Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edi Suhaimi
"Latar Belakang dan Tujuan: Rigid Cystoscopy merupakan pemeriksaan menggunakan cystoscope yang rigid untuk mengetahui kelainan pada kandung kemih. Kelainan yang dapat dinilai dari pemeriksaan ini adalah tumor, batu, hematuria dan inflamasi kandung kemih. Dapat juga digunakan untuk pemasangan kateter ureter dan pengangkatan double J. Dengan hanya menggunakan anestetik lokal xylocaine jelly 2% saja pada prosedur ini sebagian penderita masih belum dapat mentoleransi nyeri. Sementara elektroakupunktur (EA) telah terbukti dapat mengurangi nyeri pada beberapa tindakan/operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek EA dikombinasi dengan xylocaine jelly 2% terhadap nyeri pada prosedur rigid cystoscopy pasien laki-laki.
Metode: Uji klinis dilakukan sebelum dan setelah intervensi. Tujuh belas pasien laki-laki yang akan menjalani prosedur rigid cystoscopy dan memenuhi kriteria insklusi dilibatkan dalam studi ini. Perlakuan menggunakan EA tubuh dan telinga selama 20 menit, kemudian ditambahkan xylocaine jelly 2% 10 ml selama 10 menit sebelum prosedur dimulai. Penilaian dilakukan dengan NAS terutama pada sebelum, selama dan setelah prosedur selesai.
Hasil: Rerata NAS sebelum prosedur 1,06±1,09; selama prosedur 2,0±1,17; dan setelah prosedur 0,76±1,20. Terdapat perbedaan bermakna antara NAS sebelum vs selama prosedur dan NAS selama vs setelah prosedur, p<0,01; tidak ada perbedaan bermakna antara NAS sebelum vs setelah prosedur, p>0,05. Tidak didapatkan kriteria buruk (gagal) atau nilai NAS >4, serta efek samping pada sebelum, selama dan setelah prosedur.
Kesimpulan: EA tubuh dan telinga kombinasi dengan xylocaine jelly 2% mempunyai efek mengurangi nyeri yang dapat ditoleransi penderita pada prosedur rigid cystoscopy laki-laki.

Background and Objective: Rigid cystoscopy is an examination using a rigid cystoscope to determine bladder abnormalities. Abnormalities which can be it from this examination were tumor, stones, hematuria and bladder inflamation. It can also be used for the installation and removal of the ureteral double J catheter. Some patients still can not tolerate the pain if this procedure only used local anesthetic xylocaine jelly 2%. While electroacupuncture (EA) has been proven to reduce pain in some action/operations. This study aim to determine effect of EA combination with xylocaine jelly 2% on pain in rigid cystoscopy procedure in men patients.
Methods: Clinical trial performed before and after intervention. Seventeen male patients that will undergo rigid cystoscopy procedure and fulfill inclusion criteria were included in this study. The treatment using body and ears EA for 20 minutes, then added xylocaine jelly 2% 10 ml for 10 minutes before procedure begin. Assesment carried with NAS espesially before, during and after procedure.
Results: The means NAS before procedure was 1,06±1,09; during procedure 2,0±1,17; and after procedure 0,76±1,20. There are significant differences between NAS before vs during procedure and during vs after procedure, p<0,01; there is no significant difference between NAS before vs after procedure, p>0,05. Not bad criterion (fail) or the value of NAS >4 and side effect before, during and after the procedure.
Conclusions: Body and ears EA combination with xylocaine jelly 2% have effect reducing pain that can be tolerated by the patients on the rigid cystoscopy procedur in men.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wantonoro
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui "Efektivitas kateterisasi urin menggunakan jelly anestesi dan jelly biasa terhadap respon nyeri pasien laki – laki di RSUD Muntilan dan PKU Muhammadiyah DIY". Desain penelitian Quasi eksperimen; post-test only control group. Pengambilan sampel dilakukan secara nonprobability sampling dengan metode purposive sampling, Sampel penelitian berjumlah 30 responden yang terbagi dalam dua kelompok.
Hasil uji statistik Mann–Whitney didapatkan angka significancy 0,000. Kesimpulan penelitian bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skala nyeri keterisasi urin menggunakan jelly anestesi dan jelly biasa pada pasien laki - laki. Dari hasil penelitian, jelly anestesi direkomendasikan diberikan 3 menit sebelum pemasangan kateter urin laki - laki.

This research aimed to show the effectiveness of urine catheterization using anesthetics jelly and water based lubricant for male patients’ pain response at RSUD Muntilan and PKU Muhammadiyah DIY. The research design used quasi experiment; post test only control group. Sample was taken by nonprobability sampling with purposive sampling method.In this study, there were 30 respondents which were divided into two groups.
The Mann-Whitney test indicated a significant difference in urine catheterization pain score response using anesthetics jelly and common jelly for male patients. From this study, anesthetics jelly was recommended to use with 3 min delay following instillation of anesthetics jelly before urine catheterization for male patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Juan Carson Roy Nathanael
"Latar Belakang: Sistoskopi merupakan prosedur urologi yang memerlukan anestesi spinal untuk memberikan kenyamanan pada pasien. Bupivakain merupakan agen anestesi spinal yang lumrah digunakan namun memiliki durasi kerja yang panjang sehingga menimbulkan kerugian. Prilokain merupakan alternatif anestesi spinal untuk prosedur sistoskopi dengan durasi kerja yang lebih singkat dibandingkan dengan bupivakain. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kecepatan waktu pulih anestesi spinal dengan prilokain hiperbarik 2% 50 mg dengan bupivakain hiperbarik 0,5% 12,5 mg pada prosedur sitoskopi.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinik acak tersamar ganda yang melibatkan 66 pasien yang menjalani prosedur sistoskopi di RSCM. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu prilokain hiperbarik 2% 50 mg + fentanyl 25 mcg dan bupivakain hiperbarik 0,5% 12,5 mg + fentanyl 25 mcg. Waktu pulih yang dinilai adalah waktu pasien dapat mengangkat tungkai bawah 45 derajat pasca anestesi spinal dan waktu pasien dapat berjalan pasca anestesi spinal.
Hasil: Waktu pasien dapat mengangkat tungkai bawah 45 derajat pasca anestesi spinal dan waktu pasien dapat berjalan pasca anestesi spinal lebih singkat pada prilokain dibandingkan bupivakain. Perubahan hemodinamik dan efek samping yang terjadi tidak berbeda antara kedua obat.
Simpulan: Waktu pulih anestesi spinal dengan prilokain hiperbarik 2% 50 mg lebih singkat dibandingkan dengan bupivakain hiperbarik 0,5% 12,5 mg pada prosedur sitoskopi.

Introduction: Cystoscopy is a urologic procedure requiring spinal anesthesia to provide comfort to patients. Bupivacaine is a frequently used spinal anesthesia agent, however its long duration of action creates disadvantages. Prilocaine may be an alternative for spinal anesthesia in cystoscopy, which has shorter duration of action compared to bupivacaine. This study aimed to compare spinal anesthesia recovery time of hyperbaric prilocaine 2% 50 mg and hyperbaric bupivacaine 0.5% 12.5 mg in cystoscopy procedure.
Methods: This study was a randomized-controlled trial involving 66 patients who underwent cystoscopy in RSCM. Subjects were randomized into two groups, i.e. hyperbaric prilocaine 2% 50 mg + fentanyl 25 mcg and hyperbaric bupivacaine 0.5% 12.5 mg + fentanyl 25 mcg.Recovery times being assessed were time to raise leg 45 degree and time to walk unassisted after spinal anesthesia.
Results: Time to raise leg 45 degree and time to walk unassisted after spinal anesthesia were shorter in prilocaine group compared to bupivacaine group. Hemodynamic changes and adverse effects were comparable between two groups.
Conclusion: Spinal anesthesia recovery time of hyperbaric prilocaine 2% 50 mg was shorter than hyperbaric bupivacaine 0.5% 12.5 mg in cystoscopy procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Adriani Budihardjo
"Diabetes Melitus DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan lebih dari 90. DM salah satunya ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah. Penatalaksanaan DM terdiri dari : edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Namun intervensi farmakologis banyak menimbulkan efek samping. Beberapa studi menunjukkan bahwa akupunktur bermanfaat untuk menurunkan kadar gula darah pada kasus DM, baik menggunakan elektroakupunktur maupun tanpa elektroakupunktur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek elektroakupunktur pada titik telinga MA-IC 3 Endokrin terhadap penurunan kadar gula darah puasa pada pasien DM tipe 2 di RSU Kota Banjar.
Metode penelitian menggunakan Uji Acak Terkontrol. Penelitian ini dilakukan terhadap 54 pasien DM tipe 2 yang terbagi atas 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B, yang masing-masing terdiri dari 27 orang. Pada kelompok A EA dilakukan elektroakupunktur pada titik telinga MA-IC 3 Endokrin dengan gelombang dense disperse selama 30 menit. Sedangkan pada kelompok B Tanpa EA dilakukan tanpa elektroakupunktur pada titik yang sama selama 30 menit. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Pada kelompok A EA rerata kadar gula darah puasa GDP menurun dari 157,26 24,485 menjadi 142,59 26,771 p < 0,05, sedangkan pada kelompok B Tanpa EA rerata kadar GDP menurun dari 149,67 21,485 menjadi 148,74 21,326 p < 0,05.
Rerata angka penurunan kadar GDP antara kelompok A EA dan kelompok B Tanpa EA menunjukkan hasil yang signifikan p < 0,05. EA pada titik telinga MA-IC 3 Endokrin mempunyai efek menurunkan kadar GDP lebih baik dibandingkan dengan tanpa EA pada pasien DM tipe 2.

Type 2 Diabetes Mellitus DM is a kind of the most founded more than 90. One of DM symptom signed with increasing blood sugar level. DM therapy including education, medical nutrition therapy, physical exercise and farmacological intervention. However, farmacological intervention causing too many side effects. Some studies shows that acupuncture useful to decrease blood sugar level in DM cases, both using electroacupuncture and without electroacupuncture.
The purpose of this study is to know electroacupuncture effect at MA IC 3 Endocrine ear acupoint to decrease fasting blood sugar for type 2 DM patients at Banjar Hospital.
Study method used Randomized Controlled Trial. This study were involve 54 type 2 DM patients and divided into 2 groups which were group A and B, which was consists of 27 subjects. In group A EA applied electroacupuncture at MA IC 3 Endocrine ear acupoint with dense disperse for 30 minutes. Whereas in group B Without EA applied manual acupuncture at the same point for 30 minutes. Fasting blood sugar FBS was examine before and after intervention. In group A EA FBS level rate decrease from 157,26 24,485 to 142,59 26,771 p 0,05, whereas in group B Without EA FBS level rate decrease from 149,67 21,485 to148,74 21,326 p 0,05.
Decreasing rate of FBS level number between group A and B showed significant result p 0,05. EA rsquo s effect at MA IC 3 Endocrine ear acupoint better than without EA to decrease FBS level for type 2 DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Rukmawati
"Dispepsia merupakan sindrom penyakit pada regio gastroduodenal yang berpengaruh besar terhadap kualitas hidup penderitanya baik secara fisik maupun mental. Berbagai terapi farmakologis telah dikembangkan, namun efektivitasnya masih belum maksimal. Akupunktur merupakan salah satu modalitas terapi yang telah terbukti efektif dalam mengatasi gejala-gejala dispepsia. Elektroakupunktur (EA) pada titik ST 36 Zusanli merupakan metode perangsangan dan titik akupunktur yang paling sering digunakan dalam penelitian untuk mengatasi masalah lambung melalui mekanisme yang melibatkan nitrit oksida (NO).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode terapi elektroakupunktur dibandingkan dengan akupunktur manual pada ST 36 Zusanli terhadap peningkatan kadar NO serum pada penderita dispepsia. Uji klinis acak tersamar ganda dengan pembanding dilakukan terhadap 40 pasien dispepsia yang dibagi ke dalam kelompok elektroakupunktur (EA) dan kelompok akupunktur manual (AM).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rerata peningkatan kadar NO serum pada kelompok elektroakupunktur dibandingkan dengan kelompok akupunktur manual (p = 0,026).
Kesimpulan penelitian ini yaitu tindakan elektroakupunktur pada ST 36 Zusanli lebihefektif meningkatkan kadar NO serum dibandingkan tindakan akupunktur manual pada pasien dispepsia (p < 0,05).

Dyspepsia is a syndrome in gastroduodenal region which affect the quality of life ofpatients both physically and mentally Various pharmacological therapies have beendeveloped but its effectiveness is unsatisfying Acupuncture is a modality that hasbeen proven effective in addressing the symptoms of dyspepsia Electroacupuncture EA at ST 36 Zusanli is the method of stimulation and acupuncture points whichmost frequently used in research to overcome the problem of the stomach through amechanism involving nitric oxide NO
The aim of this study was to determine theeffectiveness of electroacupuncture treatment method compared to manualacupuncture at ST 36 Zusanli to increase serum levels of NO in patients withdyspepsia A double blind randomized controlled trial involved 40 patients withdyspepsia randomly allocated into groups of electroacupuncture EA and manualacupuncture MA
The results showed there were significant differences in themean serum levels of NO in the EA group compared to the MA group p 0 026 The results suggested that electroacupuncture at ST 36 Zusanli is more effectivethan manual acupuncture in increasing the serum levels of NO in patients withdyspepsia p 0 05
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Airin Kristiani
"ABSTRAK
Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebih yang dapat mengganggu kesehatan sebagai akibat ketidakseimbangan asupan dan pengeluaran energi. Obesitas merupakan penyakit kronis yang dapat menjadi faktor risiko penyakit metabolik kronis yang dapat menyebabkan kematian. Lingkar pinggang merupakan cara yang sederhana untuk menilai distribusi lemak tubuh dalam memprediksi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh obesitas. Adiponektin merupakan hormon protein yang disekresi oleh sel adiposit yang mempunyai efek anti diabetes, anti inflamasi, anti aterogenik, dan efek kardioprotektif. Untuk mendapatkan hasil optimal diperlukan tatalaksana interdisiplin. Beberapa studi menyimpulkan bahwa elektroakupunktur dapat meningkatkan kadar adiponektin dan menurunkan lingkar pinggang pada pasien obesitas. Pada penelitian ini dilakukan uji klinis tersamar tunggal terhadap 38 pasien obesitas yang secara acak dibagi kedalam 2 kelompok yaitu Elektroakupunktur dan intervensi diet dan kelompok elektroakupunktur sham dan intervensi diet untuk mengetahui pengaruh elektroakupunktur dan intervensi diet terhadap lingkar pinggang dan kadar adiponektin. Hasil penelitian menunjukkan penurunan lingkar pinggang yang bermakna sesudah perlakuan baik pada kelompok perlakuan p=0,000 maupun kelompok kontrol p=0,002 . Terdapat perbedaan bermakna terhadap selisih lingkar pinggang awal dan akhir antara kedua kelompok p=0,002 , namun pada pengukuran adiponektin tidak menunjukkan perubahan bermakna sebelum dan setelah perlakuan baik pada kelompok perlakuan p=0,409 maupun pada kelompok kontrol 0,306. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok p=0,638. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet memiliki pengaruh terhadap lingkar pinggang namun tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar adiponektin pada pasien obesitas.

ABSTRACT<>br>
Obesity is the accumulation of excess fat that can interfere with health as a result of theimbalance of energy intake and expenditure. Obesity is a chronic disease that can be arisk factor for chronic metabolic disease that can lead to death. Waist circumference isa simple way to assess the distribution of body fat in predicting morbidity and mortalitycaused by obesity. Adiponectin is a protein hormone secreted by adipocyte cells thathave anti diabetic, anti inflammatory, anti atherogenic, and cardioprotective effects. Toobtain optimal results required interdisciplinary management. Several studies haveconcluded that electroacupuncture can increase adiponectin levels and decrease waistcircumference in obese patients. In this study a single blinded clinical trial of 38 obesepatients was randomly divided into 2 groups electroacupuncture and dietaryinterventions and electroacupuncture sham groups and dietary interventions todetermine the effectiveness of electroacupuncture and dietary intervention of waistcircumference and adiponectin levels. The results showed a significant decrease inwaist circumference after treatment in both treatment groups p 0,000 and controlgroup p 0.002 . There was a significant difference in waist circumference betweenthe two groups p 0.002 , but the measurement of adiponectin showed no significantchange before and after treatment in both treatment groups p 0.409 and in thecontrol group 0.306. There were no significant differences between the two groups p 0.638. In this study it was concluded that combination electroacupuncture anddietary intervention therapy had an effect on waist circumference in obese patients"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherlly Surijadi
"Ansietas adalah sensasi ketakutan disertai gejala otonom. Prevalensi di Indonesia 6-7%, menyebabkan hendaya sosial-pekerjaan. Psikoterapi dan medikamentosa bertujuan mengembalikan keseimbangan neurotransmiter, namun memiliki kendala akses dan efek samping, sehingga pasien sering mencari terapi lain. Akupunktur diharapkan menjadi salah satu terapi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh elektroakupunktur terhadap kadar serotonin darah dan tingkat ansietas pasien dengan gejala ansietas, sebelum dan sesudah terapi. Desain uji klinis terandomisasi, jumlah sampel 38 responden dengan skor HARS 14-27, dibagi menjadi kelompok terapi=19, kontrol=19.
Hasil: skor HARS kelompok terapi menurun 14±3,62 (p<0,001) dengan keberhasilan 100%, lebih besar bermakna dibanding kontrol yang menurun 1,31±1,49 (p=0,001) dengan keberhasilan 63%; kadar serotonin darah sebelum dan sesudah terapi berbeda bermakna, pada kelompok terapi 47(-68)-(124) (p=0,005) dengan keberhasilan 100%, sedangkan kontrol 49(-92)-(252) (p=0,025) dengan keberhasilan 93%, tapi tidak berbeda bermakna antar kelompok (p=0,804).

Anxiety is a fear sensation, accompanied by autonomic symptoms. Indonesia prevalence 6-7%, causing social-occupational impairment. Psychotherapy and pharmacological restore neurotransmitters balances, but have access dan side effect constraints, resulting patients looking for other therapies. Acupuncture expected to be one of the therapy. The study determine electroacupuncture effect on blood serotonin levels and levels of anxiety in patients with anxiety symptoms before-after therapy. Randomized clinical trials design, sample size 38 respondens with HARS scores 14-27, divided into treatment=19, control=19.
Results: HARS scores decrease in the treatment group 14±3.62 (p<0.001) with success rate 100%, are significantly greater than control 1.31±1.49 (p=0.001) with success rate 63%; blood serotonin levels significantly different between before and after therapy, treatment group 47(-68)-(124) (p=0.005) with success rate 100%, control 49(-92)-(252)(p=0.025) with success rate 93%, not significantly different compared between group (p=0.804).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nugraheni
"Latar Belakang: Laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki LSL merupakan populasi yang sedang berkembang dan memiliki masalah-masalah spesifik, salah satunya gangguan jiwa yang merupakan manifestasi dari psikopatologi. Faktor-faktor yang memengaruhi psikopatologi pada LSL penting untuk diketahui.
Objektif: Tujuan penelitian ini adalah mencari jenis psikopatologi yang ada pada populasi LSL dan faktor-faktor yang berhubungan di dua lembaga swadaya masyarakat LSM khusus LSL di Jakarata.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi potong lintang. Sampel diambil dengan metode cluster random sampling. Pengukuran data dilakukan menggunakan kuesioner Brief COPE untuk mengukur mekanisme koping, WHOQOL-Bref untuk mengukur kualitas hidup, dan SCL-90 untuk mengukur psikopatologi. Data lain yang diukur adalah data demografik, status seksual, keterbukaan orientasi seksual, HIV/AIDS dan penggunaan NAPZA, dan perilaku seksual berisiko. Analisis data menggunakan uji bivariat menggunakan Pearson chi-square atau Fisher rsquo;s exact test dan dilanjutkan dengan uji multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil: Terdapat 100 sampel yang dimasukkan ke dalam analisis data. Sebagian besar responden mengalami psikopatologi 77. Psikopatologi yang paling banyak ditemukan adalah depresi 29. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pernah tidak menggunakan kondom 3 bulan terakhir, membuka orientasi seksual kepada keluarga, dan menggunakan mekanisme koping negatif meningkatkan risiko psikopatologi sebesar 2.9 kali, 2 kali dan 1.4 kali IK 95 =1.0-8.9; IK 95 =0.5-8.2; IK 95 =0.3-5.7.

Background: Men who have sex with men MSM is a growing population with specific problems such as mental disorder, a manifestation of psychopathology. The factors associated with psychology is an important matter to discuss.
Objective: The purpose of this study is to portrait the pychopathology in MSM population and the related factors in two organizations which care about MSM's well being in Jakarta.
Methods: This is a cross sectional study using cluster random sampling. Coping mechanism, psychopathology and quality of life were measured using Brief COPE, SCL 90 and WHOQOL Bref. Demography of the respondents, sexual status, disclosure of sexual orientation, HIV AIDS status, drug use, and risky sexual behavior were also measured. Bivariate analysis using Pearson chi square or Fisher's exact test was continued with multivariate analysis using logistic regression model.
Results: Data from one hundred respondents were analyzed. Most of them have psychopathology 77, especially depression 29. Never use condoms in the last 3 months, disclosing sexual orientation to family member, and negative coping mechanisms increase the risk of psychopathology 2.9 times, 2 times, and 1.4 times 95 CI 1.0 8.9 95 CI 0.5 8.2 95 CI 0.3 5.7 .
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Kurniawan
"Sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan suatu kondisi umum endokrinopati yang ditandai dengan adanya oligoovulasi atau anovulasi, produksi androgen berlebih, dan adanya kista ovarium kecil multipel yang diidentifikasi secara sonografis (kriteria Rotterdam, 2004). SOPK ditemukan pada 10% populasi wanita usia reproduksi dan berhubungan erat dengan disfungsi ovulasi sehingga menurunkan angka fertilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa terhadap SOPK. Uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol dilakukan terhadap 44 subjek dengan SOPK yang dialokasikan secara acak ke dalam kelompok elektroakupunktur sejati dan medikamentosa (n=22), serta kelompok elektroakupunktur sham dan medikamentosa (n=22). Penilaian menggunakan pencitraan USG transvaginal dan perhitungan panjang siklus menstruasi sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rerata volume ovarium antara kedua kelompok sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,002); penurunan jumlah folikel antral (p=0,005); angka kejadian menstruasi (p=0,001); dan pemendekan siklus menstruasi (p=0,003). Kesimpulan penelitian ini elektroakupunktur dan medikamentosa memberikan perbaikan terhadap keluhan dan gambaran ovarium pada pasien SOPK.

Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) is a general endocrinopathy condition that signed with oligoovulation or anovulation cycle, excess androgen production, and an image of multiple small cysts identified by transvaginal ultrasound (Rotterdam criteria, 2004). PCOS found in 10% of reproductive women and highly corresponded with ovulation dysfunction and finally decrease the fertility rate. The goal of this study is to know the effect of electroacupuncture combined with medical treatment in PCOS. A double blind randomized controlled trial is performed in 44 subjects with PCOS and divided into true electroacupuncture combined with medical treatment group (n=22) and sham electroacupuncture combined with medical treatment group (n=22). Ovarian volume and antral follicle are evaluated with transvaginal ultrasound and the length of menstrual cycle is counted before and after the treatment. The results show there are significant mean differences between ovarian volume in two groups before and after treatment (p=0,002); antral follicle count (p=0,005); menstrual incidence during the treatment (p=0,001); and shortened menstrual cycle (p=0,003). The conclusion of this study is electroacupuncture combined with medical treatment could improve PCOS patients’ compaint and ovarian image."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Himawan
"Obesitas merupakan masalah epidemik di dunia. Obesitas menyebabkan inflamasi kronik derajat rendah dan meningkatkan risiko beberapa penyakit kronis dengan komplikasi seperti aterosklerosis, dan masalah kardiovaskuler. Penanda inflamasi yang dianggap terbaik saat ini adalah high sensitivity C-Reactive Protein hsCRP . HsCRP juga merupakan prediktor terbaik untuk mengetahui risiko penyakit kardiovaskuler. Diperlukan penanganan secara interdisiplin untuk mengatasi masalah obesitas ini. Akupunktur merupakan terapi pelengkap yang paling cepat berkembang dan diakui oleh National Institutes of Health dan WHO.
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet terhadap kadar HsCRP dan body fat pada pasien obesitas. Uji klinis acak tersamar tunggal terhadap 36 pasien obesitas yang dialokasikan secara acak menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet kelompok perlakuan dan kelompok kombinasi elektroakupunktur sham dan intervensi diet kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar hsCRP sebelum dan sesudah perlakuan tetapi belum terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik p= 0.476. Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap perbandingan kadar body fat sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan p=0.002.
Kesimpulan penelitian ini terapi kombinasi elektroakupunktur dan intervensi diet memiliki pengaruh terhadap kadar hsCRP dan body fat pada pasien obesitas.

Obesity is an epidemic problem in the world. Obesity causes low grade chronic inflammation and increases the risk of some chronic diseases with complications such as atherosclerosis, and cardiovascular problems. The best current inflammatory marker is the high sensitivity of C Reactive Protein hsCRP . HsCRP is also the best predictor of risk of cardiovascular disease. Interdisciplinary treatment is needed to overcome this obesity problem. Acupuncture is the most rapidly growing complementary therapy and is recognized by the National Institutes of Health and WHO.
This study aims to determine the effectiveness of electroacupuncture combination therapy and dietary intervention on HsCRP and body fat levels in obese patients. Single blinded randomized clinical trials of 36 obese patients were randomly assigned to 2 groups, electroacupuncture combined with dietary intervention group treatment group and sham electroacupuncture combined with dietary intervention group control group.
The results showed decrease of hsCRP levels before and after treatment but there was no statistically significant difference p 0.476 . There was a significant difference to the body fat content before and after treatment in the treatment group p 0.002.
The conclusions of this study combined electroacupuncture and dietary intervention therapy have an influence on levels of hsCRP and body fat in obese patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>