51,6%, berat badan lahir normal 91,4%, tidak memiliki riwayat diare 54,8%, memiliki riwayat ISPA 62,4%, yang diberikan kolostrum 54,8%, yang diberikan ASI eksklusif 55,9%, tingkat pendidikan ibu tinggi 50,5%, tingkat penghasilan keluarga perbulan tinggi 57%, tingkat pengetahuan ibu baik 72%, ibu tidak bekerja 83,9% dan jumlah anak 1-2 orang 75,3%. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah agar menggunakan desain deskriptif korelatif sehingga dapat mengidentifikasi determinan angka kejadian status gizi pada balita dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Nutritional status is a risk factor for morbidity and mortality. The children (0-5 years old) belonging to vulnerable groups or cartilage nutrition. Many factors influence the nutritional status of children, both directly and indirectly. This study aims to determine the factors that influence the nutritional status of children in the RW 06 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas Depok City. The method used is a simple descriptive with a sample of 93 children. Research instrument in the form of a questionnaire. Sample collecting procedures with a structured interview techniques were analyzed according to the formula percentages and proportions.
The results showed good nutritional status 79.6%, 51.6% female gender, normal birth weight 91.4%, had no history of diarrhea 54.8%, 62.4% had a history of ARI (Acute Respiratory Infection), which is given colostrum 54, 8%, which provided 55.9% exclusive breastfeeding, maternal education level 50.5% higher, the higher monthly family income is 57%, the level of knowledge of good mothers 72%, 83.9% mothers did not work and the number of children 1-2 people 75.3%. Recommendation for next research is using descriptive correlative design so as to identify the determinants of the incidence of nutritional status in children of the factors that influence it.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43277
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deby Prabu Nafita
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi eksperimental yang bertujuan untuk menilai
pengaruh pemberian suplementasi Fe dan Vitamin C terhadap peningkatan nilai
estimasi VO2max pada atlet Sekolah Ragunan. Total sampel berjumlah 22 orang
yang dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Data
yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden berdasarkan data demografi
(umur), data antropometri (berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh),
asupan makan dan aktivitas fisik selama di asrama, dan VO2max. Intervensi yang
dilakukan adalah pemberian 100 mg ferro sulfat dan 60 mg vitamin C untuk
kelompok perlakuan, sedangkan untuk kelompok kontrol 100mg ferro sulfat dan
placebo. Suplemen diberikan selama 4 minggu dengan 3 kali pemberian setiap
minggunya. Sebelum dan sesudah intervensi dilakukan pengukuran nilai estimasi
VO2max.
Hasil penelitian menunjukkan pemberian suplementasi kombinasi Fe dan
vitamin C meningkatkan nilai VO2max pada kelompok perlakuan, walaupun tidak
signifikan (p = 0,59) Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
perlakuan dan kontrol terhadap nilai estimasi VO2max setelah dilakukan
intervensi (p = 0,02). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian suplemen
Fe sebaiknya dikombinasikan dengan vitamin C agar tubuh dapat menyerap Fe
dengan optimal sehingga dapat meningkatkan nilai estimasi VO2max.

Abstract
This research, an experimental study, is to identify the combination effect
of iron and vitamin C supplementation on estimated VO2max level. Samples of
research are 22 were divided into two groups, treatment and control groups. The
data cellected were age, antropometry (weight and height), nutritional status
(BMI), dietary intake, physical activity, and estimated VO2max level. The
treatment was given, 100 mg ferro sulfat and 60 mg vitamin C to treatment group,
while for control groups was given 100 mg ferro sulfat and placebo. Estimated
VO2max level was measured before and after supplementation.
The results of this research show that combined supplementation of Fe and
vitamin C increases VO2max level in treatment group, but no significants (p =
0,59). However, there was a significant increase of estimated VO2max level after
supplementation between treatment and control groups. The conclusion of this
research, iron supplementation if combined with vitamin C, is better in order to
increase Fe level."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Defitra Nanda Sasmita
"Pendahuluan: Masalah kekurangan gizi masih menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu indikatornya adalah status gizi. Asupan vitamin A dari makanan termasuk salah satu dari masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat status gizi anak usia 10-12 tahun dan hubungannya dengan asupan vitamin A dari makanan.
Metode: Penelitian menggunakan data primer dengan desain cross-sectional di SDN 03 Taman Rahayu, Kabupaten Bekasi, pada 11-12 Januari 2011. Sampel dipilih dengan non probability-consecutive sampling pada semua anak berusia 10-12 tahun di lokasi yang memenuhi kriteria inklusi. Dilakukan pengambilan data umum, antropometri, dan wawancara konsumsi makanan menggunakan Food and Frequency Questionnaire (FFQ) 1 week recall. Status gizi didapatkan dari data antropometri dengan indikator BB/TB, BB/U, TB/U. Asupan vitamin A dari data FFQ yang diolah dengan nutrisurvey. Hubungan kedua variabel ini dianalisis dengan uji hipotesis komparatif kategorik.
Hasil: Dari 68 orang responden, 16,2% responden memiliki status gizi kurang berdasarkan indikator IMT/U, 41,2% berdasarkan TB/U, 44,1% berdasarkan BB/U. 95,6% responden mendapapatkan asupan vitamin A berlebih dari makanan, dengan asupan rata-rata 256,3% AKG. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan dari status gizi dan asupan vitamin A dari makanan pada penelitian ini.

Introduction: Nutrient deficiency still being a major problem in developing country like Indonesia. One of the indicator is nutrient status. Vitamin A intake from food is one of those problem. This study aimed to see the nutrient status of 10-12 y.o children and its relationship with vitamin A intake from food.
Methods: This study use primary data with cross-sectional design in SDN 03 Taman Rahayu, Kabupaten Bekasi on January 11th-12th 2011. Sample choosed with non probability-consecutive sampling to all children aged 10-12 y.o in location which fulfill the inclusion criteria.From the responden, we input the general data, antropometri, and food consumption interview by using Food and Frequency Questionnaire (FFQ) 1 week recall. From antropometri data we got responden nutrient status with indicator BMI/Age, Height/Age, and Weight/Age. From FFQ data we got vitamin A intake from food. Relationship between both variable analyzed by hypothetical comparative categoric test.
Result: From 68 responden, 16.2% were in poor nutrient status based on BMI/Age, 41.2% on Height/Age, 44.1% on Weight/Age. 95.6% responden were in excess vitamin A intake from food, with the average intake 256.3% RDA. No significant relationship between nutrient status and vitaminn A intake from food in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwa Amalia
"Prevalensi stunting pada anak masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Tidak terpenuhinya kebutuhan zat besi dan asam folat pada ibu hamil menjadi kontribusi terjadinya stunting pada bayi. Anemia yang menjadi dampak pada kondisi ini meningkatkan risiko gangguan tumbuh kembang pada janin. Konsumsi zat besi dan asam folat yang rendah merupakan masalah yang perlu diatasi. Selain itu, sediaan suplemen yang mengandung zat besi dan asam folat dianggap tidak menarik. Hal tersebut menimbulkan keresahan sehingga contoh olahan alternatif yang dapat meningkatkan selera ibu dalam mengonsumsi zat besi dan asam folat perlu diperkenalkan. Buah bit dikenal memiliki kandungan zat besi yang tinggi dan sering dimanfaatkan untuk mengatasi anemia, tetapi cara pengolahan dan produk yang kurang bervariasi terkadang mengurangi minat masyarakat untuk mengonsumsinya. Kue nastar yang mengandung kalori tinggi adalah kue yang banyak digemari masyarakat terutama pada perayaan hari besar, seperti Idul Fitri dan Natal. BITTAR (bit nastar) adalah olahan kue nastar, tetapi berisi selai buah bit. Inovasi ini dapat memberdayakan ibu hamil untuk meningkatkan status gizi ibu hamil dan berkontribusi dalam menurunkan prevalensi stunting di Indonesia melalui langkah preventif.

The prevalence of stunting in children is still a health problem in Indonesia. The unfulfilled need for iron and folic acid in pregnant women contributes to stunting in infants. Anemia, which is the impact of this condition, increases the risk of impaired growth and development of the fetus. Low consumption of iron and folic acid is a problem that needs to be fixed. In addition, supplement preparations containing iron and folic acid are considered unattractive. Therefore, examples of alternative preparations that can increase the mother's appetite for consuming iron and folic acid need to be introduced. Beetroot is known for its high iron content and is often used to treat anemia, but the processing methods and products that are less varied sometimes reduce people's interest in consuming them. Nastar cake which contains high calories is a cake that is very popular with the public, especially during big celebrations such as Eid al-Fitr and Christmas. BITTAR (bit nastar) is a nastar cake preparation, but contains beetroot jam. This innovation can empower pregnant women to improve the nutritional status of pregnant women and contribute to reducing the prevalence of stunting in Indonesia through preventive measures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>