Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hariyani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Intan Nurhadyana
"ASBTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor (karakteristik,
pengetahuan,sikap, keterpaparan oleh media, ketersedian saran, dukungan orang
tua, dukugan guru dan peraturan di sekolah) yang berhubungan dengan perilaku
membuang sampah pada siswa di beberapa SDN se-Kecamatan Bantar Gebang.
Desain penelitian yangdigunakan pada penelitian ini adalah desain cross-sectional
dengan total sampel berjumlah 400 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik multistage random sampling dan kuesioner digunakan sebagai alat
ukur penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 44,6% siswa yang
berperilaku buruk terhadap sampah 49,7% diantaranya adalah para siswa laki-laki
dan 39,3% siswa perempuan. Selain itu sebesar 46,3% siswa yang berperilaku
buruk merupakan siswa yang berusia diatas rata-rata, sedangkan 42,2% berusia
dibawah rata-rata. Berdasarkan uji khai kuadrat diperoleh 4 variabel yang
memiliki hubungaN bermakna dengan perilaku membuang sampah pada siswa di
beberapa SDN se-Kecamatan Bantar Gebang, yakni sikap (Pvalue= 0,046),
dukungan guru (Pvalue= 0,040), keterpaparan oleh media (Pvalue= 0,017) dan
ketersediaan sarana (Pvalue= 0,000). Lebih lanjut berdasarkan uji regresi logistik
didapatkan bahwa ketersedian sarana (Pvalue= 0,000) merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap perilaku membuang sampah pada siswa di beberapa
SDN se-Kecamatan Bantar Gebang.

ABSTRACT
The aim of this study was to analyze factors (characteristic, knowledge,
attitude, media exposure, availability of facilities, parents? support, teacher?s
support, and school regulation) related to garbage disposing behavior among 4th
and 5th grade students in some elementary schools in Kecamatan Bantar Gebang.
This study used cross sectional design with 400 students as the samples.
Multistage random sampling was used as sampling technique, and questionnaire
was used to collect the data. The result of this study showed that 44,6% students
had inappropriate garbage disposing behavior, 49,7% of them were males, and
39,3% were females. 46,3% students with inappropriate behavior were students
whose age above the average. Chi square analysis showed variable that had
significant correlation with garbage disposing behavior are attitude (p=0,046),
teacher?s support (p=0,040), media exposure (p=0,017) and availability of
facilities (p=0,000). Linier regression was used for multivariate analysis and the
result shows that the availability of facilities has biggest influence toward the
garbage disposing behavior among students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardya Garini
"Kota Bekasi merupakan kota yang padat dan berbatasan dengan Ibukota DKI Jakarta. Pencemaran udara di Kota Bekasi mayoritas disebabkan oleh kegiatan transportasi. Konsentrasi zat pencemar udara yang cenderung mengalami peningkatan akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan terutama bagi kesehatan saluran pernapasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien (parameter NO2, SO2, dan TSP) dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2004-2011. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi time trend dengan sampel penelitian 6 Kecamatan. Data kualitas udara diperoleh dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi. Data kasus ISPA diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi adalah TSP (p value = 0,029; r = - 0,226). Hasil uji regresi linear ganda menunjukkan bahwa variabel SO2, TSP, dan interaksi antara NO2 dengan SO2 mempengaruhi kejadian ISPA (p value = 0,004; r = 0,369). Persamaan garis regresi yang menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi ISPA adalah jumlah kasus ISPA = 651,09 + 5,054 (konsentrasi SO2) - 0,512 (konsentrasi TSP) - 0,042 (NO2 * SO2).
Untuk mencegah peningkatan jumlah kasus ISPA dan peningkatan konsentrasi zat pencemar di udara sebaiknya dilakukan kerjasama lintas sektor oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam hal uji emisi kendaraan bermotor, uji emisi cerobong asap industri, penambahan jumlah pepohonan di sepanjang jalan raya, penyelesaian masalah di titik-titik kemacetan, promosi bahan bakar gas, dan penyuluhan kesehatan.

Bekasi city is densely populated city and bordering the capital city DKI Jakarta. Air pollution in Bekasi city is caused by transportation activity. Increasing of air pollutant every year can cause negative effect to health especially respiratory health.
This study aims to determine the relationship between ambient air quality (parameter NO2, SO2, TSP) with ARI occurrence in Bekasi city in 2004-2011. The study design used is time trend ecological study with 6 subdistrict as sample. Air quality data is obtained from Environmental Management Agency of Bekasi city. ARI cases data is obtained from Departement of Health of Bekasi city.
Based on correlation and regression analysis, TSP has a significant correlation with ARI occurrence (p value = 0,029; r = - 0,226). The result of multiple linear regression test show that SO2, TSP, and interaction between NO2 with SO2 affect ARI occurrence (p value = 0,004; r = 0,369). The equation of multiple linear regression which describe the variables that affect ARI is ARI cases = 651,09 + 5,054 (SO2 concentration) - 0,512 (TSP concentration) - 0,042 (NO2 * SO2).
To prevent the increasing of ARI cases and increasing of pollutant concentration, the government of Bekasi city should make cross-sectors corporation to do vehicle emission test, industry emission test, adding the amount of trees along the road, problem solving in traffic jam area, fuel gas promotion, and health promotion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Patria Wardana Yuswar
"Infeksi parasit usus masih menjadi masalah besar di Indonesia. Warga di TPA Bantar Gebang, Bekasi memiliki faktor risiko yang besar untuk terinfeksi, terutama populasi anak-anak. Higienitas makanan memegang peranan penting dalam proses infeksi ini. Penelitian ini mencari hubungan higienitas makanan dengan infeksi parasit usus. Pemilihan responden dilakukan melalui metode consecutive. Kuesioner dan deteksi spesimen feses dilakukan. Didapatkan data dari responden sebanyak 122 orang. Sebanyak 73% responden terinfeksi oleh parasit usus, yaitu Blastocystis hominis (51,6%), Giardia lamblia (32%), Trichuris trichiura (25,4%), Ascaris lumbricoides (4,9%), dan Entamoeba histolytica (1,6%). Tidak didapatkan hubungan bermakna antara higienitas makanan dengan angka infeksi parasit usus, namun angka infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantar Gebang, Bekasi yang didapat tinggi membutuhkan perhatian dinas kesehatan setempat.

Intestinal parasites infection still pose as problem in Indonesia. Residents of Bantar Gebang landfill, Bekasi have high risk factors to get infected, especially children. Food hygiene holds key role in the process. This study aims to find the relationship between food hygiene and intestinal parasites infection. Sampling was done through consecutive method. Questionnaire and stool speciment detection was done. Data was obtained from 122 samples. Among the samples, 73% were infected by intestinal parasites, which are Blastocystis hominis (51,6%), Giardia lamblia (32%), Trichuris trichiura (25,4%), Ascaris lumbricoides (4,9%), dan Entamoeba histolytica (1,6%). Statistically unsignificant relationship was found between food hygiene and intestinal parasites infection. However, high number of intestinal parasites infection among children in Bantar Gebang landfill requires attention from local public health services.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Delia
"Masalah kegemukan pada balita saat ini merupakan masalah yang serius di Indonesia, yang sebenarnya bisa dicegah sejak dini. ). Pada tahun 2010 anak dengan kelebihan berat pada umur dibawah 5 tahun diperkirakan sebesar 42 juta di dunia dan sebanyak 35 juta ada di negara berkembang (WHO, 2011). Salah satu pencegahan kegemukan dengan memberikan ASI Eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan. Tesis ini untuk mengetahui hubungan antara riwayat pemberian Asi Eksklusif dengan kegemukan pada balita 6-59 bulan di wilayah Puskesmas Bantar Gebang tahun 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain kasus kontrol. Kasus adalah balita dengan kegemukan umur 6-59 bulan di wilayah Puskesmas Bantar Gebang Bekasi sejumlah 215 dengan kontrol balita yang tidak gemuk umur 6-59 bulan dengan jumlah 215. Yang kemudian dilihat hubungannya dengan riwayat pemberian ASI Eksklusif.
Hasil penelitian ini setelah dikontrol dengan kovariat lain menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat pemberian Asi tidak Eksklusif dengan kegemukan pada balita 6-59 bulan di wilayah Puskesmas Bantar Gebang tahun 2013 (OR 1,43 dengan 95% CI 0,86-2,37). Meskipun demikian tetap disarankan kepada ibu untuk menyusui bayinya.

Obesity in young children is a serious problem in Indonesia, which could have been prevented early. In the world in 2010 obesity in child under 5 years is 42 million, and in developing country is 35 million. One of the prevention of obesity with exclusive breastfeeding in infants up to age 6 months. This thesis to determine the relationship between the history of the exclusive breastfeeding with obesity in child 6-59 months in areas Puskemas Bantar Gebang Bekasi in 2013.
This study is an analytic study using case-control design. Cases were 215 child aged 6-59 months with obesity at Puskesmas Bantar Gebang Bekasi, and controls is 215 non obese toddlers aged 6-59 months. Are then seen to do with the history of exclusive breastfeeding.
Results of this study after other covariates controlled by stating that there is no relationship between a history of non-exclusive breastfeeding with obesity in infants 6-59 months in areas Puskesmas Bantar Gebang in 2013 (OR 1.43 with 95% CI 0.86 to 2.37 ). However it is strongly recommended to mothers to breastfeed their babies.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susan Dewi Kurniawati
"Pemulung merupakan populasi berisiko tinggi yang memiliki perilaku kebersihan diri yang buruk yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku personal hygiene pada pemulung di Bekasi. Studi cross sectional dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di kawasan Bantar Gebang, Bekasi. Sampel penelitian adalah 107 pemulung dengan rentang usia 19 hingga 70 tahun dengan rata-rata usia 36 tahun. Sampel diambil menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tingkat pengetahuan dan perilaku kebersihan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan pemulung 77,86 dengan nilai terendah 51,43 dan tertinggi 100. Standar deviasi tingkat pengetahuan 10,28. Pemulung dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 50,5% (54 orang) dengan rerata nilai pengetahuan 82,64 sedangkan yang berperilaku buruk rerata skor 72,99 (53 orang). Hasil uji independent sample t-test menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku personal hygiene (p = 0,001). Tingkat pengetahuan higiene perorangan dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku higiene perorangan yang baik atau buruk pada pemulung. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat di masyarakat meningkatkan upaya promosi dan preventif terkait cara menjaga personal hygiene agar pemulung dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Scavengers are a high-risk population who have poor personal hygiene behavior which can cause serious health problems. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge and personal hygiene behavior among scavengers in Bekasi. The cross sectional study was conducted at an Integrated Waste Processing Site in the Bantar Gebang area, Bekasi. The research sample was 107 scavengers ranging in age from 19 to 70 years with an average age of 36 years. Samples were taken using non probability sampling method with purposive sampling technique. The instrument used was an instrument for the level of knowledge and personal hygiene behavior. The results showed that the average level of knowledge of scavengers was 77.86 with the lowest score of 51.43 and the highest was 100. The standard deviation of the knowledge level was 10.28. Scavengers with good personal hygiene behavior were 50.5% (54 people) with a mean knowledge value of 82.64 while those with bad behavior had an average score of 72.99 (53 people). The results of the independent sample t-test showed a significant relationship between the level of knowledge and personal hygiene behavior (p = 0.001). The level of knowledge of personal hygiene can influence the formation of good or bad personal hygiene behavior among scavengers. This study recommends that nurses in the community improve their promotional and preventive efforts related to maintaining personal hygiene so that scavengers can improve their quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oviliani Wijayanti
"Anak-anak, terutama yang tinggal di lingkungan kurang bersih, merupakan populasi yang rentan mengalami askariasis. Gejala askariasis tidak khas sehingga sering tidak terdeteksi. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai gejala askariasis perlu diberikan pada anak-anak, salah satunya melalui penyuluhan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan anak mengenai gejala askariasis. Desain yang digunakan adalah pre-post study. Penyuluhan dilakukan di Sekolah Dasar X, Bantar Gebang, Bekasi pada 17 Desember 2011. Subjek penelitian adalah 60 orang murid kelas IV, V, dan VI SD X. Data pengetahuan diambil menggunakan kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai gejala askariasis yang dibagikan sebelum dan setelah intervensi penyuluhan. Data diolah dengan program SPSS 20.0 dan diuji dengan Wilcoxon. Sebelum penyuluhan, secara keseluruhan tingkat pengetahuan semua responden mengenai gejala askariasis tergolong kurang dan tidak meningkat setelah diberikan penyuluhan. Selanjutnya, pada analisis setiap butir pertanyaan, didapatkan perbedaan bermakna antara skor pretest dan posttest pada dua pertanyaan, yaitu mengenai gejala umum infeksi cacing gelang (p=0,001) dan akibat yang ditimbulkan larva cacing gelang pada infeksi berat (p<0,001). Sementara itu, tidak terdapat perbedaan bermakna antara skor pretest dan posttest pada ketiga pertanyaan lainnya. Disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan tidak efektif meningkatkan pengetahuan murid SD X, Bantar Gebang, Bekasi mengenai gejala askariasis.

Children, especially ones living in unsanitary environment, are prone to having ascariasis. Detecting ascariasis is difficult because symptoms are uncharacteristic. Knowledge about symptoms of ascariasis becomes important issue for children. This survey aims at assessing the effect of health education on improving students? knowledge about symptoms of ascariasis. Pre-post study is the design of choice. Health education was given at X Primary School, Bantar Gebang, Bekasi on December 17, 2011. The subjects are 60 fourth, fifth, and sixth grade students. Questionnaires consisting of 5 questions about symptoms of ascariasis were handed out before and after health education. Data were processed using SPSS 20.0 and tested with Wilcoxon. Before health education was given, the knowledge of all students? about the symptoms of ascariasis was poor and did not improve afterwards. Based on analysis of each question, there is significant difference between pretest and posttest scores on two questions regarding common symptom of ascariasis (p=0,001) and the effect of A. lumbricoides larvae in severe infection (p<0,001), while there is no significant difference on the other three. It is concluded that health education is not effective in improving students? knowledge about the symptoms of ascariasis in X Primary School, Bantar Gebang, Bekasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiya Farhani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Yani
"ABSTRAK
Pembangunan nasional yang dilaksanakan Indonesia selama PJPT I telah banyak membawa kemajuan dan perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat juga ditunjukkan dengan mening katnya pendapatan perkapita penduduk. Dalam 15-20 tahun yang lalu, pendapatan perkapita penduduk Indonesia baru mencapai US$ 210, namun pada tahun 1994 telah meningkat menjadi US 720. Pembangunan yang selama ini dilaksanakan, telah pula mengubah struktur ekonomi Indonesia yang menggeser peran sektor pertanian dalam produksi nasional. Dalam tahun 1989 peran sektor pertanian dalam produksi nasional sebesar 23,2 % telah turun menjadi 21,8 % pada tahun 1994. Sementara pada periode yang sama, peran sektor Industri meningkat dari 14,4 % menjadi 16,9 %.
Sejalan dengan terjadinya perubahan dalam struktur ekonomi, telah terjadi pula perubahan dalam struktur ketenagakerjaan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan dalam distribusi jenis pekerjaan. Perubahan distribusi pekerjaan yang cukup tajam terutama terhadap tenaga kerja kepemimpinan dan ketatalaksanaan yang mencapai 177 %. Perubahan tersebut memberikan isyarat adanya peningkatan skill (ketrampilan) masyarakat, yang juga menunjukkan nilai-nilai kerja dengan mengutamakan profesionalisme cenderung semakin dihargai. Perubahan bentuk distribusi jenis pekerjaan yang berlangsung dalam arus perubahan dari masyarakat tradisional pertanian menuju masyarakat industri modern sebagai salah satu akibat keberhasilan pembangunan ekonomi yang selama ini dilaksanakan, telah melahirkan lapisan sosial ekonomibaru yang sering disebut sebagai kelas menengah.
Fenomena munculnya lapisan kelas menengah telah mengundang perhatian banyak kalangan ahli. Salah satu fenomena yang menarik adalah bahwa perilaku sosial ekonomi kelas menengah menampilkan refleksi yang berbeda dibandingkan dengan kelas sosial ekonomi lainnya.
Adanya suatu kecenderungan bahwa kelas menengah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial yang muncul. Terhadap isu-isu lingkungan, kelas menengah memberikan kepedulian yang tinggi terutama dalam hal perlindungan lingkungan. Misalkan kebutuhan terhadap air dan udara bersih menurut kelas menengah adalah merupakan kebutuhan umum (publik) dan merupakan kebutuhan sosial. Dalam kaitan ini, penelitian ini mencoba untuk menelaah perilaku konsumsi rumah tangga terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat, dengan mengambil kasus kelas menengah.
Penelitian mengenai Perilaku Konsumsi Rumah Tangga Dalam Memenuhi Kebutuhan Lingkungan yang bersih dan sehat (kasus kelas menengah), merupakan studi kasus yang lokasinya di Kompleks Perumahan Pondok Timur Indah I, Desa Mustika Jaya, Kecamatan Bantar Gebang, Kabupaten Bekasi.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.123 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling, dengan teknik penentuan Jumlah sampel menggunakan Teknik Estimasi Proporsi. Dari 1.123 populasi yang termasuk dalam kelompok kelas menengah adalah sebanyak 141 orang. Sedang yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga kelas menengah.
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. Kedua, mencari bentuk fungsi permintaan (melalui pendekatan pengeluaran) terhadap lingkungan yang bersih dan sehat. Ketiga, mengukur besarnya elastisitas pengeluaran terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. Dalam penelitian ini lingkungan yang bersih dan sehat menyangkut dua aspek, pertama; kebutuhan akan kesehatan, kedua; kebutuhan akan rekreasi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara beberapa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, jenis pekerjaan, umur responder dan Crowding Index, dengan besarnya pengeluaran untuk kesehatan. Hal ini dibuktikan oleh angka koefisien korelasi (r) sebesar 0.84. Di samping itu koefisien determinasi memperlihatkan angka sebesar (r2) sebesar 0.85. mni berarti bahwa variasi besar kecilnya pengeluaran kesehatan 85 % disebabkan oleh beberapa variabel independen tersebut, sedangkan 15 % disebabkan oleh faktor lain.
Namun di antara beberapa variabel indpenden, ternyata variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan umur responden mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengeluaran kesehatan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson yang menghasilkan masing-masing r = 0,92, 0,75 dan 0,43.
Terhadap pengeluaran untuk rekreasi, terdapat hubungan yang cukup kuat antara beberapa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan jenis pekerjaan dan umur responden dengan besarnya pengeluaran untuk rekreasi. Hal ini diperlihatkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0.91. Sedang koefisien determinasi (r2) menunjukkan angka sebesar 0.92. ini berarti bahwa variasi besar kecilnya pengeluaran untuk rekreasi, 92 % disebabkan oleh variabel independen tersebut, sedangkan 8 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Di antara variabel tersebut, variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan umur responden mentpunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengeluaran untuk rekreasi, yaitu dengan koefisien korelasi Pearson masing-masing sebesar 0,96, 0,71 dan 0,45.
Di samping itu, hasil perhitungan elastisitas pengeluaran kesehatan mendapatkan angka sebesar 1.64 (elastis). Angka ini berarti bahwa jika pengeluaran berubah sebesar 10 persen, maka menyebabkan terjadinya perubahan pengeluaran kesehatan sebesar 16.4 persen. Hal yang sama terlihat pula, angka elastisitas pengeluaran rekreasi sebesar 1.60. Hal ini berarti apabila pendapatan berubah 10 persen, maka terjadi perubahan pengeluaran rekreasi sebesar 16 persen.
Aspek lain yang ditemui dalam penelitian ini, terlihat rumah tangga kelas menengah mempunyai keinginan mengalokasikan pengeluaran untuk kesehatan ketika pendapatan sudah mecapai Rp 335.000,-. Sedang keinginan mengalokasikan pengeluaran untuk rekreasi, pada saat pendapatan mencapai Rp 275.000,-. Dapat disimpulkan bahwa rumah tangga kelas menengah cenderung lebih memperhatikan kegiatan rekreasi dibandingkan dengan upaya-upaya memperhatikan kesehatan.

ABSTRACT
The national development conducted by Indonesia as long as the first stage of development long term (PJPT T) has took change and progress society, i.e. increasing of a society welfare. For fifteen or twenty years ago, the income per capita of Indonesia has reached around US$ 210, but in 1994 has increased around US$ 720.
The development has also changed the contribution of agriculture and industries sector in GDP. The contribution of agriculture sector decline from around 23,3 % in 1989 to around 21,8 % in 1994. In the meantime the contribution of industries sector has increased from around 14,1 % to around 16,9 0.
In the line with changing in economic structure has took change in labor structure. It has been indicated by increasing distribution of type of job, i.e. leadership and management around 177 %. The chaning in distribution of type of job has resulted in a new social structure, i.e. the middle class.'
The middle class has pay more attention to environmental protection. In this context, the research tries to study on Household Consumption Behaviour Toward The Need for Healthy and Clean Environment. Case study of this research search is the middle class.
The research on Household Consumption Behavior In Fulfilling the need Toward a Clean and Healthy Environment (case study the middle class) was conducted at Pondok Timur Indah I Housing, Mustika Jaya Village, Bantar Gebang Sub-District, Bekasi District, West Java.
141 samples used in this research were taken out from 1123 population, using Simple Random Sample i.e Proportional Estimation Technique. Out of 1.123 population, 141 were of middle class. The respondent in this re-search were heads of middle class families.
The purposes of this research are: firstly to recognize the factors affecting the expenses to meet a clean and healthy environment. Secondly, to seek the form of request function (through expense approach) toward a clean and healthy environment. Thirdly, to measure the expense elasticity toward the need of a clean and healthy environment, in this research, the clean and healthy environment were connected to two aspect, i.e the need of health and recreation. Result of this re-search show a strong relationship between some independent variables i.e income, education, number of family members, type of job, age of respondent and crowding index, compared to health expense. This was proven by coefficient correlation figure of 0.84. Beside that the determination coefficient (r2} shows a rate of 0.85. This means the variation of big/small health expense was 85 percent resulted from said independent variables, while the remaining 15 percent was resulted from other factors.
In fact, among some independent variables, the income, number of family members and age of respondent variables have very strong relationship. This was shown by the result of Pearson Correlation Coefficient Calculation of those variables respectively are r= 0.92, 0.76 and 0.43.
On recreation expense, there was a relatively strong relationship between some independent variables, i.e income, education, number of family members, type of job and age of respondent with recreation expense. This was shown by correlation coefficient of 0.91. The determination coefficient (r2} showed an index of 0.92. This means that the variation of big/small recreation expense was 92 % resulted from said independent variables, while remaining 8 % was resulted from other factors.
Between the above mentioned variables, the income, number of family members and age of respondent variables have a very strong relationship with recreation expense, namely with Pearson correlation coefficient respectively are r 0.96, 0.71 and 0.45
Beside that, the result of health expense elasticity was 1.64 (elastic). This means that if expense change by 10 % the health expense will change by 16.4 %. The same case was also seen on recreation expense which have an elasticity rate of 1.60. This means that if the income change by 10 %, the recreation expense will respectively change by 16 %.
Another aspect found in this research was the middle class families willing to allocate health expense when their income reach Rp 335.000,- while willingness to allocate recreation arise at the time their income reach Rp 275.000,-. It can be concluded that the middle class families tend to pay more attention to recreation activities compared to efforts for health aspect.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>