Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178497 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lisantia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara cinta dan kepuasan perkawinan pada individu yang pertama kali menjadi orangtua. Sebanyak 62 partisipan diminta untuk mengisi kuesioner cinta (Sternberg’s Triangular Love Scale) dan kepuasan perkawinan (Fowers & Olson’s ENRICH Marital Satisfaction Scale). Pada penelitian ini, partisipan ditemukan memiliki cinta dan kepuasan perkawinan yang tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara cinta dan kepuasan perkawinan (r = 567, p < .01). Hal ini berarti semakin tinggi cinta, maka semakin tinggi pula kepuasan perkawinan pada individu yang pertama kali menjadi orangtua.

The aim of this research was to examine the relationship between love and marital satisfaction in first-time parent. A total of 62 participants were asked to complete questionnaires on love (Sternberg’s Triangular Love Scale) and marital satisfaction (Fowers & Olson’s Marital Satisfaction). In this research, participants were found to have high love and marital satisfaction. The result also indicates a positive and significant relationship between love and marital satisfaction (r = 567, p < .01). This means that the higher the love, the higher the marital satisfaction in first-time parent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqya Juwita
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara cinta dan kepuasan perkawinan pada individu dalam tahap awal perkawinan. Sebanyak 53 perempuan dan 32 laki-laki atau 85 orang (Musia = 26,6 tahun, SD = 2,4) melengkapi Sternberg's Triangular Love Scale yang mengukur cinta, serta Fowers and Olson's ENRICH Marital Satisfaction Scale yang mengukur kepuasan perkawinan.
Hasil menunjukkan bahwa level cinta dan kepuasan perkawinan partisipan tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan signifikan yang positif (r =0,294, p<0,01, 2-tailed) antara cinta dan kepuasan perkawinan pada individu dalam tahap awal perkawinan.

This study aimed to examine the relationship between love and marital satisfaction among individuals in the early stage of marriage. As much as 53 females and 32 males or a total of 85 participants (Mage =26.6 years old, SD=2.4) completed Sternberg's Triangular Love Scale measuring love and Fowers and Olson's ENRICH Marital Satisfaction Scale measuring marital satisfaction.
Results showed that the participants' love and marital satisfaction levels are high. Results also showed a significant positive relationship (r =.294, p<0.01, 2-tailed) between love and marital satisfaction among individuals in the early stage of marriage.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sellina Desnawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara gaya pengasuhan orang tua dengan regulasi emosi pada anak usia 3-6 tahun. Gaya pengasuhan diukur menggunakan PSDQ short version (Parenting Styles & Dimensions Questionnaire) (Robinson dkk., 2001), sedangkan regulasi emosi diukur menggunakan ERC (Emotion Regulation Checklists) (Ann & Cicchetti, 1997). Penelitian dilakukan terhadap 126 orang tua dari anak usia 3-6 tahun. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga tipe gaya pengasuhan memiliki hubungan yang signifikan dengan regulasi emosi. Tipe pengasuhan otoritatif berkorelasi positif dengan regulasi emosi, sedangkan tipe pengasuhan otoritarian dan permisif berkorelasi negatif dengan regulasi emosi. Analisis lebih lanjut menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan gaya pengasuhan yang dominan dilakukan. Perbedaan signifikan ditemukan pada tingkat pendidikan sarjana dibandingkan dengan pendidikan di SD hingga SMA.

The aim of this study was to investigate the relationship between parenting styles and the emotion regulation of children ages 3 to 6 in Jabodetabek. Parenting style was measured by PSDQ short version (Parenting Styles & Dimensions Questionnaire) (Robinson dkk., 2001), while child emotion regulation was measured by ERC (Emotion Regulation Checklists) (Ann & Cicchetti, 1997). The participants of this study were 126 parents of children ages 3 to 6. The results of the study showed that all of the three parenting styles correlated significantly with child emotion regulation; authoritative parenting styles correlated possitively, while both authoritarian and permissive parenting style correlated negatively. Further analysis indicated a possitive correlation between parent?s level of education and authoritative parenting styles. Significant difference was found in level of bachelor compared to the education level of primary to high school."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Amalina
"[ABSTRAKbr
Fenomena remaja melakukan perilaku agresif semakin banyak ditayangkan di media massa. Salah satu faktor penyebab remaja melakukan perilaku agresif yaitu kurangnya stabilitas emosi, yang terbentuk dari keterlibatan ayah dalam kehidupan sang anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan perilaku agresif remaja madya. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan menggunakan alat ukur Father Involvement Reported Scale yang disusun oleh Finley dan Schwartz (2004), sedangkan perilaku agresif remaja diukur menggunakan Aggression Questionnaire yang disusun oleh Buss dan Perry (1992). Partisipan penelitian ini berjumlah 436 orang siswa-siswi SMA yang berusia 15-18 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan perilaku agresif remaja madya (r=-0,117; p<0,05; two-tailed). Ditemukan pula adanya beberapa korelasi signifikan antara keterlibatan ayah dan dimensi-dimensi perilaku agresif. Terdapat hubungan signifikan negatif antara keterlibatan ayah dengan agresi fisik (r=-0,134; p<0,01; two-tailed) dan sikap permusuhan (r=-0,181; p<0,01; two-tailed); serta hasil signifikan positif antara keterlibatan ayah dengan agresi verbal (r=0,130; p<0,01; two-tailed).

ABSTRACTbr
Many adolescent aggressive behaviors appeared in media. One of the factors influencing those aggressive behavior is lack of emotional stability, which formed from father involvement in adolescent’s life. The purpose of this research is to examine the correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior. Father involvement was measured by Father Involvement Reported Scale (Finley & Schwartz, 2004), whereas adolescent aggressive behavior was measured by Aggression Questionnaire (Buss & Perry, 1992). Research participants were 436 high school students aged 15-18 years old. The result of this study indicate that there is significant correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior (r=-0,117; p<0,05; two-tailed). There are another findings that father involvement has significant correlation with aggressive behavior dimensions, namely physical aggression, hostility, and verbal aggression. There is negative significant correlation between father involvement and both physical aggression (r=-0,134; p<0,01; two-tailed) and hostility (r=-0,181; p<0,01; two-tailed); positive significant correlation between father involvement and verbal aggression (r=0,130; p<0,01; two-tailed)., Many adolescent aggressive behaviors appeared in media. One of the factors influencing those aggressive behavior is lack of emotional stability, which formed from father involvement in adolescent’s life. The purpose of this research is to examine the correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior. Father involvement was measured by Father Involvement Reported Scale (Finley & Schwartz, 2004), whereas adolescent aggressive behavior was measured by Aggression Questionnaire (Buss & Perry, 1992). Research participants were 436 high school students aged 15-18 years old. The result of this study indicate that there is significant correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior (r=-0,117; p<0,05; two-tailed). There are another findings that father involvement has significant correlation with aggressive behavior dimensions, namely physical aggression, hostility, and verbal aggression. There is negative significant correlation between father involvement and both physical aggression (r=-0,134; p<0,01; two-tailed) and hostility (r=-0,181; p<0,01; two-tailed); positive significant correlation between father involvement and verbal aggression (r=0,130; p<0,01; two-tailed).]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ariella Fedora
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh gaya pengasuhan terhadap karakter disipin, tanggung jawab, dan penghargaan pada anak usia middle childhood. Subjek penelitian ini adalah anak usia 8-9 tahun sebanyak 203 orang. Karakter dan gaya pengasuhan anak diukur dengan menggunakan akat ukur yang dikonstruk bersama dengan payung penelitian Pendidikan Karakter. Berdasarkan hasil penghitungan dengan one-way Anova didapatkan hasil yang signifikan. Hal ini berarti terdapat perbedaan karakter disiplin, tanggung jawab, dan penghargaan yang signifikan pada empat gaya pengasuhan berbeda, yaitu authoritative, authoritarian, permissive,dan neglectful pada anak usia middle childhood.

The aim of this research is to see the effect of parenting style on discipline, responsibility, and respect in middle childhood. The subjects are 203 children aged 8 and 9. Characters and parenting style of the subjects are measured by instruments that were constructed by a group of Character Education Research. Based on the measurement using one-way Anova, the result shows that there are significant differences between characters, which are discipline, responsibility, and respect, and parenting styles, which are authoritative, authoritarian, permissive, and neglectful in middle childhood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hapsari Cinantya Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen dan kepuasan perkawinan pada individu dalam tahap perkawinan yang memiliki anak remaja. Sebanyak 157 partisipan diminta untuk mengisi kuesioner komitmen (sub-skala komitmen dari Sternberg’s Triangular Love Scale) dan kepuasan perkawinan (Fowers and Olson’s ENRICH Marital Satisfaction Scale). Pada penelitian ini, partisipan ditemukan memiliki komitmen dan kepuasan perkawinan yang cukup tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen dan kepuasan perkawinan (r = .462, p < .01). Selain itu, ditemukan pula adanya hubungan yang signifikan antara lama berpacaran dan kepuasan perkawinan (r = . 164, p < .05).

This research was aimed to examine the relationship between commitment and marital satisfaction in individuals who are in the stage of marriage with teenagers. A total of 157 participants were asked to fill out questionnaires commitment (subscale commitment of Sternberg's Triangular Love Scale) and marital satisfaction (Fowers and Olson's Enrich Marital Satisfaction Scale). In this research, participants were found have quite high commitment and marital satisfaction. The results also indicate a positive and significant relationship between commitment and marital satisfaction (r = .462, p < .01). In addition, a significant correlation was found between courtship length and marital satisfaction (r = . 164, p <.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Andre Setiawan
"Masa transisi menjadi orang tua membuat ibu memiliki efikasi diri yang rendah mengenai cara pengasuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran coparenting orang tua-kakek-nenek di Indonesia dan mencari tahu hubungan antara coparenting orang tua-kakek-nenek dan maternal self-efficacy pada ibu emerging adult. Coparenting orang tua-kakek-nenek diukur dengan Coparenting Relationship Scale (CRS; Feinberg, Brown, & Kan, 2012). Sementara itu, maternal self-efficacy diukur dengan Self-Efficacy for Parenting Task Index-Toddler Scale Short Form (SEPTI-TS SF; Van Rijen, Gasanova, Boonstra, & Huijding, 2014). Partisipan penelitian adalah 142 ibu emerging adult yang berusia 19-25 tahun. Mereka adalah ibu yang baru pertama kali memiliki anak usia batita dan melakukan coparenting bersama kakek-nenek. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu emerging adult dapat membangun hubungan coparenting yang baik dengan kakek-nenek. Semakin baik hubungan coparenting antara ibu dan kakek-nenek, maka semakin baik maternal self-efficacy ibu emerging adult.

Transition to parenthood makes mothers have low self-efficacy in their parenting. This study conducted to obtain the description of parent-grandparent coparenting in Indonesia and the relationship between parent-grandparent coparenting and maternal self-efficacy in emerging adult mothers. Parent-grandparent coparenting measured by Coparenting Relationship Scale (CRS; Feinberg, Brown, & Kan, 2012), and maternal self-efficacy measured by Self-Efficacy for Parenting Task Index-Toddler Scale Short Form (SEPTI-TS SF; Van Rijen, Gasanova, Boonstra, & Huijding, 2014). Participants in this study were 142 emerging adult mothers aged 19-25 years old. They were first-time mothers of a toddler who did coparenting with grandparents. The result showed that emerging adult mothers could build a good relationship with grandparents during coparenting. High levels of parent-grandparent coparenting associated with higher levels of maternal self-efficacy in emerging adult mothers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naomi Athina
"Media digital menjadi bagian dalam kehidupan saat ini dan mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak. Durasi screen time berlebih berpotensi memunculkan masalah perilaku pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara screen time dan masalah perilaku pada anak berusia 4-6 tahun, serta memeriksa peran moderasi parental stress dalam hubungan ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik cross-sectional. Partisipan penelitian adalah 663 orang tua yang memiliki anak berusia 4-6 tahun yang mengisi serangkaian kuesioner melalui google form. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mencakup, durasiscreen time anak diukur menggunakan instrumen untuk mengukur durasi screen time, masalah perilaku, dan stres pengasuhan. Melalui uji statistik moderasi menggunakan PROCESS Hayes, ditemukan bahwa parental stress tidak memoderasi hubungan durasi screen time dan masalah perilaku. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa durasi screen time dan parental stress memiliki hubungan yang positif terhadap masalah perilaku. Di sisi lain, parental stress tidak memiliki hubungan dalam meningkatkan durasi screen time anak. Penelitian ini menegaskan kembali pentingnya mengelola durasi screen time anak dan memperhatikan faktor pengasuhan seperti durasi parental stress dalam menangani masalah perilaku pada anak.

Digital media has become an integral part of contemporary life, influencing the parent-child relationship. Excessive screen time has the potential to give rise to behavioral problems in children. This study aims to explore the relationship between screen time and behavioral problems in children aged 4-6 years, as well as to examine the moderating role of parental stress in this relationship. Employing a quantitative research method with a cross-sectional design, the study involved 663 parents of children aged 4-6 years who completed a series of questionnaires via Google Forms. The research instruments utilized instruments to measure children's duration of screen time, behavioral problems, and parental stress. Through moderation statistical tests using PROCESS Hayes, it was found that parental stress did not moderate the relationship between screen time and behavioral problems. The results also indicated a positive relationship between screen time and parental stress with behavioral problems. Conversely, parental stress did not have a significant association with increasing children's screen time. This study reaffirms the importance of managing children's screen time and considering parenting factors such as parental stress in addressing behavioral problems in children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawati Savitri
"Kelahiran anak pertama umumnya selalu ditunggu-tunggu setelah pasangan suami istri menikah karena anak dnpat menimbulkan kebahajaan. Namun studi yang dilakukan beberapa peneliti menyatakan bahwa saat pertama menjadi orang tua merupakan suatu krisis dan kepuasan perkawinan menurun drastis dengan kehadiran anak pertama. Hal ini disebabkan pasangan suami istri seringkali membuat harapan yang berlebihan tentang kebahagian anak. Namun setelah anak lahir, ternyata pengalaman mereka tidak sesuai dengan harapan yang sudah dibentuk sebelumnya sehingga anak dianggap mengganggu dan menimbulkan kesulitan dalam kehidupan mereka (LeMaster dalam Bigner, 1994).
Tetapi penelitian lebih lanjut menolak anggapan saat pertama menjadi orang tua sebagai krisis dan menggantinya dengan istilah transisi karena selain menimbulkan stres, individu juga mendapati reward dari perannya sebagai orang tua. Kehadiran anak dikatakan sebagai transisi karena suami istri memasuki tahapan baru dari perkembangan keluarga dan hal ini menimbulkan banyak perubahan dalam kehidupan mereka. Apabila mereka tidak melakukan penyesuaian yang cepat sebagai reaksi terhadap perubahan ini, maka mana transisi dirasakan lebih sulit. Walaupun sulit, namun banyak juga pasangan suami istri yang dapat melalui masa transisi dengan baik.
Menurut Bigner (1994), yang penting adalah bagaimana caranya suami istri mengatasi perubahan yang terjadi dan menyesuaikan diri dengan situasi yang baru ini. Penyesuaian yang dilakukan untnk mengatasi situasi yang sulit ini dinamakan coping (Lazarus, 1976). Mengingat pentingnya coping saat pertama menjadi orang tua dan karena penelitian terdahulu (Ventura & Boss, 1983) dilakukan terhadap subyek-subyek dengan latar belakang budaya Barat, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana coping keluarga di Indonesia saat pertama menjadi orang tua.
Adapun yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah masalah, strategi coping dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri saat pertama menjadi orang tua. Karena menjadi orang tua mempunyai pengaruh yang lebih besar pada ibu daripada ayah, maka penelitian ini hanya terbatas pada wanita. Selain itu, subyek yang dipilih adalah ibu yang bekerja karena wanita yang bekerja akan mengalami perubahan yang lebih besar saat pertama menjadi ibu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan untuk memperoleh data yang lebih kaya dan mendalam, dilakukan wawancara terhadap lima orang subyek.
Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi wanita bekerja saat pertama kali menjadi ibu adalah tugas yang semakin meningkat (mengurus rumah tangga, merawat anak sekaligus bekerja) menimbulkan tekanan fisik dan emosional pada wanita. Di tengah kesibukannya itu, wanita pun dituntut untuk tetap memberikan perhatiannya pada suami. Hal ini seringkali menimbulkan emosi-emosi yang tidak menyenangkan dan mémbuai wanita tidak yakin apakah ia mampu mengatasi tuntutan-tuntutan yang ada. Umumnya coping yang digunakan oleh subyek adalah coping terpusat emosi, yakni mereka berusaha mengendalikan emosi-emosi yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari tuntutan-tuntutan tersebut. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri mereka saat pertama manjadi ibu adalah kesiapan untuk berperan sebagai orang tua, hubungan suami istri yang harmonis, komitmen yang tinggi untuk menjadi orang tua dan tidak membuat harapan yang berlebihan tentang kebahagiaan menjadi orang tua."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Kharimah
"Pengetahuan mengenai pengasuhan merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap ibu yang baru pertama kali memiliki anak agar pengasuhan berjalan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parenting knowledge dan parenting stress pada ibu yang baru pertama kali memiliki anak usia bayi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapor diri self-report. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 90 ibu usia yang baru pertama kali memiliki anak usia 0-24 bulan. Tingkat parenting knowledge diukur dengan Knowledge of Infant Development Inventory KIDI dan parenting stress diukur dengan Parenting Stress Index ndash; Short Form PSI-SF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara parenting knowledge dan parenting stress r = -0,375, p = 0,000, signifikan pada L.o.S. 0,01.

Parenting knowledge is an important thing that first time mothers should have, so parenting can work effectively. This study aims to investigate the relationship between parenting knowledge and parenting stress among first time mothers with infant. The research method used in this study is self report method. The participants of this research are 90 first time mothers who has a child aged 0 24 months. Level of parenting knowledge was measured with Knowledge of Infant Development Inventory KIDI and parenting stress was measured with Parenting Stress Index ndash Short Form PSI SF. The result of this research indicates there is a significant negative relationship between parenting knowledge and parenting stress r 0,375, p 0,000, significant at the L.o.S. 0,01. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>