Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105423 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alberta Jesslyn Gunardi
"Kemunculan dari MDR-TB telah menjadi masalah kesehatan yang penting dan mengancam kontrol TB sedunia. Beberapa faktor resiko dihubungkan dengan perkembangan MDR-TB pada pasien yang pernah menjalani pengobatan TB, termasuk kepatuhan pasien meneruskan pengobatan. Penilitian ini ditujukan untuk mencari bagaimana kepatuhan pasien MDR-TB meneruskan pengobatan sewaktu pengobatan TB yang pertama kali. Selain itu hubungan dengan kepatuhan pasien makan obat sesuai jadwal juga diteliti. Penilitian ini menggunakan metode cross sectional dengan mewawancarai pasien MDR-TB di RS Persahabatan, Jakarta selama bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010 (n=50). Hasil menunjukan bahwa mayoritas pasien patuh meneruskan pengobatan terhadap pengobatan TB yang pertama kali. Penelitian ini menemukan bahwa tidak adanya hubungan antara kepatuhan pasien meneruskan pengobatan dan kepatuhan pasien makan obat sesuai jadwal sewaktu pengobatan TB yang pertama kali.

The emergence of MDR-TB has become an important health issue and threatens TB control worldwide. Various risk factors are identified to contribute the development of MDR-TB from previous TB treatment, including patient adherence. This study aims to find out how the MDR-TB patient adherence during their primary TB treatment. In addition, the association with patient compliance is analyzed. This is a cross-sectional study by interview to MDR-TB patients in Persahabatan Hospital, Jakarta during December 2009 until August 2010 (n=50). Results show that majority of the patients adhere to their primary TB treatment. This study finds there is no association between patient adherence and compliance during primary TB treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Pradipta Susanto
"Meningkatnya MDR-TB menambah beban pada kontrol TB. Beberapa faktor resiko dihubungkan dengan insiden MDR-TB pada pasien yang pernah menjalani pengobatan TB, termasuk pemilihan kombinasi obat yang salah oleh dokter. Penilitian ini ditujukan untuk mengetahui pemilihan obat yang diberikan kepada MDR-TB pasien sewaktu pengobatan TB yang pertama kali. Di samping itu, hubungan dengan tempat pengobatan juga diteliti.
Penilitian ini menggunakan metode cross sectional dengan interview pada pasien MDR-TB di RS Persahabatan, Jakarta (n=50) pada periode Desember 2009 sampai Agustus 2010. Hasil menunjukkan mayoritas pasien diberi OAT-KDT/Kombipak (68%) dan regimen kategori 1 (78%). Pengobatan di institusi pemerintah atau swasta membuat perbedaan bermakna pada pemberian OAT-KDT/Kombipak.

The increase of MDR-TB has saddled the TB control. Various risk factors are identified to contribute the development of MDR-TB from previous TB treatment, including mistake in giving drug combination in initial phase (i.e. error in prescription by physician). This study aims to measure the frequency of drug combination given to the MDR-TB patients during their primary TB treatment. In addition, its association with primary treatment place is investigated.
This is a cross-sectional study by interview to MDR-TB patients in Persahabatan Hospital, Jakarta (n=50) from December 2009 to August 2010. Results show that majority of the patients are given FDC/Combipack (68%) and Category 1 (78%) drug. This study suggests that going to public or private treatment place make differences on whether FDC/Combipack is prescribed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Trianingsih
"ABSTRAK
Indonesia masih menjadi salah satu negara yang memiliki beban TB tertinggi di
dunia. Sebagai ibukota negara, keberhasilan pengobatan TB di DKI Jakarta masih
cukup rendah. Anak-anak adalah salah satu populasi rentan terhadap penyebaran
kuman TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling
mempengaruhi kepatuhan pengobatan TB anak. Metode yang dipakai adalah
deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang. Studi ini memberikan
gambaran bahwa variabel keyakinan menjadi faktor yang paling mempengaruhi
kepatuhan pengobatan TB pada anak (p value 0,001; α=0.05; OR 8,02) setelah
dikontrol oleh variabel lama pengobatan TB, Pengawas Menelan Obat (PMO),
tahapan perkembangan kognitif anak, perilaku koping, memori, regimen
pengobatan, komunikasi dengan penyedia layanan kesehatan, dukungan sosial dan
akses ke fasilitas kesehatan. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan pengobatan TB.

ABSTRACT
Determinant of compliance TB treatment in children in the Provincial of DKI
Jakarta. Indonesia still remains to be one of the countries with the highest TB
burden in the world. As the state capital, the success of TB treatment in DKI
Jakarta is still quite low. Children are one of the most vulnerable populations to
the spread of TB germs. This study aims to determine the factors that most
influence TB child treatment adherence. The method used is descriptive analysis
with cross sectional approach. This study illustrates that belief are the most
influencing factors of TB treatment adherence in children (p value 0,001; α=0.05;
OR 8,02) after controlled by long-term treatment of TB, medicine observer,
cognitive developments stages, coping behaviour, memory, treatment regimens,
communication with health care providers, social support and access to health
facilities. This study can be the reference to provide nursing intervention in
children with TB treatment."
2017
T47715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irvan Firdausy
"ABSTRAK
Tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit menular yang membutuhkan pengobatan yang panjang. Ketidakpatuhan pengobatan dapat menyebabkan TB resisten obat. Ketidaktahuan masyarakat dan persepsi yang salah tentang penyakit dan pengobatannya dapat menimbulkan stigma. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara stigma pasien TB paru terhadap kepatuhan minum OAT. Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan non convenience sampling dengan jumlah sampel 100 responden. Variabel independen menggunakan instrumen kuesioner 8-Stigma Scale dengan 8 pertanyaan seputar stigma, variabel dependen menggunakan kuesioner kepatuhan yang sudah digunakan sebelumnya. Kedua kuesioner tersebut sudah di uji validitas dan reliabilitasnya dan dinyatakan valid dan reliabel. Uji analisis data menggunakan chi square. Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara stigma pasien TB paru terhadap kepatuhan minum OAT P value = 0,025 ; OR 0,332 . Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang stigma TB dan dapat meningkatkan kepatuhan dan efikasi diri pasien TB.

ABSTRACT
Tuberculosis is an airborne infectious disease that requires a long treatment. Noncompliance with medication may result TB drugs resistant. TB patients are commonly stigmatized due to inadequate knowledge concerning TB disease. The purpose of the study was to investigate the relationship between stigma of pulmonary TB patients and patient rsquo s drugs compliance. This study used quantitative correlational study with cross sectional approach. A convenience sample of 100 patients was involved in this study. The independent variable used the 8 Stigma Scale questionnaire instrument with 8 questions about stigma, dependent variable used compliance questionnaire that has been tested. Both questionniare has been tested the validity and reliability and declared valid and reliable. The data were analyzed using chi square. The result of the study showed significant correlation between stigma of pulmonary TB patients and TB drugs medication compliance P value 0,025 OR 0,332 . This study was expected to be a recomendation to provide health education about TB stigma and then improve compliance and self efficacy of pulmonary TB patient."
2017
S69748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tissy Fabiola
"Penyakit tuberculosis (TB) telah dinyatakan sebagai salah satu permasalahan kesehatan dunia oleh WHO semenjak tahun 1993, danjumlahpenderita tuberkulosis kian meningkat setiap tahunnya. Mycobacterium tuberculosis, agen penyebab dari penyakit tuberkulosis telah bermutasi menjadi strain resistant erhadap lebih dari satu obat antituberkulosis, yang melahirkan sebuah penyakit yang disebut Multidrug-resistant Tuberculosis (MDR-TB). Studi ini bermaksud mengetahui pengaruh usia dan status pekerjaan pada pasien MDR-TB selama pengobatan inisial TB terhadap kepatuhan pasien dalam pengobatan. Data diambil di RS Persahabatan Jakarta (n=50), pada bulan Desember 2009 hingga Agustus 2010 dengan metode cross sectional. Sample diperoleh dengan metode convenient sampling method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34% pasien berusia 16-20 tahun dan 70% pasien memiliki pekerjaan saat pengobatan TB pertama, serta baik usia pasien maupun status pekerjaan pasien tidak ada hubungan yang signifikan dengan kepatuhan pasien.

Tuberculosis (TB) disease has been declared as a global emergency according to WHO since 1993 and the number of the people who become infected with this disease keeps increasing throughout the year. Mycobacterium tuberculosis, the causative agent of tuberculosis disease has mutated to be resistant to more than one antituberculosis drug, leading to a disease called Multidrug-resistant Tuberculosis (MDR-TB). This study aims to measure the influence between age and employment status during primary TB treatment and the development towards MDR-TB in relation to patient compliance. Data is collected in Persahabatan Hospital, Jakarta (n=50) on December 2009 until August 2010, using cross sectional method. Samples are obtained using convenient sampling method. The result shows that 34% patients were 16-20 years old and 70% patients were employed during their primary TB treatment, and neither age nor employment status has a significant association with patient compliance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicolaus Novian Wahjoepramono
"MDR-TB menjadi masalah yang penting di Indonesia karena besarnya angka kematian dan morbiditas. Dengan mencari tahu alasan perkembangan tuberculosis menjadi MDR-TB, insidensi dari penyakit mematikan ini dapat dikurangi. Pengumpulan data dilakukan di RS Persahabatan dalam jangka waktu dari Desember 2009 sampai Agustus 2010 dan bertujuan untuk mengukur angka kepatuhan dalam pengobatan tuberculosis primer dan efek dari pembagian OAT secara gratis terhadap kepatuhan pasien. Pasien MDR-TB akan diwawancara secara retrospektif untuk mencari tahu derajat kepatuhan mereka saat pengobatan primer dulu. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 46% dari pasien MDR-TB tidak mematuhi regimen pengobatan primer dulu. Angka ini jauh lebih buruk dari data tuberculosis pada umumnya. Hasil juga menyimpulkan bahwa hubungan antara pembagian obat secara gratis dan kepatuhan pasien sebagai non-signifikan.

The problem of Multi-Drug Resistant Tuberculosis in Indonesia is of high importance due to its high mortality and morbidity rate. Finding clues as to how MDR-TB develops from susceptible strains of TB will help Indonesia in eliminating the menace that is MDR-TB. Data collection is done in RS Persahabatan, Jakarta during the period of December 2009 until August 2010, and aims to measure the rate of compliance in the primary TB treatment of confirmed MDR-TB patients. The study also looks at the effect of free medication on patient compliance. Interview sessions will be set for MDR-TB patients to look in retrospect towards their primary TB treatment. Results show that 46% of patients did not comply in their primary treatment, a lot higher than normal. It also proves of the relationship between compliance and the accessibility of free drugs to be non-significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Sedjahteraa
"Kemunculan MDR-TB menghambat program pemberantasan TB dan berakibat pada meningkatnya angka kematian dan beban control TB. Tempat pengobatan TB, termasuk riwayat pengobatan, sangat mungkin merupakan predictor MDR-TB yang kuat. Tujuan dari studi ini ada untuk mengidentifikasi dan menganalisis tempat pengobatan TB primer sebagai salah satu factor yang mungkin berkontribusi dalam perkembangan TB menjadi MDR-TB. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2009 hingga Agustus 2010. Mengguanakan metode cross-sectional, data didapatkan melaui wawancara mendalam dengan 50 pasien MDR-TB yang sedang mendapatkan pengobatan di klinik MDR-TB RS Persahabatan. Dalam jumlah besar pasien MDR-TB mendapatkan pengobatan di puskesmas (38%) dan dokter praktik pribadi (28%). Tidak ditemukan adanya assosiasi antara tempat pengobatan TB pertama dan kepatuhan pasien sedangkan assosiasi terlihat antara tempat pengobatan TB pertama dan peresepan obat gratis.

The emergence of MDR-TB hampers TB eradication program which resulted in high fatality rate and increase burden of TB control. TB treatment place, including history of treatment, might be a strong predictor of MDR-TB. The purpose of this study is to identify and analyze primary TB treatment place as the contributing factor that may lead to the development of TB towards MDR-TB. The data collection was done from December 2009 to August 2010 at Persahabatan Hospital. Using cross-sectional method, data is obtained through thorough interview of 50 MDR-TB patients undergoing treatment in MDR-TB Clinic in Persahabatan Hospital. Large proportion of MDR-TB patient received their primary TB treatment at puskesmas (38%) and private Practice (28%). It is found that there is no association between primary TB treatment place and patient compliance while association appears between primary TB treatment place and free drug prescription."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Andreas
"Penyakit gigi dan mulut termasuk dalam 10 peringkat penyakit terbanyak yang diderita masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang banyak dijumpai pada masyarakat di Indonesia dengan prevalensi dan derajat keparahan yang cukup tinggi.
Penyakit karies gigi, kelainan periodontal, dan gangguan traumatik yang kronis dapat menyebabkan kelainan pada pulpa gigi yang akhirnya memerlukan perawatan endodontik. Salah satu jenis perawatan endodontik adalah perawatan saluran akar yaitu perawatan gigi dengan cara pengangkatan seluruh jaringan pulpa gigi. Di dalam perawatan saluran akar terutama pada perawatan endodontik konvensional diperlukan waktu kunjungan yang berulangkali yaitu antara 3 - 4 kali. Ketidakpatuhan dalam menjalani perawatan saluran akar dapat menyebabkan kegagalan perawatan yang berakibat perawatan harus diulang kembali. Hal ini berarti menambah biaya dan waktu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan pasien dalam perawatan saluran akar yang datang ke Poliklinik Konservasi Gigi FKGUI Jakarta dari bulan September 1997 sampai dengan bulan Agustus 1998. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 1999. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan mengambil seluruh pasien yang datang yaitu sebanyak 131 orang. Dari seluruh populasi hanya 117 orang saja yang dapat diteliti. Perilaku kepatuhan dibagi dalam dua kategori yaitu patuh dan tidak patuh dilihat dari penyelesaian perawatan dan jadwal serta jumlah kunjungan yang telah dianjurkan oleh dokter giginya.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa hanya 54 orang (46,2%) yang patuh menjalani perawatan dan yang tidak patuh sebanyak 63 orang (53,8%). Hasil analisis bivariat antara 8 variabel bebas dengan variabel terikat, menghasilkan 6 variabel yang mempunyai hubungan bermakna (p<0,05), yaitu variabel pengetahuan tentang perawatan saluran akar, persepsi tentang perawatan saluran akar, sikap terhadap perawatan saluran akar, waktu tunggu selama menjalani perawatan saluran akar, pelayanan petugas, dan dukungan keluarga/teman. Sedangkan 2 variabel lainnya yaitu aksesibilitas dan biaya, ternyata tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku kepatuhan (p>0,05).
Hasil analisis multivariat dengan metoda regresi logistik dari delapan variabel bebas, ternyata hanya tiga variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna (p<0,05), yaitu variabel waktu tunggu, sikap, dan persepsi. Hal ini menunjukkan bahwa hanya variabel waktu tunggu, sikap, dan persepsi saja yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku kepatuhan dalam perawatan saluran akar gigi, dengan tetap melihat faktor-faktor lainnya.
Intervensi perilaku berupa pendidikan kesehatan gigi bagi pasien dan masyarakat pada umumnya dapat menjadi alternatif yang terbaik untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani perawatan gigi, terutama perawatan saluran akar yang memerlukan kunjungan yang berulangkali. Intervensi perilaku tidak hanya ditujukan pada pasien dan masyarakat saja, tetapi juga bagi tenaga kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan gigi di masyarakat. Disamping itu perlu juga peningkatan sumberdaya dan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat.

Factors associated with compliance behaviors of patients for root canal treatment at the Faculty of Dentistry, University of Indonesia in 1998.Oral disease is the tenth prevalent disease in the community. Dental caries has high prevalence and severity level in Indonesia.
Dental caries, periodontal disease and chronic traumatic disorder can be the causes of dental pulpal disorder that may lead to endodontic treatment. Root canal treatment as an endodontic treatment is excavation the entire pulpal tissues. A conventional root canal treatment needs 3 to 4 visits. Incompliance to this treatment causes failure of the treatment, and needs to be repeated, which will require more time and cost to the treatment.
This study is to acknowledge the factors that are associated with patients' incompliance behavior to the root canal treatment. The study design is cross sectional study. The population study is all patients who came to the Operative Dentistry Department, Faculty of Dentistry, University of Indonesia during September 1997 until August 1998. 117 samples out of 131 were included in the study. Incompliance behavior was divided into two categories that are "comply" and "not comply", based on completion of the treatment, treatment schedule and number of visits instructed by the dentists.
Univariate analysis showed that only 54 samples (46,2%) complied to the treatment and 63 samples (53,8%) did not comply. In the bivariate analysis, 6 of 8 independent variables, which are knowledge, perception, attitude, waiting time, service of dental provider and family/friend support, showed significant relationship with the dependent variable (p<0,05). Whilst the other two variables, access ability and cost, did not show significant relationship with compliance behavior (p>0, 05).
The study concluded the variables of waiting time, attitude and perception are main factors that influence the compliance behavior of root canal treatment. Dental health education as an intervention for patients and community may be a worthy alternative effort in increase the patient?s compliance toward dental treatment, especially root canal treatment that needs repetitive visits. This alternative intervention may also be worthy for dental manpower in order to increase dental health service in the community that lead to increasing dental health level in the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Ayuputeri
"MDR-TB telah menjadi ancaman bagi masyarakat masa kini, dengan demikian, menambah beban akibat penyakit TB. Beberapa faktor resiko dapat menyebabkan kasus TB berkembang menjadi kasus MDR-TB, diantaranya adalah implementasi strategi (DOTS) yang buruk, terutama berkaitan dengan keberadaan Pengawas Minum Obat (PMO) dalam pengobatan TB pertama. Penelitian cross-sectional ini mengkaji 3 dari 5 komponen DOTS dalam pengobatan TB pertama yakni adanya pemeriksaan dahak, PMO, serta distribusi dan cakupan obat anti-TB dari program nasional penanggulangan TB. Penelitian ini membahas hubungan antara PMO dan kepatuhan pasien dalam meminum obat. Data untuk studi ini diambil dari hasil wawancara terhadap 50 pasien di Klinik MDR-TB, RS Persahabatan pada Desember 2009-Agustus 2010. Studi ini menunjukkan bahwa sebanyak 32% pasien mengetahui perlu adanya PMO selama pengobatan TB, namun sebanyak 40% pasien memiliki figur yang menjalankan fungsi sebagai PMO. Meskipun demikian, tidak ada perbedaan signifikan dalam kepatuhan minum obat diantara pasien yang memiliki PMO dan pasien yang tidak memiliki PMO.

MDR-TB poses as a growing threat to present society, further complicating the burden of TB. Various risk factors have been identified to contribute to the development towards MDR-TB from previous TB treatment, one of which is poor implementation of DOTS, especially in relation to the presence of DOTS observer (Pengawas Minum Obat or PMO). This cross sectional study assesses the implementation of 3 out of 5 components of DOTS during primary TB treatment; sputum check, PMO assistance, and coverage of free drug from NTP. Furthermore, this study investigates the association between the presence of PMO and patient compliance. Data is collected by deep interview with 50 patients in MDR-TB Clinic, Persabahatan Hospital during December 2009 to August 2010. This study shows that 62% subjects have their sputum check, and 52% subjects receive free drug. Only 32% subjects acquire the knowledge of PMO, yet 40% subjects are actually observed by PMO. There is no significant difference in patient compliance with the presence of PMO."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Nabilla
"Hipertensi adalah suatu keadaan pasien memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg ketika dilakukan pengukuran darah minimal dua kali dengan jarak satu minggu dan berdasarkan diagnosis dokter. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah 34,1% dibandingkan 27,8% pada Riskesdas tahun 2013.5 Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2021, Penyakit Tidak Menular (PTM) yang memiliki pasien terbanyak adalah hipertensi yaitu sejumlah 5.026 orang. Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara berkembang bahkan lebih rendah dari 50%. Kepatuhan minum obat merupakan faktor penentu yang penting dalam keberhasilan terapi terutama pada terapi penyakit tidak menular seperti hipertensi. Profil kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Matraman menunjukkan bahwa sampel dengan kepatuhan sedang memiliki jumlah terbanyak yaitu 24 orang, kemudian sampel dengan kepatuhan tinggi berjumlah 8 orang dan sampel kepatuhan rendah berjumlah 11 orang. Karakteristik sampel yang memiliki hubungan dengan kepatuhan minum obat berdasarkan hasil uji Chi-square adalah umur (nilai p = 0,040) dan pendidikan terakhir (nilai p = 0,004). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi umur maka kepatuhan semakin rendah dan semakin tinggi pendidikan terakhir maka tingkat kepatuhan semakin tinggi.

Hypertension is a condition in which a patient has blood pressure ≥140/90 mmHg when blood measurements are taken at least twice one week apart and based on a doctor's diagnosis. The 2018 Basic Health Research (Riskesdas) showed an increase in the prevalence of hypertension in Indonesia with a population of around 260 million, which was 34.1% compared to 27.8% in the 2013 Riskesdas. 5 Based on the health profile of the Matraman District Health Center in 2021, noncommunicable diseases The most patients with hypertension are 5,026 people. According to a WHO report in 2003, the average patient adherence to long-term therapy for chronic diseases in developing countries is even lower than 50%. Compliance with taking medication is an important determining factor in the success of therapy, especially in the treatment of non-communicable diseases such as hypertension. The profile of adherence to taking antihypertensive medication in hypertensive patients at the Matraman Health Center shows that the sample with moderate adherence has the highest number, namely 24 people, then the sample with high adherence is 8 people and the sample with low adherence is 11 people. Based on the results of the Chi-square test, the characteristics of the sample that had a relationship with medication adherence were age (p-value = 0.040) and recent education (p-value = 0.004). Observations showed that the higher the age, the lower the compliance, and the higher the last education, the higher the level of compliance. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>