Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161008 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titi Iswanti Afelya
"Penderita Ulkus Kaki Diabetik (UKD) memiliki risiko potensial terjadinya kasus berulang, rehospitalisasi dan amputasi. Diperkirakan 50% dari UKD dan amputasi dapat dicegah dengan mengidentifikasi kaki yang berisiko dan menerapkan strategi pencegahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi UKD berulang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 96 orang yang dipilih secara consecutive sampling dari tiga rumah sakit di Makassar. Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia, lama menderita DM, riwayat ulkus, lokasi ulkus, HbA1C, penyakit penyerta, pengetahuan perawatan kaki, kemampuan perawatan kaki, neuropati sensorik, deformitas kaki dan ABI (p<0.05) dengan frekuensi UKD berulang pada pasien DM di Makassar. Namun tidak ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga (p<0.102) dengan frekuensi UKD berulang. Analisis menggunakan Multiple Linier Regresion diperoleh lima faktor yang paling dominan mempengaruhi UKD yaitu usia, HbA1C, perawatan kaki, dukungan keluarga dan penyakit penyerta dengan p<0.05. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi UKD berulang dan memaksimalkan kontrol glikemik, perawatan kaki teratur, peningkatan dukungan keluarga, dan kontrol penyakit penyerta pada pasien kelompok usia dewasa tengah dan lanjut usia untuk mencegah UKD berulang.

Patients with Diabetic Foot Ulcer (DFU) have a potential risk for recurrence, rehospitalized and amputation. It is estimated that 50% of DFU and amputation can be prevented by identifying of foot risk and implementing prevention strategies. This study aimed to identify influencing factors of DFU's recurrence. This study used cross-sectional design with the 96 samples selected consecutively at three different hospitals in Makassar. Bivariate analysis showed that there were relationship between age, duration of diabetes mellitus, ulcers history, ulcers location, HbA1C, comorbidities, foot care knowledge, foot care ability, sensory neuropathy, foot deformities and ABI with DFU's recurrence frequency in patients with DM in Makassar (p<0.05). However, there was no significant relationship between family support with DFU's recurrence frequency (p= 0.102). Analysis result of Multiple Linear Regresion found the most dominant influencing factors of DFU's recurrence were age, HbA1C, foot care, family support, and comorbidities. This study recommends that nurses need to identify the influencing factors of DFU's recurrence and motivate the patient to increase routine glycemic control, regular foot care, increase family support and control of comorbidities in middle adult and elderly patients to prevent DFU's recurrence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Prabowo Wirjodigdo
"Diperkirakan sekitar 15% penderita diabetes akan mengalami diabetic foot ulcer (DFU). Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) terbukti lebih efektif dibandingkan dengan perawatan konvensional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yang memengaruhi lama rawat DFU dengan NPWT. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan desain cross sectional analitik pada 105 subjek yang dirawat pada Januari 2016 sampai Desember 2018 di RS dr. Cipto Mangunkusumo. Lama rawat DFU dengan NPWT adalah 19,9 ± 19,3 hari. Faktor risiko yang mempengaruhi lama rawat adalah riwayat ulkus (r = 0,01; p = 0,034), kedalaman luka (r = 0,292; p = 0.003), Hb (r = 0,05; p = 0,039), HbA1c (r = 0,06; p = 0,033), albumin (r = 0,06; p = 0,017), PCT (r = 0,10; p = 0,035), dan lama menderita DM (r = 0,193; p = 0,009). Penelitian ini menunjukkan bahwa lama rawat DFU dengan NPWT dipengaruhi oleh faktor sitemik (lama menderita DM, Hb, HbA1c, albumin, dan PCT) dan faktor lokal (riwayat ulkus sebelumnya dan kedalaman luka). Kedalaman luka merupakan faktor yang paling berhubungan positif terhadap lama perawatan DFU pasca NPWT (r = 0,292, p = 0,003). Intervensi pada faktor risiko patut dilakukan untuk memaksimalkan penggunaan NPWT dan mengurangi lama perawatan.

It is estimated that around 15% of diabetic patients will experience diabetic foot ulcer (DFU). Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) is proven to be more effective than conventional treatments. This study was conducted to determine the risk factors that affect the length of stay of DFU with NPWT. This research is a retrospective study with a cross-sectional analytic design of 105 subjects treated in January 2016 to December 2018 at dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. The average length of stay of DFU with NPWT was 19.9 ± 19.3 days. Risk factors affecting the length of stay were history of ulcers (r = 0.01; p = 0.034), wound depth (r = 0.292; p = 0.003), Hb (r = 0.05; p = 0.039), HbA1c (r = 0.06; p = 0.033), albumin (r = 0.06; p = 0.017), PCT (r = 0.10; p = 0.035), and duration of DM (r = 0.193; p = 0.009). This study showed that the length of stay of DFU with NPWT was influenced by systemic factors (duration of DM, Hb, HbA1c, albumin, and PCT) and local factors (history of previous ulcers and wound depth). Depth of the wound was themost positively related factor to the length of stay in DFU post NPWT (r = 0.292; p = 0.003). Interventions on the risk factors may amplify the result of NPWT and reduce the length of treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Kurniasari
"ABSTRAK
Kaki diabetik merupakan komplikasi yang sangat menakutkan bagi pasien DM karena
resiko amputasi yang sangat tinggi. Tujuan Penelitian: menganalisis faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap kejadian kaki diabetik. Peuelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitik dengan pengumpulan data secara cross sectional. Sampel sebanyak
136 pasien DM yang mempunyai kelainan benluk kaki dan Iuka kaki. Pada penelitian ini
pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara observasi dan kuesioner. Hasil
penelitian analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan senam kaki, perawatan
kaki, kepatuhan dalam pencegahan Iuka, kontrol gula darah, pengetahuan, dan diet
dengan kejadian kaki diabetik. Scdangkan secara analisis multivariat hanya ada 3
variabel yang merupakan faktor paling berkontribusi yaitu senam kaki, kepatuhan dalam pencegahan luka dan pengetahuan. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah melakukan konseling secara rutin, klub diabetes, dan rutinitas melakukan senam diabetes."
2007
T22882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okti Sri Purwanti
"Pengkajian faktor risiko ulkus kaki merupakan peran perawat untuk mencegah terjadi ulkus diabetik atau ulkus berulang. Tujuan penelitian mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian ulkus kaki. Rancangan penelitian case control, dengan sampel 68 responden DM terdiri 34 pasien ulkus dan 34 pasien tidak ulkus. Hasil multivariat menunjukkan faktor perawatan kaki, neuropati motorik, Peripheral Arterial Disease, pengendalian kadar gula darah, dan gangguan penglihatan berhubungan signifikan dengan kejadian ulkus. Neuropati motorik yang paling mempengaruhi kejadian ulkus kaki. Rekomendasi penelitian ini adalah perlu pendidikan kesehatan & early detection risiko ulkus kaki dan penelitian lanjutan pengaruh penyuluhan pada pasien berisiko dengan kejadian ulkus kaki.

Assessment of risk factors for foot ulcer is the role of nurses to prevent diabetic ulcers or recurrent ulcers. The research aimed to identify factors associated with the incidence of foot ulcers. Case-control study design, recruited 68 respondents diabetic devided into 34 ulcer patients and 34 no ulcer patients. Multivariate results indicated foot care, motor neuropathy, PAD, controlling blood sugar levels, and visual impairment significant associated with the occurrence of ulcers. Motor neuropathy was the most influence incidence of foot ulcers. Recommendations of this study is the need for health education and early detection of its risk foot ulcers and further had explore research effect of counseling for patients at risk with the incidence of foot ulcers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T32540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Bakti H.
"ABSTRAK
Pendahuluan.. Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi dibetes mellitus tersering mengakibat perawatan lama dan biaya perawatan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi lama perawatan ulkus kaki diabetes.Metode. Evaluasi Kohort retrospektif, subjek penelitian adalah semua penyadang ulkus kaki diabetes yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dirawat pada periode Januari 2015 ndash; April 2016 di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Faktor faktor resiko yang mempengaruhi lama perawatan di analisis dengan uji univariat,bivariat dan multivariate.Hasil penelitian. Terdapat seratus duapuluh subjek pasien ulkus kaki diabetes laki laki = 55,3 dan perempuan = 46,7 dengan rata-rata lama perawatan adalah dua puluh enam hari 2- 87 hari .. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan signifikan terhadap lama masa perawatan perderita ulkus diabetes yaitu luas ulkus p = 0,001 , penatalaksanaan p =0,026 ,sepsis p = 0,020 , ketoasidosis p = 0,017 , dan ISPA p = 0,033 .Pada uji multivariate faktor adanya ketoasidosis secara signifikan berhubungan p = 0,000, OR 8,360, IK 95 3,209 - 21,780 dan beresiko delapan kali untuk memperlama pe rawatan penderita ulkus kaki diabetes Kesimpulan. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan lamanya masa perawatan ulkus diabetes adalah luas luka,penatalaksanaan,sepsis,ketoasidosis,dan ISPA .Ketoasidosis menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap lama perawatan ulkus diabetes.

ABSTRACT
Back ground. Diabetic foot ulcer is one of the most frequent complication of diabetic mellitus which caused prolonged length of stay and increased hospital cost. The aim of this study is intended to asses many factors that influenced length of stay in hospital.Material and Methods. Cohort retrospective study. The study is subjected to all of diabetic foot ulcer hospitalized patient who fulfilled inclution and exclution criteria , periode from January 2015 until April 2016 in surgical ward of,Cipto Mangunkusumo General Hospital .All risk factors will be evaluated by univariate,bivariate and multivariate analized. Result. There are onehundred and twenty subjects of diabetic foot ulcer male 55,3 and female 46,7 , 64 males 53,33 and 56 females 6,67 . Mean length of stay is twentysix days 2 87 days . The most significant correlation factors that influence length of stay of the diabetic foot ulcer are size of the ulcer p 0,001 , treatment p 0,026 , septic p 0,020 , ketoacidosis p 0,017 and acute respiratory infection p 0,033 with p value 0,05. According to the multivariate study , the most significant correlation factor is ketoasidosis p 0,000, OR 8,360, CI 95 03,209 21,780 , it has eight times risk for prolonged length of stay. Conclution Factors that correlated with prolonged length of stay are size of ulcer, treatment, septic, ketoasidosis and acute respiratory infection. Ketoacidosis is the most significant correlation factor."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Conny Marthafanny
"Upaya pemulihan kondisi pasca-amputasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mobilisasi dini. Mobilisasi yang tidak tepat meningkatkan morbiditas perioperatif dan lama rawat, serta memperlambat proses penyembuhan luka. Tujuan penulisan untuk menganalisis intervensi mobilisasi secara aman pada pasien pasca- amputasi bawah lutut menggunakan metode Metode yang digunakan dengan menerapkan latihan mobilisasi selama 6 hari berturut-turut, sebanyak 2 kali dalam sehari, serta dilakukan selama 30 menit setiap kali latihan. Latihan meliputi latihan tungkai, perubahan posisi, berdiri seimbang dan berpindah posisi. Hasil evaluasi hari ke 6 klien mampu latihan gerak tungkai, berubah posisi serta posisi secara mandiri. Berdiri seimbang dan berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi roda dengan bantuan serta terdapat peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas bawah. Mobilisasi dini pasca- amputasi diperlukan sebagai upaya pemulihan kondisi pasien dan melatih kemampuan berjalan.

Efforts to restore post-amputation conditions can be done in various ways, one of which is early mobilization. Improper mobilization increases perioperative morbidity and length of stay, and reduces wound healing. The purpose of this paper is to analyze the interventions of safely mobilization to post below knee amputation using SAFEMOB method. This study used method which applied mobilization exercises for 6 consecutive days in 2 times a day, for 30 minutes each exercise. Exercises involve leg exercises, position changes, dangling, standing balanced and moving positions. The results of the 6 day evaluation, the patient was able to train joint movements, change position and dangling independently. Standing in balance and shifting from bed to wheelchair with help also lies in increasing strength in the lower extremities. Early mobilization post- amputation is needed as an effort to restore the patients condition and practice walking skills. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maritza Andreanne Rafa Ayusha
"Latar Belakang Diabetes mellitus telah menjadi permasalahan kesehatan serius, baik secara global maupun di Indonesia. Salah satu komplikasi serius dari diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetes, yang dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Identifikasi faktor risiko ulkus kaki diabetes sangat penting dilakukan, sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan secara tepat dan efisien. Data epidemiologi mengenai hal ini di Indonesia masih terbatas, terkhusus di RSCM dengan studi terakhirnya menggunakan data tahun 2012. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko ulkus kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang. Sampel penelitian adalah pasien diabetes mellitus di RSCM pada Januari—Juni 2022, dengan metode total sampling. Data yang dianalisis berupa data demografis (usia, jenis kelamin) dan faktor risiko (status hipertensi, obesitas, kontrol gula darah, kadar HbA1c, durasi mengidap diabetes), yang diperoleh dari rekam medis pasien. Data kemudian dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk mengetahui persentase masing-masing faktor risiko. Hasil Hasil penelitian menunjukkan distribusi demografi sebagai berikut: 90,38% pasien berusia lebih dari 45 tahun dengan 55,77% pasien berusia lebih dari 60 tahun, serta 55,77% berjenis kelamin laki-laki dan 44,23% berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan distribusi faktor risiko sebagai berikut: 36,54% pasien mengalami obesitas, 78,85% pasien mengalami hipertensi, 86,54% pasien memiliki kadar HbA1c ≥ 6,4%, 82,69% pasien memiliki riwayat kadar gula darah yang tidak terkontrol, serta 84,62% pasien mengidap DM lebih dari 5 tahun dengan di antaranya, 53,85% mengidap DM lebih dari 10 tahun. Kesimpulan Melalui penelitian ini, dapat diketahui persentase masing-masing faktor risiko pada sampel. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian berikutnya, ataupun sebagai untuk mengembangkan strategi pencegahan ulkus kaki diabetes.

Introduction Diabetes mellitus has become a serious health issue both globally and in Indonesia. One of the serious complications of diabetes mellitus is diabetic foot ulcers, which can lead to mortality and morbidity. The identification of risk factors for diabetic foot ulcers is crucial to improve prevention efforts accurately and efficiently. Epidemiological study on this topic in Indonesia are still limited, especially at the National Central General Hospital dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), with its last study using data from 2012. Therefore, this study aims to identify risk factors for diabetic foot ulcers in patients at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSCM). Method This study is an observational cross-sectional study. The sample consists of diabetes mellitus patients at RSCM from January to June 2022, utilizing a total sampling method. The data include demographic characteristics (age, gender) and risk factors (hypertension status, obesity, blood sugar control, HbA1c levels, diabetic duration) extracted from patient medical records. Microsoft Excel was employed for data analysis to determine the percentage of each risk factor. Results The research findings revealed the following demographic distribution: 90.38% of the patients were over 45 years old, with 55.77% of them being over 60 years old. Additionally, 55.77% of the participants were male, while 44.23% were female. The study also demonstrated the distribution of risk factors as follows: 36.54% of the patients were obese, 78.85% had hypertension, 86.54% had HbA1c levels ≥ 6.4%, 82.69% had a history of uncontrolled blood sugar levels, and 84.62% had been diagnosed with diabetes mellitus for over 5 years, among which 53.85% had been living with diabetes for more than 10 years. Conclusion This research provides insights into the percentage distribution of each risk factor within the sample population. The findings can serve as a reference for future research or as a basis for developing preventive strategies for diabetic foot ulcers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Faruq Fauzi
"Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular serta penyakit kronis yang terjadi orang dewasa yang membutuhkan pengawasan medis berkelanjutan dan pendidikan perawatan diri. Diabetes melitus mampu mempengaruhi vaskularisasi sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada makrovaskular umumnya mengenai otak, jantung dan pembuluh darah dan mikrovaskular dapat terjadi pada mata dan ginjal serta terjadi perubahan pada sistem saraf atau neuropati seperti europati motorik, sensorik, ataupun neuropati otonom. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis penerapan intervensi senam kaki diabetes dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus. Senam kaki diabetes juga dapat meningkatkan perfusi, mencegah perburukan neuropati pada pasien diabetes mellitu. Intervensi dilakukan selama lima hari perawatan dan dimulai intervensi pada hari ketiga perawatan. Hasilnya menunjukkan bahwa senam kaki diabetes dapat meningkatkan sirkulasi perifer yang ditandai perubahan pulse oximetry, CRT dan nilai ABI. Selain itu terjadi penurunan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Melihat keefektifan senam kaki diabetic pada pasien diabetes melitus maka diharapkan intervensi ini dapat digunakan sebagai perawatan rutin pada pasien diabetes melitus
Diabetes Mellitus is a non-communicable and chronic disease that occurs in adults and requires ongoing medical supervision and self-care education. Diabetes mellitus can affect vascularization, causing changes in the macrovasculature generally affecting the brain, heart, and blood vessels and microvasculature can occur in the eyes and kidneys as well as changes in the nervous system or neuropathy such as motor, sensory neuropathy or autonomic neuropathy. The aim of writing this scientific work is to analyze the application of diabetic foot exercise interventions in providing nursing care to diabetes mellitus patients. Diabetic foot exercises can also increase perfusion, preventing worsening neuropathy in diabetes mellitus patients. The intervention was carried out for five days of treatment and began on the third day. The results show that diabetic foot exercises can improve peripheral circulation as indicated by changes in pulse oximetry, CRT, and ABI values. Apart from that, there was a decrease in complaints felt by patients. Seeing the effectiveness of diabetic foot exercises in diabetes mellitus patients, it is hoped that this intervention can be used as routine care for diabetes mellitus patients"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufqi Handaru Priyanto
"Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan luka kronik pada pasien diabetes melitus (DM). Vitamin D dipercaya memiliki peran penting pada diferensiasi, proliferasi, pertumbuhan sel, dan modulasi sistem imunitas sehingga kadar yang optimal dibutuhkan untuk penyembuhan luka. Defisiensi vitamin D juga diduga mengganggu produksi dan sekresi insulin sehingga berkontribusi pada kronisitas UKD. Penelitian bertujuan membandingkan kadar vitamin D pada pasien DM dengan dan tanpa UKD; serta untuk mengetahui korelasi antara durasi UKD dan keparahan UKD berdasarkan skor PEDIS (perfusion, extension, depth, infection, sensation) dengan kadar vitamin D. Serum 25-hidroksivitamin D (25(OH)D) dianalisis menggunakan in-vitro chemiluminescent immunoassay (CLIA). Analisis statistik yang sesuai dilakukan untuk membuktikan tujuan penelitian. Perbandingan nilai median (Q1-Q3) kadar vitamin D pada pasien DM dengan dan tanpa UKD secara berurutan adalah 8,90 ng/mL (6,52-10,90) dan 16,25 ng/mL (13-19,59), serta bermakna secara statistik (p<0,001). Tidak ada korelasi antara durasi UKD dan keparahan UKD berdasarkan skor PEDIS terhadap kadar vitamin D, serta tidak bermakna secara statistik. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kadar vitamin D pada pasien DM dengan UKD lebih rendah dibandingkan pasien tanpa UKD. Namun belum ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara durasi UKD dan keparahan UKD berdasarkan skor PEDIS terhadap kadar vitamin D.

Diabetic foot ulcers (DFU) are chronic wounds in patients with diabetes mellitus (DM). Vitamin D believed have important role in differentiation, proliferation, cell growth, and immune system modulation hence optimal levels are needed for wound healing. Vitamin D deficiency also thought to interfere insulin production and secretion, thereby contributing to DFU chronicity. This study aims to compare vitamin D levels in DM patients with and without DFU; and determine the correlation between DFU duration and severity by PEDIS (perfusion, extension, depth, infection, sensation) score to vitamin D levels. 25-hydroxyvitamin D serum analyzed using in-vitro chemiluminescent immunoassay. Appropriate statistical analysis was done following the study. Comparison of median values ​​(Q1-Q3) vitamin D levels in DM patients with and without DFU were 8.90 ng/mL (6.52-10.90) and 16.25 ng/mL (13-19.59) respectively, and statistically significant (p<0.001). There was no correlation between DFU duration and severity PEDIS score to vitamin D levels, and it was not statistically significant. The results of this study indicate that vitamin D levels in DM patients with DFU are lower than patients without DFU. However, there is not enough evidence to conclude that there is no correlation between DFU duration and severity by PEDIS score to vitamin D levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kwan Francesca Gunawan
"ABSTRAK
Diabetes melitus DM merupakan suatu epidemik global. Obesitas merupakan faktor risiko tersering pada terjadinya DM tipe 2. Salah satu komplikasi yang sering dialami oleh penderita DM ialah kaki diabetik. Pada pasien DM dengan obesitas dan kaki diabetik, terapi medik gizi penting untuk mencapai target berat badan, menjaga kadar glikemik, serta mencegah komplikasi DM. Selain itu pemberian nutrisi yang adekuat juga penting untuk mendukung penyembuhan luka. Pasien pada serial kasus ini berusia antara 41 ndash;59 tahun dengan dengan proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Keempat pasien memiliki status gizi obes dengan IMT sebesar 26-54,4 kg/m2. Awitan DM pada keempat pasien diketahui bervariasi antara 1-13 tahun. Terapi medik gizi diberikan sesuai dengan klinis, hasil laboratorium, dan asupan terakhir masing-masing pasien. Dari hasil pemantauan didapatkan bahwa dengan terapi nutrisi yang diberikan terjadi penurunan berat badan sebesar 3,2-4,8 kg 3,2-5,8 dan penurunan nilai HbA1c sebanyak 0,3-0,7. Selain itu juga didapatkan ukuran luka yang mengecil dan gejala neuropati berkurang. Pada pasien DM tipe 2 dengan obesitas dan kaki diabetik, terapi medik gizi yang adekuat berkaitan dengan penurunan berat badan, perbaikan kontrol glikemik, dan penyembuhan luka yang baik.

ABSTRACT<>br>
Diabetes mellitus is now a global epidemic. Obesity is a common risk factor in the occurrence of type 2 diabetes. One of the complications that are often experienced by people with diabetes is diabetic foot. In diabetic patients with obesity and diabetic foot, medical nutrition therapy is important to achieve targeted body weight, maintain glycemic levels, and prevent diabetes complications. Good nutrition is also essential for wound healing. This case series consists of four patients who are between 41-59 years old and obese with BMI of 26-54.4 kg/m2. The onset of DM in all four patients is known to vary between 1-13 years. Nutritional therapy is given in accordance with the clinical, laboratory outcomes, and patients' daily intake. It was found that medical nutrition therapy can lead to weight loss of 3.2-4.8 kg (3.2-5.8%) and decreased HbA1c by 0.3-0.7%. It was also observed that the wound size and neuropathy symptoms are reduced. Adequate medical nutrition therapy in type 2 DM patients with obesity and diabetic foot is associated with weight loss, improved glycemic control, and good wound healing."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>