Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123968 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jane Estherina Fransiska
"ABSTRAK
Latar belakang
Berbagai studi terdahulu melaporkan bahwa alfacalcidol mampu meningkatkan kekuatan otot, keseimbangan dan signifikan dalam menurunkan kejadian jatuh pada ras Kaukasia. Namun belum ada penelitian yang membuktikan peran alfacalcidol terhadap mobilitas fungsional pada ras Asia.
Tujuan
Mengetahui pengaruh pemberian alfacacidol 0,5 µg selama 90 hari terhadap mobilitas fungsional dasar perempuan usia lanjut di Indonesia.
Metode
Dilakukan uji klinis acak tersamar ganda pada bulan April-September 2012 terhadap 95 pasien perempuan usia lanjut di Poliklinik Geriatri RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia. Subyek dibagi menjadi kelompok yang mendapat alfacalcidol dan kalsium 500 mg sehari sekali selama 90 hari dan kelompok yang mendapat plasebo dan kalsium 500 mg. Dilakukan uji timed-up and Go Test (TUG) pada awal dan akhir penelitian. Dilakukan analisis per protokol dan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaaan mobilitas fungsional pada kedua kelompok setelah intervensi.
Hasil
95 subyek dirandomisasi dan dibagi menjadi dua kelompok, terdiri dari 48 subyek yang mendapat plasebo dan 47 subyek mendapat alfacalcidol. Setelah tiga bulan pengamatan didapatkan perbaikan waktu uji TUG yang signifikan pada kedua kelompok (2,49 vs 1,83 detik; p<.0001). Terdapat perbaikan waktu uji TUG yang signifikan dari kelompok alfacalcidol dibandingkan dengan kelompok plasebo (9,01 vs.10,07 detik; p = 0.028).
Kesimpulan
Alfacalcidol dengan dosis 0,5 µg satu kali per hari selama 90 hari terbukti mampu meningkatkan mobilitas fungsional dasar pada perempuan usia lanjut Indonesia.

ABSTRACT
Background
Previous studies reported the D-analog alfacalcidol, increases muscle power and balance and lead to a highly significant decreases in the number of fallers and falls in Caucasian elderly community-dwelling population.
Objective
To determine the effect of alfacalcidol on functional mobility in Indonesian elderly women community-dwelling population.
Methods
A randomized, double-blind controlled trial was conducted in elderly women subjects geriatric clinic of Cipto Mangunkusumo National Hospital Jakarta Indonesia on April-September 2012. Intervention group was given 0,5 mcg alfacalcidol and 500 mg calcium daily for 90 days and another group was given placebo and 500 mg calcium. Balance test, Timed-up and Go Test (TUG) was measured at the beginning and after 3 months. Per protocol analysis to functional mobility after intervention between the two groups was performed.
Results
95 subjects were fulfiling study criteria and randomized into 2 groups, containing 47 subjects in alfacalcidol group and 48 subjects in placebo group. Both groups were comparable in all important prognostic factors including age, BMI, nutritional status, muscle strength. After three months the mean time in alfacalcidol group used for the TUG was decrease significantly by 2,49 s (p<.0001). There were significant improvement of the median time for TUG in the group that received alfacalcidol compared to placebo (9,01 vs.10,07 p = 0.028).
Conclusion
Treatment with 0.5 mg alfacalcidol with calcium effectively improved functional mobility in Indonesian elderly women."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrahini
"Latar belakang : Kejadian jatuh yang tinggi pada usia lanjut berhubungan erat dengan penurunan kekuatan otot. Seiring bertambahnya usia terjadi sarkopenia dimana massa otot berkurang sebesar 1-2% setiap tahun dan menyebabkan penurunan kekuatan otot sebesar 3%. Vitamin D mempunyai aksi biologis pada otot sehingga menjadi salah satu modalitas terapi sarkopenia. Walaupun peran vitamin D pada kekuatan otot masih kontroversial, namun studi sebelumnya menunjukkan analog vitamin D (alfacalcidol) dapat meningkatkan kekuatan otot dengan memakai luaran kekuatan otot ekstremitas bawah.
Tujuan : Menentukan pengaruh alfacalcidol terhadap kekuatan otot ekstremitas atas yang diukur dengan pemeriksaan kekuatan genggam tangan pada perempuan usia lanjut Indonesia.
Metode : Studi ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda yang dilakukan selama bulan April-September 2012 di poliklinik Geriatri RS. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Subjek penelitian adalah perempuan berusia ≥ 60 tahun dengan kekuatan genggam tangan £ 22 kg yang diukur dengan dinamometer. Subjek dirandomisasi dalam dua kelompok yaitu kelompok yang menerima alfalcalcidol 1x0,5 mg dan kelompok kontrol menerima plasebo. Masing-masing kelompok mendapat kalsium laktat 500 mg dan diamati selama 90 hari. Pada akhir penelitian dilakukan pemeriksaan kekuatan genggam tangan.
Hasil : Sebanyak 122 subjek direkrut, namun terdapat 27 subjek yang mempunyai kriteria eksklusi sehingga randomisasi membagi 95 subjek masing-masing 47 subjek pada kelompok alfacalcidol dan 48 subjek pada kelompok plasebo. Sebanyak 88 subjek menyelesaikan penelitian hingga akhir (7 drop out) dan dianalisis dengan uji Mann Whitney. Terdapat perbedaan peningkatan kekuatan otot yang bermakna antara kelompok alfacalcidol dibanding kelompok plasebo (15,50 kg vs. 13,75 kg ; p= 0,003).
Kesimpulan: Analog vitamin D (alfacalcidol) dapat meningkatkan kekuatan otot perempuan usia lanjut Indonesia yang mempunyai kekuatan genggam tangan yang rendah dibandingkan pemberian plasebo.

Background : The age-related increase in falls is strongly associated with a decline in muscle strength. Sarcopenia develops in concomitant with aging, where muscle mass decrease 1-2% annually, lead to 3% reduction in muscle strength. Vitamin D was known to have a biological action on muscle, so it was used as one of the therapy for sarcopenia. Although the role of vitamin D on muscle strength was still controversial, previous studies in vitamin D analog (alfacalcidol) reveal a promising effect in lower extremity muscle strength.
Objective : To determine the effect of alfacalcidol on upper extremities muscle strength in elderly ambulatory Indonesian women.
Methods : This was a randomized, double-blind clinical trial, which was conducted at Geriatrics Outpatient Clinic of Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta, during April to September of 2012. The study subject consists of elderly women (aged ≥60 years old) with handgrip strength of ≤ 22 kg, measured with a handheld dynamometer. Subject was then randomized to two groups, one receiving alfacalcidol 1x0.5 mcg and the other receiving identically packaged placebo. Each group also received 500mg calcium lactate daily and then was observed for 12 weeks. At the end of the observation period, a second measurement of handgrip by using handheld dynamometer was performed.
Outcome : A total 122 subjects were enrolled in this study. There were 95 subjects fulfilled the eligible criteria consist of 47 subjects receiving alfacalcidol and 48 subjects as a control. A number of 88 subjects were able to complete the intervention period and then the results were analyzed with Mann Whitney test. The study showed a significant increase of muscle strength in the intervention group compared to placebo (15.50 kg vs. 13.75 kg; p = 0.003).
Conclusion : Daily doses of 0.5 mg alfacalcidol significantly improved muscle strength in elderly Indonesian women with low handgrip strength compared to placebo."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T35632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toton Witono
"Kualitas pelayanan sosial untuk kesehatan mental lansia dipengaruhi interaksi antara praktisi kesejahteraan sosial dan klien. Interaksi melibatkan banyak aspek, termasuk spiritualitas, maka penelitian ini menggali pemahaman spiritualitas praktisi dan praktiknya dalam pelayanan, bagaimana spiritualitas dihayati lansia, dan bagaimana lansia menghadapi penderitaan. Kajian kualitatif ini melibatkan 20 informan praktisi dan klien dengan metode wawancara, observasi, dan kajian dokumen. Proses coding menggunakan NVivo untuk mempermudah analisis. Hasil penelitian menunjukkan spiritualitas praktisi dihayati dan diekspresikan dalam berbagai komponen dan dipraktikkan ketika berinteraksi dengan klien. Spiritualitas lansia juga tercermin dalam sejumlah kategori yang punya peran penting menjaga kesehatan mental ketika menghadapi penderitaan hidup.

Service quality for elderly mental health is influenced by interaction between practitioners and clients. The interaction involves spirituality, so this study explores practitioners? understanding of spirituality and its implementation in service, how the elders live spirituality, and how they cope with sufferings. This qualitative study recruited 20 informants explored through interview, observation, and document review. NVivo software was used to organize coding results for analysis process. This study finds that practitioners? spirituality is lived and expressed in various components that is used in interaction. The elders have also spiritual sides echoed through some categories having contributions to their mental health."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D2083
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Hadimartana
"Tesis ini disusun untuk mengetahui efektifitas alat ukur Modified Mobility Interaction Fall Chart (Modified MIF Chart), sebagai alat ukur untuk menapis risiko jatuh, khususnya pada populasi lansia di panti wreda. Desain penelitian adalah cohort prospective dengan menilai komponen performa fisik menggunakan Stop walking when talking (SWWT) dan Difference Time Up and Go (DiffTUG), komponen fungsi visual yang menilai ketajaman penglihatan dengan Snellen chart, dan komponen kognisi yang dinilai menggunakan Montreal Cognitive Assesment versi Bahasa Indonesia (MoCA-INA) pada awal studi dan ditentukan tingkat risiko jatuh. Didapatkan subjek penelitian (n=111) yang menyelesaikan Modified MIF Chart kemudian dilakukan observasi kejadian jatuh selama tiga bulan. Terdapat 12 (10,8%) kejadian jatuh dari seluruh subjek. Terdapat perbedaan bermakna (p=0,038) antara kelompok risiko jatuh tinggi yang mengalami kejadian jatuh sebanyak 8 (18,6%) dibandingkan 4 kejadian jatuh (5,9%) pada kelompok risiko jatuh rendah dengan AUC 0,657 (95% CI: 0,49-0,82). Didapatkan sensitifitas dan spesifisitas Modified MIF chart secara berurutan adalah 64,6% dan 66,7%. Kesimpulan penelitian ini adalah Modified MIF Chart dapat digunakan sebagai alat penapis risiko jatuh pada lansia di panti wreda, tetapi tetap perlu memperhatikan faktor-faktor risiko jatuh internal dan eksternal lain yang belum dinilai oleh Modified MIF Chart.

This thesis is designed to determine the effectiveness of the Modified Mobility Interaction Fall Chart (Modified MIF Chart) as a tool to screen the risk of falls, especially in the elderly population in nursing homes. The research design was a prospective cohort by assessing the physical performance components using Stop walking when talking (SWWT) and Difference Time Up and Go (DiffTUG), a visual function component that assessed visual acuity using a Snellen chart, and a cognitive component assessed using the Montreal Cognitive Assessment. Indonesian language version (MoCA-INA) at the start of the study and the level of risk of falling was determined. Obtained research subjects (n = 111) who completed the Modified MIF Chart then observed the fall for three months. There were 12 (10.8%) incidence of falls for all subjects. There was a significant difference (p = 0.038) between the high risk group who experienced falls as much as 8 (18.6%) compared to 4 falls (5.9%) in the low risk group with AUC 0.657 (95% CI: 0, 49- 0.82). The sensitivity and specificity of the Modified MIF chart are 64.6% and 66.7%, respectively. The conclusion of this study is that the Modified MIF Chart can be used as a means of screening for the risk of falls in the elderly in nursing homes, but still needs to consider other internal and external risk factors that have not been assessed by the Modified MIF Chart."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ariyani
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemanfaatan posyandu lansia di Puskesmas Bambanglipuro. Desain cross sectional
dan wawancara menggunakan kuesioner digunakan pada 180 orang responden yang
dipilih secara multistage random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 73,3%
responden memanfaatkan posyandu, dimana faktor jenis kelamin (p=0,004),
pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,001), ketersediaan posyandu (p=0,001), jarak
(p=0,012), dukungan keluarga (p= 0,001), peran petugas (p= 0,001), sikap petugas
(p= 0,011), peran kader (p=0,001), sikap kader (p=0,010) dan kebutuhan (p=0,001)
berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia, untuk itu perlu ditingkatkan
sosialisasi, pembinaan, pengembangan dan penyediaan sarana posyandu, pelatihan
dan reward kader, jadwal dan rutinitas kegiatan, kemitraan, dukungan dan penelitian
lebih lanjut.

ABSTRACT
The objective of this study was to assess factors related to utilization of early
integrated health service post/posyandu in the area of Puskesmas Bambanglipuro.
Cross-sectional design and interview with questionnaires was used on 180 elderly
that was selected by multistage random sampling. This study showed that 73,3%
elderly people use the elderly posyandu. Sex (p=0.004), knowledge (p=0.001),
attitude (p=0.001), availability of posyandu (p=0.001), distance (p=0.012), family
support (p=0.001), the role of health worker (p=0.001), attitude of health worker
(p=0,011), the role of cadre (p=0.001), attitude of cadre (p=0.010) and need
(p=0.001) related to the usage of elderly posyandu. Based on the result above,
socialization of posyandu lansia should be increased, beside to improve the capability
of personel and facilities of elderly posyandu and give the reward to the cadre."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ervan
"Integritas diri lanjut usia didasarkan pada keyakinan bahwa hidup seseerang telah berguna sehingga memungkinkan individu untuk menghadapi kematian tenang dan hidup yang lebih bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi suportif temadap integritas diri pada 1anjut usia di Kota Bogor. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Sampel berjumlah 70 orang, masing-masing 35 orang kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian mimunjukkan integntas diri -pada lanjut usia meningkat secara signifikan. Setelah dilakukan terapi suportif (pvalue= 0,0001 < a=0.05). Peningktan integritas diri lansia lebih tinggi dan signifikan pada kelompok yang mendapat terapi suportif dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan terapi suportif (pvalue=0,001 < a::;0.05). Terapi suportif direkomendasikan sebagai terapi keperawatan untuk meningkatkan integritas diri pada lanjut usia di masyarakat.

The elderly self integrity based on a belief that one's life have meaning to enable such individual to face death peacefully and a more meaningful life. The purpose of this study was to determine the effects of supportive therapy to self integrity in elderly at Bogor City. The research design was quasi-experimental pre-post test with control group. The sample of this research are the elderly of 70 respondents including 35 respondents in the intervention group and 35 respondents in the control group. The results showed that elderly self integrity significantly after supportive therapy (pvalue=0,0001 < a=0.05). This research showed significant comparation of the elderly self integrity between group with supportive-therapy and neither (pvalue=O,OOl < a=0,05). Suppotive therapy recommended as nursing therapy used to treat elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Wirdatul Hasanah
"Tesis ini bertujuan untuk membuktikan kesahihan dan keandalan Physical Activity Scale For The Elderly (PASE) versi bahasa Indonesia (PASE-INA) untuk mendapatkan metode kuantifikasi penilaian aktivitas fisik yang sahih dan andal untuk dapat diterapkan pada populasi lansia di Indonesia. Uji kesahihan konstruksi dilakukan dengan uji korelasi Pearson, sedangkan uji keandalan dilakuan dengan menilai intraclass correlation (ICC) untuk keandalan test-retest dan Cronbach’s ? untuk konsistensi internal. Sebanyak 64 orang lansia diwawancara dengan menggunakan kuesioner PASE yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Wawancara dilakukan sebanyak dua kali, dengan rentang waktu 1-3 minggu. Rerata skor total PASE-INA adalah 123.09(SD 35.48). Seluruh butir PASE-INA terbukti sahih dengan rentang nilai koefisien korelasi 0.310-0.533. Konsistensi internal dari skor total PASE-INA menunjukkan keandalan yang baik, dengan nilai Cronbach’s ? 0.844. Dari uji keandalan ­test-retest didapatkan hasil yang moderat dengan nilai ICC 0.728 (CI 95% 0.590-0.825). Kesimpulan dari penelitian ini adalah PASE-INA merupakan kuesioner yang sahih dan andal dalam menilai aktivitas fisik lansia di Indonesia.

This thesis aims to prove the validity and reliability of the Indonesian version of the Physical Activity Scale for The Elderly (PASE-INA) to obtain a valid and reliable method of quantification of physical activity assessment to be applicable to the elderly population in Indonesia. Construction validity was tested using the Pearson correlation test, while the reliability test was performed by assessing the intraclass correlation (ICC) for test-retest reliability and Cronbach’s ? for internal consistency. A total of 64 elderly people were interviewed using the PASE questionnaire which had been translated into Indonesian. Interviews were conducted twice within a 1 to 3-weeks interval. The mean PASE-INA total score was 123.09(SD 35.48). All PASE-INA items were proven valid with a correlation coefficient value range of 0.310-0.533. The internal consistency of the PASE-INA total score shows good reliability, with a Cronbach’s ? value of 0.844. From the test-retest reliability test, moderate results were obtained with an ICC value of 0.728 (95% CI 0.590-0.825). The conclusion of this study is that PASE-INA is a valid and reliable questionnaire in assessing the physical activity of the elderly in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randi Dias
"Latar belakang: Disfagia merupakan salah satu tanda yang dapat menggambarkan hipofungsi oral pada lansia. Kondisi ini biasanya tidak diperhatikan dan tidak disadari oleh lanjut usia (lansia) serta keluarganya, akibatnya menyebabkan kecacatan dan kematian. Eating Assesment Tool (EAT-10) merupakan alat ukur pemeriksaan awal/skrining terhadap keluhan disfagia. Namun, alat ukur tersebut belum tersedia dalam Bahasa Indonesia. Penelitian hubungan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, dan jumlah penyakit sistemik terhadap disfagia pada lansia masih terbatas sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Tujuan: Penelitian ini untuk mendapatkan EAT-10 berbahasa Indonesia (EAT-10-ID) sebagai alat skrining disfagia yang valid dan reliabel pada lansia. Selanjutnya dianalisis hubungan antara faktor sosiodemografi dan jumlah penyakit sistemik dengan disfagia serta mengetahui faktor yang paling berperan terhadap disfagia. Metode: Dilakukan adaptasi lintas budaya EAT-10 dengan metode translate-backward translate. Selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas EAT-10-ID, dianalisis hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan dan jumlah penyakit sistemik dengan disfagia serta dianalisis faktor yang paling berperan terhadap disfagia pada 121 responden laki-laki dan perempuan berusia ≥ 60 tahun yang mampu berkomunikasi secara lisan atau tulisan dengan bahasa Indonesia. Hasil: Validitas isi dan validitas muka EAT-10-ID terpenuhi dengan baik. Reliabilitas konsistensi internal baik (Cronbach's alpha=0,896) dan reliabilitas konsistensi eksternal sangat baik (ICC =0,935). Hasil uji validitas konvergen menunjukkan nilai yang baik antara EAT- 10-ID dan kualitas hidup (GOHAI) (r =-0,449; p=0,000). Selain itu, EAT-10-ID memiliki hubungan dengan 3 Oz Water Swallow Test sebagai alat ukur gejala klinis disfagia (p=0,00) yang berarti EAT-10-ID memiliki validitas konstruk yang baik dalam membedakan responden yang memiliki risiko dan tidak berisiko disfagia. Titik potong EAT-10-ID yang menunjukkan individu memiliki disfagia dengan skor 3 dengan nilai sensitivitas 94,7% dan spesifisitas 97,1%. Dari keempat variabel yang dianalisis, usia (OR=2,023) dan jumlah penyakit sistemik (OR=2,261) memiliki hubungan bermakna dengan disfagia (p ≤0,05) serta merupakan faktor yang paling berperan terhadap terjadinya disfagia Kesimpulan: EAT-10-ID merupakan alat ukur yang valid dan reliabel untuk pemeriksaan awal/skrining disfagia dengan titik potong 3. Usia dan jumlah penyakit sistemik merupakan faktor yang paling berperan terhadap terjadinya disfagia.

Introduction: Dysphagia is one of the signs that can describe oral hypofunction in the elderly. This condition is usually not noticed nor realized by the elderly and their families, resulting in disability and death. The Eating Assessment Tool (EAT- 10) is an initial examination/screening tool for dysphagia complaints. However, this measurement tool is not yet available in the Indonesian language. Studies on the relationship between age, gender, education, and the number of systemic diseases towards dysphagia in the elderly are still limited, so further research is needed. Objective: To obtain a valid and reliable EAT-10 in the Indonesian language (EAT-10-ID) as a dysphagia screening tool in the elderly and to analyze the relationship between sociodemographic factors and the number of systemic diseases with dysphagia and find out which factors contribute the most to dysphagia. Method: A cross-cultural adaptation of EAT-10-ID was carried out using the backward-translation method. The EAT-10-ID was given to 121 male and female respondents, aged ≥ 60 years who were able to communicate in Indonesian both orally and in writing in order to test for validity and reliability. Subsequently, the EAT-10-ID was analyzed for the relationship between age, sex, education, and the number of diseases with dysphagia. Moreover, factors that contributed the most to dysphagia were also analyzed. Results: The EAT-10-ID had achieved good content validity and face validity. Internal consistency reliability was good value (Cronbach's alpha=0.896) and excellent external consistency reliability (ICC =0.935). The convergent validity test showed a good value between EAT-10-ID and quality of life (GOHAI) (r = -0.449; p= 0.000). In addition, the EAT-10-ID showed a correlation with the 3 Oz Water Swallow Test as the clinical symptom measurement tool for dysphagia (p=0.000), meaning that the EAT-10-ID had a good construct in distinguishing respondents whether they risk having dysphagia or not. The EAT-10-ID cut off score of 3 which indicated an individual had dypshagia, sensitivity value of 94.7% and specificity value of 97.1%. Of the four variables analyzed, age (OR=2.023) and number of systemic diseases (OR= 2,261) had a significant relationship with dysphagia (p ≤0.05) and was the most contributing factor to dysphagia. Conclusion: The EAT-10-ID with cut off score of 3 is a valid and reliable measurement tool for the initial examination/screening of dysphagia. The age and number of systemic diseases are the factors that contribute the most to the occurrence of dysphagia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tetty Haryanty
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi, sosial, ekonomi, lingkungan, perilaku dan disabilitas penduduk lansia di Indonesia. Status kesehatan buruk ditunjukkan oleh apakah memiliki efek negative pada kegiatan lansia (aktifitas terganggu) dengan menggunakan data Susenas 2012. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa faktor demografi, sosial, ekonomi, lingkungan, perilaku dan disabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan terganggu pada lansia. Selain itu, faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi risiko kesehatan terganggu lansia. Lansia dalam kelompok umur tua, berstatus tidak kawin/lainnya, tidak bekerja, pengeluaran menengah keatas, tinggal di kota, mengkonsumsi lainnya air bersih, menggunakan mck tidak sendiri, menggunakan bukan listrik PLN dan mempunyai disabilitas, memiliki peluang lebih tinggi terhadap risiko mengalami kesehatan terganggu.

This study aimed to determine the demographic, social, economic, environmental, behavioral and disability of elderly health status in Indonesia. Poor health status is indicated by whether is has negative effect on elderly activities (activitas terganggu) is using Susenas 2012 Data. The results of binary logistic regression showed that demographic factors, social, economic, environmental , behaviors and disabilities have a significant influence on poor health of elderly. In addition, these factors also affect the risk of impaired health of the elderly. Elderly in older age groups, status not married / other, not working, middle and upper expenditure, live in cities, consuming more water, using MCK did not own, using instead PLN and have disabilities, have the opportunity higher against the risk of having poor health."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Setyowati
"Skripsi ini tentang gambaran pemberdayaan lanjut usia melalui keikutsertaan pada Pelatihan Vokasional di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi yang dibahas berdasarkan disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena aging population serta tantangan kestabilan sosial dan ekonomi di tengah kemunduran kondisi lanjut usia yang sudah dianggap tidak produktif. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya untuk mengembalikan kondisi lanjut usia salah satunya melalui Pelatihan Vokasional agar mereka dapat berdaya kembali mendapatkan penghasilan sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran keikutsertaan lanjut usia pada Pelatihan Vokasional dan faktor pendorong serta penghambat yang dihadapinya. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2022 hingga November 2022 melalui teknik wawancara mendalam dengan 13 informan yang dipilih berdasarkan purposive sampling dengan kriteria para informan terdiri dari lanjut usia yang aktif berpartisipasi pada Pelatihan Vokasional, pendamping yang sering berinteraksi dengan lanjut usia, dan Ketua Pokja Pelatihan Vokasional yang mengatur berjalannya kegiatan dalam pelatihan tersebut, serta teknik pengumpulan data melalui observasi. Analisis data dilakukan melalui pengkodean open coding, axial coding, dan selective coding. Data terakhir yang dihasilkan dari selective coding digunakan peneliti untuk disajikan dalam hasil penelitian lapangan dan pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keikutsertaan lanjut usia pada Pelatihan Vokasional di STPL Bekasi terlihat hanya ditujukan untuk mengisi waktu luang dan tidak sampai pada pemberdayaan yang berdasarkan pada keahlian secara profesional. Pendapatan yang dihasilkan lanjut usia belum dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Faktor pendorong lanjut usia kategori young-old (60-74 tahun) dalam mengikuti kegiatan itu diantaranya membuka kegiatan usaha, menjaga kesehatan agar tetap baik, serta menyalurkan pengalaman dan keahlian. Sementara itu, faktor pendorong pada kategori old-old (75+ tahun) hanya didasarkan pada pengisian waktu luang. Kemudian, untuk faktor penghambat internal terdiri dari kondisi kesehatan lanjut usia yang menurun dan perasaan malas. Lalu, faktor penghambat eksternal yang dirasakan oleh lanjut usia antara lain lingkungan yang kurang baik, kurangnya pelatihan dan pendampingan rutin, dan kurangnya strategi promosi hasil produk lanjut usia ke masyarakat luas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial pada mata kuliah Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial dan Kesejahteraan Lanjut Usia mengenai pelayanan peningkatan kesejahteraan lanjut usia melalui Pelatihan Vokasional.

This research discusses the description of empowering the elderly through participation in Vocational Training at the Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi which is discussed based on the Social Welfare Science discipline. This research is motivated by the aging population and challenges to social and economic stability amidst the decline in the condition of the elderly who are considered unproductive. Therefore, efforts are needed to restore the condition of the elderly, one of which is through Vocational Training so that they can be empowered to earn income again according to their abilities and potential. The purpose of this study is to describe the picture of the participation of the elderly in Vocational Training and the driving and inhibiting factors they face. This research was conducted through a qualitative approach to the type of research that is descriptive research. Data collection was carried out from July 2022 to November 2022 through in-depth interview techniques with the 13 informants were selected based on purposive sampling with the criteria of informants consisting of elderly who actively participate in Vocational Training, assistants who often interact with the elderly, and the Chair of the Vocational Training Working Group who regulates the activities in the training, as well as data collection techniques through observation. Data analysis was performed through open coding, axial coding, and selective coding. The last data generated from selective coding is used by researcher to present the results of field research and discussion. The results of the study show that the participation of the elderly in Vocational Training at STPL Bekasi appears to be only intended to fill their leisure time and does not lead to empowerment based on professional expertise. The income generated by the elderly cannot help meet their living needs. Factors that encourage the elderly in the young-old (60-74 years) to participate in these activities include starting a business, maintaining good health, and channeling experience and expertise. Meanwhile, the driving factor in the old-old (75+ years) is based solely on filling in leisure time. Then, the internal inhibiting factors consist of declining health conditions of the elderly and feelings of laziness. Then, external inhibiting factors that are felt by the elderly include an unfavorable environment, lack of routine training and assistance, and lack of strategies for promoting elderly products to the wider community. The results of this research are expected to contribute to the development of Social Welfare Science in the course Social Welfare Business System and Elderly Welfare concerning services to improve the welfare of the elderly through Vocational Training."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>