Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176952 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irnamia Sugianti
"Penelitian ini membahas tentang stress dan strategi coping pada tenaga kerja komuter (penglaju) pengguna transportasi busway TransJakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada 7 tenaga kerja komuter, 9 orang informan pendukung seperti keluarga, teman dan rekan kerja, 1 orang petugas busway dan 1 orang supervisor tiketing busway serta observasi di lokasi penelitian. Hasil penelitian ini didapat Bahwa hampir semua tenaga kerja komuter mengalami stress dalam menjalani aktifitas penglajunya dikarenakan permasalahan manajemen transportasi Busway TransJakarta yang masih buruk dan kemacetan yang dianggap sebagai sumber pembangkit stress (stressor). Disamping itu, adanya perbedaan karakteristik dan persepsi invidu saat berinteraksi dengan stressor yang ada, menyebabkan pula adanya perbedaan pada respon stress dan pemilihan strategi coping yang dilakukan oleh tenaga kerja komuter dalam mengatasi stress mereka.

This research discusses stress and coping strategies of commuters using public transportation “Busway TransJakarta”. This study used qualitative method such as in-depth interviews with 7 commuters, 9 supporter informans like family, friends and co-workers, 1 officer and 1 supervisor of busway ticketing and observations at the sites. The results are obtained that almost all commuters feel stress in doing their commuting activities due to problems of transportation management of Busway TransJakarta that is still bad and congestion are considered as a source of stress. In addition, the differences of individual characteristics and perceptions when interact with the existing stressors, also leading to the differences of response stress and coping strategies that choosen by commuter to overcome their stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Putu Mega Melinda
"Stress kerja merupakan masalah yang paling umum dialami oleh petugas kepolisian. Polisi tidak hanya bertindak sebagai penegak hukum namun juga pelayan sosial, agen perubahan dan pelindung hak dan tugas dari masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sumber stres anggota intel dan cara mengelola stres.Manajemen stres yang digunakan oleh penulis adalah strategi coping oleh Lazarus dan Folkman yang terdiri dari problem-focused coping dan emotional-focused coping. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian gabungan dengan rancangan sekuensial eksploratoris. Peneliti menyebarkan kuesioner kepada 30 anggota intelkam untuk mendapatkan data awal terkait sumber stres anggota. Setelah itu melakukan wawancara dan observasi terhadap beberapa anggota.Observasi dilaksanakan dengan mengamati perilaku anggota selama bekerja. Hasil yang ditemukan adalah sebagian besar anggota intelkam merasa sumber stres mereka berasal dari stres kerja dan stres organisasi.Stres kerja terdiri dari beban kerja, tugas yang menantang, promosi dan kondisi keuangan. Sedangkan stres organisasi terdiri dari tidak dilibatkannya anggota dalam pembuatan keputusan, kurangnya perhatian pimpinan, struktur organisasi yang tidak sesuai dan sarana prasarana yang tidak memadai. Anggota merasa tertekan dengan perintah pimpinan yang memberikan beban kerja yang berlebihan sehingga meningkatkan stres kerja yang berdampak pada penurunan kinerja mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari anggota menjadi malas, ketidakhadiran anggota dan pekerjaan yang terbengkalai. Sebagian besar anggota memilih untuk mengelola stres dengan cara sharing dengan orang yang dipercaya, berdoa, rekreasi, olahraga dan manajemen waktu. Peran pimpinan juga penting dalam mengelola stres anggota yaitu dengan melakukan pendekatan secara kekeluargaan.

Work stress is the most common problem which experienced by police. Police work is not only to enforce the law but also to serve and protect society. The aim of this research are to know police stressors and stress management. This research use stress management especially coping mechanism from Lazarus and Folkman which is consist of problem focused coping and emotion focused coping. Mixed method with exploratory sequential design is the research method used in this study. First, researcher distributed questionnaires to the 30 intelligence police so researcher get the initial data of the stressors. Then,Some of police officers were interviewed and observed. Observation was done by observing police officers behaviour while they were working. The result shown that almost of officers experienced job related stressors and organization related stressors. Job related stressors consider of too many task to perform, challenging assignments, promotion and condition that affect workers rsquo economic well being. Organization related stressors consist of not involved in decision making,lack of leader attention,inappropriate organizational structure and inadequate infrastructure. The officers feel depressed because the leader provide a lot of work and it causes the raise of job stress which impact to the decrease of their performance. It can be seen from members who become lazy to work, absenteeism, and neglected work. Most of the officers choose to manage their stress in a way of sharing with trusted person, praying, recreation, doing exercises and time management. However, the effort of organisation to manage police stress is really important such as provide adequate facilities, attention of the leader, and sabbathical day. "
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T52187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tulus Winarsunu
"Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang memungkinkan antara sumber stres di tempat kerja, iklim keselamatan kerja, kesadaran terhadap bahaya, dan sikap terhadap keselamatan kerja memiliki hubungan dengan terbentuknya perilaku berbahaya.
Penelitian dilaksanakan pada perusahaan-perusahaan yang mempersyaratkan tuntutan kerja fisik yang tinggi dan memiliki situasi kerja yang secara potensial mengandung bahaya. Penelitian dilaksanakan di pabrik baja PT Krakatau Steel - Cilegon, pabrik besi PT Interworld Steel Mills Indonesia - Tangerang, dan pabrik bahan baku besi PT Maxi Mangando Industry - Tangerang. Pekerja bagian produksi sebanyak 355 orang dari ketiga perusahaan tersebut dijadikan sampel penelitian.
Data dikumpulkan melalui skala-skala perilaku berbahaya, sumber stres di tempat kerja, iklim keselamatan kerja, kesadaran terhadap bahaya, dan sikap terhadap keselamatan kerja. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis jalur.
Hasil-hasil penelitian yang ditemukan adalah:
1. Sumber stres di tempat kerja memiliki pola hubungan langsung dengan perilaku berbahaya, namun tarafnya paling tidak kuat di antara variabel-variabel lain.
2. Iklim keselamatan kerja memiliki pola hubungan tidak langsung yang kuat dengan perilaku berbahaya setelah melalui variabel sikap terhadap keselamatan kerja dan kesadaran terhadap bahaya.
3. Kesadaran terhadap bahaya memiliki pola hubungan tidak langsung melalui sikap terhadap keselamatan kerja yang lebih kuat daripada hubungan langsungnya terhadap perilaku berbahaya.
4. Sikap terhadap keselamatan kerja memiliki pola hubungan langsung dengan perilaku berbahaya yang paling kuat di antara variabel-variabel lain dan juga merupakan variabel perantara yang dapat menjelaskan hubungan antara variabel kesadaran terhadap bahaya dan iklim keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya.
Saran-saran yang dapat diajukan adalah:
1. Perusahaan hendaknya melakukan pengelolaan dan perekayasaan terhadap sumber-sumber stres di tempat kerja sehingga terbentuknya perilaku berbahaya dapat diminimalisir.
2. Komitmen manajemen terhadap program-program keselamatan kerja hendaknya lebih diorientasikan kepada proses-proses pembelajaran yang berupa pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan kesadaran terhadap bahaya dan sikap terhadap keselamatan kerja.
3. Program keselamatan kerja hendaknya dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan selalu ditegakkan serta harus menjadi tanggung jawab bersama bagi semua orang."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charlesworth, Edward A.
New York: Bellatine Books, 1989
155.9 CHA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Trinzi Mulamawitri
"ABSTRAK
Masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia adalah suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi apalagi dengan semakin maraknya globalisasi. Namun bertugas di luar negeri apalagi jika negara tersebut memiliki latar belakang budaya berbeda adalah hal yang tidak mudah. Selama tinggal di luar negeri, TKA akan mengalami akulturasi psikologis yaitu perubahan yang terjadi pada diri individu akibat kontak dengan budaya lain yang berlangsung secara terus menerus (Graves dalam Berry & Kim, 1988). Selama proses akulturasi inilah acap kali muncul berbagai sumber stres yang diakibatkan adanya perubahan tersebut (Berry, 1994). Adanya nilai-nilai budaya yang bertentangan antara negara asal dan negara yang didatanginya juga meningkatkan stres akulturatif yang dihadapinya (Adler, 1991). Penelitian ini akan melihat gambaran sumber stres akulturatif serta strategi coping yang dilakukan TKA Amerika ketika bekerja di Indonesia. Negara asal Amerika dipilih sebab jumlah ekspatriat terbanyak dari negara Barat berasal dari negara ini (Depnaker, 2002).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui wawancara dan observasi. Subyek yang diperoleh adalah 3 orang manajer Amerika yang telah tinggal di Indonesia selama 1,5 tahun hingga 2,8 tahun. Berbagai masalah dalam pekerjaan yang diakibatkan perbedaan budaya yang dikemukakan oleh Shuetzendorf (1989 dalam Ruky, 2000) serta permasalahan lainnya ternyata dialami oleh semua subyek. Sumber stres utama yang ditemukan pada ketiga subyek adalah adanya penekanan pada hubungan baik dan harmonitas kelompok saat bekerja daripada kinerja individu. Sumber stres lain adalah masalah kurangnya keterbukaan karyawan dalam berkomunikasi, kurangnya inisiatif karyawan dan kurangnya rasa tanggung jawab personal karyawan.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan teori Hofstede (1995), Ruky (2000) dan Koentjaraningrat (1997 dalam Ruky, 2000) maka memang terbukti bahwa masalah-masalah tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dimensi nilai dalam budaya kerja Amerika dan Indonesia yang mengganggu TK A saat melaksanakan pekerjaannya. Perbedaan utama terlihat dari dimensi individualisme dan kolektivisme antara dua negara yang saling bertentangan. Kemudian adanya kesenjangan power distance juga kerap menimbulkan berbagai masalah. Dalam penelitian ini berdasarkan strategi coping yang dikemukakan oleh Carver, Scheier & Weintraub (1989) ditemukan bahwa strategi coping yang sering digunakan semua subyek untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah strategi active coping.- Strategi emotion focused coping berbentuk acceptance juga sering digunakan secara bersamasama dengan active coping.
Adanya kesamaan latar belakang budaya Amerika dan budaya perusahaan asing tempat mereka bekerja kemungkinan mempengaruhi stressor akulturatif yang dihadapi. Untuk mendapatkan gambaran stressor akulturatif yang lebih kaya maka penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan subyek yang berasal dari berbagai negara dan bekerja untuk perusahaan dalam negeri. Saran terutama diberikan pada perusahaan agar memberikan informasi lebih lanjut tentang budaya kerja Indonesia pada TKA untuk mendorong keterbukaan terhadap budaya lain. Kegiatan konseling bagi TKA untuk mengatasi stres akulturatif juga akan sangat bermanfaat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margie Ervita
"Produktivitas kerja menjadi hal penting bagi setiap organisasi perusahaan tidak terkecuali yang bergerak dalam bidang sosial khususnya tim penyelamat atau biasa dikenal pekerja sosial bencana. Di Indonesia sendiri, sebagai negara rawan bencana, pekerja sosial bencana dibawahi dua organisasi yaitu dari pemerintah yang dikenal dengan Badan SAR Nasional (BASARNAS) dan swasta yang membawahi para relawan. Namun, dalam praktek kerjanya, produktivitas menjadi permasalahan dikarenakan adanya risiko stres kerja yang dimiliki para pekerja sosial bencana dikarenakan beban dan lingkungan kerja dengan tekanan tinggi.Maka dari itu, diperlukan penanganan permasalahan dari segi ergonomi kognitif terkait stres kerja dan faktor kognitif yang dimiliki para pekerja sosial bencana di Indonesia untuk penanganan risiko dan pencegahan gangguan mental yang dapat mempengaruhi performa dan produktivitas. Faktor kognitif yaitu empati dengan tiga sub-skalanya dan faktor stres kerja yaitu post-traumatic stress responses (PTSR) dan general psychological distress (GPD) akan dinilai melalui tiga jenis kuisioner dan kemudian dievaluasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor kognitif empati dan demografi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap faktor stres kerja. Terdapat tiga jenis pengolahan data untuk mendukung hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh antara faktor kognitif empati dengan faktor stres kerja yang kemudian dapat menjadi acuan untuk perbaikan pada sistem organisasi maupun individu pekerja sosial bencana untuk mengantisipasi risiko stres kerja.

Productivity is one of most important factors in every organization, including those engaged in the social sector, especially rescue teams or commonly known as disaster social workers. Indonesia as a disaster-prone country assign disaster social workers under two organizations, namely from the government as National SAR Agency (BASARNAS) and the private sector which oversees the volunteers. Currently, there is a growing concern regarding social workers’ productivity. This concern is due to the nature of disaster workers, which has high exposure to high mental workload and harsh work environment.
Therefore, it is important to assess the disaster workers’ condition in terms of cognitive and work stress factor in order to maintain good productivity. Work stress problems are suffered by disaster social workers in Indonesia. The assessment can be used to produce recommendation for handling risk and preventing mental disorders that can affect performance and productivity. Two main factors which are cognitive is assessed as variable of empathy with three sub-scales. Work stress factors are assessed as variables of post-traumatic stress responses (PTSR) and general psychological distress (GPD). These three variables are rated using three types of questionnaires and then evaluated. This study aims to determine relationships of cognitive factor and demographic attributes that have significant effect on work stress factors.
There are three types of data analyses performed to support the results of this research. Results show relationship of cognitive between work stress. Finally, research findings can be used as a reference for improvement for both organizational and individual systems. Recommendations are proposed for disaster social workers to increase productivity by anticipating the risk of work stress.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dania
"

Saat ini, pembangunan konstruksi di Indonesia terus tumbuh secara positif dikarenakan perkembangan pembangunan yang semakin pesat. Pekerja konstruksi dikatakan sebagai salah satu pekerjaan yang paling membuat stres dikarenakan peningkatan tuntutan (demand) secara signifikan namun tidak diikuti dengan sumber daya (resource). Sebelum itu, dilakukannya penyebaran survei dan didapatkan bahwa pekerja konstruksi memiliki potensi dalam mengalami stres kerja. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki fokus untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap stres pekerja konstruksi, serta mengetahui keterkaitan antar faktor penyebab dari faktor stres kerja. Faktor stres kerja pada pekerja konstruksi dapat dihubungkan dengan Personal Stressors, Interpersonal Stressors, Task Stressors, dan Physical Stressors, berdasarkan pengelompokan itu didapatkan 9 faktor stres kerja yaitu Distrust, Conflict, Work Overload, Competitive Teamwork, Private Life, Dynamic Task, Environment, Job Specificity,dan Work Underload. Kemudian dilakukan pengolahan menggunakan metode Structural Equation Modelinguntuk menganalisis pengaruh antar faktor, sehingga didapatkan hasil bahwa Private Lifedan Environmentmemiliki hubungan positif secara signifikan terhadap Stres Kerja pada pekerja konstruksi. Selain itu, didapatkan juga hubungan antar variabel yang digunakan. Sehingga didapatkan faktor-faktor yang berpengaruh pada stres pekerja konstruksi baik secara langsung maupun tidak langsung. 


Nowadays, construction development in Indonesia continues to grow positively due to increasingly rapid developments. Construction workers are said to be one of the most stressful jobs due to a significant increase in demand that not supported by resources. Therefore, this study aimed to determine the factors that have an influence on the stress of construction workers, as well as determine the interrelationships between factors that causing work stress. Stress factor on construction workers can be connected with Personal Stressors, Interpersonal Stressors, Task Stressors, and Physical Stressors. Based on the grouping, 9 work stress factors are Distrust, Conflict, Work Overload, Competitive Teamwork, Private Life, Dynamic Task, Environment, Job Specificity, and Work Underload. The data was processed using the Structural Equation Modeling method to analyze the influence between factors. The results obtained that Private Life and Environment have a significantly positive relationship to Job Stress in construction workers. In addition, there is also a relationship between the variables used. The results of this study are factors that influence stress on construction workers both directly and indirectly.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christy Michiko Victoria Hapsari
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak stres kerja, keterlibatan pegawai, konflik nilai dan motivasi layanan publik terhadap kinerja individu. Untuk melakukan penelitian ini, 225 responden pegawai pemerintah di Jakarta telah dipilih sebagai responden. Penelitian ini dilakukan di salah satu lembaga tinggi di Indonesia yaitu Komisi Yudisial. Dalam penelitian ini, akan terlihat bagaimana stres kerja, keterlibatan pegawai dan konflik nilai dapat mempengaruhi motivasi layanan publik serta kinerja individu. Sebelum kuesioner dibagikan, peneliti menggunakan pengukuran terhadap validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS. Pengolahan data untuk membuktikan hipotesis yang telah diformulasikan menggunakan metode Structural Equation Model (SEM) Lisrel 8.7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel stres kerja signifikan dan berhubungan positif dengan motivasi pelayanan publik, variabel keterlibatan signifikan dan berhubungan positif dengan motivasi pelayanan publik dan variabel konflik nilai berhubungan positif dengan motivasi pelayanan publik. Dan variabel lainnya adalah motivasi pelayanan publik berhubungan positif dengan kinerja individu.

The purpose of this study was to examine the impact of job stress, engagement and value conflict with public service motivation on individual performance. Based on 225 government employees in Jakarta were participates as respondents. This research was conducted in Judicial Commission, one of Indonesia high institutions. The study results showed that job stress significant and positively related to public service motivation, engagement significant and positively related to public service motivation and value conflict positively related to public service motivation. And other variable is public service motivation was positively related to individual performance. The research questionnaire used SPSS to see validity and reliability. Processing data to prove the hypothesis that has been formulated using the Structural Equation Model (SEM) Lisrel 8.7 method."
2019
T53044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risky Adhie Wardhani
"Skripsi ini membahas bagaimana hubungan stres kerja terhadap kinerja karyawan. Data yang diperoleh melalui survey dengan menyebarkan kuesioner dengan skala pengukuran likert kepada 50 responden pada PT. Shasco Gunakarya Piranti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, sedangkan alat untuk menganalisis adalah regresi linier sederhana dan diolah menggunakan uji t dengan menggunakan SPSS 17.0. Dari hasil penelitian ini penulis mengetahui hubungan stres kerja sebagai variabel independen terhadap kinerja karyawan sebagai variabel dependen pada PT. Shasco Gunakarya Piranti. Dengan hipotesis stres kerja mempunyai hubungan terhadap kinerja karyawan  tetap divisi produksi pada PT. Shasco Gunakarya Piranti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel stres kerja (X) memiliki hubungan negatif terhadap kinerja karyawan (Y) pada PT. Shasco Gunakarya Piranti. Hubungan negatif tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel X dan variabel Y yang dapat ditunjukkan melalui 4 dimensi stres kerja dengan menggunakan 11 indikator dan 7 dimensi kinerja karyawan dengan menggunakan 18 indikator. Penulis menyarankan penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitan pada organisasi sejenis, dan dengan ruang lingkup yang lebih luas tidak hanya satu divisi saja untuk melihat hubungan antara stres kerja terhadap kinerja karyawan.

This research discusses how the relationship of job stress on employee performance . The data obtained through the survey by distributing a questionnaire used by Likert scale for measuring the 50 respondents at PT. Shasco Gunakarya Piranti . The sampling technique used is total sampling , while the tool to analyze a simple linear regression and analyzed using t-test using SPSS 17.0. From this research, the authors determine the relationship of job stress as an independent variable on the performance of the employee as the dependent variable in the PT. Shasco Gunakarya Piranti. With work stress has a hypothesized relationship to the performance of full-time employees on the production division of PT. Shasco Gunakarya Piranti. The results of this study indicate that work stress variables ( X ) has a negative relationship to employee performance ( Y ) at PT. Shasco Gunakarya Piranti. The negative relationship shown no effect between the variables X and Y that can be shown through the 4 -dimensional work stress using 11 indicators and 7 dimensions of employee performance using 18 indicators. The author recommends further research to conduct research on a similar organization , and with a broader scope with many division to see at the relationship between work stress on employee performanc"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman Saleh
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh stres dalam bekerja dan religiusitas terhadap konsumsi rokok seseorang. Stres dalam bekerja digunakan sebagai faktor pendorong konsumsi rokok. Sedangkan religiusitas digunakan sebagai faktor pencegah konsumsi rokok. Namun, apakah benar religiusitas dapat mencegah perokok yang mengalami stres kerja untuk mengurangi konsumsi rokoknya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode ordinary least square (OLS) dan menggunakan data IFLS 5. Konsumsi rokok digunakan sebagai variabel dependen berdasarkan pengeluaran komoditas rokok dan jumlah batang rokok yang dihisap. Sementara itu, variabel independen utama yang digunakan berupa stres dalam bekerja dan religiusitas berdasarkan subjektivitas individu. Kebaruan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pekerja yang mengalami stres dan memiliki sifat religius terbukti memiliki kecenderungan untuk mengurangi konsumsi rokok dibandingkan mereka yang tidak religius. Variabel lainnya yang signifikan berkontribusi terhadap konsumsi rokok adalah lama waktu merokok, kondisi kesehatan, pendapatan per kapita, status pernikahan, jenis kelamin, usia, dan usia kuadrat.

This research aims to determine the influence of job stress and religiosity on an individual's cigarette consumption. job stress is used as a driving factor for cigarette consumption, while religiosity is used as a preventive factor. However, can religiosity truly prevent smokers experiencing work-related stress from reducing their cigarette consumption? To answer this question, this study employs the ordinary least squares (OLS) method and utilizes data from IFLS 5. Cigarette consumption is used as the dependent variable based on expenditure on tobacco commodities and the number of cigarettes smoked. Meanwhile, the main independent variables used are job stress and religiosity based on individual subjectivity. The novelty found in this study is that workers who experience stress and possess religious characteristics have been proven to tend to reduce cigarette consumption compared to those who are not religious. Other significant variables contributing to cigarette consumption include duration of smoking, health condition, per capita income, marital status, gender, age, and squared age."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>