Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142011 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusita Afrina
"Pajanan kebisingan terhadap tenaga kerja mcnycbabkan ketulian (gangguan fungsi pcndengaran). Kehilangan daya dengar yang disebabkan oleh kebisingan msrupakan gangguan kesehatan yang tidak dapat diobati. Terjadinya ketulian pada tenaga kenja di industri maka kehilangan alat komunikasi yang dapat mcnyebabkan teljadinya kesalahan pelaksanaan kerja. Industri baterai PT ABC lntercalinc Indonesia mcrupakan industri yang memiliki bagian-bagian dimana intensitas kebisingannya di atas baku mutu yang telah ditetapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan kebisingan terhadap penurunan iimgsi pendengaran tenaga kerja PT. ABC. Intercalline Indonesia. Rancangan penclitian ini adalah kohor retrospektif dcngan membagi daerah terpajan dan tidak terpajan yaitu bagian yang intensitas kcbisingannya lebih dari 85 desibel dan bagian yang kurang dari 85 desibel. .Iumlah sampel pada masing-masing daerah adalah 80, sehingga total sampel 160 dari seluruh pekerja populasi 480 tenaga ke1ja. Daerah terpajan dipilih bagian Produksi, Komponen, Sinc Slug dan Alkaline dan daerah tidak terpajan dipilih bagian Mekanik dan Jaket. Data yang terkumpul selanjutnya di analisis secara univariat, bivariat menggunakan Chi-Square dan multivariat menggunakan Regresi Logistik. Pada analisa bivariat ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara penurunan fungsi pendengaran dengan intensitas kebisingan dan penggunaan APT. Sedangkan variabel lain yaitu masa kenja, umur dan riwayat penyakit tidak menunj ukkan adanya hubungan yang bennakna.
Hasil analisa multivariat mendapatkan variabel yang berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran adalah intensitas pendengaran, penggunaan APT dan interaksi kcbisingan-APT. Pada kelompok yeng bekenja di tempat bising, besamya risiko mengalami penurunan fungsi pendengaran bagi yang tidak menggunakan APT sebesar 24,2 kali. Sedangkan yang selalu menggunakan APT, tidak menunjukkan adanya hubungan yang bcrmakna. Pada kelompok yang tidak menggunakan APT, bekexja di tempal bising memberikan risiko sebesar 18,92 kali untuk mengalami penurunan fungsi pendengaran. Sedangkan yang bekerja di tempat lidak bising, tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Dari hasil peneletian ini didapatkan bahwa penggunaan APT dapat memuunkan risio teljadinya penurunan fungsi pendcngaran. Sehingga disarankan kepada pekerja untuk selalu menggunakan APT. Kepada perusahaan, disarankan untuk mewajibkan penggunaan APT, sedangkan APT yang disarankan adalah earplug.

Noise exposure to labour cause decrease of hearing function. Lose hearing energy which is because of noise represent the health trouble which cannot be cured. The happening of deafness at labour in industry hence loss of communication means which can cause the happening of mistake of job execution. Industrial battery of PT ABC Intercaline Indonesia represent the industry owning shares of where its noise intensity above permanent of quality which have been specified.
This research purpose is to know the influence of noise exposure to degradation of hearing function at labour PT. ABC. Interealline Indonesia. This research used a cohort retrospektif design by dividing exposure area and non-exposure area that is shares which its noise intensity more than 85 desible and shares which less than 85 desible. Sum up the sampel at each areas are 80, so that totalize the sampel 160 from all population worker 480 labour. Exposure area selected by Production unit, Component unit, Sine Slug unit and Alkaline unit and non-exposure area selected by Mechanic unit and Jacket unit. Then collected data analysed in univariat analysis, bivariate analysis use Chi-Square methode and multivariate analysis use the logistic regretion.
At bivariate analysis found noise exposure have a meaning correlation with the hearing trouble, use the APT correlation with the hearing trouble, while the other variables ; year of service, age and disease history do not show the existence of relationship with the degradation of hearing function At multivariate analysis known the most dominant factor have an effect on to the happening of hearing function degradation is noisy intensity ( 10,48 times), while use the APT with the degradation of hearing function have opportunity ( 8,08 times). To decrease the risk of hearing function degradation at labour suggested to always to use the APT. Suggested APT is earplug.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34456
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhining Ayu Oktavia
"Lansia memiliki berbagai kerentanan terkait dengan penurunan fungsi fisik, psikologis dan perubahan perkembangan yang dapat berdampak pada kualitas hidup. Penurunan pada fungsi pendengaran lansia dapat menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi, depresi, gangguan harga diri rendah, safety risk, dan gangguan fungsi kognitif yang berdampak pada penurunan kualitas hidup lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara fungsi pendengaran dengan kualitas hidup lansia.
Desain penelitian ini korelatif cross-sectional dengan jumlah sampel 71 lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Provinsi Lampung yang dipilih menggunakan teknik total sampling yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson. Fungsi pendengaran dinilai dengan menggunakan kuesioner HHIE-S dan kualitas hidup dinilai menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF. Hasil penelitian mendapatkan data rerata usia responden adalah 75 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan (59,20%), tidak sekolah (49,50%), dan 97,20% lansia tidak bekerja.
Hasil analisa biavariat mendapatkan data bahwa terdapat hubungan antara fungsi pendengaran dengan kualitas hidup lansia (p value = 0,005; α=0,05). Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu keperawatan ke depannya dimana perawat harus dapat meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi dengan lansia yang mengalami penurunan fungsi pendengaran dan meningkatkan intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia maupun intervensi untuk mencegah penurunan fungsi pendengaran yang terjadi pada lansia.

The elderly have many vulnerability because of physiology function?s decrease, physiologi and change of their growth that can impact in their quality of life. The decrease of hearing function in elderly, can caused difficult communication between elderly, depresion, impaired cognitive function that can affect in their quality of life. The purpose of this research was to identificated relationship between hearing function and quality of life in elderly.
This research used correlative cross-sectional study design, with total sampling method which was involves 71 elderly in nursing home in Lampung. The data was analysis by Pearson correlation. Hearing function was assessed by Hearing Handicap Inventory for Elderly Screening (HHIE-S), and quality of life was assessed by instrument WHOQOL-BREF.
Result of this research show that respondens?s characteristic is elderly aged 75 years old, mostly woman (59,20), largely school (49,50%), and did not work (97,20%).the result of bivariate analysis is significant relation (p value = 0,005; α=0,05) between hearing function and quality of life elderly in institutional for elderly in Lampung. This research is expected to be useful for nursing science development in the future, spesificly, nurse should be improve their skill to communicatin with elderly who have hearing loss and to improve quality of live and intervention to hearing loss prevention in elderly."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64193
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Surianti
"Kebisingan merupakan risiko dalam bidang kesehatan bagi pekerja yang kemungkinan timbulnya penyakit akibat kerja (work related desease). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pajanan kebisingan dengan keluhan pendengaran pada pekerja bagian produksi PT Sanggar Sarana Baja.
Penelitian ini merupakan Studi deskripftif yang bersifat analitik dengan pendekatan rancangan Studi yang digunakan cross sectional, yaitu melakukan pengamatan pada subyek penelitian sebanyak 195 sampel terpilih dari populasi pekerja pada bagian produksi dan diikuti dengan pengukuran intensitas kebisingan di lingkungan kerja dengan menggunakan sound level meter. Pengukuran kebisingan menunjukan intensitas bising pada 6 area kerja berkisar antara 81-89 decibel A (dBA).
Berdasarkan analisis menggunakan chi-square terdapat 116 pekerja dengan persentase (59,5%) mengalaini keluhan pendengaran akibat bising. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pajanan kebisingan dengan keluhan pendengaran pada pekerja PT Sanggar Sarana Baja. Beberapa variabel lainnya yang diteliti adalah karakteristik pekerja sepelti umur, masa kerja, pendidikan, riwayat penyakit telinga, riwayat minum obat, lama pajanan, pelatihan dan perilaku pekerja seperti kebiasaan merokok, penggunaan alat pelindung telinga (APT). Bedasarkan hasil penelitian perlunya peranan pihak perusahaan agar lebih mengefektikan penggunaan APT pada pekerja, serta memberikan penghargaan terhadap pekerja yang selalu menggunakan APT dan memberikan sanksi pada pekerja yang tidak menggunakan APT.
Noise is a health risk for Workers in the likelihood of occupational diseases (Work related Disease). The purpose of this study was to determine the noise exposure level relationships With the Workers' grievance hearing on the production of PT Sanggar Sarana Baja.
This research is a study that is analytic deskripftif design approach used cross sectional study, which observed a total of 195 subjects selected from a population sample of Workers in the production and was followed by measuring the intensity of noise in the Workplace by using a sound level meter. Noise measurements indicate the intensity noise in the Work area ranged from 6 81-89 decibel A (dBA).
Based on chi-square analysis using the 116 Workers there by the percentage (59.5%) experienced a loss due to noise complaints. The results showed a significant relationship between the level of noise exposure in Workers with hearing complaints PT Sanggar Sarana Baja. Some of the other variables studied were the characteristics of Workers such as age, tenure, education, history of ear disease, history of medicine, long exposure, training and employee behaviors such as smoking, use of ear protectors (PPE). Based on the results of the study the need for the role of the company to be more effective use ear protectors to Workers, as Well as pay tribute to Workers who are constantly using and impose sanctions on employees who are not using ear protectors.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumardji Adikusumo
"Kebisingan yang terjadi di lingkungan kerja merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang memadai demi untuk kesehatan para pekerja. Karena seperti kita ketahui bahwa alat pendengaran manusia mempunyai batas-bataa tertentu yang masih dapat ditoleransikan jika menghadapi kebisingan. Jika batas ini dilampaui, maka akan berakibat terjadinya gangguan pendengaran.
Jika telinga mengalami gangguan, salah satu akibatnya adalah sulit berkomunikasi, sehingga akan berakibat menurunkan produktivitas kerja. Tujuan dari penelitian ini ada 1ah untuk mergetahui apakah kebisingan 1ingkungan kerja berpengaruh terhadap terjadinya gangguan j apakah masa kerja berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran karena kebisingan 1ingkungan kerja; apakah pemakaian alat pelindung telinga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran karena kebisingan 1 ingkungan kerja.
Untuk maksud tersebut, di1akukan penelitian lapangan dengan rancangan studi komparatif. Penelitian ini dilakukan di pabrik keramik Tanah Agung Malang, dengan mengambi1 dua lokasi pengambilan sampel, yaitu di ruang disel yang terpapar oleh kebisingan yang tingkat kebisingannya lebih besar dari S5 dB dan di ruang non disel yang terpapar oleh kebisingan yang tingkat kebisingannya lebih keci1 dari 85 dB. Sebagai subyek penelitian adalah semua pekerja yang bekerja di pabrik keramik Tanah Agung Malang yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.
Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur dan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Alat ukur yang digunakan adalah Sound Level Meter untuk mengukur tingkat kebisingan dan Audiometer untuk mengukur derajat gangguan pendengaran.
Teknik analisis yang digunakan adalah ana 1isis persentasi, digunakan untuk analisis terhadap distribusi frekuensi dan analisis Chi-kuadrat, untuk mengetahui pengaruh kebisingan 1ingkungan kerja, masa kerja dan pemakaian slat pelindung telinga terhadap terjadinya gangguan pendengaran.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa kebisingan 1ingkungan kerja berpengaruh terhadap gangguan pendengaran, masa kerja berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran karena kebisingan lingkungan kerja, pemakaian alat pelindung telinga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran karena kebisingan lingkungan kerja.
Dengan demikian untuk menanqgulangi bahaya kebisingan di 1ingkungan kerja, perlu digalakkan penggunaan alat pelindung telinga. Selain itu sebaiknya dilakukan pemeriksaan audiometri secara berkala, sehingga dapat segera diketahui adanya gangguan pendengaran secara dini. Bedangkan untuk penerimaan pekerja baru juga perlu diadakan pemeriksaan audiometri untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut 1ayak bekerja di 1ingkungan kerja yang bising. Perlu juga diadakan penataran, penyuluhan."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Evelina Hotma Baringin Tiurma
"Gangguan fungsi pendengaran pada pekerja industri merupakan penyakit akibatkerja yang sampai saat ini masih ada dijumpai. Gangguan fungsi pendengaran inidisebabkan oleh pajanan bising. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuigambaran pajanan bising yang diterima dan fungsi pendengaran pada pekerja diPT.X. Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan rancangan crosssectional yaitu meneliti sekaligus variable independen, variable dependen danvariabel perancunya usia, masa kerja, merokok, penyakit HT, penyakit DM, Kebiasaan mendengar bising, pajanan vibrasi dalam waktu bersamaan. Analisisdata adalah tabel dengan menggunakan analisis data univariat, bivariat danmultivariat. Didapatkan gambaran pajanan bising yang diterima pekerja > 85 dBAsebanyak 28 orang dan 11 diantaranya menderita gangguan fungsi pendengarandan variable pajanan bising efektif, umur dan vibrasi memberi pengaruhterjadinya gangguan fungsi pendengaran pada pekerja di PT.X.

Impaired hearing on an industrial worker occupational diseases that until now there isencountered. Malfunctioning of this hearing caused by noise exposure. This study aimsto describe the acceptable noise exposure and hearing function in workers in PT.X. Thestudy was observational with cross sectional design which simultaneously examines theindependent variable, dependent variable and variable perancunya age, years ofsmoking, disease HT, DM, Habits hear noise, vibration exposure at the same time.Analysis of the data is a table using data analysis of univariate, bivariate and multivariateanalyzes. It was noted that workers noise exposure 85 dBA as many as 28 people and11 of them suffer from auditory function and variable effective noise exposure, age andvibration influence auditory dysfunction in workers in PT.X.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T47237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyadi T.K.S. Herman
"Norma dan standar dalam proses produksi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya adalah penerapan norma dan standar kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sasarannya adalah peningkatan perlindungan tenaga kerja dan terwujudnya tenaga kerja yang sehat dan produktif, oleh karena itu segala bentuk bahaya di tempat kerja yang harus dicegah dan dikendalikan. Kebisingan merupakan salah satu bahaya yang terdapat di tempat kerja yang mempunyai dampak pads kesehatan dan keselamatan pekerja serta lingkungan.
Kebisingan ditempat kerja merupakan bahaya yang paling sering dijumpai sehingga resiko tenaga kerja terpajan kebisingan sangatlah besar. Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran yang sangat penting bagi perusahaan, oleh karena itu hilangnya fungsi pendengaran akibat kebisingan, berdampak kerugian baik yang dialami oleh perusahaan maupun tenaga kerja itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study untuk mengetahui hubungan antara kebisingan dan gangguan pendengaran pekerja berdasarkan data sekunder berupa hasil pemeriksaan audiometri dan hasil pengukuran sound level meter, populasi sampel sebanyak 55 orang di PetroChina pada tahun 2002.
Analisis bivariat dengan menggunakan uji kai kuadrat didapatkan hubungan antara durasi/waktu pajanan dengan keluhan gangguan pendengaran dengan nilai p = 0,054 dan OR = 7,955 demikian juga intensitas kebisingan didapatkan hubungan dengan keluhan gangguan pendengaran dengan nilai p=4,011.

Study about the Relationship between Noise and Hearing Loss Employees at Petrochina in 2002The norms and regulations are required in the process of production, such as the implementation of norm and standard in occupational safety and health. Its goal is to improve the employees protection and to create the healthy and productive employee. Therefore we have to prevent and control any form of danger. The noise is one of common dangers things at work place which has an impact to the safety and healthy of employees and environment.
Noise at work place is the most common danger to find that makes the risk of the noise exposure to the employee is enourmous. The employees as human resources have an essential role to the company. Therefore the absence of hearing function that caused by the noise, has a disadvantages impact whether to the company or the employees itself.
This research used the cross sectional study approach to view the relation between noise and employee hearing loss based on secondary data that is audiometry and sound level meter measurement by taking 55 employee of PetroChina in 2002 as a samples.
Bivariate analysis by using chi-square test obtained relationship between duration of exposure with hearing loss complain with p value 0.054 and OR 7,955 likewise the noise intensity that has a relavance to hearing loss complain with p value 0.011.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusianawaty Tana
"Ruang lingkup penelitian ini adalah gangguan pendengaran yang berhubungan dengan pajanan bising di lingkungan kerja, bertujuan untuk meningkatkan pengetrapan kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan pelapisan kayu lapis PT X. Rancangan penelitian berupa studi intervensi, dimana identifikasi masalah dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara.
Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya beberapa faktor di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi tenaga kerja yaitu faktor bising, panas, penerangan, getaran mekanis, debu kayu, zat kimia dan fisiologi kerja. Dengan menggunakan kriteria matriks, faktor bising mendapat prioritas pertama untuk diteliti lebih lanjut.
Hasil pengukuran intensitas bising di bagian genset adalah 97,5 - 102,2 dBA, sawmill 84,9 - 108,2 dBA dan heating floor 86,1 - 98,5 dBA. Dari hasil pemeriksaan telinga dan pemeriksaan audiometri terhadap 22 orang tenaga kerja yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di tiga bagian tersebut diperoleh 7 orang ( 31,81 % ) menderita noise induced hearing loss (NIHL ), 13,6 % dengan keluhan tinitus dan 36,36 % dengan keluhan penurunan daya dengar sementara. Pada uji statistik hanya umur yang mernpunyai hubungan bermakna terhadap NIHL ( p < 0,05 ), sedangkan lama kerja, sikap dan perilaku tidak ( p > 0,05 ).
Cara intervensi yang dilaksanakan ditetapkan berdasarkan kriteria matriks yaitu berupa penyuluhan mengenai bising dan alat pelindung telinga, serta pemberian sumbat telinga. Hasil intervensi yang dilakukan terlihat mempunyai hubungan berrnakna terhadap perubahan perilaku terhadap tenaga kerja ( p < 0,05 ).

The scope of this study is hearing disorder related noise int he workplace, as an effort to increase health and safety in plywood industry PT X. The design used in this study is intervention study, problem were indentified throught observations and questioners.
The result showed that noise,heat, lighting, mechanical vibration, wood dust, chemicals and work physiology had influenced the worker's health. Using matrix criteria, noise had first priority to be studied. the resulth of noise's intensity in genset was 97,5-102,2 dBA, sawmill was 84,90108,2 dBA and heating floor was 86,1-98,5dBa. Audiometry examination showed that 7 (31,81%) from 22 persons had noise induced hearing loss (NHL), 13,6% complained about tinitus and 36,36% Complained temporary thershold shift.
Statistical test showed only age influence NHL significantly (p<0.05), but work time, perception, behaviour did not.
Intervention was chosen by using matrikx criteria. The intervetion were education about noise and ear protectors, and giving earplugs to workers at these area. The statistical test showed that education and using earplugs had influenced workers behaviour significantly (p<0.05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lihawa, Wahyudin
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran hubungan antara intensitas bising dengan gangguan pendengaran terhadap pekerja.Penelitian dilakukan terhadap 349 responden di bagian Steel Melting dan Rolling Mills PT X pada bulan Maret - Juni 2014 menggunakan desain cross-sectional, data primer berupa hasil pengukuran intensitas bising dan audiogram, data sekunder berupa gambaran umum perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52 responden (14,9%) mengalami gangguan pendengaran, responden yang mengalami gangguan pendengaran terbanyak yaitu sebesar 59,6% (31 responden) adalah responden yang bekerja di Area Steel Melting yang memiliki intensitas kebisingan >85 dB. Penelitian menunjukkan gangguan pendengaran tidak berhubungan dengan pajanan debu, riwayat penyakit Diabetes melitus dan riwayat penyakit Hipertensi (p-value>α(0,05). Untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran kepada pekerja lainnya, perlu dilakukan upaya pengendalian risiko dengan melakukan pengendalian teknis, pengendalian administratif dan perlindungan kepada pekerja yang bekerja di area tersebut.

This study aims to provide an overview of the relationship between the intensity of noise with a hearing loss of workers. Study was conducted on 349 respondents at the Steel Melting and Rolling Mills PT X in March - June 2014 using cross-sectional design, the primary data in the form of noise intensity measurement results and results of audiometric measurement, secondary data from a general overview of the company. The results showed that 52 respondents (14.9%) had hearing loss, respondents who have a hearing loss that is equal to 59.6% (31 respondents) of respondents who work in Steel Melting areas that have noise intensity > 85 dB. Research showed hearing loss is not related to dust exposure, history of diabetes mellitus and a history of hypertension (p-value> α (0.05). To prevent hearing loss to other workers, risk control efforts should be made to perform technical control, control administrative and protection to employees who work in the area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primus Mitaran
"Gangguan pendengaran akibat bising masih menjadi masalah kesehatan baik di dunia maupun Indonesia. Data WHO 2005 melaporkan bahwa 278 juta 4.2 penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran, 50 di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tingkat kebisingan di pelabuhan udara El Tari Kupang tahun 2010 mencapai 92,2 dB pada pagi hari dan 95,2 dB pada siang hari. Pada tahun 2011 tingkat kebisingan di area apron atau area udara mencapai rata-rata 90,48dB dengan interval 74,5-120 dB dan di area terminal rata-rata 89,2 dB. Pada tahun 2013 mencapai 91,5 dB di area apron dan 97,2 dB di ruangan check in, di ruangan keberangkatan mencapai 97 dB Data Tahunan KKP Kupang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di pelabuhan udara El Tari Kupang. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain studi cross sectional analitik. Populasi studi pada penelitian ini adalah pekerja berjenis kelamin laki-laki yang bekerja pada perusahaan ground handling di pelabuhan udara El Tari Kupang tahun 2016. Hasil penelitian menemukan prevalensi gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja di pelabuhan udara El tari Kupang sebesar 39,5.
Hasil estimasi risiko menemukan PR=1,80: 95 CI 1,01-3,19 artinya risiko gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja ground handling yang terpapar tingkat kebisingan > 85 dBA 1,80 kali dibandingkan dengan pekerja ground handling yang terpapar tingkat kebisingan le; 85 dBA selama 8 jam TWA sehari di pelabuhan udara El Tari Kupang.
Kesimpulan: ada perbedaan risiko kejadian gangguan pendengaran antara pekerja yang terpapar tingkat kebisingan > 85 dBA dengan pekerja yang terpapar tingkat kebisingan le; 85 dBA selama 8 jam TWA sehari. Upaya pencegahan penting dilakukan yaitu mewajibkan semua pekerja menggunakan APD ear plug atau ear muff terutama yang bekerja di area apron pelabuhan udara El Tari Kupang.

Noise induced hearing impairment remained a health issue in Indonesia and the world. WHO 2005 reported 278 million 4.2 of the world population suffered from hearing impairment, 50 of them lives in South East Asia including Indonesia. In 2010, the noise level in El Tari airport of Kupang reached 92.2 dB in the morning and 95.2 dB in the noon time. In 2011, the noise level within the apron area or the air area reach the average of 90.48 dB with the interval of 74.5 ndash 120 dB and within the terminal area it reached the average of 89.2 dB. In 2013 the figure reached 91.5 dB within the apron area and 97.2 dB within the check in area, while within the departure area it reached 97 dB. Kupang Port Health Office, Annual Reports.
This research aims to find out the relationship between the noise level and the noise induced hearing impairment amongst the workers of El Tari airport in Kupang. The research applied cross sectional analytical design study. The study population of this research is male workers who works for the ground handling companies of El Tari airport in Kupang in 2016. The research found that the prevalence of sensorineural hearing impairment within the workers of El Tari airport in Kupang is 39.5.
The risk estimation result showed PR 1,80 95 CI 1,01 3,19. It means that the risk of suffering from sensorineural hearing impairment within the ground handling workers with the noise level exposure of more than 85 dB is 1.80 times compared to those with less or equal to 85 dBA noise level exposure for 8 TWA hours a day in the airport.
Conclusion there is a difference in the risk of suffering from sensorineural hearing impairment between the workers exposed to more than 85 dBA noise level and those exposed to less or equal to 85 dBA noise level per 8 TWA hours a day. It is crucial to take prevention efforts as in obliged the workers especially those working within the apron area of El Tari airport to use self protection devices ear plug or ear muff during their working hours within the apron area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kusumawati
"Penelitian ini membahas hubungan tingkat kebisingan di lingkungan kerja dengan kejadian gangguan pendengaran pada pekerja PT X. Desain penelitian yang digunakan adalah coss sectional. Sampel penelitian berjumlah 110 pekerja pada area kerja AC dan mesin cuci. Terdapat 33 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan garpu tala. Intensitas kebisingan di dua area kerja antara 86,4 dB-90,1 dB setelah diukur menggunakan Sound Level Meter. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan bermakna, tetapi tingkat kebisingan di dua area kerja telah melebihi nilai ambang batas.

This study aims to determine the relationship between noise levels in working environment with hearing loss occurrence in workers in PT X. The study design used was cross sectional study. Sample of this study is 110 workers in AC and laundry system areas. There are 33 workers that suffer of hearing loss after measured by tuning fork. The noise intensity in two area is between 86,4 dB - 90,1 dB after measured by Sound Level Meter. The study result showed there is no significant relation, but noise level in two areas exceed the limit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>