Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168705 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gusni Elvira
"Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (Napza) merupakan sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan (adiksi) dan ketergantungan (dependensi). Penyalahgunaan Napza tidak hanya beraldbat buruk terhadap fisik, tetapi juga mental, perilaku dan ekonomi masyarakat. Target utama penyalahgunaan Napza adalah remaja, hal ini disebabkan karena remagia merupakan fase yang sangat rawan dengan kondisi kepribadian yang masih Sangat labil dan mudah terpengaruh lingkungan dan dalam banyak hal mereka biasa memuaskan keingintahuannya dengan coba-coba, termasuk Napza.
Pcnelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan siswa tcrhadap pcnyalahglmaan Napza serta hubunganya dengan faktor sosio-psiko demografi (jenis kelamin, tingkat pengetahuan, konsep diri dan dukungan teman sebaya), faktor persepsi (kerentanan, keseriusan, manfaat dan rintangan) serta faktor dukungan (dari keluarga, sekolah dan media massa). Metode pcnelitian yang digunakan adalah observasional melalui pendekatan kuantitatif dengan disain potong lintang (cross sectional). Data yang digunakan adalah data primer, yang dikumpulkan rnclalui angket. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas satu dan dua di enam SMU di Kota Depok dengan jumlah sampel sebanyak 411 orang dan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2008.
Hasil penelitian menunjukkan lebih separuh dari responden sudah memiliki perilaku pencegahan yang baik (54,5%). Variabel yang ditemukan berhubungan secara bcrmakna dcngan perilaku pencegahan adalah variabel jenis kelamin, konsep diri, tingkat pengetahuan, dukungan teman sebaya, persepsi manfaat, persepsi rintangan dan dukungan keluarga. Faktor yang dominan berhubungan adalah dukungan keluarga,jenis kelamin, dan dukungan teman sebaya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik, akan berpeluang melakukan pencegahan 2,2 kali dibandingkan responden yang rnemiliki dukungan keluarga kurang baik, responden perempuan memiliki peluang 2,0 kali untuk berperilaku pencegahan baik dibandingkan rcspondcn laki-Iaki dan responden dengan dukungan tcman sebaya yang baik berpeluang 1,9 kali untuk melakukan perilaku pencegahan dibandingkan responden yang memiliki dukungan teman sebaya kurang baik.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Depok dan pihak lainnya seperti LSM, komite sekolah dan keluarga bekerjasama dalam meningkatkan perilaku pencegahan terhadap penyalahgmmaan Napza antara lain dengan peningkatan pemberian informasi tentang Napza yang tepat dan benar, melalui mata pelajaran, penyuluhan, konseling, seminar, pelatihan/training of trainers siswa untuk menjadi konselor bagi teman-temannya, serta meningkatkan pengawasan terhadap pergaulan dan perilaku siswa baik disekolah maupun di rumah.

Narcotics, Psychotropics and Others Additive?s Substances (drugs), are the groups of essences that generally have may cause addicted and depended. Drugs abuse not only make physic disorder, but also mental, behavior, and public economic, Main target of drugs abuses is adolescent, it is caused adolescent is a gristle period with personality condition is still really unstable and easy effected by their social life or environmental and In so many occasions, they are so eager to try new things, including drugs abuse.
This research is performed on student first and second class in senor high school at Depok City with the purpose to know behavior preventive student to drug's abuse and its relations to socio-psycho demogtaphy factors (sex, intelligence, self concept and peer group support), perception factors (perceived of susceptibility, and seriousness, perceived of benefits and barriers) and support factors (of family, school and mass media). Data which is utilized is primary data as questionnaire through quantitative observation approach, with design cross sectional. The research perforrned on February to March 2008.
The result show that more than half of respondent has had good prevention behavior (54, 5%). Found variable concerning with variable preventive is sex variable, self concept, intelligence, peer group support, perceived of benefit, and barrier and family support (p<0,05). The dominant factor which is related was family support, sex and peer group support.
The conclusion of this research are respondent who has good family support, will get opportunity to perfomr prevention 2,l time tl1an respondent who have poor family support, female have opportunity 2,0 time to get good prevention behavior than male, and respondent with good peer group support will gets opportunity 1,9 times to do prevention than who have poor peer group support.
Suggested to Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Depok and another party as NGO, school committee and family collaborates to improves prevention behavior to drug?s abuse for example with increasing information distribution concerning about drugs clearly, through studies, counseling, seminar, training/training of trainers student to become counselor for its friend, and increases observation to their social life and behavior even at school and also at the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2008
T33627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Erlyn D.S.
"Jumlah anak jalanan semakin meningkat setiap tahunnya dirnana sebagian diantaranya merupakan pengguna NAPZA. Persepsi individu terhadap NAPZA dipenganxhi oleh pengetahuan yang menentukan perilaku individu tersebut terhadap NAPZA. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan persepsi anak jalanan usia remaja tentang NAPZA di kota Depok tahun 2008. Desain penelitiawyang digunakan adalah deskriptif koleratif. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 orang yang diminta untuk mengisi kuisioner yang terdiri dari 15 pertanyaan dan 20 pernyataan. Responden merupakan anak jalanan usia remaja di kota Depok.
Hasil peneiitian mendapatkan bahwa 65% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah dan 35% memiliki tingkat pengetahuan tinggi, sedangkan jumlah responden yang memiliki persepsi positif tentang NAPZA sama dengan responden yang memiliki persepsi negatif masing-masing sebanyak 50%. Analisa lebih lanjut menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pcngetahuan dengan persepsi anak jalanan usia remaja tentang NAPZA di kota Depok tahun 2008 (p vaIue=0,815, o.=0,05). Peneliti merekomendasikan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku penggunaan NAPZA dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan NAPZA pada anak jalanan usia remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5625
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Deviyana
"Sejak tahun 2006 terjadi penurunan angka kunjungan di RSKD Duren Sawit khususnya pasien narkoba, yang jika dilihat dari rata-rata kunjungan pasien per hari hanya 1-2 pasien napza. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mendalam mengenai perilaku pengguna jasa dan penyelenggara jasa pelayanan dalam memanfaatkan pelayanan di poliklinik napza. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap lima orang pasien, dua orang mantan pasien, dan petugas rumah sakit yang terdiri atas wakil direktur pelayanan medis, kepala instalasi rawat jalan, kepala rehabilitasi dan dokter poliklnik napza serta melakukan diskusi kelompok terarah kepada lima orang perawat dan dua orang konselor.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa rendahnya pemanfaatan pelayanan di poliklinik napza disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu keberadaan BNN (Badan Narkotika Nasional) yang memberikan pelayanan gratis kepada pasien napza dan faktor internal yaitu sarana dan prasarana yang kurang memadai bagi pasien dan faktor perilaku petugas yang kurang baik dalam memberikan pelayanan Penelitian ini menunjukkan bahwa sarana prasarana yang menunjang dan adanya perilaku petugas yang ramah dan terampil akan dapat meningkatkan kembali pemanfaatan pelayanan poliklinik napza di RSKD Duren Sawit.

Since 2006 there is a significant decline of patient visitations at Duren Sawit Mental and Drug Regional Special Hospital, especially the drug abuse patients, it is based on the average number of visitations that is only 1-2 patients per day. This research was done to find out information about the recipients and the care givers behaviour in using the services at the drug abuse policlinic. This qualitative research was done by deep interviews to five patients, two expatients, and hospital care givers that consist of vice director of medical services, head of drug abuse rehabilitation department, doctor from drug abuse policlinic, five nurses and two counselors.
The result of this research showed that the low service usage level was caused by external and internal factors. The external factor is, BNN (Badan Narkotika Nasional) that gives free care to drug abuse patients and the internal factors are, infrastructures that are not suitable for the patients need, and the care givers behaviour that are not friendly while performing their services. This research shown that suitable infrastructures, friendly and skillful care givers behaviour, might improve service usage level of the drug abuse policlinic at Duren Sawit Mental and Drug Regional Special Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31357
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso
"Remaja merupakan kelompok berisiko terhadap masalah kesehatan sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu masalah yang sering dijumpai pada remaja adalah penyalahgunaan NAPZA. Perawat Spesialis Komunitas mempunyai peran dalam mencegah penyalahgunaan NAPZA, salah satu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang digunakan adalah peer konselor. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayan siswa melalui peer konselor untuk mencegah risiko penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMK TJ di Kelurahan Ratujaya Depok. Hasil kegiatan ini didapatkan bahwa terjadi perubahan perilaku siswa yaitu peningkatan pengetahuan dari rerata 65 menjadi 80, sikap dari rerata 60 menjadi 75 dan kognitif skill dari rerata 45 menjadi 70. Selain itu telah terbentuk struktur peer konselor di SMK TJ yang terdiri dari 12 siswa yang telah dilakukan pembinaan selama 12 kali pertemuan. Karya Ilmiah Akhir ini menyimpulkan peer konselor merupakan bentuk intervensi efektif yang dapat diaplikasikan dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Untuk itu peer konselor perlu dikembangkan dan dilakukan pembinaan lebih lanjut terhadap pelayanan kesehatan remaja terkait pencegahan penyalahgunaan NAPZA.

Adolescence is who ones population at risk with their health problems, so they must have specific attention. One's of the population that met in population adolescence is drug abuse. The nurse specialist community health nursing have role in drug abuse prevention, ones of nursing intervention in community that used to reduce that problems is peer counselor. This study purpose to improve empowerment students with peer counselor, to prevent risk for drug abuse at senior high school 'TJ' Ratujaya in Depok. The study result changed behaviors students with increased knowledge (mean 60 to 80), increased attitude (mean 60 to 70) and kognitive skill (mean 45 to 70). The result from this study shows peer councelor is effectively intervention applied to prevent drug abuse in school. These result are expected that peer counselor should be developed and sustained with health care in adolescence related to prevent drug abuse."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tasman
"The number of drug abused in adolescent is increasing every year. It is assumed that the influencing factors of drug abused could come from their internal and external factors of the adolescent. Some of the external factors are family environment, community, school, and their peer group. This research was using the descriptive correlation and cross sectional study design. The goal of this study was to determine of the correlation between the external environments of the adolescent with the risk of the drug abused on the student of senior high school in the Depok city. The samples of this study were the 205 students of the first and second grade student in the senior high school in Beji District, Depok city. The samples were selected by the proportional random sampling method.
The result of this study showed that the family and peer group have significant correlation to the risk of drug abused amongst the adolescent (p = 0,006 and 0,020), where as the school and community had no significant correlation. It is implied also that the family environment has the highest correlation to the drug abused amongst adolescent (OR = 2,168). Characterize of the adolescent (gender) had also the correlation to the risk of drug abused (P = 0,003) and it was a confounding factors. Therefore, the focus of the community nurse role is including observation to the peer group, especially boys. It is suggested that community nurse should have good collaboration with public health center, school, and parents in making early detection on the drug abused behavior in adolescent. Counseling on the family, peer group should be implemented and monitored continuously."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T18403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisna Prihantini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perilaku merokok terhadap penggunaan narkoba dan konsumsi minuman beralkohol pada remaja di Indonesia dengan menggunakan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007. Remaja pada penelitian ini adalah 18.396 remaja laki-laki dan perempuan yang belum menikah berusia 15-24 tahun saat survei. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik biner untuk model pertama yaitu penggunaan narkoba regresi logistik multinomial untuk model kedua, yaitu konsumsi minuman beralkohol. Variabel bebas yang digunakan untuk kedua model adalah perilaku merokok, perilaku seksual pranikah, kelompok umur, daerah tempat tinggal, tingkat pendidikan, status bekerja, tingkat kekayaan rumah tangga, pengetahuan tentang HIV/AIDS, dan pengetahuan tentang IMS. Jenis kelamin remaja disertakan hanya dalam model kedua.
Dari hasil model pertama ditemukan bahwa perilaku merokok, perilaku konsumsi minuman beralkohol dan perilaku seksual pranikah semua memiliki pengaruhsignifikan yang kuat dan positif terhadap penggunaan narkoba. Menurut karakteristik dari remaja, mereka yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk penyalahgunaan narkoba adalah yang saat ini merokok, pernah melakukan seksual pranikah, pernah mengkonsumsi alkohol, berusia 20-24 tahun, tinggal di perkotaan, tingkat pendidikan tinggi, bekerja, memiliki pengetahuan HIV/AIDS dan IMS, dan memiliki status ekonomi rendah. Untuk model konsumsi alkohol, ditemukan bahwa penyalahgunaan narkoba, perilaku merokok, dan perilaku seksual pranikah juga memiliki pengaruh yang signifikan positif pada yang tiga bulan terakhir mengkonsumsi minuman beralkohol dan yang pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.

This study aims to examine the influence of smoking on drug use and alcohol consumption among adolescents in Indonesia using the 2007 Adolescent Reproductive Health Survey Indonesia (SKRRI) data of 18,396 youth in Indonesia is used. Adolescents in this study are unmarried males and females aged 15-24 years during the survey.The methods of analysis are binary logistic regression for the first model on drug use and multinomial logistic regression on the second model, which is the consumption of alcoholic beverages. Independent variables that are analyzed for both models are the smoking behavior, premarital sexual intercourse, age group, area of residence, education level, work status, household wealth index, knowledge about HIV/AIDS and knowledge about STIs. The sex of adolescents is included only in the second model.
The results of the first model show that smoking, alcoholic consumption and premarital sexual behavior all have strong positive significant effects on drug abuse. According to the characteristics of adolescents, those who have higher propensity for drug abuse are the ones who are currently smoking, ever had premarital sex, consumed alcoholic drinks, aged 20-24 years, living in urban areas, with high level of education, working, have knowledge of HIV/AIDS and STIs, and have low economic status. For drinking behavior, it is also found that drug abuse, smoking behavior, and premarital sexual behavior has a significant positive influence on consuming alcoholic beverages in the last three months and ever consumed alcoholic beverages.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29673
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muharriza
"Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, ada sekitar 3,5 juta orang penyalahguna NAPZA di Indonesia dan usia rata-rata pertama kali menggunakan adalah 15 tahun (BNN, 2004). Salah satu faktor yang ikut berkontribusi adalah faktor keluarga (Depkes, 2001). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan lingkungan keluarga dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study, dengan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian di lakukan pada klien rawat jalan di RSKO Jakarta dengan jumlah responden 79 orang, Metode pengumpulan data menggunakan angket yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Hasil analisa univariat menunjukkan responden adalah Iaki-laki (93,7 %), usia saat ini > 25 tahun (54.4 %), pendidikan terakhir umumnya SMA (64,6 %) dan jenis NAPZA yang digunakan pertama kali sebagian besar adalah ganja / mariyuana (54,4 %). 54,4 % responden tinggal dilingkungan keluarga yang kondusif, usia pertama menggunakan terdapat 49,4 % dibawah 16 tahun dan tingkat penggunaan saat pertama mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan sebagian besar sudah pada tingkat ketergamungan (83,5 %).
Sedangkan hasil uji bivariat dengan Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan usia pertama menggunakan NAPZA (p value=0,000; α = 0,05%), dengan OR 6,000 menunjukkan keluarga yang tidak kondusif berpeluang 6 kali dibandingkan keluarga yang kondusif dalam mempercepat seseorang mengkonsumsi NAPZA. tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan tingkat penggunaan NAPZA (p value=0,401; α = 0,05%).
Disarankan perlunya keluarga menyadari bahwa perilaku anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan keluarga. Tindakan preventif dimulai dari lingkungan keluarga, perlunya keluarga melakukan deteksi awal penyalahgunaan NAPZA pada anak agar dapat meminimalkan penyalahgunaan NAPZA. Perlu dilakukan penelitian dengan lingkup yang lebih luas mencakup jumlah sumpel dan variabel serta desain penelitian. Sampel diharapkan lebih banyak dan menyebar di berbagai wilayah, dengan variabel yang banyak serta perlu dilakukan penelitian dengan pendekatan cohor study."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5460
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Setiadi
"Kurangnya pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA membuat remaja rentan terjerumus ke dalam bahaya yang tidak disadarinya, hal ini mungkin dikarenakan kurangnya informasi dari media massa dan pembelajaran di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperbedaan tingkat pengetahuan tentang penyalahgunaan NAPZA antara remaja putra dan remaja putri di SMK Putra Bangsa Depok. Penelitian ini menggunakan desain deskriftif komparatif dengan sampel berjumlah 96 orang yang dilakukan pada siswa kelas 2 SMK Putra Bangsa Depok. Data yang terkumpul dianalisa dengan statistik univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi square dan diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang penyalahgunaan NAPZA antara remaja putra dan remaja putri di SMK Putra bangsa Depok. Rekomendasi penelitian ini adalah agar dapat dilakukan penelitian Iebih dalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan NAPZA dengan memperbanyak responden."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5694
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2009
TA1364
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Linosefa
"[ABSTRAK
Staphylococcus spp. peragi manitol merupakan flora normal kulit terbanyak dan sering bersifat multiresisten, serta dapat menjadi salah satu penyebab healthcare associated infection (HAI). Di Indonesia, data mengenai Staphylococcus spp. peragi manitol yang resisten metisilin belum tersedia. Penelitian ini bersifat retrospektif untuk mengetahui pola kepekaan dan karakteristik genotipik (mecA dan tipe SCCmec I-V) flora normal Staphylococcus spp peragi manitol yang diisolasi dari pasien ICU Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) tahun 2011, 2013 dan 2014. Dari 187 isolat, 15% di antaranya merupakan methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang sebagian besar resisten terhadap gentamisin (64,3%), klindamisin (50%), golongan fluorokuinolon (64,3-71,4%) dan tetrasiklin (57,1%). Sedangkan 55,6% merupakan Staphylococcus koagulase negatif resisten metisilin (MR-CoNS) yang sebagian besar resisten terhadap gentamisin (55%), fluorokuinolon (62,5-88,5%), eritromisin (91,3%), klindamisin (75%) dan rifampisin (82,7%). Resisten metisilin pada MRSA hampir semuanya disebabkan oleh gen mecA (96,4%), sedangkan pada MR-CoNS, gen mecA ditemukan pada 76,9% isolat. Tipe SCCmec yang paling banyak ditemukan pada kedua kelompok yaitu SCCmec tipe I. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Staphylococcus spp. peragi manitol yang merupakan flora normal pasien yang dirawat di ICU RSUPNCM, merupakan pembawa gen mecA. Surveilens berkelanjutan dibutuhkan untuk mengetahui kecenderungan perubahan pola kepekaan dan pencegahan transmisi di fasilitas kesehatan.

ABSTRACT
Staphylococcus spp. mannitol fermenters are the most abundant skin normal flora. It is frequently resistant to many drugs and could become one of the causes of the healthcare associated infection (HAI). There is no data about Methicillin Resistant Staphylococcus spp. mannitol fermenters in Indonesia yet. In this restrospective study we aim to identify the susceptibility patterns and genotypic characteristics (mecA gene and SCCmec type I-V) of normal flora Staphylococcus spp. mannitol fermenters isolated from Intensive Care Unit patients of Cipto Mangunkusumo Hospital during 2011, 2013 and 2014. This study found that 15% of 187 isolates were methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) and mostly resistant to gentamycin (64,3%), clindamycin (50%), fluoroquinolone (64,3-71,4%) and tetracycline (57,1%). While 55,6% of the isolates were methicillin resistant coagulase negative Staphylococcus (MR-CoNS) and mostly resistant to gentamycin (55%), fluoroquinolone (62,5-88,5%), erithromycin (91,3%), clindamycin (75%) and rifampicin (82,7%). Methicillin-resistant on almost MRSA, carried mecA gene (96.4%), while in the MR-CoNS, mecA gene was found in 76.9% of all isolates. The most common SCCmec type found was SCCmec type I. Thus, mecA gene carrier Staphylococcus spp. mannitol fermenters were found as normal flora in intensive care patients of Cipto Mangunkusumo Hospital. Continuous surveillance is however, necessary to determine the tendency of changing susceptibility patterns and transmission prevention in health facilities.;Staphylococcus spp. mannitol fermenters are the most abundant skin normal flora. It is frequently resistant to many drugs and could become one of the causes of the healthcare associated infection (HAI). There is no data about Methicillin Resistant Staphylococcus spp. mannitol fermenters in Indonesia yet. In this restrospective study we aim to identify the susceptibility patterns and genotypic characteristics (mecA gene and SCCmec type I-V) of normal flora Staphylococcus spp. mannitol fermenters isolated from Intensive Care Unit patients of Cipto Mangunkusumo Hospital during 2011, 2013 and 2014. This study found that 15% of 187 isolates were methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) and mostly resistant to gentamycin (64,3%), clindamycin (50%), fluoroquinolone (64,3-71,4%) and tetracycline (57,1%). While 55,6% of the isolates were methicillin resistant coagulase negative Staphylococcus (MR-CoNS) and mostly resistant to gentamycin (55%), fluoroquinolone (62,5-88,5%), erithromycin (91,3%), clindamycin (75%) and rifampicin (82,7%). Methicillin-resistant on almost MRSA, carried mecA gene (96.4%), while in the MR-CoNS, mecA gene was found in 76.9% of all isolates. The most common SCCmec type found was SCCmec type I. Thus, mecA gene carrier Staphylococcus spp. mannitol fermenters were found as normal flora in intensive care patients of Cipto Mangunkusumo Hospital. Continuous surveillance is however, necessary to determine the tendency of changing susceptibility patterns and transmission prevention in health facilities.;Staphylococcus spp. mannitol fermenters are the most abundant skin normal flora. It is frequently resistant to many drugs and could become one of the causes of the healthcare associated infection (HAI). There is no data about Methicillin Resistant Staphylococcus spp. mannitol fermenters in Indonesia yet. In this restrospective study we aim to identify the susceptibility patterns and genotypic characteristics (mecA gene and SCCmec type I-V) of normal flora Staphylococcus spp. mannitol fermenters isolated from Intensive Care Unit patients of Cipto Mangunkusumo Hospital during 2011, 2013 and 2014. This study found that 15% of 187 isolates were methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) and mostly resistant to gentamycin (64,3%), clindamycin (50%), fluoroquinolone (64,3-71,4%) and tetracycline (57,1%). While 55,6% of the isolates were methicillin resistant coagulase negative Staphylococcus (MR-CoNS) and mostly resistant to gentamycin (55%), fluoroquinolone (62,5-88,5%), erithromycin (91,3%), clindamycin (75%) and rifampicin (82,7%). Methicillin-resistant on almost MRSA, carried mecA gene (96.4%), while in the MR-CoNS, mecA gene was found in 76.9% of all isolates. The most common SCCmec type found was SCCmec type I. Thus, mecA gene carrier Staphylococcus spp. mannitol fermenters were found as normal flora in intensive care patients of Cipto Mangunkusumo Hospital. Continuous surveillance is however, necessary to determine the tendency of changing susceptibility patterns and transmission prevention in health facilities., Staphylococcus spp. mannitol fermenters are the most abundant skin normal flora. It is frequently resistant to many drugs and could become one of the causes of the healthcare associated infection (HAI). There is no data about Methicillin Resistant Staphylococcus spp. mannitol fermenters in Indonesia yet. In this restrospective study we aim to identify the susceptibility patterns and genotypic characteristics (mecA gene and SCCmec type I-V) of normal flora Staphylococcus spp. mannitol fermenters isolated from Intensive Care Unit patients of Cipto Mangunkusumo Hospital during 2011, 2013 and 2014. This study found that 15% of 187 isolates were methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) and mostly resistant to gentamycin (64,3%), clindamycin (50%), fluoroquinolone (64,3-71,4%) and tetracycline (57,1%). While 55,6% of the isolates were methicillin resistant coagulase negative Staphylococcus (MR-CoNS) and mostly resistant to gentamycin (55%), fluoroquinolone (62,5-88,5%), erithromycin (91,3%), clindamycin (75%) and rifampicin (82,7%). Methicillin-resistant on almost MRSA, carried mecA gene (96.4%), while in the MR-CoNS, mecA gene was found in 76.9% of all isolates. The most common SCCmec type found was SCCmec type I. Thus, mecA gene carrier Staphylococcus spp. mannitol fermenters were found as normal flora in intensive care patients of Cipto Mangunkusumo Hospital. Continuous surveillance is however, necessary to determine the tendency of changing susceptibility patterns and transmission prevention in health facilities.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>