Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159033 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andri Rosiy
"Penyakit menular di Indonesia masih menjadi masalah. Sampai dengan tahun 2009 Indonesia merupakan negara dengan kasus DBD tertinggi di asia tenggara. Indonesia juga merupakan daerah endemis Malaria. Faktor lingkungan merupakan penyebab terbesar dari kejadian penyakit tersebut. Kejadian penyakit di sekolah akibat lingkungan cukup tinggi, berdasarkan SP3 (sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas) di Purwakarta, penderita ISPA di sekolah sebanyak 1406 siswa. Pada tahun 2004 di Indonesia terjadi 152 KLB makanan, pada 2005 terjadi 184 KLB keracunan makanan. Di kabupaten Tangerang, pada 159 SD tercatat 37,1 % makanan mengandung E.coli. Diketahui bahwa 93,1% kondisi pengelolaan sampahnya tidak memenuhi syarat, 75,5% SAB tidak memenuhi syarat dan 86,2 % pengelolaan limbahnya buruk.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat sarana sanitasi dasar pada sekolah-sekolah di Kota Tembilahan Kab. Indragiri Hilir. Provinsi Riau. Desain penelitian dengan menggunakan Deskriptif Operasional berdasarkan data primer yang di dapat melalui observasi dengan instrumen checklist. Variabel yang di amati meliputi; sarana air bersih, pengelolaan sampah, pengelolaan tinja dan saluran pembuangan air limbah.
Hasil penelitian menunjukkan sarana sarana air bersih di SD kota Tembilahan sudah cukup baik, tetapi kualitas air bersig masih buruk. Pengelolaan sampah sudah baik hanya pelaksanaan yang masih kurang baik. Sarana pembuangan tinja cukup baik, namun tidak semua sekolah memiliki sarana pendukungnya seperti westafel dan septictank, kondisi jamban juga kotor. Sarana saluran pembuangan air limbah sangat buruk.

Infecting disease in Indonesia had been crucial problem until 2009. Indonesia has the highest rate in DHF cases inthe South East Asia and becomes endemic place for Malaria. Enviroment factor is the greatest cause for that disease, especially in many schools in Indonesia. Based onthe result SP3 (?sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas?) at Purwakarta, Acute Respiratory Infection patients as much as 1406 patients. On 2004 in Indonesia, Outbreak incident by food poisoning is 152 incident, on 2005 incident by food poisoning is 184 incident. In 159 Elementary Schools of Tangerang District, 37,1% have positif E.coli. Known 93,1% Conditions of waste management is not eligible, 75,5% clean water services is not eligible and 86,2% waste water management were bad.
The study is aiming ti figure out the basic sanitation services is many Elementary School in Indonesia District Indragiri Hilir, Province Riau. This study used operational descriptive based on primary data trough observation by using checklist instrument. Variables that had been observed are clean water services, trash managent, feces management, waste outer-mains.
The study shows that clean water services in many schools in Tembilahan are rather good, yet the problem comes from the quality of the clean water. The trash management is systenatically good but the implementation needs an improvement ; the feces management is also good but the problem comes from the latrine condition which is bad. And the water outer-mains is bad. In other words, the implementation is still far from the expectation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Apandi
"Kekerasan massa yang terjadi di Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir-Riau pada tanggal 29 Maret dan 2 April tahun 2001 yang lalu telah menyentakkan banyak pihak, karena kekerasan massa yang terjadi agak bersifat unik yakni hanya ditujukan kepada pihak kepolisian semata yang tidak meluas kepada pihak lain. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti terutama mengenai masalah gambaran deskriptif, bentuk-bentuk kekerasan dan faktor-faktor penyebab kekerasan massa di Tembilahan.
Adapun teori yang digunakan untuk melihat permasalahan tersebut sebagai pilau analisis seperti terdapat dalam studi Smelser, Sukiat dkk, Nusa Bhakti, Sulistyo, Sihbudi dan ditambah oleh beberapa teori/studi lain tentang kekerasan massa yang mendukung, seperti Firdausy dan Purwana. Pada intinya teori-teori tersebut menjelaskan bahwa suatu persitiwa kekerasan massa memiliki berbagai faktor-faktor penyebab dan kekerasan tersebut dimanifestasikan dalam berbagai bentuk atau pola.
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif eksplanatif Untuk memperoleh data, digunakan metode wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran data tertulis. Jumlah informan yang diwawancarai sebanyak 35 orang yang dipilih secara purposif dengan menggunakan teknik snow ball sampling, Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus sampai November 2003 yang berlokasi di kota Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir-Riau Analisis data digunakan dengan cara seleksi, Idensifikasi, dan interpretasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa deskripsi kejadian massa memiliki lima tahap/periode, yakni (a) periode pra kejadian (adanya keresahan sosial dalam masyarakat akibat penembakan yang dilakukan polisi); (b) periode kekerasan massa tahap I (penyerangan dan pembakaran terhadap Mapolres, perusakan asrama, rumah dinas Kapolres dan Wakilnya); (c) periode masa tenang (upaya pengendalian situasi oleh berbagai pihak, masyarakat, aparat kepolisian/TNI, dan pemda); (d) periode masa kekerasan massa tahap II (pembakaran terhadap rumah dinas Kapolres); dan (e) periode masa damai (kembalinya aktivitas masyarakat seperti sediakala).
Secara garis besar terdapat dua bentuk kekerasan massa yang terjadi dalam kerusuhan di Tembilahan yakni (a) secara non fisik/verbal (dalam bentuk ungkapan kata-kata yang bernada tuntutan, ancaman, cacian dan provokasi) dan (b) secara fisik/non verbal (dengan menggunakan benda-benda keras seperti pentongan, batu, kayu dan sejenisnya serta bom molotov dan bahan bakar sejenisnya). Sedangkan yang menjadi faktor penyebab terjadinya kekerasan massa dapat dibagi ke dalam enam lima faktor yakni (a) faktor structural condusiveness (terdapatnya kondisi struktural yang kondusif yang berupa ketidakharmonisan antara masyarakat Tembilahan dengan polisi sebelum kekerasan massa berlangsung); (b) faktor structural strain (terdapatnya ketegangan struktural yang terjadi antara masyarakat Tembilahan dengan polisi, di mana adanya ketidakadilan yang dipersepsikan/dipahami masyarakat terhadap polisi sebagai sesuatu yang menindas sebelum kekerasan massa berlangsung) (c) faktor pola budaya masyarakat (terdapatnya kebiasaan sehari-hari yang mencerminkan budaya kekerasan di dalam masyarakat Tembilahan seperti kebiasaan membawa badik dan suka berkelahi fisik dalam menyelesaikan persoalan); (d) faktor pemicu (faktor penyulut/penyebab utama berupa arogansi Kapolres dan pemukulan yang dilakukan oknum Brimob terhadap pemulung); (e) faktor katalis (faktor yang mempercepat terjadinya kekerasan massa berupa isu meninggalnya korban dan isu bahwa polisi menutup-nutupi fakta sebenarnya dan adanya provokasi dan mobilisasi); (f) lemahnya manajemen konflik (faktor penahan dan peredam yang kurang memadai berupa kurangnya antisipasi pihak kapolres dengan baik, kurang berhasilnya pihak pemda dan tokoh-tokoh masyarakat dalam menahan aksi massa).
Berdasarkan hasil temuan di atas dapat disusun rekomendasi kebijakan sebagai berikut: (a) perlu adanya formulasi Perda Kabupaten Indragiri Hilir No.10 Tahun 1996 tentang Ketertiban Umum dengan membuat pasal khusus mengenai pembentukan pusat krisis (crisis centre) atau lembaga pengaduan masyarakat (public complaint institution) serta lembaga pemantau polisi (police watch institution); (b) perlu adanya revisi pada Bab X dari Perda No.10 Tabun 1996, mengenai pengawasan dan pengusutan, solusinya adalah dengan memuat pasal yang melibatkan komponen masyarakat (terutama dalam pencarian fakta dalam sebuah kasus); (c) Kapolres atau pejabat Polres yang ditunjuk agar melaporkan perkembangan situasi keamanan dan ketertiban kepada DPRD Kabupaten Indragiri Hilir secara rutin; (d) Perlu adanya setiap anggota DPRD membuat report dan pembinaan kepada masyarakat di masing-masing wilayahnya untuk mendukung terciptanya keamanan dan ketertiban pada masing-masing daerah yang diwakilinya; (e) Kepada DPRD dan Pemda direkomendasikan agar membuat Perda tentang pembentukan Komite Daerah Hak Azasi Manusia (Komda HAM) dan (f) Kepada DPRD dan Pemda Kabupaten Indragiri Hilir direkomendasikan agar mengalokasikan anggaran yang proporsional untuk operasional pembiayaan lembaga seperti pusat krisis, lembaga pemantau polisi, serta Komda HAM.
x+142 hlm.+l0 tabel+4 matriks+43 kepustakaan+lampiran"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cendrawirda
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena penyebaran yang cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit DBD ini sampai saat ini masih banyak menyerang anak-anak. Sejak tahun 2003 - 2006 di Kota Tembilahan dari 359 totai kasus 341 kasus adalah anak-anak (95 %). Untuk mengetahui apa penyebabnya penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan faktor individu anak dan faktor lingkungan dengan kejadian DBD pada anak di Kota Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau.
Jenis Pcnelitian ini disain Case Comrol dan menggunakan data primer meialui wawancara., pengukuran dan observasi lingkungan. Populasi penelitian adalah seluruh anak-anak berusia dibawah 12 tahun yang tinggal dan menetap di Kota Tembilahan. Sampel adalah anak berusia dibawah 12 tahun yang menderita DBD yang dirawat di RSUD Puri Husada Tembilahan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kab. Indragiri Hilir sebagai kasus dan kontrol adalah anak bemsia dibawah I2 tahun yang bebas dari semua gejala DBD dan tinggal dalarn radius 100 meter dari rumah kasus. JumlaI1 sampel dalam penelitian ini 99 kasus dan 99 kontrol. Entri data dengan program Epi ~ info versi 6.0, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan SPSS versi 13.0.
Variahel yang berhubungan dengan kejadian DBD pada anak yaitu: kebersihan Iingkungan (OR = 31.11, 95 % CI 10.09 - 95.95), upaya mencegah gigitan nyamuk (OR = 16.33, 95 % CI 5.69 - 46.88), kepadatan hunian (OR = 14.48, 95 % CI 4.82 - 43.49), upaya mencegah berkembang biaknya nyamuk (OR = 8.45, 95 % Cl 2.33 ~ 3058) dan keberadaan jentik (OR = 3.55, 95 % CI 1.04 - l2.l4) Variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian DBD pada anak: umur anak, jenis kekamin anak, persepsi status gizi anak, spend time anal: dan riwayat keluar kota dalam masa inkubasi yang diiakukan anak, umur ayah, pendidikan ayah, pekerjaan ayah, umur ibu, pendidikan ibu, pekeljaan ibu dan pengeluaran/sosial ekonomi keluarga, jenis kontainer.
Dari temuan pada penelitian ini disamnkan: untuk keluarga dan masyarakat: menycdiakan tempat sampah di alias rumah masing-masing, mengubur barang-barang bekas yang tidak bisa masuk ke dalam tempat, pemasangan kawat kassa pada setiap ventilasi mmah, menutup dinding rumah, tidak menggantung pakaian di dalam rumah, aktiiitas siang hari di dalam rumah selalu: memakai obat nyamuk bakar/pakai repellenr, tidur pakai kelambu, menutup rapat tempat penampungan air, menaburkan bubuk abate minimal 3 bulan sekali, perbaikan konstruksi rumah/ luas rumah, upayakan satu rumah satu keluarga. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir melakukan kegiatan pemantauanjentik dan pemberantasanjentik, dan pcnyuluhan kesehatan masyarakat.

Dengue Haemomghic Fever is one of the infectious diseases which are still until now become problem of Indonesian community health because of its rapid spread which can cause death, Generally disease under the age of 15 usual be major population whose infected to disease. This study is made to know the children individual factor and Dengue Haemoraghic Fever suffered by the children in Tembilahan city, indragiri Hilir District, Riau Province.
This study used design case control study is analytical study which used. The study population is all children under the age of I2 living in Tembilahan. The samples are the children under the age of I2 years who diagnosed as Dengue haemoraghic Fever case cure hospitalized in Regional Hospital of Puri Husada Tembilahan. All the cases reported to Distric Health Oftice of Indragiri Hilir. All the case considered as the case and of the study the control will be randomly selected for their neighbor. As sample in this study is 99 (ninety nine) case and 99 (ninety nine) control.
The study found the following variable of study have significantly related to the occurred of the depend are the environmcnt sanitation (OR = 31,3l, 95 % CI 10.09 - 95,95), effort to prevent the mosquito bite (OR = l6,33, 95 % CI 5,69 - 4638), the household crowding index (OR = l4,48, 95 % Cl 4,82 ~ 43.49), effort to prevent the mosquito reproduction (OR = 8,45, 95 % CI = 2,33 - $50.58) and larvae availability in the container (OR = 3,55, 95 % CI = 1,04 - l2.l4).
Based on this study result, it is recommended that for household and community to clean cnvironment, to all the time prevent the mosquito bites especially on the day, and community should cultivate in their daily life the 3 M activities (to bury, to close and to flush) of the water reservoir at least once a week For dense population area, it is recommended not make travel to the endemic area in the secondary infection in the household. It is recommended that the Health Office oflndragiri Hilir District and Public Health Center in Tembilahan to improve the health extension program through the clean Friday movement, mosquito nest combat.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T31590
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salmariantity
"Anemia zat besi merupakan indikator kesehatan tidak langsung bagi anak prasekolah dan ibu hamil. Kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah Ibu hamil yang berjumlah 1092 dengan sampel 72 orang. Pengumpulan data dilaksanakan 2 (dua) bulan yaitu pada bulan Maret-April 2012. Analisa data melalui prosedur bertahap yaitu analisis univariat dan analisa bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara umur, paritas, konsumsi tablet besi, pengetahuan dan riwayat penyakit infeksi yang pernah dialami sebelum hamil pada ibu hamil pada tingkat kemaknaan < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jarak kelahiran, usia kehamilan, frekuensi periksa kehamilan, dan status gizi (LILA) pada ibu hamil pada tingkat kemaknaan > 0,05.

Anemia Iron is an indirect indicator of health for preschool children and pregnant women. Incidence of anemia in pregnant women increases the risk of maternal death. This study aims to determine factors associated with the incidence of anemia in pregnant women. This study is a quantitative study using cross sectional design. The population in this study were pregnant women, amounting to 1092 with a sample of 72 people. Data collection performed 2 (two) months in March-April 2012. Analysis of data through a gradual procedure is univariate and bivariate analysis.
The results showed that there is a significant relationship between age, parity, consumption of iron tablets, knowledge and history of infectious disease ever experienced before pregnancy in pregnant women at the significance level < 0.05. The results showed that there was no significant relationship between birth spacing, gestational age, check the frequency of pregnancy, and nutritional status (Lila) in pregnant women at the significance level > 0.05.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Dolifar
"Tesis ini membahas hasil penelitian tentang Analisis Sistem Manajemen Pengamanan pada PT PSG yang berada di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif-kualitatif yang bersumber dari data primer dan sekunder dengan metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan metode dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1 Beberapa gangguan keamanan yang terjadi di PT PSG selama 2 tahun yakni tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 mencapai 59 kasus; 2 Sistem manajemen pengamanan yang dilakukan di PT PSG, pada saat ini diantaranya adalah: Pemasangan kamera CCTV telah ditempatkan pada 21 titik; seluruh bangunan telah dilengkapi dengan sistem pencegahan kebakaran menggunakan metode manual; sebagian petugas Satpam telah dilengkapi dengan alat borgol dan pentungan, walaupun jumlahnya terbatas dan penggunaan alat komunikasi Handy Talkie HT sudah dilakukan walaupun jumlahnya terbatas, sementara penggunaan alat metal detector tidak dilakukan, karena pihak perusahaan belum menyediakan peralatan tersebut; 3 Beberapa faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya sistem manajemen pengamanan di PT PSG, diantaranya adalah: kondisi pabrik PT PSG berdekatan dengan lokasi perumahan; perekrutan tenaga Satpam menggunakan tenaga in-house; minimnya sarana dan prasarana keamanan yang tersedia; kurangnya pendidikan dan pelatihan dalam bidang Satpam; dan minimnya koordinasi dengan pihak aparat kepolisian; 4 Beberapa program CSR yang telah dilakukan oleh PT PSG sebagai suatu strategi pengamanan perusahaan diklasifikasikan menjadi 5 program, yaitu: program CSR dalam bentuk Hibah; program CSR dalam bentuk bantuan; program CSR dalam bidang kesehatan; program CSR dalam bidang sarana pendidikan; dan program CSR dalam bidang Sosial. Berdasarkan kondisi tersebut, maka disarankan keberadaan PT PSG perlu mendapat perhatian khusus, terutama dari segi pengamanannya dengan menerapkan metode pengamanan yang lebih komprehensif; segera dilakukan upaya penambahan jumlah tenaga Satpam, karena jumlah tenaga Satpam yang tersedia tidak sebanding dengan luasnya lahan PT PSG dan banyaknya jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan tersebut; melakukan kerjasama dengan Polres Indragiri Hilir untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan dalam bidang Satpam kepada seluruh tenaga Satpam yang ada; program CSR yang telah diberikan, dapat dipertahankan bahkan bila perlu ditingkatkan dan meluas pada bidang lainnya serta dalam rangka mengoptimalkan pencegahan kejahatan CPTED, perlu dibuat menara pengawas di sekeliling area PT PSG.

This thesis discusses the results of research on the analysis of the Security management system at PT PSG located in Indragiri Hilir Regency, Riau. This research was conducted with qualitative descriptif approach, sourced from the primary and secondary data by the method of data collection is carried out by means of observation, interview and documentation methods. The results showed 1 Some security interference of occurred in PT PSG in the 2 years namely year 2014 up to the year 2015 reach 59 cases 2 Security management system conducted in PT PSG, at this time include the installation of CCTV cameras have been placed on 21 points the whole building has been equipped with a system of fire prevention use the manual methods some Satpam officers have equipped with handcuffs and batons, even though the number is limited and the use of communication tools Handy Talkie HT have was done even though the number is limited, while the use of a metal detector is not done, because the company not to providing of the equipment refered 3 Some of the factors that cause not maximum security management system in PT PSG, among which are the condition of the factory of PT PSG adjacent to residential location Security personnel recruitment using in house method the lack of security and infrastructure available lack of education and training in the field of Security and lack of coordination with the police 4 Some CSR program that has been carried by PT PSG as a corporate security strategy classified into 5 program CSR in the form of grant CSR in form of assistance CSR in the health sector CSR in facility division education and CSR in socially field. Based on those conditions, it is suggested the existence of PT PSG needs special attention, especially in terms of its security by applying a more comprehensive security methods immediately made efforts to increase the number of Satpam, since the amount is not proportional to the extent of the PT PSG and a large number of manpower working in the company cooperate with Indragiri Hilir Resort Police to provide education and training in the field of Security Guard to all existing Security personnel the CSR programs that have been granted, it can be maintained even if necessary be upgraded and expanded in other fields and in order to optimize the prevention of crime CPTED, it is necessary to make a watch tower around the PT PSG area.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Yudantoro
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arliansyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aksessibilitas kecamatan seabgai hinterland bagi pusat pertumbuhan, mengetahui arah pengembangan kegiatan ekonomi kecamatan dan keterkaitan antar sektor perekonomian, serta menganalisis pengaruh nilai location quotient (lq), nilai total aksesibilitas dan belanja pembangaunan terhadap perkembangan ekonomi daerah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Alat analisis yang digunakan adalah model gravitasi, LQ dan pendekatan ekonometrika. Dari analisis model gravitasi diketahui bahwa sebagian besar kecamatan mempunya tingkat aksesibilitas yang lebih kuat terhadap Pusat Pertmbuhan Tembilahan dibanding pusat pertumbuhan lain. Berdasarkan kekuatan aksesibilitas juga dapat dikelpompokkan wilayah-wilayah hiterland bagi setiap pusat pertumbuhan. Dengan formula LQ diketahui bahwa kecamatan Reteh memiliki sektor / sub sektor unggulan terbanayak namun penyebaran sektor / sub sektro tidak merata antar kecamantan. Dari analisis model persamaan simultan diketahui bahwa variable belanja pembangunan tidak berpengaruh langsung dan signifikan terhadap semua sektor perekonomian begitu juga dengan variabel aksesibilitas. Semenara itu, nilai LQ masing masing sektor berpengaruh signifikan terhadap sektornya, kecualai sektor transportasi dan komunikasi dan sektor jasa jasa."
2006
JUKE-1-3-Apr2006-285
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R. Arliansah
"Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah upaya terencana dalam mengelola sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk mengukur perkembangan pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah diantaranya adalah pengembangan wilayah pada pusat-pusat pertumbuhan dengan investasi padat modal. Ia diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya merangsang kegiatan pembangunan wilayah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aksesibilitas kecamatan sebagai hinterland terhadap pusat pertumbuhan, mengetahui arah pengembangan kegiatan ekonomi dan mengetahui keterkaitan antar sektor perekonomian serta pengaruh nilai location quotient (LQ), nilai total aksesibilitas, dan belanja pembangunan terhadap perkembangan ekonomi daerah.
Analisis dilakukan menggunakan data sekunder tahun 2001-2003 pada 17 kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir. Alat analisis yang digunakan adalah model gravitasi, LQ dan pendekatan ekonometrika. Dengan model gravitasi didapat bahwa sebagian besar kecamatan mempunyai tingkat aksesibilitas yang kuat terhadap pusat pertumbuhan Tembilahan. Berdasarkan kekuatan aksesibilitas dapat di kelompokkan hinterland-nya setiap pusat pertumbuhan. Dengan formula LQ Kecamatan Reteh yang memiliki sektor/sub sektor unggulan terbanyak (8 kegiatan unggulan). Penyebaran sektor/sub sektor juga tidak merata di setiap daerah. Dengan pendekatan ekonometrika model persamaan simultan, dapat diketahui keterkaitan antar sektor perekonomian dan variabel lainnya. Sektor bangungan/konstruksi (S5) berpengaruh positif terhadap perkembangan sektor pertambangan dan penggalian (S7). Sektor perdagangan, restoran dan hotel (S6) berpengaruh positif terhadap perkembangan sektor listrik, gas dan air bersih (S4); sektor transportasi dan komunikasi (57); dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (S8). Variabel belanja pembangunan hanya berpengaruh langsung dan signifikan terhadap perkembangan sektor pertanian (S1); sektor listrik, gas dan air bersih (S4); dan sektor bangunan/konstruksi (S7). Variabel aksesibilitas berpengaruh secara signifikan terhadap sektor bangunan/konstruksi (S5); sektor transportasi dan komunikasi (S7); dan sektor jasa-jasa.(S9). Sedangkan nilai LQ masing-masing sektor berpengaruh signifikan terhadap sektornya, kecuali sektor transportasi dan komunikasi (S7); dan sektor jasa-jasa (S9). Nilai LQ sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (S8) mempunyai elastisitas lebih tinggi dibandingkan dengan nilai LQ sektor lainnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasul Alim
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia, khususnya di daerah transmigrasi dan daerah endemis malaria yang didatangi penduduk baru dari daerah non-endemik. Sering terjadi letusan atau wabah yang banyak menimbulkan kematian. Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau merupakan kecamatan pemekaran dan daerah transmigrasi, sehingga sering terjadi pembukaan lahan baik oleh perusahaan maupun perorangan termasuk masyarakat tempatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lamanya tinggal di ladang berpindah dengan kejadian malaria di Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau.
Rancangan penelitian adalah kasus kontrol. Kasus dan kontrol adalah subjek yang tinggal di ladang berpindah berturut-turut minimal 9 (sembilan) hari dan maksimal 3 (tiga) bulan terakhir yang berkunjung ke pelayanan kesehatan dalam wilayah Kecamatan Kemuning. Kasus disertai gejala klinis malaria (demam panas, sakit kepala dan menggigil secara berkala) dengan pemeriksaan sediaan darah plasmodium di laboratorium hasilnya positif. Kontrol tanpa gejala klinis malaria (demam panas, sakit kepala dan menggigil secara berkala) dengan pemeriksaan sediaan darah plasmodium di laboratorium hasilnya negatif,
Hasil penelitian dengan alpha 5% terdapat perbedaan bermakna antara rata-rata lama tinggal di ladang berpindah dengan kejadian malaria. Nilai OR hasil analisis multivariat 14,26 (95% CI, 6,72 - 22,40), maka responden yang lebih lama tinggal di ladang berpindah lebih dari 26 hari akan terinfeksi malaria 14,26 kali dibanding yang tinggal kurang dari 26 hari setelah dikontrol variabel pemakaian repellent. Persamaan regresi logistik ganda menunjukkan peluang sebesar 19% yang lebih lama tinggal di ladang berpindah dan tidak memakai repellent terkena malaria.
Disarankan kepada petugas kesehatan melakukan penyuluhan upaya pencegahan penularan penyakit malaria. Disarankan kepada masyarakat saat tidur di ladang selalu memakai kelambu dan bila keluar pada malam hari menggunakan repellent secara teratur. Bagi yang mempunyai ternak hendaknya membawa dan mengkandangkan ternaknya di ladang berpindah.
Penanggung jawab program dapat kiranya membuat dan merencanakan kegiatan pemberantasan nyamuk malaria dengan program pemolesan kelambu dengan insektisida yang sesuai dan stimulan pengadaan dan penggunaan repellent.

The Relationship of Living in The Shifting Cultivation Lands and Malaria Infected in The Sub District of Kemuning Indragiri Hilir Regency in The Province of Riau In 2002Malaria still acts as one of crucial public health problems in Indonesia, especially in transmigration areas and other endemic areas malaria, which or inhabited by the new comers from non-endemic areas which often suffer this disaster. That has caused much mortality. Kemuning is a new sub-district and a transmigration area. The opening of new lands either by the company or individuals including by the local people often occurred here.
This study aimed to measure the relation of living period in the shifting cultivation lands and malaria incidents in The Sub District of Kemuning Indragiri Hilir Regency in The Province of Riau.
The design of the study was a case control design. The cases and control were subjects living in the shilling cultivation lands recently and continuously for at least 4 (four) days, and at length 3 (three) months who visited the Kemuning sub-district's area health services. Cases with malaria clinical symptoms (high fever, headache and periodic cold), and whose availability of plasmodium blood were positive after the checking up at the laboratory. The controls without malaria clinical symptoms (high fever, headache and periodic cold), and whose availability of plasmodium blood were negative after the checking up at the laboratory.
The result of the study by using alpha was 5% of significant difference between average living lengths in the shifting cultivation lands to be infected by the malaria. The OR value result of multivariate analysis showed that was 14.26 (95% CI, 6,72 - 22,40), therefore the respondent with length of living ? 26 days in the shifting cultivation lands could be infected by the malaria for 14.26 times in the comparison with the one whose length period of living < 26 days with the malaria incidents after being would controlled by the variable of using repellent. The equation of multiple logistic regression showed that the probabilities was 19% in the shifting cultivation lands and not using repellent would be infected by malaria, in contrast only 1.85% would be infected by malaria and using repellent.
It is suggested to the health personal to provide guidance to the people about the importance of malaria preventive. It is suggested that as steeping to use mosquito bed net during night staying in the land, if going out at night use the repellent routinely. To this people who owned livestock could take their animals with them and encage in the land.
The program coordinator should make and plan the activities of malaria mosquito controls by of the polishing the mosquito bed net with the appropriate insecticides and the stimulant using repellent programs."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan
"Dalam upaya melaksanakan program/kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir memiliki tanggung jawab sebagai penyelenggara pembangunan sektor kesehatan baik secara teknis maupun non teknis yang bekerja sama dengan perangkat pemerintahan Kabupaten dan masyarakat, namun kinerja staf Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir sejalan dengan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan program/kegiatan serta disiplin kerja itu pada tahun 2002 menunjukan penurunan produktifitas kerja.
Secara faktual program/kegiatan dan pelaksanaan disiplin oleh pejabat struktural eselon IV sudah berjalan, akan tetapi belum optimal karena kemampuaniketerampilan dan komponen yang diperlukan belum memadai. Kinerja pejabat eselon IV Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir berkait dengan kinerja pejabat eselon III.
Untuk mengetahui gambaran kinerja staf Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir dilakukan analisis terhadap sumber daya manusia dan perangkat yang mendukung program/kegiatan yang terkait dengan disiplin kerja dalam pencapaian kinerja tersebut. Analisis ini dilakukan dengan penelitian kualitatif terdiri dari 6 orang pejabat struktural eselon III melalui wawaneara mendalam, 16 orang pejabat struktural eselon IV melalui diskusi kelompok terarah, dan 6 orang staf yang tidak menduduki jabatan struktural melalui wawancara mendalam dan self assesment tentang penilaian produktivitas serta ketepatan waktu dalam mengikuti apel pagi di Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir.
Dari penelitian ini didapat gambaran tentang kinerja pejabat eselon IV disarnping itu tentang tersedianya sumber daya dan kurang tepatnya penempatan, fasilitas kurang memadai, pelaksanaan koordinasi, dan lemahnya penerapan sanksi oleh atasan. Semua ini berpengaruh terhadap pencapaian kinerja staf Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2002.
Disarankan penempatan karyawan dilakukan sesuai dengan keterampilannya, pemenuhan kebutuhan fasilitas kerja, perhatian terhadap insentif dan kesejahteraan, penerapan ketaatan sistem kerja, peningkatan koordinasi dan kesadaran tanggung serta peningkatan kemampuan diri yang tarus menerus untuk pekeraaan yang menjadi tanggung jawabnya.

An Analysis of Staffs' Work Performance of Indragiri Hilir District Health Office The Province of Riau in 2002 District Health Office of Indragiri Hilir is in charge as the organizer of health sector development, technically and non-technically the office works together with the district government and community in carrying out every programs/activities. However in 2002 the staffs performance of District Health Office of Indragiri Hilir showed decline of work productivity although the programs/activities and application of work discipline by structural officials of echelon IV was done it was not optimal due to lack of ability and as well as inadequate skills and necessary components. The work performance of echelon IV officials in Indragiri Hilir District is strongly related to the work performance of echelon III officials.
To know the picture of their work performance, a research was done to analyze factors of human resources and every unit that support the operation of the program/activities and the discipline applied. The analysis was conducted using qualitative method an informant including 6 persons from the structural officials of the echelon III through in-depth interview, 16 structural officials of echelon IV through focused group discussion, and 6 officials of non-structural position, through conducted an in-depth interview and self assessment about productivity assessment and punctuality of presence in the morning name roll call.
From this research, it is known that the low work performance of echelon 1V officials is due to the misplacement, inadequate facilities, unsatisfactory work arrangement in application and weakness of sanction from the superior, As a result, these factors affected the achievement of work performance of District Health Office staffs of Indragiri Hilir Regency in 2002.
This Thesis suggested that the placement of staffs is done based on their skills, with the fulfilment of adequate working facilities with proper, incentive and prosperity, also the work system should be obeyed, coordination and together with the responsibility awareness should be increased and continuously increased self competence of works and their responsibilities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>