Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Irfan Zainul Fikri
"Permasalahan Transhipment PT Pertamina (Persero) dalam tugasnya sebagai pengemban PSO (Public Service Obligation) distribusi BBM ke seluruh depot Nusantara menjadi faktor penting dalam usahanya meminmalkan biaya transportasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T41424
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shahabudin
"Dengan makin meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak. Kebutuhan biaya dan distribusinya menjadi sesuatu yang memberatkan bagi Pemerintah maupun Pertamina, hal ini terlihat dengan makin besarnya subsidi BBM. Undang-undang minyak dan gas bumi yang baru nomor 22 tahun 2001 memungkinkan adanya peranan perusahaan lain diluar Pertamina untuk menangani penyediaan BBM.
Disamping itu dengan akan dimulainya pasar bebas AFTA yang akan dimulai pada tahun 2003, tidak dapat dihindari masuknya perusahaan global didalam pemasaran BBM di Indonesia seperti halnya yang telah terjadi di negara-negara ASEAN lainnya. Sehingga akan terjadi suatu perubahan srategi bisnis dari usaha monopolistik menjadi usaha yang dapat bersaing. Untuk mengantisipasi era pasar bebas yang tidak lama lagi akan di mulai maka perlu disiapkan langkah strategi bisnis bahan bakar minyak di Indonesia dalam menghadapi era pasar bebas mendatang.
Teknik penelitian yang dilakukan adalah mempelajari faktor Internal dan eksternal yang dianalisis dengan metode SWOT melalui penelitian kondisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi Pertamina didalam bisnis bahan bakar minyak. Dari analisis SWOT tersebut dapat diketahui posisi perusahaan dan strategi yang harus diterapkan oleh perusahaan di dalam bisnis bahan bakar minyak pada era pasar bebas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan masih mempunyai kondisi internal yang kuat dan masih adanya peluang yang cukup besar di dalam bisnis bahan bakar minyak di Indonesia, meskipun ancaman yang akan di hadapi cukup besar pada era pasar bebas. Strategi yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah strategi Intensif atau integration.
Adapun strategi bisnis bahan bakar minyak yang perlu dilakukan oleh Pertamina adalah mengupayakan maksimalisasi pangsa pasar, mengembangkan kompetensi inti dalam infrastruktur distribusi bahan bakar minyak, memperkuat integrasi vertikal antara pengolahan dan pemasaran bahan bakar minyak, meningkatkan kualitas mutu bahan bakar minyak serta cost effectiveness dalam penyediaan distribusi bahan bakar minyak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Zainullah Santoso
"PT. Pertamina Tongkang merupakan anak perusahaan PT. Pertamina (Persero) yang ditunjuk oleh PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan untuk mengelola gudang tertutup, lahan terbuka, dan dermaga untuk menjadi sebuah pusat kegiatan logistik dan pendukung operasional logistik eksplorasi migas dengan nama Logistic Base Balikpapan. Serah terima aset berupa gudang dengan luas total 13.443 m2, lahan terbuka dengan luas total 28.185 m2, dan tiga buah dermaga dengan kemampuan sandar bagi kapal berukuran maksimal 35.000 DWT dilakukan pada tanggal 5 Desember 2005. Dengan pengeiolaan Log-Base di Balikpapan ini oleh PT. Pertamina Tongkang diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi Pertamina UP-V Balikpapan berupa pembagian keuntungan, dan dapat memberikan tambahan pendapatan serta pengalaman dan kompetensi bagi PT. Pertamina Tongkang.
Untuk dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya, kompetensi, dan pengalaman dalam bisnis jasa kelogistikan terutama bisnis Logistic Base di Balikpapan, diperlukan adanya suatu strategi operasi yang dapat menjadi acuan kegiatan operasi Logistic Base yang berbasis pada pemenuhan kebutuhan pasar, pemberdayaan sumber daya, pencapaian strategi korporat dan strategi bisnis perusahaan, serta pengalaman kegiatan operasional terkait area keputusan strategi operasi kelogistikan di masa lampau.
Karya akhir ini mempunyai tujuan utama yaitu menerapkan kerangka konseptual penetapan strategi operasi dengan memperhatikan sasaran performansi (performance objectives) yang menjadi dimensi persaingan (competitive dimensions) operasional dalam bisnis penyedia jasa logistik, dan area keputusan strategi (decision area) untuk memberikan masukan dalam proses penyusunan strategi operasi pada unit bisnis Logistic Base Balikpapan. Dalam penetapan strategi operasi di Log-Base Balikpapan ini, penulis mengacu pada kerangka konseptual yang dikembangkan oleh Nigel Slack dan Michael Lewis (2002). Kerangka konseptual tersebut mengharuskan kita memperhatikan empat sudut pandang penting dalam penetapan strategi operasi: sudut pandang top-down, sudut pandang bottom-up, sudut pandang kebutuhan pasar, dan sudut pandang sumber daya operasi.
Penetapan strategi operasi ini dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan untuk selalu memberikan penekanan pada kepuasan pelanggan dengan menjadikan sasaran performansi atau dimensi persaingan menjadi fokus perhatian penetapan area keputusan strategi operasi. Sasaran performansi yang didapat melalui analisa sudut pandang kebutuhan pasar terdiri alas: kualitas, kecepatan, ketergantungan, fleksibilitas, dan biaya. Sedangkan area keputusan strategi operasi didapat dari basil penurunan salah satu rasio profitabilitas perusahaan, yaitu Return on Assels (ROA) yang digunakan sebagai pembatas penetapan strategi operasi. Adapun area keputusan strategi operasi tersebut terkait dengan penentuan kapasitas, sifat dan jumlah hubungan dengan para pemasok, penerapan teknologi pada proses operasi, dan perkembangan dan organisasi.
Hasil penetapan strategi operasi dalam karya akhir ini menunjukkan bahwa dalam rangka pencapaian ROA yang terdapat dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan dan memenuhi unsur sasaran performansi persaingan, antara lain dapat disimpulkan bahwa Log-Base Balikpapan sebaiknya melakukan strategi operasi: (1) penambahan kapasitas lahan terbuka dan gudang serta jumlah alat berat & bantu yang bersertifikat keselamatan kerja, (2) membentuk jalinan kerjasama dengan para kontraktor pendukung kegiatan eksplorasi migas, (3) penerapan teknologi sistem informasi untuk menciptakan integrasi antar fungsi dan integrasi dengan pelanggan, (4) penekanan yang berkelanjutan pada pengembangan kompetensi sumber daya manusia melalui pelatihan, serta (5) penerapan balanced scorecard untuk mengevaluasi dan mengendalikan penerapan strategi operasi ini.

PT. Pertamina Tongkang is a subsidiary of PT. Pertamina (Persero) that was pointed by PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan to manage the covered storages, open yards, clan jetties in order to become a logistic activity base and oil & gas eksploration logistic support base. This Logistic Base name is Balikpapan Logistic Base. The handed over of covered storages with total area of 13.443 m2, of open yards with total area of 28.185 m2, not to mention three (3) jetties with maximum DWT of berthed vessel up to 35.000 tonnage was held on December 5, 2005. This management and operation of this Logistic Base by PT. Pertamina Tongkang will give additional revenues for Pertamina UP-V Balikpapan in form of profit sharing, and will give additional revenues, experience, and competencies for PT. Pertamina Tongkang.
In order to maximize resources allocation, competencies allocation, and experiences in the logistic service provider business especially Logistic Base business in Balikpapan, it will need an operation strategy that can be a guidance for Logistic Base's operational activities. This guidance should be based on fulfilling the market requirements, resources enhancement, attainment of corporate and business strategies, not to mention it should be based on the company's past experiences regarding related operational activity and logistics' operation strategy decision areas.
This final assignment has an objective to implement the conceptual operation strategy formulation with due respect to market's performance objectives that become the operational competitive attribute dimensions, and respect to operation strategy decision area in order to give suggestions in the operation strategy making at strategic business unit of Balikpapan Logistic Base. In this operation strategy formulation of Balikpapan Log-Base, author was based on conceptual framework that was developed by Nigel Slack and Michael Lewis (2002). This framework obliged author to pay attention to four different perspectives in operation strategy formulation: top-down perspective, bottom-up perspective, market requirement perspective, and operation resources perspective.
This operation strategy formulation is influenced by company policies to give emphasis on customer satisfaction using Logistic Base performance objectives or competitive attribute dimensions as a focus of attention in deciding operation strategy's decision areas. These performance objectives which are acquired from market requirement's perspective are: quality, speed, dependability, flexibility, and cost/price. Meanwhile the operation strategy's decision areas acquired from one of company profitability ratios' formulation are used as a pattern on operation strategy formulation. This profitability ratio is Return on Asset (ROA). These operation strategy decision areas are relating to capacity decision, nature and number of supply relationships, implementation of process technology, and development and organizations.
Results on this final assignment's operation strategy formulation are showing that in order to achieve targeted ROA by the Corporate Long-Term Planning (RJPP) and to fulfill the competitive performance objectives are summarized that Balikpapan Logistic Base should do operation strategies of: (1) capacity addition to warehouses or open yards including addition of heavy equipments and tools that complied with safety certificate, (2) having a partnership with many supporting contractors related to oil & gas explorations, (3) implementation of information technology system to create integration among functions in Logistic Base and between Logistic Base and their clients, (4) continual emphasizing on worker's competencies development through education and training programs, (5) implementation of Balanced Scorecard system in order to evaluate and control the implementation of these formulated operation strategies.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Edward
"Menjadi perusahaan kelas dunia adalah menjadi sebuah visi dari setiap organisasi. Untuk dapat mencapai perusahaan kelas dunia, setiap organisasi harus melakukan perbaikan terus-menerus secara sistematis dan terprogram dalam rencana kerja jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu metode perbaikan yang dapat digunakan adalah Sistem Manajemen Mutu Malcolm Baldrige National Quality Award (SMM MBNQA).
Kepemimpinan, perencanaan strategik, fokus pelanggan dan pasar adalah triad kepemimpinan pada SMM MBNQA. Ketiganya menekankan pentingnya kepemimpinan yang berfokus kepada strategi dan pelanggan. Oleh karena itu triad kepemimpinan memiliki fungsi penting dalam menentukan arah organisasi dan mencari peluang dimasa depan.

To be a world class company is a vision of every organization. In order to achieve world-class companies, each organization have to do continuous improvement in a systematic and programmed in the short-term work plan and long term. One method of improvement that can be used is the Quality Management System Malcolm Baldrige National Quality Award (QMS MBNQA).
Leadership, strategic planning, customer and market focus is the triad of leadership in the QMS MBNQA. All three stressed the importance of leadership that focus on strategy and customers. Therefore leadership triad has an important function in determining the direction of the organization and look for opportunities in the future.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51869
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
S. Bambang Pamudji; Del Ahmisar
"ABSTRAK
pertamina merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik
negara yang dipercayai untuk menyediakan kebutuhan pelumas
dalam negeri untuk itu disamping memproduksi sendiri juga
melaksanakan impor berbagai merek pelumas yang klasifikasinya
belum dapat dipenuhi. Dalam pengelolaan produk pelumas meng
gunakan anggaran yang terpisah dengan anggaran BBM, dalam hal
ini pertamina senantiasa dituntut di satu pihak melaksanakan
usaha secara profesional bussiness, namun di pihak lain juga
harus mengemban misi politis.
Produk pelumas dibagi menjadi 4 linï produk yakni pelu
mas Lokal, ABRI, Impor serta Penerbangan, dan dikemas baik
dalam drum maupun kaleng. Produk ini dipasarkan dengan meng
gunakan strategi pemasaran sebagai berikut :
1. Strategi harga
Harga jual merupakan keputusan pemerintah atas usulan
dari Pertamina. Penjualan kepada dealer dirangsang
dengan sistem rabat/bonus.
2. Strategi Distribusi
Dalam mendistribusikan produk digunakan 8 unit pema
saran yang tersebar diseluruh Indonesia. Dan setiap
unit tersebut didistribusikan ke cabang , agen maupun
dealer. Pendistrjbusjan ini perusahaan ditutt untuk
memenuhi kebutuhan procluk pelurnas ke seluruh wilayah
Indonesia tanpa keculai.
3. Strategi Promosi.
Berbagai peralatan yang digunakan untuk menunjang
strategi ini adalah Iklan, Sales promotion, Personal
selling, dan Publisjtas. Dan ke empat bauran pro
mosi tersebut pertamina lebih inemprioritaskan pada
sales promotion.
4. Strategi Produk
Produk pelumas diklasifikasikan menjadi 4 lini pro
duk, dan dilekatkan pula bauran produk yang meliputi
atribut, merek serta label.
Sehubungan dengan realisasi penjualan produk pelumas
merupakan turunan dan omset penjualan BEM yakni berkisar 1.5
hingga 2 prosen, naka besarnya anggaran biaya promosi Juga
banyak mengacu pada besarnya hasil penjualan kenaikan BBM.
Pada hal kenyataannya lajunya kenaikan penjualan produk
pelumas tidak sebanding dengan kenaikan realisasi penjualan
BBM. Berbagai skenanio yang menimbulkan kondisi tersebut
adalah efektivitas dan strategi pemasaran yang ada saat ini.
Guna mencapai target penjualan produk pelumas sesuai
dengan perencanaannya diperlukan berbagai penyempurnaan/
perbaikan atas implementasi strategi pemasaran tentang :
- Peninjauan ulang sistem rabat/bonus yang diperlakukan
saat ini.
- Perlu diadakan evaluasi yang kritis terhadap pengguna
an dana promo meliputi efektivitas komposisi
bauran promosi yang ada.
- Meningkatkan ketahanan daya saing (kompetisi) baik
dari segi mutu maupun effisiensi internal termasuk
memerangi kehadiran produk pelumas illegal.
Karena prospek akan pasar produk ini masih terbuka cukup
Lebar, selain harus menghadapi berbagai pasaing produk impor
yang diatas kertas lebih unggul dalam mutu produk, maka
strategi concentric diversification adalah jauh lebih tepat
sebagai pokok strategi induk perusahaan.
"
1993
T5337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welirangan, Hendrick
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2001
T40495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pertamina, 2006
650.7598 PER k I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hestty Perwitasarie
"Salah satu produk Petrokimia PERTAMINA yang dipasarkan di dalam negeri maupun untuk keperluan ekspor adalah Purified Therepthalic Acid (PTA). Purified Terephthalic Acid (PTA) adalah bahan baku industri Polyester Fiber (serat tekstil) dan Polyethylene Therepthalate (PET).
Di dalam negeri, semula PTA dihasilkan oleh kilang PERTAMINA Unit Pengolahan III Plaju, Palembang Sumatera Selatan sejak 1986. Namun saat ini sudah terdapat lima produsen PTA di dalam negeri. Supply produksi kelima perusahaan penghasil PTA tersebut mencapai 2,09 juta Mton/ tahun, sedangkan kebutuhan di dalam negeri hanya sekitar 1,4 juta Mton/tahun. Sehingga terjadi over supply sebanyak 0,69 juta Mton/tahun.
Selain dipasarkan di dalam negeri PTA tersebut juga dipasarkan ke luar negeri, khususnya China, karena China merupakan market PTA terbesar, yang konsumsinya mencapai 11.000.000 Mton/tahun. Sementara kemampuan supply-nya dari local production, masih berada dibawah angka tersebut. Sehingga untuk memenuhinya, China mengimpor dari negara lain, termasuk Indonesia. Namun, perkembangan terakhir, untuk mengantisipasi kebutuhan PTA yang begitu tinggi di China, China sendiri juga melakukan investasi untuk membangun pabrik-pabrik PTA.
China yang merupakan market ekspor PTA PERTAMINA terbesar, diperkirakan pada tahun 2004 akan mulai mengurangi supply PTA impor seiring dengan mulai beroperasinya plant-plant PTA baru di China dengan kapasitas yang cukup besar. Sehingga pada akhirnya pada tahun 2007 ekspor PTA ke China diperkirakan akan tertutup karena kebutuhan yang ada telah mampu dipenuhi oleh produksi lokal.
Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan demand PTA dari China, yang artinya juga penurunan market ekspor PTA PERTAMINA, pada tahun 2003 manajemen PERTAMINA mengeluarkan kebijakan untuk kembali mengelola pasar domestiknya sekaligus melakukan penetrasi ke pasar-pasar domestik. Untuk menindaklanjuti kebijakan manajemen, PERTAMINA kembali mengelola pasar dan melakukan penetrasi di pasar-pasar domestik. Pada tahun 2003 fungsi pemasaran PERTAMINA untuk produk Petrokimia gencar melakukan pendekatan kepada konsumen PTA PERTAMINA. Hasil yang diperoleh cukup nyata, pasar dalam negeri mengalami peningkatan. Konsumen PTA PERTAMINA yang semula hanya dua, kemudian meningkat menjadi enam konsumen.
Agar mampu bersaing tentu saja PERTAMINA membutuhkan strategi komunikasi pemasaran yang tepat dalam memasarkan produk PTA ini. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keberlakuan teori komunikasi pemasaran pada produk industri, dalam hal ini PTA PERTAMINA, guna menyusun rekomendasi yang dapat digunakan dalam mempertahankan loyalitas konsumen lama dan melakukan penetrasi guna memperluas pasar dalam negeri.
Kerangka konsep yang digunakan berhubungan dengan definisi dan lingkup strategi komunikasi pemasaran, khususnya pemasaran produk industri. Untuk mensistematika organisasi pemikiran dalam menyusun perencanaan komunikasi pemasaran penulis menggunakan model SOSTAC + 4M, yaitu model yang dapat digunakan untk mempertemukan kepentingan marketing planning dengan marketing communication.
Metode penelitian yang digunakan berupa kajian deskriptif-kualitatif, yang berusaha menggambarkan, memaparkan situasi dan kondisi, tetapi tidak mencari atau menjelaskan hubungan, juka bukan mengkaji hipotesis atau membuat prediksi. Pencarian data dilakukan melalui metode wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen serta data pendukung lainnya.
Temuan yang dihasilkan dari penelitian berupa deskripsi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PERTAMINA dalam memasarkan produk PTA PERTAMINA di pasar domestik. Seperti kegiatan personal selling, advertising, dan exhibition.
Strategi yang dilakukan PERTAMINA ini tidak banyak berbeda dengan perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Namun untuk dapat bertahan dalam lingkungan persaingan, tentu saja PERTAMINA harus iebih memperhatikan komponen-komponen komunikasi pemasaran lainnya, sebab untuk mencapai tujuan penetrasi di pasar dalam negeri yang telah mengalami persaingan cukup ketat, elemen-elemen strategi, taktik dan action pemasaran mutlak dikembangkan.

One oif PERTAMINA products on the market as well for export is purified Therepihalic Acid (PTA), Industrial Main Component For Polyester Fiber and Polyethylene Therepthalate (PET)
In Indonesia, PTA originally was produced by kilang PERTAMINA Unit Pengolahan III Plaju, Palembang Sumatera Selatan since 1986, but now there are five companies that can produce it. The total supply production for those five companies can reach 2,09 million Mton/year, while Indonesian market only need 1,4 million Mton/year, resulting in over supply as much as 0,69 million Mton/year.
Besides being used domestically, PTA is also being exported to many countries, especially to China, since they are the biggest market for PTA, which can consume up to 11 million Mton/year. With their ability to produce such number is still impossible, they have to rely on importing from other countries, such as Indonesia. However, in the recent development, China is trying to anticipate their high need of PTA by investing in the development of PTA factories.
China, as PT PERTAMINA biggest market, will reduce its PTA import supply starting on 2004 since they will start to operate their newly build PTA factories. The end of 2007 will close export of PTA to China closed since they would be able to fulfill their need from local production.
Headed for anticipating this, on 2003 PERTAMINA's management issued a new regulation to reuse their domestic market as well as penetrating new domestic market. On 2003, PERTAMINA's marketing function for Petrochemical product made a continuous approach to PTA consumer. The result was staggering, since domestic market had a positive increase from originally two consumers into six.
In order to make them competitive, PERTAMINA needs a precise communication strategic in marketing PTA product. Research was done in order to analyze the use of communication theory in marketing industrial product, in this case PERTAMINA's PTA, to build a recommendation which can be used to maintain customers loyalty and broaden domestic penetration.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
IG. Ngurah Askhara Danadiputra
"ABSTRAK
Dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi hingga saat ini, yang di mulai dengan
jatuhnya nilai tukar mata uang Rupiah pada pertengahan tahun 1997, menyebabkan
hancumya sebagian besar dunia usaha di Indonesia. Tidak terkecuali dampaknya terhadap
Pertamina sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan bakar
minyak dalam negeri, hal ini dikarenakan Indonesia masih mengimpor minyak mentah
dari luar negeri khususnya minyak yang berasal dari negara-negara Arab, yang
mempunyai kandungan gas buangan lebih rendah dan minyak yang dihasilkan oleh
Pertamina (Indonesia). Bahkan diprediksikan dalarn 10 tahun mendatang Indonesia akan
menjadi net importir untuk bahan bakar minyak dunia, hal ini disebabkan semakin
tipisnya cadangan sumur minyak yang ada di daerah-daerah.
Hal tersebut di atas mendesak Pertamina mencari alternatif energi lain untuk
menggantikan minyak bumi tersebut, baik untuk kebutuhan energi masyarakat maupun
sebagai penghasil devisa untuk negara. Cadangan gas bumi yang cukup besar di bumi
Indonesia mendorong Pertamina menekan investor asing untuk pendanaan eksplorasi gas
tersebut. Selain itu Pertamina juga harus bekerja sama dengan para kontraktor asing yang
memiliki teknologi eksplorasi yang canggih dan efisien, hal ini penting mengingat gas
yang diambil untuk bisa di jual ke luar negeri hanya efisien secara ekonomis
didistribusikan dengan pipa sepanjang maksimum 4000 kilometer, selebihnya harus
dicairkan melalui proses hidranisasi sehingga dapat diangkut dengan kapal tanker.
Eksplorasi gas ini sebenarnya sudah benlangsung dari awal 1980-an, hanya saja kapasitas
dan biaya yang dibutuhkan serta teknologi yang digunakan tidak sebesar sekarang.
Dalam hal mencari pembiayaan eksplorasi tersebut Pertamina terbentur kepada
beberapa hal terutama menyangkut ketentuan Undang-undang S tahun 1971 yang
mengatur Pertamina sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pengadaan dan
distribusi BBM di Indonesia. Salah satu diantaranya adalah retensi 5% yang diberikan
oleh Pemerintah untuk setiap hasil penjualan produk dari suatu proyek, hal ¡ni memaksa
Pertamina untuk mencari pembiayaan yang tidak melibatkan asset Pertamina sebagai
jaminan pembiayaan yang Iazimnya berlaku.
Dalam perkembangarinya, pembiayaan yang dipilih adalah pendanaan proyek
yang tidak melibatkan collateral tambahan untuk menjamin pembiayaan proyek.
Pendanaan ini sangat bergantung kepada kekuatan cash flow yang digunakan sebagai
pengembalian pinjaman dan bunga proyek. Penentuan skema pembiayaan juga
mempunvai peranan penting khususnya bagaimana mengatur arus kas yang digunakan
sebagai sumber pelunasan. Skema Trustee Borrowing Scheme sangat membantu
Pertamina sebagai kordinator/manajemen dalam pembiayaan eksplorasi gas Bontang
(Bontang LNG Reability Enhancement-BLRE).
Dari analisa yang dilakukan pada karya akhir ini disimpulkan bahwa proyek
BLRE yang memakan biaya USD 303 juta ini dan melibatkan para lender komersial
dunia, memberikan nilai tambah finansial yang rendah kepada Pertamina sebagai
penanggung jawab proyek BLRE ini. Dengan pendapatan hanya dari retensi Pemenintah
sebesar 5% dari total hasil penjualan gas tersebut maka Pertamina secara keseluruhan
tidak mendapatkan manfaat yang berarti. Hal ini ditambah dengan kenyataan bahwa
proyek ini tidak sepenuhnya full recourse, dalam artian hasil proyek (cash inflow)
membiayai semua kewajiban yang timbul akibat dari produksì proyek. Pertamina sebagai
sponsor harus bertanggung jawab bila terjadi penurunan harga yang dapat menyebabkan
terganggunya cash inflow proyek, di mana terlihat dari reserve account yang harus tetap
dijaga dengan nominal tertentu.
Dari beberapa kenyataan di atas dapat kita lihat bagaimana sebenarnya resiko
(biaya) yang ditanggung oleh Pertamina lebih besar bila dibandingkan dengan
pendapatan (retensi 5%) yang diterima. Sehingga perlu terobosan baru dalam skema
pembiayaan proyek BLRE ini.
Salah satu yang penting adalah bagairnana Pertamina merubah visi bisnis seperti
yang diterapkan saat ini, yang hanya menjadi kordinator dan manajemen proyek, menjadì
pemain yang lebih strategis sehingga mendapat nilai tambah secara nyata. Memposisikan
perusahaan menjadi intermediary antara produsen (PSC) dan pembeli luar negeri dapat
memberikan margin tambahan kepada Pertamina. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut, PSC sebagai produsen gas yang mempunyai komposisi bìaya at cost (semua
pendapatan dinyatakan dalam biaya produksì) menjual bahan baku gas tersebut kepada
Pertamina, yang kemudian oleh Pertamina diolah menjadi bahan setengah jadi (LNC3 atau
Petrochemical gas) dan baru dijual kepada pembeli luar negeri, sehingga dalam skema
besar tersebut resiko yang diterima oleh Pertamina seimbang dengan pendapatan yang
diperoleh.
Kelayakan proyek didukung dengan perhitungan serta analisa yang mencakup
kepada economic analysis, financial analysis dan analisa kualitatif yang memberikan
fakta perhitungan bahwa pendanaan proyek BLRE ini layak untuk dibiayai. Hal penting
lainnya adalah price sensitivitas yang dilakukan cukup ekstnim yaitu 40% dibawah harga
pasar, namun dengan perhitungan dengan formula harga yang telah disepakati, cash
inflow tetap dapat menjamin pembayaran kewajiban proyek. Selain itu juga dibahas
interest rate parity, yaitu menjelaskan alasan penggunaan sukubunga USD yang secara
kasar lebih besar dari pembiayaan mata uang kuat lainnya seperti Jepang Yen dan
Pounsterling.
Pada akhirnya tulisan ¡i i diharapkan membuka hal-hal yang dapat meningkatkan
nilai perusahaan Pertamina, terutama dalam hal pemutusan pembiayaan proyek-proyek
besar baik yang dilakukan oleh Pertamina maupun industri migas nasional pada
umumnya, Hal ini juga penting diketahui oleh institusi pembiayaan baik komersial seperti
bank umum, maupun institusi finansial iainnya, agar dapat lebih terbuka melihat
pembiayaan yang dilakukan Pertamina, dimana pengembalian proyek tidak melulu dan
adanya colateral tambahan dari perusahaan itu saja, namun mengetahui bahwa
pembiayaan dengan menggunakan project finance lebih menguntungkan dan cocok untuk
pembiayaan proyek pada saat krisis ini, khususnya dalam pembiayaan proyek energi.
"
2001
T1557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahrul Qamar
"Sarana pendukung dalam perdagangan internasional sebagai bagian dari globalisasi adalah transportasi angkutan laut yang merupakan sarana angkutan massal dengan kemampuan jarak yang jauh. Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terlibat dalam arus globalisasi harus mempunyai angkutan laut yang mampu bersaing dengan Negara lain. Untuk mendukung hal tersebut maka Pemerintah mengeluarkan undang-undang untuk menetapkan pelayaran Negara Indonesia menggunakan Asas Cabotage. Dengan Asas ini, perusahaan pelayaran di Negara Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang dengan memiliki kemampuan bersaing yang baik.
Sektor Minyak dan Gas di Indonesia membutuhkan jasa pengangkutan laut untuk mendukung proses bisnisnya. PT Pertamina Tongkang yang berada dalam sektor ini harus mempunyai strategi bisnis yang tepat dalam mengembangkan usahanya dan menjadi penguasa pangsa pasar di Indonesia. Dalam penetapan strategi pengembangan bisnis ini, PT Pertamina Tongkang harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu faktor eksternal yang terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan industri dan faktor internal perusahaan.
Faktor lingkungan umum yang berpengaruh terhadap industri jasa maritim sektor migas adalah demografi, ekonomi, hukum, sosial dan budaya, serta perkembangan teknologi. Sedangkan faktor lingkungan industri menggunakan pendekatan Five?s Forces oleh Michael E. Porter yaitu ancaman dari pesaing di dalam industri, ancaman pendatang baru potensial, ancaman produk subtitusi, kekuatan tawar menawar dari pembeli, dan kekuatan tawar menawar dari pemasok. Serta faktor internal perlu dianalisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari perusahaan. Faktor-faktor yang dianalisis yaitu kondisi pemasaran, kondisi sumber daya manusia, kondisi jasa dan operasi, serta kondisi keuangan Strategi pengembangan bisnis yang tepat akan didapatkan dari ketiga analisis diatas. Dengan menggunakan strategi generik, maka dapat dirumuskan bahwa PT Pertamina Tongkang dapat menggunakan strategi fokus.
Pengembangan dari strategi fokus PT Pertamina Tongkang maka bisa ditentukan cara untuk meraih peluang bisnis yang ada yaitu dengan meningkatkan publisitas jasanya terhadap para pelanggan yang ada maupun potensial, mencoba mengenalkan jasa yang ada saat ini kepada wilayah baru, serta meningkatkan fungsi Research and Development. Persiapan PT Pertamina Tongkang dalam terjun ke pasar global dilakukan dengan pendekatan analisa Grand Strategy Matrix. Dimana perusahaan berada dalam posisi kuadran kedua, yaitu dalam pertumbuhan pasar yang tinggi serta posisi kompetitif yang lemah.

Supporting Facilities in international trade as part of globalization is sea transportation, which are facilities for mass transportation with remote capability. Indonesia as an archipelagic country and involved in globalization has to have a good sea transportation which is can compete with other country. To support that, The Government issued regulation to regulate Indonesia?s Shipping with Principal of Cabotage. With Principal of Cabotage, shipping company should be able to use the opportunity with good ability to compete with other.
Oil and Gas Sector in Indonesia requires sea transportation services to support its business. PT Pertamina Tongkang who involved in this business has to have right business strategy to develop its business and to become a leader market in Indonesia. To decide or execute business strategy, PT Pertamina Tongkang has to concern some factors, external factors consist of general environment and industry environment, and internal factor is the company its self.
General Environment which is affected to maritime services in oil and gas sector is demography, economy, laws, social-culture, also technology development. For Industry Environment used Five?s Forces approach by Michael E. Porter, rivalry among competing firms in industry, threats from new potential new entrants, threats from subtitute product, bargaining power of buyers, and bargaining power of suppliers. Internal Factors need to be analyze are marketing conditions, human resources, services and operation condition also financial condition. Internal Factor need to be analyzed, to know the weakness and the strength of the company.
Right business strategy can be achieved from three analyses above. Using Generic Strategy can be formulated, that PT Pertamina Tongkang can use Focus Strategy. Development of Focus Strategy PT Pertamina Tongkang can be determined with how to achieve business opportunity that exist, such as increase publicity to the customers (potential costumers and customers who already exist), try to promote and explain the services in a new area, also increasing function of Research and Development. Preparation of PT Pertamina Tongkang in global market can be done by Grand Strategy Matrix analysis approach. The company position in second quadrant, it means high growth and in weak competitive completion.
"
2011
T29560
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>