Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204628 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nyimas Rodiah
"Umumnya penelitian akupunktur pada hipertensi menggunakan kombinasi akupunktur tubuh dan telinga yang dibandingkan dengan obat atau plasebopunktur dan belum ada yang membandingkan efektivitas antara akupunktur tubuh dengan akupunktur telinga. Selain itu di Indonesia belum ada yang meneliti efek akupunktur terhadap kadar nitrit oksida (NO) serum pada penderita hipertensi esensial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efek antara akupunktur telinga dengan akupunktur tubuh terhadap tekanan darah (TD) serta apakah penusukan titik akupunktur tubuh dan akupunktur telinga memiliki efek meningkatkan kadar NO serum pada penderita hipertensi esensial.
Metode penelitian yang digunakan adalah uji klinis acak terkontrol. Penelitian dilakukan pada 32 pasien hipertensi esensial yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A (akupunktur telinga) dan kelompok B (akupunktur tubuh).
Hasil menunjukkan rerata penurunan TD sistolik dan diastolik serta kadar NO serum antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p=0.916; p=0.592; p=0.576). Dengan demikian akupunktur telinga dan akupunktur tubuh memiliki efek yang sebanding dalam menurunkan TD pada pasien hipertensi esensial meskipun hal tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kadar NO serum.

Generally the study of acupuncture on hypertension using a combination of the body and ear acupuncture compared with medication or placebopuncture. The study comparing of efficacy body acupuncture with ear acupuncture not performed yet. In Indonesia no one has studied the effects of acupuncture on levels of nitric oxide (NO) serum in patients with essential hypertension.
This study aims to determine the comparative effects of ear acupuncture with body acupuncture on blood pressure (BP) thus whether the insertion of the acupuncture points of the body acupuncture and ear acupuncture has the effect of increasing levels of serum NO in patients with essential hypertension.
On this study used randomized clinical trial method. The research was conducted on 32 patients with essential hypertension and divided into two groups which are group A (ear acupuncture) and group B (body acupuncture).
From the results show that there were no significant differences between the ear acupuncture with body acupuncture on reducing systolic and diastolic BP and serum NO levels (p=0.916; p=0.592; p=0.576). Thus ear acupuncture and body acupuncture have the same effect in lowering blood pressure in patients with essential hypertension although this effect was not accompanied by increased levels of serum NO.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T58488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harizah Umri
"Sebagai salah satu efek samping, xerostomia pasca radiasi karsinoma nasofaring dirasakan mengganggu pada hampir 100 pasien karsinoma nasofaring setelah mendapat terapi radiasi. Beberapa studi memperlihatkan akupunktur bermanfaat sebagai terapi xerostomia pasca radioterapi. Penelitian ini merupakan penelitian akupunktur pertama di Indonesia dengan subyek pasien xerostomia pasca radiasi karsinoma nasofaring. Dua puluh lima pasien xerostomia pasca radiasi karsinoma nasofaring dibagi dalam tiga kelompok secara acak, kelompok akupunktur telinga A, akupunktur tubuh B dan akupunktur kombinasi C. Skor XI dinilai sebelum, setelah 6 dan 12 kali akupunktur sementara itu pH saliva dinilai sebelum dan setelah 12 kali akupunktur dengan menggunakan saliva check buffer kit. Angka keberhasilan terapi akupunktur pada kelompok A yaitu 71,4 - 100, kelompok B yaitu 66,7 -88,9 dan kelompok C yaitu 88,9 -100 p>0,05. Rerata pH saliva pada kelompok A sebelum akupunktur meningkat dari 6,18 0,60 menjadi 6,83 4,48, kelompok B dari 6,16 0,54 menjadi 6,67 2,26 dan kelompok C dari 6,00 0,49 menjadi 6,60 2,23 setelah akupunktur p>0,05. Rerata skor XI sebelum akupunktur pada kelompok A yaitu 35,70 5,14 menjadi 22,86 16,15, kelompok B yaitu 34,70 7,77 menjadi 20,89 10,06, serta kelompok C yaitu 36,70 5,25 menjadi 21,44 8,97 sesudah 12 kali akupunktur p>0,05. Akupunktur telinga, akupunktur tubuh serta akupunktur kombinasi mempunyai efek yang sebanding dalam meningkatkan pH saliva dan menurunkan skor XI pada xerostomia yang dialami pasien karsinoma nasofaring pasca kemoradiasi.

Distressing side effect from radiation for nasopharyngeal carcinoma treatment, radiation induced xerostomia commonly occurs in almost 100 patients undergoing such procedure method. Some studies suggest that acupuncture might be a useful method for the treatment of radiation induced xerostomia. This study is the first acupuncture research in Indonesia with the subject of xerostomia after chemo irradiation of nasopharyngeal carcinoma patients. Twenty five patients with xerostomia after chemo irradiation of nasopharyngeal carcinoma were divided randomly into 3 groups which are auriculo puncture group A, body acupuncture group B and combination acupuncture group C. XI scores was examined before, after 6th and 12th acupuncture treatment whereas salivary pH was examined before and after 12th acupuncture treatment using saliva check buffer kit. The success rate of acupuncture therapy in group A is 71,4 100, in group B is 66,7 88,9 and group C is 88,9 100 p 0,05. The mean salivary pH in group A was increased from 6,18 0,60 to 6,83 4,48, group B the mean salivary pH was increased from 6,16 0,54 to 6,67 2,26 and group C the mean salivary pH was increased from 6,00 0,4 to 6,60 2,23 after therapy p 0,05. The mean XI score was decreased from 35,70 5,14 group A, 34,70 7,77 group B, 36,70 5,25 group C before acupuncture therapy to 22,89 16,15 group A, 20,89 10,06 group B, 21,44 8,97 group C after 12th acupuncture therapy p 0,05. Auriculo puncture, body acupuncture and combination acupuncture have the same effects to increase salivary pH and decrease XI score in patients with xerostomia after chemo irradiation of nasopharyngeal carcinoma.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ainil Masthura
"Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah suatu kondisi kembalinya cairan lambung ke esofagus. Terapi akupunktur tanam benang telah menjadi salah satu terapi yang digunakan untuk alternatif terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar Nitrit Oksida (NO) serum setelah terapi akupunktur tanam benang dan medikamentosa. Uji acak tersamar tunggal dilakukan pada 50 responden dengan GERD yang di bagi kepada kelompok akupunktur tanam benang dan medikamentosa dibandingkan dengan kelompok akupunktur sham dan medikamentosa. Pemeriksaan kadar NO menjadi parameter yang dinilai pada saat sebelum perlakuan dan 30 hari setelah 2 kali terapi dengan durasi 15 hari sekali.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi kenaikan kadar NO pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok sham namun tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Kesimpulan penelitian ini akupunktur tanam benang belum terbukti secara statistik mempengaruhi kadar NO pada pasien GERD.

OksidaGastroesophageal reflux disease (GERD ) is a condition that causes the return of gastric fluid into the esophagus. Catgut embedding acupuncture has become one of the therapies used for alternative therapies. This study aimed to determine changes in serum Nitric Oxide (NO) levels after catgut embedding acupuncture therapy and conventional medicine. Single -blind randomized trials is used on 50 respondents with GERD were divided to group catgut embedding acupuncture therapy and conventional medicine compared with sham acupuncture group and medicine. The level of NO into the parameters assessed at the time before treatment and 30 days after treatment with 2 times the duration of 15 days.
The results showed increased levels of NO in catgut embedding acupuncture therapy and conventional medicine group compared with sham acupuncture group and medicine but there was no significant difference between the two groups. The conclusion of this study catgut embedding acupuncture has not been proven statistically in influencing the levels of NO in patients with GERD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Lazuardi
"ABSTRAK
Hipertensi sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan prevalensinya di Indonesia cukup tinggi 31,7 . Press needle PN pada titik PC6, MA-IC 7 dan MA_TF 1 diketahui dapat menurunkan tekanan darah, tetapi belum ada penelitian khusus terhadap penderita hipertensi esensial. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek PN pada titik PC6, MA-IC 7 dan MA_TF 1 terhadap tekanan darah dan skor kualitas hidup dari pasien hipertensi esensial. Disain penelitian adalah uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol. Melibatkan 52 pasien hipertensi yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok kasus mendapatkan terapi PN dikombinasi dengan obat antihipertensi dan kelompok kontrol mendapatkan terapi PN plasebo dikombinasi dengan obat antihipertensi. kemudian pada kedua kelompok dilakukan penilaian perubahan tekanan darah dan kualitas hidup SF-36 . Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah sistolik 30 menit dan 3 hari setelah perlakuan p0,05 , peningkatan skor SF-36 komponen MH, SF, BP dan GH 3 hari setelah perlakuan p0,05 pada kelompok kasus dibandingkan kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa terapi PN dikombinasi dengan obat antihipertensi lebih efektif menurunkan tekanan darah dan meningkatkan skor kualitas hidup pada pasien hipertensi esensial dibandingkan dengan terapi PN plasebo dikombinasi dengan obat antihipertensi.

ABSTRACT
Hypertension is commonly seen in Daily Practice and its prevalence in Indonesia is fairly high 31.7 . Press needle PN on PC6, MA IC 7 and MA TF 1 points is known to reduce Blood Pressure, but yet there has not been any research specially for essential hypertension. This study aims to determine the press needle Effects on PC6, MA IC 7 and MA TF 1 points to Blood Pressure And Quality of Life Score of essential hypertension patients. The study design is a randomized double blind clinical trials with Control, involving 52 hypertension randomly assigned to two groups. Treatment groups get the press needle therapy combined with antihypertensive drugs and The control group who get the press needle placebo therapy combined with antihypertensive drugs. Then the two groups evaluated for Blood Pressure And Quality of Life SF 36 . The results showed a decrease in systolic blood pressure of 30 minutes and 3 days after treatment p 0.05 , improvement of the SF 36 component scores MH, SF, BP and GH 3 days after treatment p 0.05 in the treatment group compared to the control group. It can be concluded that the PN therapy in combination with antihypertensive drugs more effectively reduce blood pressure and improve the quality of life scores in patients with essential hypertension compared with placebo PN therapy in combination with antihypertensive drugs."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Notonegoro
"Pendahuluan: Obesitas dinyatakan sebagai suatu epidemik dan prevalensinya masih meningkat di negara ekonomi berkembang.  Kondisi obesitas dapat mempengaruhi hampir seluruh fungsi fisiologis tubuh dan menyebabkan ancaman signifikan terhadap kesehatan masyarakat.  Penanganan obesitas seringkali sulit dan membutuhkan biaya mahal.  Terapi farmakologi banyak memiliki efek samping.  Akupunktur sebagai salah satu terapi non-farmakologi telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam terapi obesitas.  Elektroakupunktur dan akupunktur tanam benang merupakan modalitas yang dapat digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek terapi elektroakupunktur dengan akupunktur tanam benang PDO terhadap penurunan berat badan, lingkar pinggang, dan kadar leptin plasma pada pasien obesitas yang menjalani intervensi diet.
Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar tunggal.  Sebanyak 34 subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok elektroakupunktur dengan intervensi diet (EA) dan kelompok akupunktur tanam benang dengan intervensi diet (ATB). Pada kelompok EA, akupunktur dilakukan 3 kali seminggu. Sedangkan pada kelompok ATB, akupunktur dilakukan hanya 1 kali.  Berat badan dan lingkar pinggang diukur sebelum terapi, hari ke-3, 7, 14, 21, dan ke-28.  Sedangkan kadar leptin plasma diukur sebelum terapi dan hari ke-28.
Hasil: Terdapat penurunan yang bermakna pada rerata berat badan dan lingkar pinggang pada kedua kelompok sebelum dan setelah terapi (p < 0,001), serta penurunan kadar leptin plasma pada kelompok EA (p = 0,012) dan pada kelompok ATB (p = 0,001).  Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok baik terhadap selisih penurunan berat badan (p = 0,342), penurunan lingkar pinggang (p = 0,826), dan penurunan kadar leptin plasma (p = 0,784).
Kesimpulan: Elektroakupunktur dan akupunktur tanam benang PDO yang disertai intervensi diet memiliki efektivitas yang sama baiknya terhadap penurunan berat badan, lingkar pinggang, dan kadar leptin plasma pada pasien obesitas.  Akupunktur tanam benang memiliki efisiensi waktu dibandingkan dengan elektroakupunktur karena hanya dilakukan satu kali.

Introduction: Obesity is declared as an epidemic and its prevalence is still increasing in developing countries.  Obesity can affect almost all physiological functions of the body and create a significant threat to public health.  Treatment of obesity is often difficult and expensive.  Pharmacological therapy has many side effects.  Acupuncture as a non-pharmacological therapy has shown promising results in the treatment of obesity.  Electroacupuncture and thread embedding acupuncture are modalities that can be used.  The aim of this study was to analyze therapeutic effects of electroacupuncture  with PDO thread embedding acupuncture on weight loss, waist circumference, and plasma leptin levels in obese patients with dietary intervention.
Methods: This study design was a single blind randomized clinical trial. A total of 34 subjects were divided into 2 groups: electroacupuncture with dietary intervention group (EA) and thread embedding acupuncture with dietary intervention group (TEA).  In EA group, acupuncture was performed 3 times a week.  While in TEA group, acupuncture was performed only once.  Body weight and waist circumference were measured before treatment, on the 3rd, 7th, 14th, 21st, and 28th days. Meanwhile, plasma leptin levels were measured before treatment and on the 28th day.
Results: There was a significant decrease in body weight and waist circumference in both groups before and after treatment (p < 0.001), and also a significant decrease in plasma leptin level in EA group (p = 0,012) and TEA group (p = 0,001).  There was no significant difference between the two groups in term of weight loss (p = 0.342), waist circumference (p = 0.826), and plasma leptin levels (p = 0,784).
Conclusion: Electroacupuncture and PDO thread embedding acupuncture with dietary intervention have the same effectiveness in reducing body weight, waist circumference, and plasma leptin levels in obese patients.  However, thread embedding acupuncture has better time efficiency than electroacupuncture.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lindarsih Notowidjojo
"Riskesdas 2007 dan 2013 menyebutkan penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun mengonsumsi garam harian cukup tinggi. Riskesdas 2013 dan 2018. menunjukkan prevalensi hipertensi meningkat dari 25,8% menjadi 34,1%. Indonesia merupakan salah satu penghasil rumput laut merah, Euchema cottonii terbesar di dunia, tapi belum ada penelitian potensi rumput laut ini sebagai pengganti garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek mengganti garam biasa dengan garam rumput laut Euchema cottonii dengan kandungan Na lebih rendah dari garam biasa dalam usaha menurunkan tekanan darah pada subyek hipertensi esensial derajat 1. Tahap pertama penelitian ini adalah pembuatan garam rumput laut (GRL) yang aman dan memiliki rasa asin garam biasa (GB), dilakukan di unit produksi makanan di rumah sakit, dari Desember 2016 sampai Maret 2017.
Hasil uji sensori oleh 9 panelis digunakan untuk menentukan konsentrasi garam rumput laut yang dipakai pada penelitian tahap dua. Penelitian tahap kedua adalah uji klinis dengan pembanding secara acak tersamar ganda. Subyek diwawancara dengan food frequency questionnaire, dilakukan uji cita rasa GRL dengan konsentrasi yang telah ditetapkan tahap pertama dibandingkan dengan GB. Subyek diukur antropometri, tekanan darah, angiotensin II plasma, CRP serum, gula darah puasa, serum kreatinin, urin lengkap, serta kadar Na, K dan kreatinin dalam urin 24 jam. Subyek dievaluasi keluhan, dan diukur tekanan darahnya setiap minggu selama empat minggu. Rumput laut dari Saumlaki, Maluku dipilih berdasarkan analisis keamanan dari cemaran logam, kapang dan bakteri. Uji cita rasa asin oleh panelis mendapatkan garam rumput laut (GRL), yaitu komposisi bubuk garam rumput laut dan bubuk garam biasa dengan rasio 1:1, mempunyai rasa asin yang tidak berbeda bermakna dengan garam biasa (GB) (p=0.332).
Analisis mineral menunjukkan GRL mengandung kadar Na lebih rendah dan kadar K lebih besar daripada GB. Uji klinis pada 62 subyek dilakukan di rumah sakit dan tiga puskesmas di Jakarta dari Desember 2017 hingga Desember 2019. Setelah empat minggu perlakuan, ditemukan perbedaan penurunan secara bermakna tekanan darah sistolik (p=0.004) dari subyek kelompok GRL (Δ-15,3±9,7) dibandingkan kelompok GB (Δ-8,0±9,2). Demikian pula perbedaan penurunan tekanan darah diastolik terjadi secara bermakna (p=0.005) pada kelompok GRL (median Δ-8,0; 20-(-24)) dibandingkan kelompok GB (Δ-2,2±6,8). Tidak ada perbedaan bermakna perubahan kadar angiotensin II plasma, Na dan K urin 24 jam pada kedua kelompok GRL dan GB. Kesimpulan: GRL yang rendah Na dan tinggi K aman digunakan dan bermanfaat sebagai pengganti garam biasa bagi penderita hipertensi esensial derajat 1 usia 25-59 tahun tanpa memengaruhi kadar angiotensin II plasma, Natrium dan Kalium urin.

Basic Health Research 2007 and 2013, Indonesian population aged over 10 years consume high daily salt. Basic Health Research 2013 and 2018 showed hypertension' prevalence in Indonesian adults increased from 25.8% to 34.1%. Indonesia is one of the biggest producers of red seaweed, Euchema cottonii in the world, but there is no research about the potential of this seaweed as a substitute for salt. Aim of this study to evaluate the effect of replacing ordinary salt with seaweed salt of Euchema cottonii with lower Na content than ordinary salt in an effort to lower blood pressure in subjects with grade 1 essential hypertension. The first phase of the study was to produce seaweed salt (GRL) which is safe and has a salty taste of ordinary salt (GB), it was carried out in the food production unit at the hospital, from December 2016 to March 2017.
The sensory test results by 9 panelists were used to determine concentration of GRL used in phase two. The second stage of the study was a double blind randomized comparison clinical trial. Subjects were interviewed with a food frequency questionnaire, and a salty sensory test of GRL compared to GB was conducted. Anthropometry, blood pressure, plasma angiotensin II, serum CRP, fasting blood sugar, serum creatinine, complete urine examination and levels of Na, K and creatinine in 24 hours urine were measured. Subjects were evaluated for complaints, and their blood pressure were measured every week for four weeks. Seaweed from Saumlaki, Maluku was selected based on a safety analysis: metal, mold and bacterial contamination. The salty taste test by the panelists obtained GRL, composition of seaweed powder and ordinary salt powder with a ratio of 1:1, and has a salty taste that was not significantly different from GB (p=0.332).
Mineral analysis found that GRL contains lower Na levels with higher K levels than GB. Clinical trials on 62 subjects were conducted at one hospital and three health centers in Jakarta from December 2017 to December 2019. After four weeks of treatment, it was found that there was a significant difference in the decrease of systolic blood pressure (p=0.004) from GRL group's subjects ((Δ-15,3±9,7) compared to GB group's subjects (Δ-8,0±9,2). There was also a significant difference in the decrease of diastolic blood pressure (p=0.005) from GRL group's subjects (median Δ-8,0; 20-(-24)) compared to GB group's subjects (Δ-2,2±6,8). There was significant difference in changes in plasma angiotensin II levels, Na and K from 24 hours urine in both GRL and GB groups. Conclusion: GRL which is low in Na and high in K is safe to use and is useful as a substitute for GB for patients with grade 1 essential hypertension aged 25-59 years without affecting plasma angiotensin II, urinary Na and K.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Hariyani Sudarman
"Sebanyak 40 kematian yang diakibatkan hipertensi tidak terkendali, salahsatunya karena ketidakpatuhan diet, Makanan yang dimakan akan berpengaruh terhadapkestabilan tekanan darah. Dietary Approach to Stop Hypertension for Indonesian DASHI direkomendasikan karena dapat mengendalikan tekanan darah bagi penderitahipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kepatuhan diet DASHIterhadap perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi usia 25-65 tahun.
Desain penelitian ini adalah studi longitudinal yang dilakukan dari bulan Meihingga September 2017, dengan menggunakan data primer. Hasil uji Reapeted MeasureAnova menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh kepatuhan diet DASHI terhadapperbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi, namunberdasarkan perbandingan pada setiap hasil pengukuran terdapat perbedaan perubahantekanan darah sistolik dan diastolik berdasarkan kepatuhan diet DASHI diantaranyaadalah pengukuran bulan pertama dibandingkan bulan ketiga, serta pengukuran bulankedua dibandingkan dengan bulan ketiga, dengan nilai p-value

As many as 40 of deaths caused by uncontrolled hypertension, one of them dueto dietary disobedience, Food eaten will affect the stability of blood pressure. DietaryApproach to Stop Hypertension for Indonesian DASHI is recommended, because it cancontrol blood pressure for people with hypertension. The purpose of this study to seewhether there is influence of DASHI diet adherence to differences in systolic anddiastolic blood pressure changes in patients with hypertension 25 65 years old.
The design of this study was a longitudinal studies conducted from May to September 2017 usingprimary data. There is no effect of dietary compliance DASHI on the difference ofsystolic and diastolic blood pressure in hypertensive patients, but based on the comparisonon each measurement result there is difference of systolic and diastolic blood pressurechanges based on DASHI diet compliance including first month compared to third month,and second month measurement compared with third month, with p value
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50451
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanggoro Laka Bunawan
"Pendahuluan: Tukak lambung merupakan salah satu penyakit tersering pada saluran pencernaan yang mempunyai angka kekambuhan yang cukup tinggi. Penanganan tukak lambung seringkali sulit dan membutuhkan biaya mahal. Terapi farmakologi memiliki banyak efek samping. Akupunktur sebagai salah satu terapi non-farmakologi telah menunjukkan hasil yang baik dalam terapi dan sebagai protektif terhadap tukak lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efek protektif elektroakupunktur dengan akupunktur tanam benang terhadap indeks ulkus lambung dan kadar serum Malondialdehyde (MDA) pada tukak lambung.
Metode: Penelitian dilakukan pada bulan November - Desember 2021 di Puslitbangkes Biomedik, Kementerian kesehatan Republik Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat. Desain penelitian adalah studi eksperimental dengan Randomized posttest design. 30 hewan coba tikus dibagi menjadi 5 kelompok: kelompok normal, kontrol tukak lambung (TL), omeprazole (OME), elektroakupunktur (EA) dan akupunktur tanam benang (ATB). Kelompok OME diberikan omeprazole oral 20 mg/kg dan EA pada ST36 Zusanli dan CV12 Zhongwan dengan frekuensi 2 Hz, intervensi pada OME dan EA dilakukan setiap 2 hari sekali selama 12 hari. Kelompok ATB 1 kali intervensi di hari pertama. Skor indeks ulkus lambung dan kadar serum MDA diukur setelah induksi tukak lambung dilakukan pasca 12 hari perlakuan. Semua hasil data diolah menggunakan SPSS versi 20.
Hasil: Skor indeks ulkus tidak berbeda bermakna antara kelompok EA dengan ATB (uji Mann Whitney, p = 0,523), namun skor indeks ulkus kelompok EA dan ATB lebih rendah bermakna dibandingkan kelompok TL (uji Mann Whitney, p < 0,05). Kadar serum MDA lebih rendah bermakna pada kelompok EA versus TL (uji post-hoc, p < 0,001) dan pada kelompok ATB versus TL (uji post-hoc, p < 0,05). Kelompok EA versus ATB, kadar MDA tidak berbeda bermakna (uji post-hoc, p = 1,000).
Kesimpulan: Elektroakupunktur dan akupunktur tanam benang memiliki efek protektif terhadap tukak lambung yang sama baiknya terhadap skor indeks ulkus lambung dan kadar serum MDA. Akan tetapi akupunktur tanam benang memiliki efisiensi waktu [sw1] dibandingkan dengan elektroakupunktur.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Candrarukmi Yogandari
"Beberapa studi di bidang akupunktur mengemukakan bahwa akupunktur merupakan salah satu modalitas terapi untuk mengurangi radikal bebas pada atlet yang menjalani latihan teratur dengan intensitas tinggi dan durasi lama. Latihan dasar kemiliteran merupakan latihan intensif yang dijalani oleh setiap calon prajurit yang memungkinkan terjadinya stres oksidatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan apakah modalitas akupunktur manual dan elektroakupunktur mempunyai pengaruh yang sama terhadap kadar malondialdehid pada calon prajurit saat latihan dasar kemiliteran. Metode penelitian menggunakan uji acak tersamar tunggal dengan kontrol. Penelitian ini dilakukan terhadap 34 calon prajurit saat latihan dasar kemiliteran dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok akupunktur manual dan kelompok elektroakupunktur yang masing-masing terdiri dari 17 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih rerata kadar MDA plasma pada kelompok akupunktur manual 0,228 ± 0,441 dan selisih rerata kadar MDA plasma pada kelompok elektroakupunktur 0,409 ± 0,415.

Several studies in the field of acupuncture suggests that acupuncture is a treatment modality for reducing free radicals in athletes who undergo regular training with high intensity and long duration. Military basic training is intensive training undergone by each candidate that would allow soldiers to oxidative stress. The purpose of this study was to compare whether the manual acupuncture and electroacupuncture modalities have the same effect on levels of malondialdehyde in recruits during training military base. The research method uses a single-blind randomized trials with a control. This study was conducted on 34 recruits when basic military training and were divided into 2 groups: manual acupuncture and electroacupuncture group, each of which consists of 17 people. The results showed that the mean difference of plasma MDA concentration on manual acupuncture group 0.228 ± 0,441 and mean difference of plasma MDA concentration in electroacupuncture group 0.409 ± 0.415."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srikandi Indira Putri
"Adiksi Rokok (AR) saat ini termasuk dalam kelainan akibat penggunaan rokok yang
masuk dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental-V (DSM-V).
Peningkatan Konsumsi Rokok berdampak terhadap tingginya beban penyakit akibat
rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok. Merokok menimbulkan beban
kesehatan, sosial, ekonomi dan lingkungan tidak saja bagi perokok tetapi juga bagi
orang lain. Terdapat tiga kendala utama untuk berhenti merokok yaitu faktor biologis
atau fisiologis, psikologis dan perilaku serta lingkungan sosial. Adiksi rokok
menyebabkan timbulnya gejala withdrawal yang membuat perokok sulit untuk berhenti
merokok, disamping itu kebiasaan perilaku serta lingkungan sosial juga sangat
berpengaruh terhadap perokok yang ingin berhenti. Akupunktur telinga dengan protokol
The National Acupuncture Detoxification Association (NADA) telah terbukti dapat
memperbaiki gejala withdrawal serta efektif untuk terapi berhenti merokok.
Motivational Enhancement Therapy (MET) merupakan pendekatan yang memiliki
prinsip psikologi motivasi dan dirancang untuk menghasilkan perubahan motivasi.
Penelitian ini menilai efek terapi kombinasi akupunktur telinga (Protokol NADA)
dengan MET terhadap perubahan klinis yang dievaluasi dengan menilai perbaikan skor
Skala Ketergantungan Rokok (SKR), jumlah konsumsi rokok, dan skor motivasi
University of Rhode Island Change Assesment (URICA) pada pasien dengan adiksi
rokok. Tiga puluh enam pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok akupunktur
telinga (Protokol NADA) dengan MET (n=18) dan kelompok akupunktur sham dengan
MET (n=18). Kedua kelompok menerima sesi akupunktur yang sama, 2 kali per minggu
selama 10x dan MET 1-2 kali per minggu selama 3 kali. Penilaian skor SKR, jumlah
konsumsi rokok dan URICA dilakukan sebelum terapi, setelah akupunktur 10 kali dan
MET 3 kali serta 7 hari setelah terapi terakhir. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan
bermakna pada skor SKR, jumlah konsumsi rokok, dan URICA pada kelompok
akupunktur telinga (Protokol NADA) dan MET dibandingkan dengan kelompok
akupunktur sham dan MET. Skor SKR setelah terapi akupunktur 10 kali (p = 0,001) dan
7 hari setelah terapi terakhir (p = 0,001). Jumlah konsumsi rokok setelah terapi
akupunktur 10 kali (p = 0,002) dan 7 hari setelah terapi terakhir (p = <0,001). Skor
URICA setelah terapi akupunktur 10 kali (p = 0,004) dan 7 hari setelah terapi terakhir
(p = <0,001). Penemuan ini menunjukkan bahwa terapi kombinasi akupunktur telinga
(Protokol NADA) dengan MET memberikan efek yang lebih baik terhadap perubahan
klinis pada pasien adiksi rokok

Cigarette addiction (CA) is currently included in the disorder using cigarettes included
in the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-V (DSM-V). Increased of
cigarette consumption due to increased cigarette disease burden related to health,
social, economic and environmental burdens not only for smokers but also for others.
There are three main challenges to stop smoking, from biological or physiological,
psychological and behavioral factors and social environment. Cigarette addiction
causes withdrawal symptoms that make smokers difficult to stop smoking, eliminating
environmental and social problems also greatly affect smokers who want to quit. Ear
acupuncture with the National Detoxification Acupuncture Association (NADA)
protocol has been shown to improve withdrawal symptoms and is effective for smoking
cessation.. Motivation Enhancement Therapy (MET) is an approach that has a
foundation of wisdom and designed to produce motivational changes. This study
assessed the effect of combined ear acupuncture therapy (NADA protocol) using a
Pyonex patch needle with MET on clinical changes evaluated with the Cigarette
Dependency Scale (CDS) score, consumption amount of cigarettes, and University of
Rhode Island Change Assessment (URICA) motivation score in patients with cigarette
addiction. Thirty-six patients were randomly divided into two groups, the ear
acupuncture groups (NADA protocol) with MET (n = 18) and sham acupuncture groups
with MET (n = 18). Both groups received the same acupuncture session, 2 times per
week for 10 times and MET 1-2 times per week for 3 times. The assessment of the CDS
score, the number of cigarette consumption and URICA was done before therapy, after
acupuncture 10 times and MET 3 times and 7 days after the last therapy. The results
showed that there were significant differences in the CDS score, total cigarette
consumption, and URICA in the ear acupuncture group (NADA Protocol) with MET
compared to sham acupuncture with MET acupuncture group. SKR scores after
acupuncture therapy 10 times (p = 0.001) and 7 days after the last therapy (p = 0.001).
Total cigarette consumption after acupuncture therapy 10 times (p = 0.002) and 7 days
after the last therapy (p = <0.001). URICA score after acupuncture therapy 10 times (p
= 0.004) and 7 days after the last therapy (p = <0.001). These findings suggest that the
combination of ear acupuncture (NADA protocol) with MET gives a better effect on
clinical changes in cigarette addiction patients"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>