Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207575 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safrilsyah Syarief
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang signifikan dari perilaku wirausaha, orientasi Locus of Control (LOC) dan data pribadi terhadap keberhasilan pengusaha budidaya tambak udang. Keberhasilan pengusaha budidaya tambak udang
dililmat dari tingkat produksi udang pada disetiap musim panen.
Alam Daérah lstimewa Aceh yang asri sangat potensial bagi pengembangan
usaha budidaya tambak udang. Kenyataan yang ada produktivitas usaha budidaya tambak udang belum sampai pada taraf optimal. Pertanyaan yang muncul mengapa sebagian pengusaha budidaya tambak udang belum dapat meningkatkan produktivitas usahanya.
Untuk mendapat jawaban tersebut, dilakukan studi lapangan, non eksperimental dengan tujuan menguji hubungan beberapa variabel bebas dengan variabel terikat. Data dikumpulkan dengan kuesioner, terdiri dari alat ukur perilaku wirausaha, LOC serta
data pribadi responden. Data yang terkumpul dianalisis dengan tehnik analisis regresi berganda metode stepwise, dengan bantuan SPSS ver.I0.00.
Penelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten (Kodya Banda Aceh, Kodya
Sabang dan Aceh Besar) dari enam kabupaten yang potensial bagi pengembangan usaha budidaya tambak udang di Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Sample berjumlah 69 orang dengan karakteristik sebagai berikut : I) Pemilik sebagian atau seluruh modal
usaha dan aktif mengelola usahanya. 2) Luas areal 1-1,5 hektar. 3) Menggunakan sistcm budidaya semi intensif 4) Kepadatan penebaran benur rata-rata 40.000 ekor/ha/MT. 5) Sudah berusaha minimal 2 tahun.
Hasil penelitian yang ditemukan adalah: l) Dari kesembilan aspek perilaku wirausaha (perilaku instrumental, prestatif keluwesan, kerja keras, keyakinan diri,
pengambilan risiko, swa kendali, inovasi dan kemandirian) hanya perilaku pengambilan risiko, keluwesan, instrumental, prestatif kerja keras dan inovasi yang berpengaruh
secara signifikan terhadap keberhasilan pengusaha budidaya tambak udang 2) dari ke-3 orientasi LOC (in1ernaL pawezjizl others of other dan chance) hanya internal yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan budidaya tanbak udang. 3) Dari
ke-4 variabel data pribadi (usia, lama kerja, tingkat pendidikan dan latar belakang keluarga) hanya latar belakang keluarga, lama kerja dan usia yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan pengusaha budidaya tambak udang. Dimana masing-masing variabel memberi sumbangan yang bervariasi terhadap keberhasilan pengusaha
budidaya tambak udang.
Saran-saran yang dapat diajukan antara lain : 1) Pemerintah Daerah khususnya, Dinas Perikanan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam hendaknya memperhatikan
potensi kewirausahaan dan orientasi LOC yang dimiliki pengusaha budidaya tambak udang agar dibina guna pengembangan usaha budidaya tambak udang di ddaerah
setempat. 2) Selanjutnya, Dinas Perikanan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam juga perlu mengadakan penyuluhan dan pelatihan bagi pengusaha budidaya tambak udang
dengan memperhatikan pengembangan pada beberapa perilaku wirausaha yang dimillki, serta menumbuhkan perilaku yang belum dimiliki. 3) Perlu diadakan penelitian yang lebih luas dengan melibatkan beberapa variahel lain yang diduga
berpengauh bagi keberhasllan usaha budidaya tambak udang dan jumlah sample yang lebih besar agar didapatkan hasil penelitian yang lebih general dan komprehensif
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T38332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Soeseno
Jakarta: Gramedia, 1983
R 639.5 SLA b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Nurhajarini
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2015
595.388 DWI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap keberhasilan usaha skala kecil. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi peningkatkan peran usaha kecil dalam perekonomian negara. Peran usaha skala kecil perlu ditingkatkan karena disamping jumlahnya yang mendominasi proporsi usaha di Indonesia, dan letaknya yang rnenyebar di kota-kota dan di desa-desa, usaha kecil juga merupakan cara terbaik untuk melakukan penyerapan tenaga kerja Serta pemerataan penghasilan. Terciptanya usaha kecil yang tangguh akan memperkokoh ekonomi dalam negeri karena usaha kecil biasanya menggunakan bahan baku dalam negeri dan sumber daya manusia dari dalam negeri. Usaha kecil yang tangguh akan menciptakan nilai tarnbah karena mereka melakukan usaha di dalam negeri untuk dikonsumsi oleh rakyat sendiri sehingga uang bcrputar kembali di dalam negeri. Hal ini akhimya memperkuat pasar dalam negeri (Swasuno, 2001). Kondisi ini bila tercipta akan memperkokoh perekonomian dalam negeri dalam memasuki pasar bebas.
Keberhasilan usaha akan dilihat dari faktor demografi, faktor perilaku inovasi dan faktor inovasi organisasi. Faktor demografi yang akan dilihat pengaruhnya pada keberhasilan usaha adalah faktor usia wirausaha, faktor keterlibatan dalam mengelola usaha, dan faktor tingkat pendidikan. Usia dipilih karena usia wirausaha biasa dikaitkan dengan entrepreneurial age (Staw, 1991) sehingga bertambahnya usia diartikan juga bertambahnya pengalaman. Pengalaman dipilih karena banyak penelitian menunjukkan bahwa wirausaha yang berhasil adalah wirausaha yang sebelumnya pernah mengelola usaha bidang lain, meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa wirausaha tanpa pengalaman juga bisa berhasil. Tingkat pendidikan ingin diketahui pengaruhnya pada keberhasilan usaha.
Perilaku inovatif menjadi perhatian utama dalam penelitian ini, karena inovatif dan kreativitas adalah dua kata yang sering digunakan untuk melukiskan Sepak terjang wirausaha. Masalahnya kedua konsep tadi masih jarang dibahas secara mendalam apalagi dibuktikan secara empiris. Perilaku inovatif disini menekankan pada gaya berfikir, yaitu apakah Seseorang cenderung membuat keputusan inovatif yang adaptif atau cenderung membuat keputusan inovatif yang kreatif (Kirton, 1973). Konsep perilaku inovatif disini adalah konsep kepribadian kreatif (Kirton, 1973. Goldsmith, 1980). Sejumlah ahli yakin bahwa kepribadian kreatif tumbuh sejak bayi berusia 2 bulan (Feij, ct. Al.; Abrams & Neubauer; Hold; Molen dalam Kirton, 1989). Sejak kecil seseorang sudah mcmpunyai tendensi untuk meiakul-:an perubahan secara perlahan-lahan (inovasi adaptif) atau perubahan secara total (inovasi kreatif). Ciri-ciri ke arah inovasi adaptif atau inovasi kreatif dapat dilihat pada sifat-sifat tertentu.
Misalnya, sifat percaya diri, individualistik, berorientasi benda, dan suka ekspIorasi?
versus ?suka menyesuaikan diri dan sosial? (Kirton, 1989). Karena perilaku inovatif ditentukan oleh ciri-ciri sifat tertantu maka penelitian ini akan melihat pengaruh sembilan sifat wirausaha dari Sukardi (1991) terhadap perilaku inovatii Pengaruh tipe kepribadian Miner (1996) juga akan dilihat terhadap perilaku inovatif yang menurut penciptanya konsep ini bisa digunakan untuk memprediksi keberhasilan usaha.
lnovasi Organisasi adalah konsep yang lain tentang keberhasilan. Higgins (1994) bahkan menyebutnya dengan sangat bombastis ?inovafe"or evaporate".
Ungkapan itu dimaksudkan untuk menunjukkan pentingnya organisasi yang inovatif pada dunia bisnis yang kompetitif saat ini. Konsep inovasi organisasi dari Higgins (1994) akan di gunakan sebagai acuan. Syarat utamanya terciptanya inovasi organisasi adalah adanya kemauan untuk terus belajar, karena itu organisasi pembelajar adalah
kuncinya. Selain organisasi pembelajar, juga harus tercipta lingkungan kerja yang homogen, dimana tercipta relasi yang kondusif antara atasan dan bawahan, dan antara sesama karyawan. Untuk itu relasi dalam organisasi menjadi syarat kedua terciptanya inovasi organisasi.
Konsep Kaplan dan Norton (1996) meskipun tidak lengkap akan digunakan sebagai acuan untuk kriteria keberhasilan usaha dalam menyusun alat ukur. Kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini diukur dari tingkat kemajuan yang dicapai perusahaan dalam hal akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perbaikan sarana fisik, perluasan usaha dan kepuasan kerja karyawan.
Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: apakah faktor demografi, faktor perilaku inovatif; dan inovasi organisasi berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan usaha? Yang manakah diantara variabel-variabel tersebut yang terbukti berpengaruh terhadap keberhasilan usaha, dan bagaimana bentuk hubungan struktural yang terbangun dari variabel-variabel tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelitian yang rnelibatkan 161 wirausaha yang membuka usaha di DKI dan DIY. Di Jakarta penelitian dilakukan di Kawasan Industri Pulo Gadung, Perbanas, dan Kalimalang. Di DIY penelitian dilakukan di Daerah Yogyakarta dan sekitamya. Tehnik sampel yang digunakan adalah tehnik accidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 9 instrumen berupa kuesioner dan daitar isian. Daftar isian digunakan terutama untuk mengukur faktor demografi, akumulasi modal dan proses bisnis internal.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang variabel-variabel demografi, perilaku inovatif dan inovasi organisasi diiakukan analisis hubungan kausal dengan menggunakan model persamaan struktural, dengan program LISREL 8.31 (Linear Structural Relations) yang diciptakan oleh Joreskog dan Sorbom (1996).
Hasil uji persamaan struktural menunjukan bahwa (1) variabel usia memberi pengaruh langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha, (2) variabel pengalaman dalam berusaha tidak memberi pengaruh langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha, (3) variabel tingkat pendidikan tidak memberi pengaruh langsung yang bemakna pada keberhasilan usaha, (4) variabel sifat-sifat wirausaha mernberi pengaruh langsung yang bermakna pada perilaku inovatif (5) variabel tipe kepribadian memberi pengaruh langsung yang bemakna pada perilaku inovatif (6).
variabel sifat-sifat wirausaha memberi pengaruh tidak Iangsung yang bermakna pada keberhasilan usaha melalui perilaku inovatif wirausaha, (7) variabel tipe kepribadian memberi pengaruh tidak langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha melalui perilaku inovatif wirausaha (8) perilaku inovatif memberi pengaruh langsung yang bermakna pada keberhasilan usaha.
Untuk variabel organisasi pembelajar, variabel relasi dalam organisasi dan inovasi organisasi tidak memberi pengaruh baik langsung maupun tidak langsung pada keberhasilan usaha. Tetapi ketiga variabel tersebut menciptakan persamaan struktural baru dan memberi pengaruh pada kepuasan kerja karyawan.
Dari hasil studi ini dapat diajukan beberapa saran:
(1). Perilaku inovatif hendaknya diiadikan program pengembangan SDM Indonesia, dengan mengikutsertakan sembilan sifat wirausaha dari Sukardi dan empat tipe kepribadian dari Miner. (2). Program pelatihan sembilan sifat wirausaha dari Sukardi digabung dengan pelatihan lentang kreativitas dan Achievement Motivation Training bermanfaat untuk mengembangkan wirausaha-wirausaha tangguh.

Abstract
This research is intended to explore the direct and indirect factors affecting the success of small entrepreneurs. The result of this research may provide input in an attempt to increase the role of small entrepreneur in Indonesian economy. This is due to its dominan proportion in lndonesian business and its widespread locations in Indonesian cities and villages.
Small entrepreneurs are also the best way to increase employment and equal distribution of income. Solid small entrreneurs are expected to strengthen the domestic economy since they uses local raw materials and human resources. They also gain additional values because of their domestic location and consumers, thus contributes to domestic money circulation. This will eventually strengthen the domestic economy (Swasono, 2001), the conditions of which will enhance the preparation for the national economy to enter the free market.
The success of entrepreneurship is evaluated from three factors: demography, innovative behavior and organizational innovation. Demography affects the success of entrepreneurship in term of age, experience in entrepreneurial management and educational level. Age is chosen for it is normally linked with entrepreneurial age (Staw, 1991): with the increase ofthe entrepreneur?s age, more experience is gained. Experience is chosen for it has been shown that successful entrepreneurs are those who had previous managerial experience, although other studies show that entrepreneurs without experience may also succeed. The role of educational level is also explored.
The major focus of this study is innovative behavior since innovative and creativity are used to describe entrepreneurial behavior. Both concepts, however, lack attention and empirical verification. Innovative behavior emphasizes way of thinking, i.e.
whether one tends to make adaptive or creative decisions (Kirton, 1973). Innovative behavior is thus a personality concept (Kirton, 1973; Goldsmith, 1980). A number of experts believe that creative personality develops from the age of two months (Feij, et.al.; Abrams & Neubauer; Hold; Molen (in Kirton, 1989). Since childhood, one tends to make gradual changes (adaptive innovative) or total changes (creative innovative). The tendency toward adaptive or creative innovation can be seen in particular traits, such as ?self-will, individualistic, thing orientated, and explorative versus ?compliant and social?
(Kirton, 1989). Since innovative behavior is determined by particular traits, this study investigates the influence of Sukardi?s (1991) nine characteristics of entrepreneur on innovative behavior. The study also investigated the influence of Miner?s (1996)
personality types on innovative behavior since this concept is, according to its inventor, may predict success in entrepreneurship.
Organizational innovation is another concept of success. Higgins (1994)
describes it bombastically: ?innovate or evaporate". This shows the importance of innovative organization in the present competitive business world. ln this study, Higgins?
organizational concept is adopted as reference. The main requirement for creating organizational innovation is motivation for continuous leaming and thus the key is organizational learning. Beside the lcaming organization, organizational relation is the second requirement for organizational innovative. This includes homogenous workplace environment, where conductive relations must exist between the superior and subordinate, and among workers.
This study adopts Kaplan and Norton?s (1996) concept, despite its incompletion, as a reference in composing the parameter of criteria of entrepreneurial success. The criteria of entrepreneurial success in this research are the stages of growth reached bythe company in terms of capital accumulation, product quantity, customer amounts, the growth of physical means, diversification on business, and work satisfaction.
The problem in this research are: do the demographic factors, innovative behavior factors, and organizational innovations factors affect the degree of entrepreneurial success? Which of those variables influence the entrepreneurial success? And what is the structural equation model (SEM) constructed tiom those variables?
To answer those questions, this research involves 161 entrepreneurs in Jakarta and Yogyakarta. The research is done at Kalirnalang, Perbanas, and Pulogadung Industrial Square and in Daerah istimewa Yogyakarta. The data are collected using accidental sampling technique. Nine instruments are used in this research, in the form of questionaires and blank fomrs. Blank forms are particulary used to measure the demographic factors, capital accumulation and intemal business process.
To provide a complete description ofthe demographic, innovative behavior, and organizational innovation variables, analysis of causality relation is conducted by applying structural equation model of Linea: Structural Relation (LISREL) 8.31 program created by Joreskoq and Sorbom (1996).
The results of structural equations test indicates that: (l) age has direct and signiiicant impact on the success of entrepreneurship, (2) entrepreneurial experience has no direct impact on the success of entrepreneurship, (3) degree of education has no direct impact on the success of entrepreneurship, (4) characteristics of entrepreneur has direct and signiticant impact on innovative behavior, (5) personality type has direct and significant impact on the innovative behavior, (6) nine characteristics of entrepreneur variable has indirect and signiiicant impact on the success of entrepreneurship, (7)
personality type has indirect and significant impact on the success of entrepreneurship, (8) the innovative behavior has direct and significant impact on the success of entrepreneurship.
Organizational leaming, organization relations and organizational innovative has no direct nor indirect impact on the success of entrepreneurship. However, these three variables create a new structural equation model, which affect worker?s satisfaction.
This study presents the following suggestions: (1) innovative behavior need to be adopted as the model for human resources development in Indonesia, by involving Sukardi?s nine characteristics of entrepreneur, and Miner?s four personality types, (2)
training programs adopting Sukardi?s nine characteristics of entrepreneur combined with creativity training and Achievement Motivation Training is effective to develop strong and stable entrepreneurs."
2002
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tambak udang putih merupakan sebuah ekosistem buatan kompleks yang membutuhkan bantuan manusia untuk mempertahankan keseimbangan elemen-elemen pembentuknya. Permasalahan di dalamnya disebabkan oleh proses ekologis baik secara biologi, kimia, maupun fisika yang saling terkait. Sehingga untuk menghasilkan solusi optimal perlu diperhitungkan bagaimana keterhubungan antar elemen. Pengetahuan mengenai hubungan elemen-elemen tersebut umumnya dikuasai oleh pakar, tetapi tidak seluruh tambak mampu menyediakan pakar dalam budidayanya. Pengembangan sistem pakar dalam penelitian ini ditujukan untuk menjawab kebutuhan pakar di tambak udang menggunakan teknik klasifikasi. Pengetahuan pakar direpresentasikan dalam decision table dengan penggunaan multi atribut. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa sistem mampu menghasilkan solusi dari berbagai variasi masalah yang mungkin terjadi di tambak seperti pakar dan fleksibel untuk dimodifikasi.
"
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nadia Alisha
"ABSTRAK
Asma merupakan salah satu penyakit kronis tidak menular yang prevalensipenderitanya meningkat setiap tahunnya di seluruh dunia. Asma merupakan penyakityang tidak bisa disembuhkan, sehingga penderita hanya bisa mengontrol kondisiasmanya agar tidak kambuh. Salah satu cara yang efektif untuk mengontrol asmaadalah dengan melakukan perilaku sehat. Kecenderungan seseorang untuk melakukanperilaku sehat dapat dilihat melalui health locus of control HLOC yang dimilikinya.HLOC adalah kepercayaan seseorang mengenai sumber kontrol dari kondisikesehatannya. Terdapat tiga dimensi HLOC yaitu internal, powerful other, dan chance.HLOC internal memiliki kecenderungan untuk percaya bahwa kondisi kesehatanberasal dari tingkah laku sendiri, sementara HLOC powerful others percaya bahwakondisi kesehatan dihasilkan dari tindakan orang lain. Terakhir, HLOC dimensi chancememiliki kecenderungan untuk percaya bahwa kondisi kesehatan adalah hasil daritakdir atau keberuntungan. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh HLOC terhadapperilaku sehat pada penderita asma. HLOC diukur menggunakan Form CMultidimensional Health Locus of Control Scales Wallston, Stein Smith, 1994 ,sedangkan perilaku sehat diukur menggunakan Asthma Self-ManagementQuestionnaire Mancuso, Sayles Allegrante, 2009 . Hasilnya dari 272 partisipandiperoleh bahwa dimensi chance HLOC mempengaruhi perilaku sehat secarasignifikan dengan hubungan yang negatif t 272 = -3.22, p0,05, dan padadimensi powerful others diperoleh hasil t 272 = 1,06, p>0,05. Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa HLOC dimensi internal dan powerful others tidak signifikanmempengaruhi perilaku sehat.

ABSTRACT
Asthma is one of the chronic non communicable diseases whose prevalence increasesevery year worldwide. Asthmatic patients can only control their asthma because itcannot be cured. One effective way to control asthma is to perform health behaviors.A person 39 s tendency to perform health behaviors can be seen through his her healthlocus of control HLOC . The three dimensions of HLOC is internal, powerful others,and chance. Internal HLOC is the extent to which a person believes his her health isthe result of his her own behavior, while powerful others HLOC is the belief that healthconditions is the result from the actions of others. Finally, the chance HLOC is thebelief that health conditions are the result of fate or luck. This study examined the effectof HLOC on health behavior in asthmatic patients. HLOC was measured using FormC Multidimensional Health Locus of Control Scales Wallston, Stein Smith, 1994 ,whereas health behavior was measured using Asthma Self Management Questionnaire Mancuso, Sayles Allegrante, 2009 . The result of 272 participants found that thechance HLOC significantly influenced the health behavior with negative relationship t 272 3.22, p 0,05,and on the powerful others HLOC the obtained result is t 272 1,06, p 0,05. Thus itcan be concluded that HLOC internal dimensions and powerful others does notsignificantly affect health behavior."
2017
S67367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam ekonomi modern sistem pembayaran tunai telah tergantikan dengan sistem kartu kredit. Situsi ini memberikan dampak terhadap konsumen terhadap proses pembelian yang tidak matang dan tidak terencana akibat kurangnya pengendalian diri. Kajian ini mengambil sampel 60 orang yang dilakukan secara aksidental di Swalayan Carrefour Bandung menggunakan konsep impulse buying dari Rook & Verplanken yang dikombinasikan dengan Locus of Control Internal. Meski demikian masih ditemuakn konsumen dengan perilaku impulse buying tinggi dengan locus of control external."
MIMBAR 28:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andrean Alberto
"Perubahan sistem budidaya udang vaname dari sistem tradisional menjadi sistem intensif membawa dampak terhadap lingkungan. Penerapan budidaya secara intensif dapat meningkatkan produksi namun membawa dampak lain diantaranya pencemaran lingkungan oleh efluen tambak. Di BLUPPB Karawang efluen tambak langsung dibuang ke perairan umum tanpa dilakukan pengelolaan terlebih dahulu. Untuk melakukan pengelolaan diperlukan data analisis nilai fisik dan kimia perairan tambak. Penelitian dilakukan pada bulan November 2015 sampai dengan April 2016 di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data analisis kondisi fisik dan kimia air pemeliharaan serta efluen tambak udang dan data analisis kandungan logam berat pada sedimen di saluran outlet tambak agar dapat dilakukakan pengelolaan. Sampel diambil pada 3 lokasi (air pemeliharaan, efluen tambak dan sedimen di saluran outlet tambak) dan dianalisis berdasarkan baku mutu yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan nilai parameter fisik dan kimia pada air pemeliharaan cenderung terjaga dengan baik, akan tetapi nilai parameter fisik TSS sebesar 203 ppm, kekeruhan sebesar 51 NTU dan paramater kimia BOD sebesar 46 ppm berada melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam KEPMENKP NO:28/MEN/2004. Rata-rata hasil pengukuran logam berat pada sedimen di saluran outlet tambak untuk logam Zn sebesar 1,66 ppm, Cu sebesar 0,73 ppm dan Cr sebesar 1,74 ppm, ketiga logam berat tersebut berada dibawah batas maksimum yang di tetapkan dalam standar baku mutu IADC/CEDA (1997).

Vaname shrimp culture system that changes from the traditional system into an intensive system had an impact on the environment. Application of intensive cultivation to increase production also bring other impacts including environmental pollution such as effluent ponds. In BLUPPB Karawang, pond effluent directly discharged into public waterways without any prior treatment. Ponds management (physical and chemical parameters) measurement are needed to maintain good quality of pond water in the effluent. The study was conducted from November 2015 until April 2016 at Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, West Java. The purpose of this study was to obtain data on physical and chemical parameters in pond and effluent water, to analyze heavy metals content in sediment of the pond at outlet channel. Samples were taken at three locations (pond, effluent ponds and pond sediments at the outlet channel). All values were compared with standart reference. The results showed that the value of physical and chemical parameters in pond water tend to be well maintained, but in the effluent the value of the physical parameters such as TSS was 203 ppm, turbidity was 51 NTU and parameters of chemical BOD was 46 ppm. This values exceeded the quality standards established by KEPMENKP NO: 28 / MEN / 2004. The average results of the measurement of heavy metals in sediment in the pond outlet channel for the metal were 1.66 ppm for Zn, 0.73 ppm for Cu and 1.74 ppm for Cr. Those values of heavy metals are below the maximum limits set within the standards quality by IADC / CEDA (1997)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T47217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>