Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karmaya Jozianna Ismuningsih
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara paparan kekerasan dan distres psikologis pada remaja laki-laki di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang. Pengukuran distres psikologis menggunaan alat ukur Hopkins Symptom Checklist (HSCL-10) dan pengukuran paparan terhadap kekerasan menggunakan alat ukur Screen for Adolescent Violence Exposure untuk anak (KID-SAVE) yang sudah diadaptasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 110 remaja laki-laki yang berada di Lembaga Permasyarakatan Anak Tangerang. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara paparan kekerasan dan distres psikologis pada remaja yang berada di Lembaga Pemasyarakatan (r=0.310, signifikan pada L.o.S (0.01).

The purpose of this study is to find the correlation between exposure to violence and psychological distress in adolescent males in Tangerang Correctional Institute for Children. In this research, psychological distress is measured using Hopkins Symptom Checklist (HSCL-10) and exposure to violence is measured using Screen for Adolescent Violence Exposure for children (KID-SAVE). The participants in this research were 110 adolescent males from Tangerang Correctional Institute for Children. The results show that there is a significant correlation between exposure to violence and psychological distress in adolescent males in Correctional Institute for Children (r=0.310, significant at L.o.S 0.01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradiella Damaputri
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara distres psikologis dan hardiness pada mahasiswa. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang berjumlah 1962 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25 untuk mengukur distres pikologis dan Dispositional Resilience Scale 15-Revised DRS 15-R untuk mengukur hardiness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara distres psikologis dan hardiness r=-0,252, n=1962.

This study was conducted to examine the correlation between psychological distress and hardiness among college students. Respondents in this study were 1962 students from various colleges in Indonesia. The data were collected using Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 to measure psychological distress and Dispositional Resilience Scale 15 Revised DRS 15 R to measure hardiness. The result indicated there is a significant negative correlation between psychological distress and hardiness r 0,252, n 1962, p"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisa Alif Amalia
"ABSTRAK
Pada masyarakat umum di perkotaan, aktivitas fisik yang dilakukan dapat terdiri dari berbagai aktivitas. Menurut Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), aktivitas fisik dapat dibagi menjadi 3 domain, yaitu domain work, transport, dan recreational. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara distres psikologis dengan masyarakat yang aktif melakukan aktivitas fisik pada tiga domain yaitu domain work, recreational, transport, dan aktivitas sedentary di Jabodetabek. Distres psikologis diukur dengan menggunakan alat ukur General Health Questionnaire (GHQ-12) dan aktivitas fisik diukur dengan menggunakan alat ukur Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) yang telah didaptasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 1108 orang yang aktif beraktivitas fisik di Jabodetabek. Partisipan diperoleh melalui teknik non-random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara distres psikologis dengan masyarakat yang aktif melakukan aktivitas fisik pada intensitas moderate dan vigorous dalam domain work dan recreational di Jabodetabek. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara distres psikologis dengan aktivitas fisik dalam domain transport dan aktivitas sedentary pada masyarakat yang aktif beraktivitas fisik di Jabodetabek

ABSTRACT
In the general population in urban areas, physical activity may consist of various activities. According to the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), physical activity can be divided into three domains, such as domain work, transport, and recreational. This study investigate the relationship among psychological distress and people who are actively doing physical activity on work, transport, and recreational domain in Jabodetabek. Psychological distress measured by General Health Questionnaire (GHQ-12) and physical activity measured by Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). There are 1108 participants who are actively doing physical activity in Jabodetabek, and obtained by non-random sampling. The statistical analysis showed that there was a significant relationship among psychological distress and people who are actively doing physical activity at moderate and vigorous intensity on work and recreational domain in Jabodetabek. Furthermore, the result of this study also showed that there was no significant correlation between psychological distress and physical activity on transport and sedentary activity in people who are actively doing physical activity in Jabodetabek.;;"
2016
S64610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rachmawati
" ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara distres psikologis dan optimisme pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kepada 1024 mahasiswa aktif di seluruh Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah convenience sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur distres psikologis adalah Hopkins Symptoms Checklist-25 HSCL-25 . Sementara itu, instrumen yang digunakan untuk mengukur optimisme adalah Life Orientation Test-Revised LOT-R . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara distres psikologis dan optimisme r = 0,303, N = 1024, p < 0,01, two-tails . Hasil analisis data demografis menunjukkan bahwa jenis kelamin memengaruhi optimisme dan status pernikahan dapat memengaruhi distres psikologis.
ABSTRACT This research was conducted in order to seek the relationship between psychological distress and optimism among college students. Quantitative research method was conducted to 1024 active college students in Indonesia. The sampling technique used was convenience sampling. The instrument used to measure psychological distress was Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 . Meanwhile, the instrument used to measure optimism was Life Orientation Test Revised LOT R . The result indicated negative and significant relationship between psychological distress and optimism r 0,303, N 1024, p 0,01, two tails . Demographic data analysis revealed that gender influences optimism and marriage status influenced psychological distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Caesarena Rianko Putri
"Kekerasan merupakan salah satu bentuk stresor yang berbahaya, kejam dan mengancam. Peristiwa atau kejadian hidup yang dapat mengancam dan membahayakan kesejahteraan individu sering memicu munculnya psychological distress. Diperlukan upaya untuk dapat menghadapi stressor. Upaya untuk mengatasi stress dinamakan coping. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara coping dan psychological distress pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. 47 istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga menjadi responden dalam studi ini dengan mengisi kuisioner coping dan psychological distress. Coping diukur dengan alat ukur Brief COPE yang dibuat oleh Carver (1997). Coping terdiri dari dua jenis yakni problem-focused coping dan emotion-focused coping. Brief COPE terdiri dari empat belas subskala yaitu self-distraction, active coping, denial, substance use, use of emotional support, use of instrumental support, behavioral disengagement, venting, positive reframing, planning, humor, acceptance, religion, dan self-blame. Psychological distress diukur menggunakan Kessler Psychological Distress Scale (K10) yang dibuat oleh Kessler dan Mroczek (1994). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi signifikan dan negatif antara coping dan psychological distress. Berdasarkan perhitungan regresi ditemukan bahwa problem-focused coping dan emotion-focused coping tidak berkontribusi pada psychological distress namun memiliki korelasi yang signifikan. Menggunakan perhitungan regresi ditemukan pula bahwa subskala self-blame dan substance use memiliki kontribusi pada psychological distress.

Violence is one of a dangerous, vicious, and threatening stressor. Any life events that can threaten and endanger individual well-being could often trigger the emergence of psychological distress. Efforts are needed to overcome stressor, such as changing one's cognitive and behavior to deal with external and internal pressure or overcoming painful and threatening condition. Those efforts are known as coping. This research was conducted to investigate the correlation between coping and psychological distress in 47 wives who completed both questionnaires of coping and psychological distress. Coping was measured by Brief COPE which were constructed by Carver (1997). Brief COPE consist of 14 subscales, namely self-distraction, active coping, denial, substance use, use of emotional support, use of instrumental support, behavioral disengagement, venting, positive reframing, planning, humor, acceptance, religion, dan self-blame. Psychological distress were measured by Kessler Psychological Distress Scale (K10) which was constructed by Kessler and Mroczek (1994). The results show that there were negative and significant correlations coping with psychological distress. From the regression, the results show that problemfocused coping and emotion-focused coping are not contributed to psychological distress but they have a significant and negative correlation. Taken from the regression calculation, self blame and substance use were contributed in the occurance of psychological distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Artasya Karnasih
"Pola kelekatan merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi munculnya distres psikologis pada remaja usia transisi. Mahasiswa kedokteran merupakan kelompok remaja transisi yang perlu menjalani proses pendidikan kedokteran yang sulit dan penuh tuntutan sehingga rentan mengalami distres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola kelekatan, distres psikologis, dan mengetahui hubungan pola kelekatan dengan distres psikologis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Penelitian ini dilakukan secara potong lintang pada sampel yang ditentukan secara stratified random sampling dari seluruh mahasiswa FKUI. Subjek mengisi kuesioner yang terdiri dari kuesioner sosiodemografik, pengukuran pola kelekatan dengan Relationship Questionnaire (RQ), dan pengukuran distres psikologis dengan Kessler Psychological Distress Scale (K10). Pada mahasiswa FKUI, prevalensi pola kelekatan aman sebesar 41,4%, diikuti dengan pola kelekatan tidak aman, yaitu dismissing 21,9%, fearful 19,8%, dan anxious 16,9%. Prevalensi distres psikologis didapati sebesar 31,8%. Pola kelekatan tidak aman memiliki hubungan yang bermakna dengan distres psikologis, yaitu 3,57 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis. Berdasarkan jenis pola kelekatannya, pola kelekatan anxious 4,74 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis, sedangkan pola kelekatan fearful 5,43 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis bila dibandingkan dengan pola kelekatan aman. Program kesehatan jiwa yang bersifat promotif dan preventif untuk memperbaiki pola kelekatan dan distres psikologis diharapkan dapat membekali mahasiswa FKUI untuk memiliki relasi interpersonal yang lebih baik dengan orang lain, termasuk juga dengan pasien.

The pattern of attachment is one of the factors thought to influence the emergence of psychological distress in adolescents of transition age. Medical students are a group of transitional adolescents who will undergo a difficult and demanding medical education process, hence are vulnerable to psychological distress. This study aims to describe the attachment patterns, psychological distress, and determine the association between attachment pattern and psychological distress in medical students of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia (FMUI). This study was conducted cross-sectionally on a sample that was determined by stratified random sampling. Subject filled the research questionnaire which consisted of sociodemographic questionnaire, attachment measurement using Relationship Questionnaire (RQ), and measuring psychological distress using Kessler Psychological Distress Scale (K10). The prevalence of secure attachment pattern was 41.4%, followed by insecure attachment patterns, in the form of dismissing 21.9%, fearful 19.8%, and anxious 16.9%. The prevalence of psychological distress was found to be 31.8%. The insecure attachment pattern has a significant association with psychological distress, which is 3.57 times more at risk for experiencing psychological distress. Based on the type of attachment pattern, the anxious attachment pattern is 4.74 times more at risk, while fearful attachment pattern is 5.43 times prone to experiencing psychological distress when compared to secure attachment pattern. Promotional and preventive mental healthiness program can be provided to the students of FMUI to help them in improving attachment pattern and psychological distress. This program could help the students to have a better interpersonal relation with their colleagues and also patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fawzan Yahya Patria
"Kenyamanan berada di suatu lingkungan akan mempengaruhi kinerja bagi orangorang di dalamnya. Warga Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sehariharinya burhubungan dengan hal-hal akademis dan tingginya tuntutan dalam bekerja. Keakraban satu sama lain penting dalam memperoleh kenyamanan agar warga tidak mengalami distres. Sense of Community dianggap bisa menurunkan efek dari Distres Psikologik. Partisipan penelitian korelasional ini berjumlah 194 orang yang terdiri dari Mahasiswa dan Karyawan. Pengukuran Distres Psikologik menggunakan Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25). Sedangkan pengukuran Sense of Community menggunakan Sense of Community Index-2 (SCI-2). Karyawan memiliki Sense of Community tertinggi, sedangkan Mahasiswa memiliki Distres Psikologik tertinggi. Tidak ada hubungan antara Distres Psikologik dan Sense of Community pada Warga Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Feels comfort in an environment will influence the performance of the people in it. The community of Psychology Faculty, University of Indonesia faced academic matters and the high demands of the work every day. Familiarity with one another is important in gaining comfort that the members do not experience distress. Sense of Community is considered to reduce the effects of psychological distress. This correlation study has 194 participants. It consists of students and employees. Psychological Distress was measured with the Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25). Sense of Community Index-2 (SCI-2) was applied to measure the sense of community. The research result showed that officers had the highest sense of community. Students had the highest Psychological Distress. There was no correlation between Psychological Distress and Sense of Community at Psychology Faculty, University of Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hestika Dyah Waraningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara alienasi dan distres psikologis pada mahasiswa tahun pertama di Universitas Indonesia (UI). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian korelasional, yang dilakukan kepada 391 mahasiswa tahun pertama program sarjana di UI. Tingkat alienasi diukur menggunakan Jessor and Jessor Social Alienation Scale, sementara tingkat distres psikologis diukur menggunakan SRQ-20.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara alienasi dan distres psikologis pada mahasiswa baru di UI (r(391) = 0.438, p = 0.000, signifikan pada LoS = 0.01). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin seseorang merasa teralienasi, maka akan semakin tinggi pula tingkat distres psikologis yang dimiliki.

This study aimed to investigate the relationship between alienation and psychological distress among the first-year students of Universitas Indonesia (UI). This correlational study was conducted using a quantitative method. The participants of this study were 391 first-year bachelor students of UI. The alienation was measured using Jessor and Jessor Social Alienation Scale, while psychological distress was measured using SRQ-20.
The result of this study showed that there was a significant and positive correlation between alienation and psychological distress among the first-year students of UI (r(391) = 0.438, p = 0.000, significant at LoS = 0.01). The result means that the higher alienation among the first-year students, the higher psychological distress among them.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marella, Bianca
"Relokasi mahasiswa asing dapat menimbulkan beban bagi banyak mahasiswa asing. Kesulitan yang lebih berat pada mahasiswa asing disebabkan oleh perbedaan budaya, bahasa, dan sistem pendidikan sebagai stress tambahan yang tidak dialami oleh mahasiswa lokal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah masalah adjustment to college work memiliki hubungan signifikan dengan psyhological distress pada mahasiswa asing di Universitas Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur HSCL-25 untuk mengetahui tingkat psychological distress, dan Mooney Problem-Checklist untuk mendata masalah adjustment to college work. Partisipan dalam penelitian ini adalah 107 mahasiswa asing yang mengikuti program akademik degree dan non-degree di lingkungan Universitas Indonesia, yang dikumpulkan dengan teknik accidental sampling dan snowball sampling.
Berdasarkan hasil penghitungan statistik, diketahui tidak ada hubungan signifikan antara masalah adjustment to college work dengan psychological distress. Namun, dari hasil analisis tambahan diketahui masalah “Mencemaskan ujian-ujian” dan “Takut gagal di perguruan tinggi” memiliki hubungan signifikan dengan psychological distress pada mahasiswa asing di UI.

Relocation phenomenon can pose a burden for most international students. They encounter more problems due to cultural differences, which are not experienced by local students. The aim of this research is to get a description about the relationship between adjustment to college work problems and psychological distress.
This research used the quantitative method with the HSCL-25 used as a measurement of psychological distress, and the Mooney Problem Checklist – Adjustment to College Work scale as a measurement of adjustment to college work. The respondents in this research are 107 international students who are studying at Universitas Indonesia from both degree and non-degree program, gathered by accidental sampling and snowball sampling technique.
The result shows that there is no significant relationship between adjustment to college work problem and psychological distress in international students. However, this research also shows that there is a significant correlation between the problems “Worrying about examination” and “Fearing in failure in college” with psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S54282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wuri Ayu Puspita Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perceived social support memoderasi hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis. Partisipan dalam penelitian ini adalah emerging adults Indonesia berusia 18-25 tahun berjumlah 828 partisipan. Hasil pengolahan data menggunakan teknik analisis regresi menunjukkan bahwa perceived social support tidak memoderasi hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis, β = 0.0016, t(828) = 0,66, p>0,5, yang berarti perceived social support tidak memperkuat atau memperlemah hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis. Namun, jika dilihat secara terpisah, ditemukan bahwa distres psikologis secara signifikan dapat memprediksi kesejahteraan psikologis, β = - 0.27, t(828) = -15.05, p<0.05. Selain itu, perceived social support secara signifikan dapat memprediksi kesejahteraan psikologis, β = 0.51, t(828) = 11.65, p<0.05.

This study aims to determine whether perceived social support moderates the relationship between psychological distress and psychological well-being. Participants in this study were Indonesian emerging adults aged 18-25 years totaling 828 participant. The results of data processing using regression analysis techniques show that perceived social support does not moderate the relationship between psychological distress and psychological well-being, β = 0.0016, t (828) = 0.66, p> 0.5, which means perceived social support does not strengthen or weaken the relationship between psychological distress and psychological well-being. However, when viewed separately, it was found that psychological distress could significantly predict psychological well-being, β = - 0.27, t (828) = -15.05, p <0.05. In addition, perceived social support can significantly predict psychological well-being, β = 0.51, t (828) = 11.65, p <0.05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>