Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144301 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Revalita Wahab
"ABSTRAK
Latar belakang : Salah satu bentuk sistem bimbingan dan dukungan yang dapat diberikan dalam bentuk personal tutor atau mentor atau penasihat akademik atau pembimbing akademik (PA). Peran PA akan efektif apabila PA berkomitmen, mempunyai motivasi diri, antusias, dapat menyediakan waktu untuk mahasiswa, menjadi pendengar yang baik, dapat dipercaya dan menjaga kerahasiaan masalah yang dihadapi mahasiswa. Hubungan antara PA dan mahasiswa bimbingannya/ mentoring terjalin baik akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan mentoring. Fakultas Kedokteran (FK) Trisakti mempunyai pengajar yang ditunjuk sebagai PA. Sayangnya FK Trisakti belum mempunyai program untuk memonitor pelaksanaan mentoring dan evaluasi juga belum pernah dilakukan pada program ini. Karakteristik PA di FK Trisakti juga belum diketahui. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian untuk melihat pelaksanaan mentoring di FK Trisakti. Penelitian ini juga akan mengetahui karakteristik PA di FK Trisakti, pemahaman peran PA oleh PA dan mahasiswa serta harapan mahasiswa terhadap peran PA dalam proses pembelajarannya. Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Dari data yang dikumpulkan, peneliti juga akan mempelajari karakteristik PA yang terdapat di FK Trisakti. Informan penelitian terdiri dari 39 mahasiswa dan 10 PA di FK Trisakti. Informan mahasiswa terdiri dari angkatan 2009- 2012 FK Trisakti. Data diambil dengan wawancara mendalam pada PA dan focus group discussion pada mahasiswa. Data yang diambil dianalisis melalui tiga tahapan yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi tehnik, sumber, member check dan studi dokumentasi. Hasil : Didapatkan dalam penelitian ini beberapa tema yaitu karakteristik PA, pemahaman terhadap peran PA, kendala dalam pelaksanaan mentoring dan saran untuk meningkatkan pelaksanaan mentoring. Diskusi : Frekuensi pertemuan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai komitmen antara PA dan mahasiswa. Semakin sering pertemuan antara PA dan mahasiswa akan lebih mendekatkan kedua belah pihak dan waktu pertemuan sebaiknya tidak terbatas ruang dan waktu. Komunikasi yang dilakukan sebaiknya adalah komunikasi langsung dan tidak langsung. Komunikasi sebaiknya bersifat dua arah sehingga terjadi pemahaman yang sama antara PA dan mahasiswa bimbingannya dan terjalin komunikasi yang efektif. Kepercayaan mahasiswa tidak terlalu tinggi terhadap PA. Sifat PA yang membuka rahasia mahasiswa bimbingannya dapat menimbulkan rasa tidak percaya. PA dan mahasiswa tidak boleh ada jarak, tidak boleh ada batasan untuk mahasiswa menghubungi PA mereka. Perbedaan gender tidak dipentingkan dalam proses mentoring. Pemahaman akan peran PA cukup baik dipahami oleh PA dibandingkan pemahaman mahasiswa. Pelatihan dan sosialisasi tentang peran PA sebaiknya dilakukan ketika seorang pengajar ditunjuk sebagai PA sehingga pemahaman mahasiswa dan pengajar akan peran PA dapat dipahami dengan baik. Sistem bimbingan dan konseling di tingkat fakultas sebaiknya dimiliki oleh setiap fakultas kedokteran. Kesimpulan : Mentor di FK Trisakti mempunyai karakteristik komitmen yang baik, komunikasi yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung, pemberian umpan balik telah diberikan, tidak mementingkan perbedaan gender dalam proses mentoring dan kepercayaan mahasiswa terhadap PA masih rendah.

ABSTRACT
Background : One of the formation of student support and guidance would be given as a private tutorial formation or mentoring or mentor or even academic guide. The Role of mentor will be effective if they have commitment, self motivation, enthusiasm, ability to serve for the mentee in time, being a good listener, trustable, and keeping in straight all the mentees secrecy. In relationship between mentors and their mentee will be a beneficial for the succeed of mentoring process.Trisakti Medical School has not performed a program to observe the implementation of mentoring and its evaluation also has not been implemented on it. Mentor characteristic in Trisakti Medical School has not been recognized. Therefore, it is an necessary to perform a research for evaluating the mentoring process in Trisakti Medical School. This research will recognize the mentor characteristic in Trisakti Medical School. Understanding the mentor role by mentor and mentees, also mentee expectation on mentor role in learning process . Method : The type of research that had been used is qualitative with phenomenology design. Refer to data that had been collected by researcher will also learn the mentor characteristic in Trisakti Medical School. The research informant is 39 mentees and 10 mentors in Trisakti Medical School. Mentee as informant are in a period of year of study of 2009 – 2012 , basically pointed to maximal variation sampling . Data taken by indepth interview on mentor and focus group discussion on mentees. Data analyzed by three phases that include of data reduction, data serving and its summary or verification. Credible test had been performed by using triangulation technique, source, member check and documentation study. Result : Found in this research, there are subjects such as mentor characteristic, understanding of mentor role, the obstacle on conducting of mentoring and suggestion to enhance the mentoring implementation. Discussion : Counseling frequency could be guidance for measuring the commitment between mentor and mentee. As the most frequent of session between mentor and mentee as the closest they are belong to each other and counseling session would be better not to have a limitation in time. The communication should be done directly and indirectly. Communication should be performed on a-two way communication so that there is same condition in understanding between mentor and mentee for effective communication. The trust in mentor is not that high on mentee. The condition when a mentor who share out the mentee secret could be untrusted mentor. There is no gap between mentor and mentee, and no limitation for mentee to get connection to their .mentor.Gender differentiation is not so important in mentoring process. Understanding the role of mentor is well known on mentor than mentee. Training and promoting for the role of mentor should be done once a mentor is designated therefore the role of mentor is well understood. Counseling and guidance system in a level of faculty should be belong to every school of medicine. Conclusion : Mentor in medical faculty Trisakti : has a good commitemt, the communication has been done good direct and indirectly, the feedback has been given to mentees, gender differentiation in not important in mentoring process and the trust in mentor is not that high in mentee."
2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavinda Safitry
"Latar Belakang: Kompetensi "mengambil keputusan terhadap dilema etika yang terjadi pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat" tercantum dalam SKDI 2005 sehingga harus ada dalam kurikulum dan dilaksanakan di dalam modul. Penerapan proses pengambilan keputusan etis (PKE) berkaitan dengan manajemen pasien, karena itu pembelajaran pada tahap klinis pendidikan kedokteran menjadi keharusan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran pengambilan keputusan etis di tahap klinispendidikan kedokteran di FKUI.
Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan mengidentifikasi komponen Buku Kurikulum, Buku Rancangan Pengajaran modul praktik klinik, dan dokumen lain; wawancara mendalam pengelola program studi, pengelola modul, staf pengajar; serta Focus Group Discussion (FGD) pada mahasiswa.
Hasil: Tidak ada modul praktik klinik yang lengkap mencantumkan PKE dalam dokumen. Pengelola modul kurang memahami kompetensi PKE SKDI 2006. Sebagai klinisi, staf pengajar mampu mengidentifikasi dan mengambil keputusan penyelesaian dilema etika. Mahasiswa memahami PKE dan menemukan kasus berdilema etika dalam proses pembelajaran tahap klinik. Mahasiswa mendiskusikan dilema etika yang ditemui dengan residen dan/atau dokter penanggungjawab kasus. Mahasiswa memiliki prior knowledge yang didapat pada tahap preklinik.
Kesimpulan: Proses pembelajaran pengambilan keputusan etis di tahap klinis merupakan hidden curriculum.Perlu dilakukan peningkatan kapasitas staf pengajar di bidang teori etika kedokteran dan penyusunan modul agar PKE menjadi komponen tertulis dalam kurikulum.

Background: Ethical Reasoning is one of competency component stated in the ?2006 Indonesian Medical Doctor Competencies Standard? therefor it has to be taught in medical faculties. The competency should be stated in all documents related to the curriculum. The learning of ethical reasoning should be done in clinical years since it is related to patient's managements. This research was done to evaluate the ethical reasoning learning process in the clinical stage medical education in Faculty of Medicine University of Indonesia.
Method: This is a descriptive qualitative research which identifies the component of curriculum inside the curriculum documents; indepth interview to the module developer, module organizer, and teachers; and focus group discussion with clinical year medical students.
Result: Ethical Reasoning Competency was not written as the aim of any module, as seen in the Instructional Design of all documents. The module developer did not recognize this competency despite their daily practice of ethical reasoning. The students learnt ethical reasoning in clinical stage by observing the medical staff during their interaction with patient with ethical dilemma. The student were able to identify the cases based on their prior knowledge from previous stage.
Conclusion: Ethical reasoning learning process in clinical stage is part of hidden curriculum.Capacity building for faculty members in medical ethics theory and module development for the faculty member are needed to make the ethical reasoning process as a part of the curriculum.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoanita Widjaja
"Latar Belakang: Umpan balik merupakan komponen penting dalam pendidikan kedokteran yang dapat meningkatkan pembelajaran. Umpan balik pada tahap akademik memegang peran penting dalam pembelajaran konsep dasar untuk persiapan tahap klinik. Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas proses umpan balik ini, salah satu di antaranya yaitu aspek budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek budaya dalam proses umpan balik pada peserta didik dan staf pengajar di pendidikan kedokteran tahap akademik.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Februari sampai Maret 2016 melalui Focus Group Discussion (FGD) peserta didik angkatan 2009 hingga 2014, observasi latihan KKD dan wawancara mendalam staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR). Hasil FGD dan wawancara dituliskan dalam bentuk transkrip verbatim, kemudian dilanjutkan dengan analisis tematik dan koding. Analisis hasil observasi dilakukan dengan analisis tematik. Selanjutnya dilakukan reduksi dan penyajian data.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya faktor yang berperan dalam proses umpan balik, baik pada saat pencarian maupun pada saat penerimaan dan pemberian umpan balik yang selanjutnya akan menentukan efektivitasnya. Aspek budaya berperan dalam beberapa hal. Budaya collectivism, high power distance dan sopan santun berperan dalam perilaku mencari umpan balik. Budaya femininity, masculinity pada peserta didik, serta terdapatnya kompetensi budaya pada staf pengajar dan dipegangnya prinsip pendidikan nasional Indonesia, Tut Wuri Handayani, berkontribusi dalam efektivitas umpan balik.
Kesimpulan: Aspek budaya memegang peran penting dalam proses umpan balik. Peran budaya tampak pada perilaku mencari umpan balik dan merupakan faktor penting untuk meningkatkan efektivitas umpan balik. Institusi perlu meningkatkan kemampuan staf pengajar dan peserta didik dalam memaknai proses umpan balik yang sadar budaya. Kompetensi budaya merupakan salah satu kemampuan yang dapat mendukung hal tersebut. Selain itu, institusi perlu menyusun kebijakan untuk membudayakan umpan balik pada lingkungan pendidikan kedokteran.

Background: Feedback is an important element in medical education since it can improve learning. Feedback has a significant role in learning in basic concepts during undergraduate medical program as a preparation for learning in the clinical years. A lot of factors influencing feedback process effectiveness, one of them is cultural aspect. This research was aimed at exploring cultural aspect related to feedback process within medical students and faculty in undergraduate medical education program.
Method: A qualitative study using an ethnography approach was applied as a research method. Data collection was conducted between February and March 2016 through Focus Group Discussion (FGD) with 2009-2014 batch of medical, direct observation of skills teaching in clinical skills laboratory and in-depth interview with the faculty members of Faculty of Medicine Tarumanagara University. Thematic analysis and coding were used to analyze FGD and in-depth interview transcripts and also observational data. Data reduction and presentation were then conducted.
Results: The themes emerged are related to influencing factors in feedback-seeking behaviour, feedback process and feedback effectiveness. Cultural aspects play an important role at some points within the feedback process. Collectivism, high power distance and politeness are cultural aspects found in feedback-seeking behaviour. Femininity-masculinity in medical students along with cultural competence of faculty members and also the principle of ?Tut Wuri Handayani? (the identity of Indonesian national education) are contributing factors in feedback effectiveness.
Conclusion: Cultural aspects are the key to understand the influencing factors in feedback-seeking behaviour and feedback effectiveness. There is a need for medical education institution to encourage faculty and medical students‟ cultural awareness within the feedback process. Cultural competence is an important component fit for that purpose. Moreover, institution needs to set a policy in order to establish feedback culture in medical education.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ansari Adista
"Latar Belakang:Presentasi kasus merupakan bagian dari experiential learning dalam Kolb's learning cylce yaitu dalam fase refleksi. Pelaksanaan presentasi kasus saat ini tidak optimal sehingga terjadi penurunan kualitas. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan persepsi antara peserta didik dan dosen klinik mengenai manfaat pelaksanaan presentasi kasus. Penelitian ini menggali secara mendalam proses pelaksanaan presentasi kasus dan mengidentifikasi kendala pelaksanaannya di rumah sakit pendidikan FK Unsyiah.
Metode: Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, dengan rancangan studi kasus. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap 6 koordinator pendidikan dan 18 dosen klinik, Focus Group Discussion FGD terhadap 57 peserta didik, studi dokumen dan observasi dari 6 Bagian yang diteliti, yaitu Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Bedah, Obstetri dan Ginekologi, Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Penyakit Saraf. Data dianalisis melalui tiga tahapan yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil: Presentasi kasus merupakan metode pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi peserta didik dan dosen klinik. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat kendala yang dapat mempengaruhi kualitas presentasi kasus. Kendala utama yang teridentifikasi dari dosen klinik adalah kurangnya waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan presentasi kasus. kendala dari peserta didik yaitu kesungguhan dalam mengerjakan dan pemahaman mengenai manfaat terhadap presentasi kasus. Kendala sarana dan prasarana berupa ruangan diskusi yang masih kurang serta format penyusunan dan format penilaian belum dimiliki oleh seluruh Bagian. Kendala dari rumah sakit berupa variasi kasus yang kurang bervariasi karena sistem rujukan bertingkat.
Kesimpulan: Kendala dalam pelaksanaan presentasi kasus harus menjadi bahan evaluasi bagi pengelola program pendidikan profesi dokter, agar manfaat presentasi kasus dapat maksimal diraih oleh peserta didik tahap klinik.

Background: Case presentation is a part of reflection in experiential learning in Kolb rsquo s learning cycle. Literatures demonstrates many benefits that students can reach with a good case presentation. But, there is a mismatch between clinical educators rsquo expectation and students rsquo perceptions of case presentation, so that the students cannot obtain an optimum benefits of case presentation. This research was conducted to explore in depth process of case presentation implementation and also to identify its implementation barriers in teaching hospital of Unsyiah Medical School.
Methods: Qualitative research with case study design was used for this research. Study casetheme used is case presentation implementation in Dr.Zainoel Abidin teaching hospital Banda Aceh. Data were taken using in depth interview with 6 education coordinators and 18 clinical teachers, focus group discussions with 57 students, observation, and documentation studies, from six departments. Followed by analysis through three stages including data reduction, data presentation, and conclusions.
Results: Case presentation is an useful and effective teaching method in clinical eduation. But, there were various barriers from clinical teacher, students, teaching hospital and learning support that can influence the benefit of case presentation identified. Factors identified in the clinical teachers are lack of time allotted. Factors identified in the students are lack of preparations about case presentation, and also lack understanding about case presentation method. Factors identified in the teaching hospitals are less variation of patients in some cases. Means of learning support in the form of modules containing learning outcomes and objectives clearly, form of assessment and also comfortable rooms supporting case presentation is yet exist.
Conclussion: There are various barrier factors of case presentation implementation which have been identified in this qualitative study. This barriers must becoming parameters on monitoring and program evaluation to improve the quality of a case presentation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim
"ABSTRAK
Latar belakang
Lulusan fakultas kedokteran harus mampu bertugas sebagai dokter layanan primer, sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Karena itu, ilmu kedokteran komunitas mempunyai posisi strategis dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Kebutuhan dokter layanan primer akan kompetensi ilmu kedokteran komunitas seharusnya sesuai dengan kompetensi yang diberikan melalui kurikulum fakultas kedokteran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian kompetensi ilmu kedokteran komunitas yang ada dalam SKDI dengan kebutuhan dokter puskesmas dan kompetensi ilmu kedokteran komunitas yang tertuang dalam kurikulum Program Studi Kedokteran Universitas Batam (Prodi KUB)
Metode
Desain penelitian potong lintang dilaksanakan menggunakan kuesioner dengan skala Likert, untuk mengetahui kesesuaian tujuh belas (17) kompetensi kedokteran komunitas dalam SKDI dengan kebutuhan kompetensi kedokteran komunitas di puskesmas. Selain itu, jugadianalisis kesesuaian kompetensi ilmu kedokteran komunitas SKDI dalam Prodi kedokteran KUB oleh suatu tim ahli. Hasil kuesioner kebutuhandihubungkan dengan hasil analisis kurikulum tim.
Hasil
Dari 84 dokter puskesmas ada 72 (85,7%) memenuhi syarat. Kompetensi dalam Prodi KUB telah mencakup ke tujuh belas butir kompetensi ilmu kedokteran komunitas SKDI dengan pencapaian kompetensi antara 2-4. Dokter puskesmas membutuhkan semua kompetensi dalam SKDI dengan nilai Likert antara 4,50 – 5,00 dari penilaian 1-6. Didapat korelasi positif lemah tidak bermakna, antara kompetensi kedokteran komunitas dalam kurikulum Prodi KUB dengan kebutuhan kompetensi yang dirasakan dokter puskesmas (r= 0,267; p = 0,30).
Simpulan
Kompetensi kedokteran komunitas kurikulum Prodi KUB telah sesuai dengan materi kompetensi SKDI. Kebutuhan kompetensi kedokteran komunitas yang dirasakan dokter puskesmas belum ditunjang dengan tingkat kompetensi dalam kurikulum Prodi KUB.

ABSTRACT
Background
A medical graduate should be able to carry out duties as a primary care phycisian in accordance with Indonesian Competency Standard (ICS). In line with this, the role of community medicine (CM) science is strategic in resolution of health problems especially in the health center. Community Medicine competency is gained from the medical school curriculum. This study aim to asses the relevance between CM competency in curriculum of Faculty of Medicine in Batam (KUB) to the needs of primary health care doctor in carrying out the task in health center.
Method
A cross sectional study with questionaire (Likert scale 1-6) used to determine the compatibility of primary care doctor needs of CM competency with the seventeen competencies in ICS. The relevance of CM competencies in the KUB curriculum with the ICS was also analyzed by an expert team from KUB. The result of the questionaire then was correlate with the analysis result of the team.
Result
Among 84 health center doctors in Batam, 72 (85,7%) were elligible for this study. Respondents mentioned that all CM competencies in the ICS were needed in their role in health center, with a range of 4.5 – 5.0 Likert scale. Analysis of KUB curriculum reveal that all CM competencies in ICS were covered, and the level varies between 2-4. There was a positive weak, not significant correlation between the need of CM according to the doctors and the competencies in the KUB curriculum (r= 0,267; p = 0,30).
Conclusion
Community Medicine competency in KUB curriculum is in conformity with the ICS. High need of CM competency felt by the primary doctor in Batam has not been supported by the curriculum above.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ragatama Riyanto
"Latar Belakang Pandemi COVID-19 telah menyebabkan perubahan besar dalam pendidikan kedokteran, dengan masuknya berbagai metode pembelajaran daring, termasuk simulasi virtual dan gamifikasi. Penggunaan kedua metode tersebut disebutkan cukup baik dalam meningkatkan pembelajaran pada berbagai topik. Inovasi tersebut juga muncul untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran seperti pada pembelajaran pengobatan rasional (POR). Penelitian ini bertujuan sebagai asesmen awal untuk menggambarkan persepsi mahasiswa preklinik FKUI terhadap pembelajaran daring menggunakan simulasi virtual berbasis web dan gamifikasi yang nantinya akan menjadi dasar perancangan pada pembelajaran POR. Metode Penelitian ini dilaksanakan dengan menyebarkan survei daring dengan consecutive sampling. Pengumpulan data berlangsung sejak bulan Agustus–Desember 2022. Analisis data menggunakan NVIVO 12 secara kualitatif dengan analisis tematik. Hasil Berdasarkan hasil analisis tematik 282 mahasiswa preklinik FKUI, didapatkan tiga tema besar, yakni optimisme, pesimisme, dan netralitas pada persepsi terhadap simulasi virtual berbasis web dan gamifikasi. Optimisme meliputi persepsi positif pada simulasi virtual, sementara pesimisme meliputi persepsi negatif. Terdapat subtema pada masing-masing tema, seperti kebermanfaatan simulasi virtual, output pembelajaran, motivasi mahasiswa, karakteristik pembelajaran, realisme simulasi virtual, sarana dan prasarana penyelenggaraan simulasi virtual serta impresi terhadap simulasi virtual. Pada tema netralisme didapatkan satu subtema berupa familiaritas mahasiswa terhadap simulasi virtual. Kesimpulan Persepsi mahasiswa kedokteran terhadap simulasi virtual, baik berbasis web dan berbasis gamifikasi dalam pembelajaran penggunaan obat rasional (POR), bervariasi. Meskipun begitu, optimisme terhadap manfaat teknologi tersebut besar. Dengan implementasi H5P dan pesatnya perkembangan teknologi, simulasi virtual berpotensi untuk diterapkan ke depannya dalam pendidikan kedokteran, khususnya pembelajaran POR.

Introduction The COVID-19 pandemic has caused major changes in medical education, with the introduction of various online learning methods, including virtual simulations and gamification. The use of these two methods is said to be quite good in improving learning on various topics. This innovation also appears to increase learning success, such as in rational drug use learning (RDU). This research aims as an initial assessment to describe FMUI pre-clinical students' perceptions of online learning using web-based virtual simulations and gamification which will later become the basis for designing RDU learning. Method This research was carried out by distributing an online survey with consecutive sampling. Data collection took place from August–December 2022. Data analysis used NVIVO 12 qualitatively with thematic analysis. Results Based on the results of the thematic analysis of 280 FMUI pre-clinical students, three major themes were obtained, namely optimism, pessimism and neutrality in perceptions of web-based virtual simulations and gamification. Optimism includes positive perceptions of the virtual simulation, while pessimism includes negative perceptions. There are subthemes in each theme, such as the usefulness of virtual simulations, learning output, student motivation, learning characteristics, realism of virtual simulations, facilities and infrastructure for organizing virtual simulations and impressions of virtual simulations. In the theme of neutralism, one sub-theme was found in the form of students' familiarity with virtual simulations Conclusion Medical students' perceptions of virtual simulations, both web-based and gamification-based in learning rational drug use (POR), vary. Even so, there is great optimism regarding the benefits of this technology. With the implementation of H5P and the rapid development of technology, virtual simulation has the potential to be applied in the future in medical education, especially POR learning."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Ahmad Gamal Arigi
"Latar Belakang: Pendidikan kedokteran dianggap sebagai salah satu pendidikan yang memiliki stressor tinggi. Banyaknya sumber stressor dari mahasiswa tersebut apabila tidak sejalan dengan strategi coping yang baik maka berdampak terhadap keinginan untuk menunda menyelesaikan tugas akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan dan perbandingan jenis penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa kedokteran tahap preklinik. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dilakukan pada 202 mahasiswa semester 2, 4, 6 Fakultas Kedokteran Universitas Mataram pada April 2023. Data didapatkan menggunakan instrument Brief Cope dan kuesioner Prokrastinasi akademik yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil: Terdapat hubungan antara penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik mahasiswa kedokteran Preklinik dengan nilai p=0.002 (<0.05). Terdapat perbedaan nilai penggunaan strategi coping dan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa semester 2, 4 dan 6 dengan nilai uji P pada nilai penggunaan strategi coping 0,008 (p<0,05) dan nilai prokrastinasi akademik sebesar 0,010 (p<0,05). Problem focused coping pada aspek planning dan jenis prokrastinasi akademik pada aspek penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3.20 dan 2.55. Kesimpulan: Prokrastinasi akademik pada mahasiswa merupakan masalah yang sering terjadi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu strategi coping. Sehingga diperlukan pengembangan dan penerapan strategi coping yang efektif guna mengurangi prokrastinasi akademik dan meningkatkan prestasi akademik serta kesejahteraan mereka.

Background: Medical education is an education that has a high stressor. The many sources of stress for these students, if not accompanied by effective coping strategies, will have an impact on starting and delaying completing academic assignments. This study explores the relationship and comparison of coping strategies and academic procrastination in medical students at the preclinical stage. Methods: This study used a cross-sectional study design and was conducted on 202 students in grades 2, 4, and 6 of the Faculty of Medicine, University of Mataram, in April 2023. Data were obtained using the Brief Cope instrument and an academic procrastination questionnaire, which had been tested for validity and reliability. Results: There was a relationship between the use of coping strategies and academic procrastination in preclinical medical students, with p = 0.002 (<0.05). There are differences in scores using coping strategies and academic procrastination for students in grades 2, 4, and 6, with a P value of 0.008 (p<0.05) for coping strategies and 0.010 (p<0.05) for academic procrastination. Problem-focused coping on planning aspects and types of academic procrastination on aspects of delays in starting or completing assignments have the highest average scores of 3.20 and 2.55. Conclusion: Academic procrastination among students is a problem that often occurs. One of the factors that can influence it is the coping strategy. It is necessary to develop and implement effective coping strategies to reduce academic procrastination and increase academic achievement and welfare."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khozin Alfani
"Pengaturan pendidikan kedokteran saat ini diatur dalam tiga buah undang-undang, yaitu UU No. 29 Tahun 2004 (UU Pratik kedokteran), UU No. 12 Tahun 2012 (UU Pendidikan Tinggi), dan UU No. 20 Tahun 2013 (UU Pendidikan Kedokteran). Ketiga undang-undang tersebut mengatur mengenai penetapan standar pendidikan profesi dokter, uji kompetensi dokter, dan dokumen kelulusan pendidikan profesi dokter. Ketiga substansi ini telah diatur dalam jenis dan bentuk peraturan perundang-undangan delegasi yang berbeda serta diimplementasikan oleh instansi yang berbeda juga yaitu Kementerian Pendidikan dan Konsil Kedokteran Indonesia. Kondisi seperti ini menyebabkan adanya potensi disharmoni di antara UU Praktik Kedokteran, UU Pendidikan Tinggi, dan UU Pendidikan Kedokteran. Penelitian dengan metode yuridis normatif ini menguraikan permasalahan mengenai kesesuaian antara pengaturan penetapan standar pendidikan profesi dokter, uji kompetensi dokter, serta dokumen kelulusan pendidikan profesi dokter dalam UU Praktik Kedokteran, UU Pendidikan Tinggi, dan UU Pendidikan Kedokteran dari sisi teks peraturan, doktrin hukum, dan aspek implementatif agar menghadirkan kepastian hukum. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat ketidaksesuaian penormaan dalam UU Praktik kedokteran, UU Pendidikan Tinggi, dan UU Pendidikan Kedokteran dalam pengaturan penetapan standar pendidikan profesi dokter, uji kompetensi dokter, dan dokumen kelulusan pendidikan profesi dokter sampai dengan peraturan delegasi dari ketiga undang-undang tersebut. Undang-undang ini memiliki hierarki yang sama dalam tata urutan perundang-undangan. Dari sisi materi muatan terdapat harmonisasi antara UU Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Kedokteran, namun harmonisasi tidak terjadi antara UU Praktik Kedokteran dengan undang-undang lainnya. Oleh karenanya untuk memberikan kepastian hukum akibat adanya disharmoni antara UU Praktik Kedokteran dan UU Pendidikan Kedokteran serta UU Pendidikan Tinggi, perlu adanya ketaatan terhadap pelaksanaan asas lex superior derogat legi inferiori, lex posterior derogat legi priori dan konsistensi dalam pelaksanaan putusan pengadilan.

The regulation of medical education is currently regulated in three laws, Law Number 29 of 2004 (Law of Medical Practice), Law Number 12 of 2012 (Law of Higher Education), and Law Number 20 of 2013 (Law of Medical Education). The three laws regulate the establishment of medical professional education standards, medical competency tests, and medical professional education graduation documents. These three substances have been regulated in different types and forms of delegation legislation and implemented by different agencies, namely the Ministry of Education and the Indonesian Medical Council. This condition creates the potential for disharmony between the Medical Practice Law, the Higher Education Law, and the Medical Education Law. This research using a normative juridical method describes the problem of conformity between setting standards for medical professional education, medical competency tests, and graduation documents for medical professional education in the Medical Practice Law, Higher Education Law, and Medical Education Law from the perspective of regulatory texts, legal doctrine, and implementation aspects in order to provide legal certainty. The results of the study found that there were inconsistencies of norms in the Law on Medical Practice, the Law on Higher Education, and the Law on Medical Education in the setting of standards for medical professional education, medical competency tests, and graduation documents for medical professional education up to the delegation regulations of the three laws. This law has the same hierarchy in the order of legislation. In terms of content, there is harmonization between the Law on Higher Education and Medical Education, but harmonization does not occur between the Law on Medical Practice and other laws. Therefore, in order to provide legal certainty due to disharmony between the Medical Practice Law and the Medical Education Law and the Higher Education Law, it is necessary to adhere to the implementation of the principles of lex superior derogat legi inferiori, lex posterior derogat legi prioriand consistency in implementing conviction."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farmer, R.D.T.
Oxford: Blackwell, 1977
362.104 25 FAR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cope, Oliver M.D.
Toronto: Lippincott Comp., 1968
616.07 COP m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>