Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84534 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yunilia Juhana
"ABSTRAK
Sejalan dengan era globalisasi maka persaingan pada dunia industri menjadi semakin ketat. Setiap organisasi perusahaan berperan secara aktif untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. Adanya faktor pendukung dari sumber daya manusia menjadi hal penting agar tercapainya tujuan organisasi. Sumber daya manusia yang berpotensi menjadi kebutuhan mutlak. Dalam hal ini banyak perusahaan yang memiliki sumber daya yang berpotensi dibidangnya kurang dapat memahami tujuan organisasi perusahaan. Pada kenyataannya sumber daya manusia yang ada kurang dikelola dengan manajemen yang efektif. Manajemen yang dipimpin oleh adanya manajer berperanan penting dalam mempengaruhi karyawannya menampilkan kerjasama yang optimal dalam menyelesaikan tugas.
Sejak berdirinya sekitar empat tahun yang lalu PT. PCN selaku perusahaan berbasis jasa teknologi informasi dengan skala perusahaan swasta kecil dengan karyawan tidak lebih dari 25 (duapuluh lima) orang memiliki manajer-manajer yang kurang terampil dalam memimpin bawahannya. PT. PCN yang berorientasi pada memuaskan pelanggan melalui hasil jasanya saat ini kurang didukung oleh kinerja karyawan yang optimal dalam bentuk semangat kerja dan kerjasama. Faktor keterampilan manajer dalam memimpin untuk mempengaruhi bawahan bekerja tampaknya masih kurang disadari.
Adanya keterampilan manajer dalam memimpin terutama yang berkaitan langsung dengan bawahan khususnya melalui interaksi dalam bentuk pola komunikasi verbal tampaknya masih kurang disadari keberadaaannya. Ketidak terampilan manajer dalam berkomunikasi dapat dikatakan sebagai tidak terjadinya komunikasi efektif yang dapat menyebabkan karyawan tidak dapat mengerti maksud manajer, serta salah menginterpretasikan pesan yang disampaikan manajer kepada bawahannya.
Sebagai konsekuensinya hal ini dapat juga berakibat pada menurunnya semangat kerja karyawan untuk menuntaskan tugas dalam kerjasama.
Sebagai usaha mengatasi masalah yang ada sertaberdasarkan berdasarkan analisis kebutuhan maka program pelatihan keterampilan komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi salah satu persoalan manajer berkomunikasi dalam mempengaruhi bawahannya. Keterampilan komunikasi efektif tersebut dapat diberikan oleh lembaga yang terbiasa menangani kegiatan pelatihan. Durasi pelatihan dilakukan dalam satu setengah hari. Setelah pelatihan akan dilakukan evaluasi untuk mengetahui efektivitas kegiatan pelatihan itu sendiri, yaitu pada tahap reaksi, evaluasi untuk mengetahui adanya proses belajar pada tahap learning dan evaluasi untuk melihat dampak perubahan pada peningkatan kinerja yaitu pada tahap behavior. Kegiatan evaluasi ini selanjutnya diikuti dengan kegiatan transfer of training untuk melihat pelaksanaan pengetahuan, keterampilan yang didapat dari pelatihan ke situasi kerja sehari-hari."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38533
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elias Wirotama
"PT X merupakan perusahaan penanaman modal asing yang bergerak di bidang ekspor barang jadi yang berdiri tahun 2003. Dengan tenaga kerja yang bennula dari dua orang, hingga sekarang berjumlah enam orang, serta hubungan antara satu individu dengan individu lain masih cenderung infonnal, maka perusahaan ini dapat dikatakan masih bcrupa organisasi struktur sederhana. Seiring dengan perkembangan pcmsahaan, pimpinan menilai bahwa karyawan belum mcmberikan peningkatan unjuk kerjanya. Karyawan tidak termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Setelah melakukan wawancara dengan seluruh karyawan dan pimpinan, serta observasi di perusahaan, maka diindikasikan adanya permasalahan komunikasi antara pimpinan dan karyawan.
Komunikasi merupakan faktor yang penting karena komunikasi dapat mengendalikan perilaku individu dalam organisasi. Sclain ilu, hampir tiga perempat dari seluruh aktivitas kelja seorang karyawan digunakan untuk berkomunikasi seperti menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan (Robbins, 2003). Komunikasi menjadi efektif ketika makna pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan sama dengan yang diterima oleh penerima pesan. Namun demikian, dalam kenyataannya, tidak selalu komunikasi bexjalan dengan efektiil karena mengalami hambatan-hambatan seperti adanya ketidakjelasan verbal atau ambiguitas, makna ganda, yang dapat menyebabkan distorsi pesan sehingga pesan yang diterima tidak sama dengan yang disampaikan Faktor-faktor individual seperti pengalaman, persepsi pengirim pesan terhadap penerima pesan atau sebalilcnya, dapat bemengaruh pada proses penyampaian pesan. Dalam perusahaan, hambatan-hambatan komunikasi yang ditemui misalnya, pendapat bawahan sering tidak dianggap oleh pimpinan, bawahan menjadi ragu untuk menyampaikan pendapatnya karena pimpinan merasa masukan yang diberikan bawahan dapat merusak rencananya.
Untuk dapat meningkatkan efektivitas komunikasi, maka penuiis merekomendasikan rancangan program pelatihan kepada seluruh tenaga kerja di PT X. Tujuan rancangan program pelatihan ini pada akhimya adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan komunikasi interpersonal, sehingga perilaku-perilaku yang menghambat efektivitas komunikasi dapat diubah, tentunya dengan menerapkan prinsip-prinsip pembeiajaran orang dewasa pada rancangan program.
Metode-metode yang dipakai dalam rancangan program pelatihan ini merupakan campuran dari metode pelatihan pada pekerjaan dan pelatihan di luar pekerjaan (on-zhejob training dan ojlthejob training). Hal tersebut dilakukan bcrdasarkan pertimbangan kondisi pemsahaan, dipandang dari tersedianya dana, sarana-prasarana, waktu, serta jumiah ténaga kerja yang ada untuk menjadi peserta pelatihan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T34053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfinar Aziz
"Penyuluh Agama adalah salah satu jabatan fungsional di Departemen Agama yang bertugas melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama, guna meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai dan ajaran agama Serta meningkatkan kerukunan antar umat beragama. Sebelum menjalankan tugasnya, Penyuluh Agama harus membentuk kelompok binaan. dan mengadakan koordinasi dengan pejabat dan tokoh masyarakat disekitar kelompok binaan. Penyuluh Agama menemui kendala-kendala mulai dari pembentukan kelompok binaan, dan mengadakan koordinasi dengan pejabat dan masyarakat setempat. Misalnya di Jakarta, karena sudah terbentuk kelompok-kelompok pengajian seperti majlis taklim dan Iain-lainnya, sehingga merasa sulit untuk membentuk kelompok yang baru. Oleh karena itu Penyuluh Agama memerlukan keterampilan untuk dapat mengadakan pendekatan dan memasuki kelompok-kelompok tersebut agar dapat diterima sebagai penyuluh. Dengan demikian, PA perlu memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk melakukan pendekatan terhadap masyarakat sehingga masyarakat dapat menerimanya sebagai Penyuluh Agama.
Dari data yang diperoleh melalui analisis pekerjaan, wawancara dan observasi diketahui bahwa tugas PA memerlukan keterampilan dalam menyampaikan informasi, baik lisan maupun tulisan, yang penulis simpulkan sebagai kemampuan komunikasi. Karena kendala-kendala yang ditemui juga berakar pada kornunikasi, maka penulis mengajukan suatu rancangan pelatihan Keterampilan Komunikasi. Sebagai mana yang dikatakan oleh Reardon (1987), bahwa komunikasi terdiri dari komponen isi dan komponen hubungan. Komunikasi yang lancar bukan hanya dapat menyarnpaikan informasi dengan efektif, tetapi juga dapat membentuk hubungan yang baik. Diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini Penyuluh Agama dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya selama ini, serta dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih efektif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elias Wirotama
"PT X merupakan perusahaan penanaman modal asing yang bergerak di
bidang ekspor barang jadi yang berdiri tahun 2003. Dengan tenaga kerja yang
bermula dari dua orang, hingga sekarang berjumlah enam orang, serta
hubungan antara satu individu dengan individu lain masih cenderung informal,
maka perusahaan ini dapat dikatakan masih berupa organisasi struktur
sederhana. Seiring dengan perkembangan perusahaan, pimpinan menilai
bahwa karyawan belum memberikan peningkatan unjuk kerjanya. Karyawan
tidak termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Setelah melakukan
wawancara dengan seluruh karyawan dan pimpinan, serta observasi di
perusahaan, maka diindikasikan adanya permasalahan komunikasi antara
pimpinan dan karyawan.
Komunikasi merupakan faktor yang penting karena komunikasi dapat
mengendalikan perilaku individu dalam organisasi. Selain itu, hampir tiga
perempat dari seluruh aktivitas kerja seorang karyawan digunakan untuk
berkomunikasi seperti menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan.
(Robbins, 2003). Komunikasi menjadi efektif ketika makna pesan yang
disampaikan oleh pengirim pesan sama dengan yang diterima oleh penerima
pesan. Namun demikian, dalam kenyataannya, tidak selalu komunikasi
belja\an dengan efektif, karena mengalami hambatan-hambatan seperti adanya
ketidakjelasan verbal atau ambiguitas, makna ganda, yang dapat menyebabkan
distorsi pesan sehingga pesan yang diterima tidak sama dengan yang
disampaikan. Faktor-faktor individual seperti pengalaman, persepsi pengirim
pesan terhadap penerima pesan atau sebaliknya, dapat berpengaruh pada
proses penyampaian pesan. Dalam perusahaan, hambatan-hambatan
komunikasi yang ditemui misalnya, pendapat bawahan sering tidak dianggap
oleh pimpinan, bawahan menjadi ragu untuk menyampaikan pendapatnya
----~-···---
karena pimpinan merasa masukan yang diberikan bawahan dapat merusak
rencananya.
Untuk dapat meningkatkan efektivitas komunikasi, maka penulis
merekomendasikan rancangan program pelatihan kepada seluruh tenaga kerja
di PT X Tujuan rancangan program pelatihan ini pada akhimya adalah
memberikan pengetahuan dan keterampilan komunikasi interpersonal,
sehingga perilaku-perilaku yang menghambat efektivitas komunikasi dapat
diubah, tentunya dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang
dewasa pada rancangan program.
Metode-metode yang dipakai dalam rancangan program pelatihan ini
merupakan campuran dari metode pelatihan pada peketjaan dan pelatihan di
luar pekerjaan (on-the-job training dan off-the-job training). Hal tersebut
dilakukan berdasarkan pertimbangan kondisi perusahaan, dipandang dari
tersedianya dana, sarana-prasarana, waktu, serta jumlah tenaga kerja yang ada
untuk menjadi peserta pelatihan."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roellya Ardhyaning Tyas
"Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal para manajer level pertama PT X terhadap bawahannya, sehubungan dengan perrnasalahan yang terdapat di PT X yaitu kurangnya kemampuan komunikasi interpersonal para manajer lini untuk memotivasi dan meningkatkan unjuk kerja bawahannya. Teori yang dirujuk sebagai dasar pembuatan Rancangan Program Pelatihan Komunikasi Interpersonal bagi Manajer Level Pertama ini adalah teori-teori tentang unjuk kerja, motivasi kerja, peran manajer, komunikasi interpersonal dan pelatihan.
Analisis pemecahan masalah dari permasalahan yang dihadapi oleh PT X menunjukkan bahwa kurang optimalnya unjuk kerja bawahan bukan disebabkan oleh motivasi kerja karyawan yang rendah, juga bukan disebabkan oleh faktor lingkungan kerja yang tidak kondusif bagi peningkatan unjuk kerja karyawan. Kurang optimalnya unjuk kerja bawahan temyata disebabkan oleh ketidakmampuan manajer level pertama untuk berperan sebagai motivator, pemberi feedback, dan pemberi informasi bagi para bawahannya. Peran sebagai motivator, pemberi feedback dan pemberi informasi dapat dilakukan dengan mengembangkan komunikasi interpersonal atasan-bawahan secara efektif. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, dibuatlah suatu rancangan program pelatihan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan dan kesempatan berlatih bagi para manajer level pertama mengenai komunikasi interpersonal atasan-bawahan yang efektif.
Usulan pemecahan masalah berupa program pelatihan ini memperhatikan hal, yaitu identifikasi kebutuhan pelatihan, sasaran pelatihan, pelatih, materi, metode, alat bantu, peserta, durasi pelaksanaan pelatihan, tempat, biaya dan evaluasi pelatihan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Aryati Prawoto
"Indonesia masih belum memperlihatkan tanda-tanda bangkit dari krisis ekonomi yang melanda dunia pada akhir tahun 1997. Angka pengangguran saat ini semakin tinggi, potret pendidikan masih carut marut, kriminalitas dan kemiskinan merajalela. Adanya penetapan peraturan Otonomi Daerah pada tahun 2002 dimana setiap propinsi diberikan keleluasaan dan wewenang untuk menjalankan roda pemerintahannya, terjadi perubahan dalam lingkungan pembangunan nasional yang berdampak pada semakin bertambah besarnya beban para pelaku pembangunan kota dalam menjalankan fungsi dan peranannya seperti yang disampaikan dalam Laporan Final ? Pekerjaan Jasan Konsultasi Pelatihan Urban and Regional Development Management and Leadership ? oleh Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan di Jakarta baru-baru ini.
Dalam situasi krisis, terdapat kecenderungan pada masyarakat Indonesia untuk mencari pemimpin yang dapat memberikan jawaban yang cepat, keputusan-keputusan pemimpin yang dapat membuat masalah berat menjadi terlihat sederhana. Tentu saja ini bukan penyelesaian yang baik jika akar permasalahan yang terletak pada hal-hal yang lebih fundamental seperti pada kemampuan berpikir kreatif, berinovasi dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki, tidak ditelaah. Perubahan dalam aspek apa yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin masa kini?
Dalam era globalisasi dimana arus informasi berjalan dengan cepat, seorang pemimpin harus sigap dan tanggap untuk melakukan apa yang disebut information scanning, berpikir secara strategis dan kreatif dalam menciptakan peluang-peluang yang dimilikinya. Namun ada kecenderungan untuk menolak pembaharuan jika hal tersebut diberlakukan pada para pemimpin yang merasa memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup. Untuk dapat melakukan perubahan pada orang lain, seorang pemimpin diharapkan dapat mengenali dirinya sendiri dan melakukan perubahan yang diperlukan sesuai dengan tuntutan lingkungan yang baru.
Agar perubahan tersebut dapat lebih diterima maka intervensi yang digunakan adalah intervensi individuil dimana pelatihan menekankan pada pemahaman indivduil mengenai gaya berpikir, proses belajar dan dorongan pribadi apa yang membuat seseorang berinteraksi dalam kehidupan sehari-harinya dan jika menghadapi konflik.
Pelatihan yang dirancang ini merupakan adaptasi dari pelatihan Enhancing Strategic, Change and Team Leadership dan Canada untuk pejabat eselon 1 dan 2 di Departemen KIMPRASWIL, Jakarta pada tahun 2003 ( lihat keprmtakaan ). Umpan balik mengenai gaya pribadi cliperoleh melalui pengisian inventori-inventori Learning Style Inventory (LSI), Thinking Styles (InQ) dan Strength Deployment Inventory (SDI) disamping permainan Outdoor Team Challenge dimana para peserta dihadapkan pada penyelesaian masalah dilapangan.
Aspek kognitif seperti konsep-konsep Network Leadership, Team Leadership, Strategic Thinking and Planning merupakan dasar-dasar yang juga perlu dikuasai oleh peserta pelatihan, Pada tahap akhir dari rancangan pelatihan ini adalah evaluasi yang harus dilakukan setelah tiga dan enam bulan pelatihan ini berlangsung untuk menilai efektifitas pelatihan ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rahadi Sudarsono
"ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi Polri di bidang Sumber Daya Manusia salah satunya adalah adanya kesenjangan atau 'gap performance' antara kinerja Polri dengan harapan masyarakat sebagai stake holder. Secara internal Polri telah melakukan perubahan-perubahan melalui aspek-aspek struktural, instrumental dan kultural. Namun perubahan pada aspek kultural dirasakan berjalan lambat dibandingkan dengan aspek lainnya.
Berdasarkan temuan dari penelitian Lembaga Manajemen UI (2005), pada aspek perilaku mahir, terpuji dan patuh hukum dapat diidentifikasikan bahwa yang menjadi salah satu penyebab adanya kesenjangan antara harapan masyarakat dan kondisi obyektif pelayanan Polri adalah rendahnya kemampuan anggota Polri dalam penggunaan komunikasi yang efektif yang dijiwai sikap kesediaan membantu (prososial) dalam konteks norma hukum yang berlaku.
Sebagai upaya mengatasi masalah tersebut, pendekatan program pelatihan sikap prososial dan komunikasi efektif diajukan untuk pencapaian pengetahuan, peningkatan keterampilan dan perubahan sikap bagi anggota Polri. Pelatihan ini diprioritaskan untuk Bintara Polri mengingat mereka secara langsung melayani masyarakat serta sebagai ujung tombak tugas Kepolisian. Kegiatan dibagi menjadi tiga tahapan dengan pokok bahasan sikap prososial, pemahaman terhadap norma dan HAM serta komunikasi yang efektif sesuai paradigma baru Polri. Sebagai indikator keberhasilan program pelatihan, dilakukan evaluasi yang meliputi penilaian terhadap reaksi peserta pelatihan, hasil belajar, perilaku dan hasil pelatihan itu sendiri. Evaluasi terhadap output pelatihan dilakukan selama kegiatan berlangsung, sedangkan evaluasi outcome sebagai dampak jangka panjang dilakukan oleh atasan langsung atau berdasarkan laporan masyarakat pada Irwasum, Propam dan Divisi Hukum Polri. Sebagai rekomendasi, penyelenggaraan pelatihan sikap prososial dan komunikasi efektif ini ditetapkan sebagai kebijakan Kapolri dan dituangkan dalam program kerja Deputi Sumber Daya Manusia Polri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T38488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ningsih
"Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi bagi supervisor di PT AI, Sehubungan dengan adanya permasalahan yang dihadapi PT. AI yailu departemen yang dipimpin supervisor sering terjadi kesalahpahaman dikarenakan kurang adanya koordinasi. Teori yang dirujuk sebagai dasar dalam pembuatan rancangan program pelatihan komunikasi bagi supervisor ini adalah teori tentang produktivitas, teori tentang komunikasi, dan teori tentang pelatihan. Setiap departemen diharapkan adanya kerjasama, atau ada saling ketergantungan. Departemen yang satu harus memberikan input kedepartemen lain dan memberikan output. Berarti antara supervisor yang memimpin departemen harus ada komunikasi. Makin banyak departemen yang saling bergantung maka ada kemungkinan terjadi kesalahpahaman makin besar. Dengan komunikasi yang efektif kesalahpahaman dapat dihindari antar departemen.
Karena permasalahannya adalah komunikasi maka untuk menghindari kesalahpahaman dibutuhkan suatu pelatihan khusus. Munandar (2001) mengemukakan bahwa salah satu tujuan dari pelatihan adalah meningkatkan produktivitas. Produktivitas departemen yang kurang dapat mengurangi kinerja supervisor. Menurut Hersey dan Blancard (dalam Dharma, 1990), faktor-faktor penghambat adalah faktor-faktor yang bertindak mengekang atau memperkecil faktor pendorong produktivitas. Salah satu faktor yang dapat menghambat produktivitas menurut Ranfil (dalam Timpe, 1988), adalah komunikasi internal yang buruk. Untuk mengatasi komunikasi internal yang buruk menurut Timpe, A. Dale (1989) adalah komunikasi juga.
Oleh karena itu, dianggap perlu dirancang suatu program pelatihan yang dapat memberikan pengetahuan serta keterampilan kepada para supervisor di PT. AI mengenai proses komunikasi yang baik. Program pelatihan tersebut akan diberikan kepada selumh supervisor dan calon supervisor atau karyawan yang akan diangkat sebagai supervisor di PT AI. Agar program pelatihan ini dapat berjalan dengan efektif, maka perlu diperhatikan beberapa hal yaitu identifikasi kebutuhan pelatihan, sasaran pelatihan, pelatih, materi, metode, alat bantu, peserta, durasi pelaksanaan pelatihan, tempat pelaksanaan, biaya dan evaluasi pelatihan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>