Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178559 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lia Yulianti
"Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2005, angka kejadian pre-cklampsia beral(PEB) pada ibu hamil di RSUD Bayu Asih Purwakarta teljadi peningkatan dari l5,2% menjadi 23,6%. Tingginya angka kejadian PEB ini dipcrkirakan karena faktor pendidikan, pekerjaan, umur ibu, paritas, umur kehamilan, riwayat penyakit, dan pemeriksaan antenatal. Oleh karena itu dilakukan Analisis Terhadap Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Pre-Eklampsia Berat pada Ibu I-Iamil di RSUD Bayu Asih Purwakarta.
Desain penelitian ini adalah case comrol pada 133 kasus ibu dengan pre-eklambsia berat (PEB) dan L33 kontrol ibu dengan non PEB di RSUD Bayu Asih Purwakarta tahun 2004-2005. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik.
Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor umur ibu, riwayat penyakit, dan pendidikan mempunyai hubungan yang signifikan tcrhadap kcjadian PEB. Sedangkan faktor-faktor pckcqaan, paritas, umur kehamilan, dan pemeriksaan antenatal tidak mempunyai hubungan yang signifikan dcngan kcjadian PEB. Scdangkan faktor yang paling bcrhubungan dengan kejadian PEB adalah riwayat penyakit.
Berdasarkan hal di atas perlu dilakul-can penyuluhan pada ibu hamil (khususnya ibu yang berumur >35 tahun dan primigravida) dan ibu yang telah mengalami PEB agar mampu mendeteksi secara dini gejala dan tanda PEB dan segera kc pclayanan keschatan. Rumah sakit juga harus mclengkapi pengisian data dalam Ele rekam medis pasien agar dapat memberikan tindakan medis yang sesuai dan tepat.

In the year 2004 until 2005, the condition severe preeclampsia to pregnant woman in RSUD Bayu Asih Purwakarta have increase from l5,2% to 23,6%. The reason of the increasing severe preeclampsia is estimated because factors education, job, mother age, parity, pregnant age, illness and antenatal care. Because of that, need analysis the factors that relationship between severe preeclampsia to pragnent womant in RSUD Bayu Asih Purwakarta.
The design of this research is case control, to 133 case mother with severe precclampsia and 133 control mother non severe preeclarnpsia in RSUD Bayu Asih Purwakarta year 2004-2005. The data analysis uses logistic regression analysis.
This research found that factors mother age, illness, and education have relationship between severe preeclampsia. About factors job, parity, age pregnant, and antenatal care don?t have relationship between severe preeclampsia. The illnes is the most relationship factor to become severe preeclampsia.
According to the matter above, pregnant woman (specially age more than 35 year and primigravida) and pregnant woman with several preeclampsia, they need information about syndrom and sign several preeclampsia so they can search the health sen/ice. The hospithal must doing the full report information about medical clinilc patient, so they can get the comprehensif health service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Widiastuti
"Pre eklampsia adalah kondisi yang ditandai siengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang nyata pada ibu 6ami1. Rlie eklampsia dan eklampsia menjadi sala h satu penyebab kematian ter&anyak di rumah sakit aengan persentase kasus sekitar 30%.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah mencari faktor-faktor, yang berhubungan dengan kematian pada ibu dengan preeklampsta be at di RSUD Tangerang. Faktor terbagi menjadi 3 kategori yaitu faktor ibu (umur, padtas, riwayat abortus, riwayat dm, riwayat hipertensi, dan riwayat hipertensi dalam kelu ga), faktor penanganan pra rumah sakit (perujuk, penatalaksanaan pra rs dan lama waktu merujuk) dan aktor penanganan di rumah sakit (pemberian obat perawatan di ICU cara dan waktu terminasi kehamilan dan komplikasi).
Metode: Desain penelitian adalah kasus kontrol. Kasus adalah "bu yang meninggal karena pre eklampsia berat, dan kontrol adalah ibo pre eklampsia berat yang bertahan hidup. Sampel penelitian terdiri dari 73 kasus dan 'J3 kontrol. Data diambil dengan menggunakan kuesioner berdasarkan informasi yang disarikan dari data rekam medis pasien 2005-2008.
Hasil: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada ibu dengan pre eklampsia berat di RSU Tangerang adalah riwayat hipertensi dalam keluarga (p=0,013, OR 0,147;95 % CL 0,032-0.684). Pemberian obat di Rumah Sakit rangkaian tindakan penanganan pra rumah sakit dan selama di rumah sakit (continuum of care). Keberhasilan penanganan komplikasi tidak terlepas dari rangkaian kegiatan, yang diharapkan sejak awal patuh pada prosedur tata laksana yang ada, sekaligus didukung dengan kesiapan fasilitas kesehatan (rumah sakit) dalam menangani kasus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20947
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Deny Rostika
"Di Indonesia, preeklampsia menempati presentasi tertinggi kedua penyebab kematian Ibu (24%). Sedangkan di RSUD Dr.R.Soedarsono Kota Pasuruan yang menjadi tempat penelitian dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan konsumsi kalsium dan faktor-faktor terkait dengan kejadian preeklampsia. Desain penelitian cross sectional dimana pengambilan responden dilakukan secara purposif selama Maret 2012. Responden diperoleh sejumlah ibu hamil pada trimester II dan III berjumlah 148 orang. Analisis hubungan menggunakan uji Chi-square dengan a=0,05.
Hasil menunjukkan ada hubungan signifikan antarakejadian preeklampsia dengan umur, paritas, konsumsi kalsium, riwayat ANC, riwayat penyakit hipertensi dan riwayat penyakit keturunan preeklampsia. Sedangkan faktor yang lain tidak ada hubungan. Kejadian preeklampsia sebesar 9,5% merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berat. Upaya penting adalah meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai gizi dan preeklampsia serta konsumsi kalsium baik dari suplemen ataupun sumber makanan sebagai salah satu cara pencegahan preeklampsia.

Pre-eclampsia is the second highest percentage cause mother dead (24%) in Indonesia. The percentage was increase in the last three years in Dr.R.Soedarsonohospital, Pasuruan, where this research was conducted. This research aims to find the relations between calcium intake and the factors related in pre-eclampsia. The research design was cross sectional, and the respondents had been taken purposively for March 2012. The number of respondents is 148 mothers who pregnancy in second and third trimester. The relations between the variables is analyzed by Chi-square test a =0,05.
The result showed that there was a significant relations between pre-eclampsia and age, paritas, calcium intake, history of ANC, blood pressure diseases, and pre-eclampsia inheriteddisease. However, there was not an assossiation to the other factors. The percentage of preeclampsia evidence (9,5%) is the serious problem for society. The most important efforts is improving woman's knowledge in nutrition and pre-eclampsia and enough calcium intake from supplement or their foods to prevent pre-eclampsia while they are pregnant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Maesadatu Syaharutsa
"Latar belakang: Preeklampsia masih menjadi penyumbang angka kesakitan dan kematian maternal dengan insidens sekitar 8,6 di Indonesia. Pola asuhan antenatal dengan melakukan penapisan awal menggunakan faktor maternal dan biofisik terhadap kejadian preeklampsia diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal dan janin.
Tujuan: Memperolah kalkulasi risiko dari faktor maternal dan biofisik terhadap kejadian preeklampsia.
Metode: Studi ini merupakan kohort prospektif dengan melakukan consecutive sampling pada setiap ibu hamil dengan janin tunggal hidup dan tak terdapat kelainan kongenital anomali. Telah dilakukan penapisan pada 878 sampel dengan 8,7% mengalami preeklampsia. Setiap faktor maternal dan biofisik dilakukan analisis bivariat dan yang bermakna dilanjutkan dengan analisis multivariat. Variabel yang bermakna hingga analisis multivariat akan menghasilkan persamaan regresi logistik yang nantinya dapat menghitung a priori risk seorang perempuan mengalami preeklampsia.
Hasil: Faktor maternal berupa riwayat hipertensi kronik dan riwayat preeklampsia di keluarga meningkatkan risiko preeklampsia. Faktor biofisik berupa indeks massa tubuh > 26 kg/m2, tekanan arteri rerata > 95 mmHg, dan indeks pulsatilitas arteri uterina yang tinggi juga meningkatkan risiko preeklampsia. AU-ROC dengan menggunakan faktor maternal dan kombinasi faktor maternal dan biofisik sebesar 63% dan 75%.
Kesimpulan: Kombinasi faktor maternal dan biofisik dapat digunakan untuk menapis seorang ibu hamil untuk mengalami kejadian preeklampsia.

Background: Preeclampsia still contributes for maternal morbidity and mortality with incidence around 8,6% in Indonesia. Antenatal care with screening by using maternal and biophysical factors in predict the preeclampsia event is expected can reduce the number of maternal and fetal morbidity and mortality.
Aim: Obtain the calculation risk from maternal and biophysical factors in predicting preeclampsia.
Methods: We conducted a prospective cohort by performing consecutive sampling in every pregnant woman with singleton live intrauterine with no congenital anomaly. We screened 878 subjects with 8,7% became preeclampsia. Every maternal and biophysical factors were performed bivariate analysis and if statistically significant it continued to multivariate analysis of logistic regression. The equation of the logistic regression model will be performed to calculate the a priori risk of a pregnant woman becoming preeclampsia.
Results: Maternal factors such as chronic hypertension and family history with preeclampsia will increase the risk of preeclampsia. Biophysical factors such as body mass index > 26 kg/m2, mean arterial pressure > 95 mmHg, and high value of pulsatility index of uterine artery will increase the risk or preeclampsia. The AU-ROC value by using maternal factor and combining maternal and biophysical factors were 63% and 75%, respectively.
Conclusion: By combining the maternal and biophysical factors, it can be performed to screen a pregnant woman in preeclampsia event."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Filza Amara Kamila Harlena
"Latar belakang: Preeklamsia dengan gejala berat adalah salah satu penyakit hipertensi ibu hamil. Penyakit ini meningkatkan kejadian komplikasi dan kematian maternal dan neonatus. Banyak karakteristik ibu hamil yang diasosiasikan sebagai faktor risiko preeklamsia berat, diantaranya adalah paritas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara paritas dan kejadian preeklamsia berat pada ibu hamil. Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan menggunakan data yang diambil dari laporan jaga Departemen Obstetri dan Ginekologi tahun 2019 dengan metode consecutive sampling. Populasi yang digunakan adalah ibu hamil yang melahirkan di RSCM tahun 2019. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi-square dengan nilai kemaknaan p<0,05. Hasil: Dari 108 ibu hamil diinklusikan sebagian besar adalah warga DKI Jakarta, tidak bekerja, berusia 20-35 tahun, berstatus paritas nulipara, dan berusia kehamilan ≥37 minggu. Uji bivariat menunjukkan hubungan bermakna antara paritas dan kejadian preeklamsia dengan gejala berat (p = 0,045). Setiap paritas mempunyai efek yang berbeda-beda terhadap kejadian preeklamsia berat, odds ratio yang didapat adalah sebagai berikut: nulipara (OR 0,47; 95%CI 0,22-1,02), primipara (OR 0,91; 95%CI 0,39-2,13), dan multipara (OR 2,94; 95%CI 1,19-7,26). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara paritas dan kejadian preeklamsia dengan gejala berat. Multiparitas merupakan satu-satunya paritas yang menjadi faktor risiko preeklamsia berat.

Background: Preeclampsia with severe features is one of hypertension disorders of pregnancy. It can increase maternal and neonate complication as well as their mortality rate. There are many maternal characteristics that can be considered as risk factors of preeclampsia with severe features, parity being one of it. Therefore, this study aims to determine the association between parity and preeclampsia with severe features incidence in pregnant women. Methods: This cross-sectional study was conducted in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) using data collected consecutively from morning conference report of Obstetrics and Gynecology Department, 2019. The case population is pregnant women who gave birth at RSCM in 2019. The association of parity and severe preeclampsia incidence was analyzed using Chi-square test (degree of confidence 95%). Results: From 108 pregnant women included in this study, majority of the patients belong to these characteristics: located in DKI Jakarta, aged 20-35 years old, nullipara, and have gestational age ≥37 weeks. The Chi-square test showed that parity has significant association with preeclampsia with severe features (p = 0,029). Each parity category showcased different odds ratios, meaning they have different effect towards preeclampsia with severe features incidence. Said odds ratios are as followed: nullipara (OR 0,47; 95%CI 0,22-1,02), primipara (OR 0,91; 95%CI 0,39-2,13), and multipara (OR 2,94; 95%CI 1,19-7,26). Conclusion: There is a significant association between parity and preeclampsia with severe features incidence. Multiparity is the only parity that becomes the risk factor of severe preeclampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Kartika Irnayanti
"Di Indonesia, presentase kasus preeklampsi dan eklampsi tergolong tidak tinggi, hanya 4,8% dari seluruh kelahiran, tetapi memiliki nilai CFR paling tinggi dibandingkan penyebab kematian ibu lainnya, yaitu 1,8%. Oleh karena itu, kasus preeklampsi umumnya akan dirujuk ke Rumah Sakit kelas III, salah satunya adalah RSUD Pasar Rebo. Karena merupakan rumah sakit rujukan, angka kejadian preeklampsi berat (PEB) di RSUD Pasar Rebo selama 5 tahun terakhir (2005-2009) cukup tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsi berat di RSUD Pasar Rebo tahun 2007-2009. Adapun faktor-faktor tersebut terdiri dari umur ibu, jumlah kehamilan (gravida), jumlah kelahiran (paritas), riwayat aborsi, jarak kehamilan, dan kehamilan kembar. Disain penelitian adalah kasus kontrol, menggunakan data rekam medis. Sampel berjumlah 266 kasus dan 266 kontrol, yang dianalisis dengan menghitung nilai odds ratio (OR).
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi terbanyak antara kasus dengan kontrol. Umur ≥ 35 tahun (OR=2,18, 95% CI 1,42-3,34), kehamilan ≥ 5 kali (OR=2,27, 95% CI 1,14-4,50), dan kehamilan kembar (OR=6,78, 95% CI 1,52-30,36) menjadi faktor risiko kejadian preeklampsi berat di RSUD Pasar Rebo. Dinas Kesehatan dan petugas kesehatan, seperti bidan ataupun dokter, yang memberikan pelayanan ANC perlu memberikan informasi mengenai faktor risiko tersebut kepada para ibu hamil.

In Indonesia, the percentage of preeklampsia and eklampsia cases is not considered high, only 4.8% of all births, but it has the highest CFR value than other causes of maternal death, which is 1.8%. Therefore, the cases will generally referred to the third class hospital, one of which is RSUD Pasar Rebo. Because it is a referral hospital, the prevalence of severe preeclampsia in RSUD Pasar Rebo during the last 5 years (2005-2009) is quite high.
This study aims to determine the factors associated with severe preeclampsia in RSUD Pasar Rebo years 2007-2009. The factors consist of maternal age, number of pregnancies (gravida), the number of births (parity), history of abortion, pregnancy interval, and multiple pregnancy. Study design is a case-control study, using medical records data. The number of sample is 266 cases and 266 controls, which were analyzed by calculating the value of odds ratio (OR).
The results showed no difference between the highest proportion of cases and controls. Age ≥ 35 years (OR = 2.18, 95% CI 1,42-3,34), pregnancy ≥ 5 times (OR = 2.27, 95% CI 1,14-4,50), and twin pregnancies ( OR = 6.78, 95% CI 1,52-30,36) significantly associated with severe preeclampsia in RSUD Pasar Rebo. Department of Health and health workers, such as midwives and doctors, who provide ANC services should provide information about those risk factors for pregnant women.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riyan Hari Kurniawan
"Tesis ini bertujuan mengetahui kadar vitamin D dan zinc serum pasien preeklamsia berat dan hamil normal, mengetahui hubungan antara kadar vitamin D dan zinc dengan kejadian preklamsia berat, dan prevalensi preeklamsia berat di RSCM. Penelitian ini merupakan observasional potong lintang. Subyek penelitian adalah perempuan hamil yang menjalani persalinan di Kamar Bersalin RSCM pada Januari sampai dengan April 2014. Terdapat 22 subyek kelompok preeklamsia berat dan 22 subyek kelompok hamil dengan tekanan darah normal. Hasil penelitian didapatkan rerata kadar vitamin D dan median kadar zinc lebih rendah pada kelompok preeklamsia berat dibandingkan hamil normal, namun tidak berbeda bermakna. Kadar vitamin D dan zinc tidak berhubungan bermakna dengan kejadian preklamsia berat, dengan p=0,689 dan 0=0,517. Prevalensi hipertensi dalam kehamilan di RSCM adalah 31,07%, dengan rincian sebagai berikut: hipertensi kronik, hipertensi gestasional, preeklamsia ringan, preeklamsia berat, preeklamsia berat superimposed, sindrom HELLP, dan eklamsia gravidarum adalah 0,54%, 2,14%, 1,96%, 17,14%, 3,21%, 4,64%, dan 1,44%.

The purpose of this investigation was to examine the maternal plasma level of vitamin D and zinc in cases of severe preeclampsia compare to normal pregnancy, to know association between level of vitamin D and zinc and severe preeclampsia, and to know prevalence of severe preeclampsia in Cipto Mangunkusumo. This is a cross sectional observational study. Subjects were pregnant women who gave birth in delivery room Cipto Mangunkusumo Hospital in between January and April 2014. There are 22 subjects in severe preeclampsia group and 22 subjects in normotensive pregnancy. Subject with severe preeclampsia were noted to have lower maternal vitamin D and zinc level to normotensive pregnancy with not significant statistically (p 0,689 and p 0,517). Prevalence of hypertension in Cipto Mangunkusumo hospital is 31,07% which is contain of: chronic hypertension 0,54%, gestational hypertension 2,14%, mild preeclampsia 1,96%, severe preeclampsia 17,14%, superimposed severe preeclampsia 3,21%, HELLP syndrome 4,64%, and eclampsia 1,44%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Sukarni
"Pre-eklamsi/eklamsi sebagai salah satu komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan angka kematian ibu kasusnya masih tinggi di Sumatera Selatan khususnya Kabupaten OKU. Dan 376 persalinan patologis di RS Ibnu Sutowo Baturaja ditemukan 82 kasus Pre-eklamsileklamsi.
Kasus ini bila mendapat penanganan yang tepat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu. Penanganan yang tepat membutuhkan penggalian informasi mengenai layanan informasi di rumah sakit, pengetahuan ibu, pembiayaan, kepercayaan pasien terhadap kualitas pelayanan Rumah Sakit, jangkauan pelayanan, sarana transportasi, peran SOP dan antenatal care sebagai dasar dalam penentuan kebijakan penanganan Pre-eklamsileklamsi di RS Ibnu Sutowo.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang peran layanan informasi, pengetahuan, pembiayaan, kepercayaan terhadap kualitas layanan, sarana transportasi, standar operasional prosedur dan antenatal care dalam penanganan Pre-eldamsileklamsi di RSUD H. Ibnu Sutowo di Baturaja.
Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda kualitatif dengan tehnik wawancara mendalam (indepth interview). Pemilihan sumber informasi pada penelitian ini dengan memperhatikan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adecuaty). Sumber informasi penelitian adalah dari Direktur, Kepala Ruangan Kebidanan, Bidan pelaksana, dan pasien Pre-eklamsileklamsi yang dirawat di RSUD dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja.
Dari hasil penelitian diketahui layanan informasi sudah dilaksanakan oleh petugas rumah sakit, tetapi belum diberikan secara terjadwal dan terus-menerus. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala yang muncul seperti kurangnya SDM dan terbatasnya fasilitas layanan dalam bentuk media, sehingga pelaksanaan layanan informasi hanya bersifat kebutuhan mendadak.
Pengetahuan informan (pasien) masih rendah dan pasien tidak mengerti gejala Pre-eklamsileklamsi dan menganggap gejala pre-eklamsi/eklamsi sebagai sesuatu yang wajar untuk ibu hamil. Pasien tidak mampu untuk membayar biaya perawatan dan pasien mendapat kamudahan dalam membayar biaya pengobatan dad Rumah Sakit. Pasien sulit untuk menjangkau tempat layanan kesehatan, transportasi ada disediakan Rumah Sakit dengan dua model kendaraan yaitu mobil ambulans dan mobil jenazah. Sistim peminjaman oleh warga miskin diatur oleh rumah sakit, tetapi belum disosialisasikan sehingga pasien tidak tabu dan tidak bisa mengakses karena tidak ada sarana komunikasi, SOP telah dijalankan dengan benar oleh sebagian petugas dan antenatal care tidak dilaksanakan secara rutin oleh pasien.
Sehubungan dengan hal disarankan untuk mengadakan pelatihan-pelatihan tentang layanan informasi/komunikasi bagi petugas kesehatan, perlu meningkatkan sarana layanan informasi dengan media sound sistem, brosur dibagikan kepada pasien, sosialisasikan bahwa sarana transportasi disediakan rumah sakit, meningkatkan motivasi petugas dalam penggunaan SOP dan pelaksanaan antenatal care.

Analysis Of Pre-Eclamptia/Eclamptia Handling In RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo, Baturaja, Ogan Komering Ulu, South Sumatera In 2004
Pre-eclamptialeclamptia as the one of birth complication which can cause the number of death mothers is still high in south Sumatra, especially in OKU. From 376 pathologic birth in RS. Ibnu Sutowo Baturaja, it is found 82 pre-eclmptialeclamptia cases.
If these cases get the right handling, expected those can reduce the number of death mothers the right handling needs information exploration about information services at hospital, knowledges, funding patient trust to hospital services quality, services reach, transportation, SOP role and antenatal care as the basic of next policy making of pre-eclamptialeclamptia handling in RS Ibnu Sutowo.
This research aims to get detailed information about services role. Informations know ledges, funding, services quality trust, transportation, the standard of procedure operational and antenatal care in pre-eclamptialeclamptia handling in RSUD H. Ibnu Sutowo in Baturaja.
The research method that used is qualitive method with indepth interview technis. Information, resources selecting in this research pay much attention on appropriateness principle and adequaty. Information resovices include director, the head of midwifery room, midwife, and pre-eclamptialeklamptia patients who get treatment in RSUD dr. Ibnu Sutowo in Baturaja.
The research output show, that information service given by hospital staff has been executed, there is only in adequate giving continuously. This is caused by some obstacles such as in adequate human resources and the significant of service facilities in form of media so executing of information service is only on sudden necessity.
Information service in hospital is not scheduled yet, informant knowledge is still sufficient and patients haven't know yet pre-eclamptialeclamptia syndromes and they still consider those syndromes as about something normal for pregnant mothers. The patient is not able to pay the treatment cost from hospital patient is difficult to reach health service place, transportation is served by hospital with two kinds of vehicle there are ambulance and corpse cart. Rental system by poor people is ruled by hospital, but it is not socialited to patient didn't know and can not accessed because there is not communication facilities, SOP has executed rightly by some staff and antenatal care is not executed continually.
According to those things we give some advices, that is necessary to arrange some trainings about information services facilities with sound system media, brochure given to patient, socialiting that transportation is available, increase staff motivation in SOP using and antenatal are executing.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan: Mengetahui hubungan derajat proteinuri berdasarkan uji carik celup pada kasus preeklamsi berat dengan kejadian asfiksi neonatorum.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang pada rekam medis pasien preeklamsi berat di RSCM selama tahun 2008.
Hasil: Dari 171 kasus preklamsia berat yang terdapat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2008, hanya 168 kasus yang digunakan dalam penelitian ini sebab 3 kasus dieksklusi karena data tidak lengkap. Hubungan derajat proteinuria dengan terjadinya asfiksia atau tidak, diuji dengan menggunakan uji Chi-Square dengan nilai p 0,000 yang berarti berdasarkan analisa statistik terdapat hubungan bermakna antara derajat proteinuri terhadap terjadinya asfiksi. Penelitian dilanjutkan dengan mengunakan uji Chi-Square dengan nilai p 0,018 yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara derajat proteinuri dengan derajat asfiksi. Dari total 168 kasus preeklamsi berat, terdapat 41,1% bayi yang mengalami asfiksi dengan satu kasus kematian neonatal dini yang terjadi pada bayi dengan asfiksi berat.
Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara derajat proteinuri berdasarkan uji carik celup pada kasus preeklamsi berat dengan derajat asfiksi pada neonatus.

Objective : To know the relationship of proteinuri level based on dipstick test of severe preeclamsia cases with outcome of asphyxia neonatorum.
Method : The design of this research is cross-sectional study in the Cipto Mangunkusumo Hospital during 2008.
Result : From 171cases of severe preeclamsia in the Cipto Mangunkusumo Hospital on 2008, only 168 cases can be used for this research because 3 cases are have no complete data. The relationship between level of proteinuri and asphyxia occurrence is examined based on Chi-Square with the p=0,000. So there is the correlation between proteinuri level and median Apgar score. The relationship between level of proteinuri and level of asphyxia is examined based on Chi-Square with the p=0,018. So there is the relationship between proteinuri level and asphyxia level. From 168 cases of severe preeclamsia, there are 41,1% neonates with asphyxia.
Conclusion : There is relationship between proteinuri level based on dipstick test of severe preeclamsia and the level of asphyxia of neonates.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luvena Bertha Salsabila
"Analisis competing risk merupakan bentuk khusus dari analisis survival yang
menggunakan lebih dari satu event yang diamati dalam suatu waktu. Pendekatan yang
paling populer untuk analisis competing risk adalah dengan Cumulative Incidence
Function (CIF). CIF menggabungkan pendekatan product-limit dan sebab-akibat yang
bersaing. Model Fine-Gray merupakan model hazard proporsional untuk pemodelan
CIF dengan kovariat atau variabel dan menjadikan kurva CIF sebagai fungsi
subdistribusi.
Preeklamsia adalah suatu kondisi yang terkadang terjadi pada ibu hamil. Kondisi ini
merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
disertai protein dalam urin (proteinuria). Pada studi tentang preeklamsia sebelumnya
telah menggunakan beberapa metode, yaitu mulai dari analisis regresi logistik biner,
lalu dilanjutkan dengan analisis regresi logistik multivariat, hingga analisis survival.
Namun, studi-studi terdahulu ini belum dapat memprediksi ketika ibu hamil memiliki
resiko bersaing untuk mengalami preeklamsia atau tidak pada suatu waktu tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi subdistribusi hazard atau dalam arti
probabilitas mengalami suatu kejadian pada suatu waktu, mengingat bahwa belum ada
kejadian lainnya yang terjadi atau bahwa kejadian yang bersaing terjadi sebelum suatu
waktu tersebut. Dalam kasus preeklamsia ini, subdistribusi hazard-nya yaitu tingkat
kejadian sesaat dari ibu hamil yang mengalami preeklamsia dengan kejadian bersaing
non-preeklamsia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari salah satu rumah sakit
di Jakarta divisi obstetri dan ginekologi. Pengukuran yang digunakan meliputi
karakteristik maternal, pengukuran biofisik dan biokimia.
Hasil pada penelitian ini adalah konstruksi model Fine-Gray pada analisis competing
risk dan dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko preeklamsia pada ibu hamil di
Indonesia dengan metode regresi Fine-Gray.

Competing risk analysis is a special form of survival analysis that uses more than one
event that is observed at a time. The most popular approach to competing risk analysis
is the cumulative incidence Function (CIF). CIF combines a competitive product-limit
and cause-and-effect approach. The Fine-Gray model is a proportional hazard model for
CIF modeling with covariates or variables and makes the CIF curve a subdistribution
function.
Preeclampsia is a condition that sometimes occurs in pregnant women. This condition is
a complication of pregnancy characterized by increased blood pressure accompanied by
protein in the urine (proteinuria). Preeclampsia is the highest cause of maternal death in
Indonesia. Nevertheless, preeclampsia mortality can be reduced by early detection of
risk factors through prenatal care at least six times during pregnancy. Previous studies
on preeclampsia have used several methods, starting from binary logistic regression
analysis, followed by multivariate logistic regression analysis, to survival analysis.
However, these previous studies have not been able to predict when pregnant women
have a competing risk of developing preeclampsia or not at a certain time.
This study aims to predict the hazard subdistribution or in terms of the probability of
experiencing an event at a time, given that no other event has occurred or that a
competing event occurred before that time. In this case of preeclampsia, the hazard
subdistribution is the transient incidence rate of pregnant women experiencing
preeclampsia with competing events of non-preeclampsia. This study uses the Fine-
Gray regression approach, with competing incidences of pregnant women with
preeclampsia and without preeclampsia. This study was utilizing secondary data
obtained from a hospital in Jakarta, obstetrics and gynecology division. The
measurements used include maternal characteristics, biophysical and biochemical
measurements.
The result of this study is the construction of the Fine-Gray model on competing risk
analysis and can identify risk factors for preeclampsia in pregnant women in Indonesia
using the Fine-Gray regression method.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>