Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182197 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Hans Sc Martogi
"Pengguna lensa kontak merupakan individu yang sangat rentan terhadap infeksi Achantamoeba spp.. Kerentanan ini dapat diperparah oleh tingkat perilaku yang kurang mengenai pemakaian lensa kontak, termasuk perawatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perilaku mengenai pemakaian lensa kontak dalam pencegahan infeksi Achantamoeba spp. di lingkungan mahasiswa FKUI ditinjau dari karakteristik mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada 107 mahasiswa tingkat I hingga tingkat III dengan teknik consecutive random sampling. Analisis Chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin dengan tingkat perilaku mahasiswa (p = 1,000) dan juga tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat perilaku mahasiswa (p = 0,128). Hasil ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak memiliki pengaruh yang cukup untuk meningkatkan perilaku responden. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui strategi yang efektif untuk meningkatkan perilaku tersebut.

Contact lens wearer is very susceptible to Achantamoeba spp. infection. This susceptibility is associated with level of compliance. The objective of this study is to describe the level of compliance among students of FKUI based on their gender and level of education. A questionnaire was introduced in which about 107 student 1st-3rd year contact lens wearers participated in this study through consecutive random sampling. Chi-square test was used to investigate the relationship between compliance and variables, like gender and level of education. Gender did not show any statistically significant difference in the level of compliance (p = 1,000). Level of education also did not show any statistically significant difference in the level of compliance (p = 0,128). This result showed that compliance couldn?t be improved by any kind of enhancement education. So, more research on contact lens compliance are still required to know the effective strategy to increase the level of compliance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Dwi Shanti
"Pemakaian lensa kontak akhir-akhir ini semakin marak terlihat dari tersedianya lensa kontak yang didapatkan bebas tanpa perlu adanya resep dokter. Hal ini bisa meningkatkan terjadinya infeksi mata terutama Acanthamoeba pada pengguna lensa kontak yang tidak mengetahui cara pemakaian dengan baik dan benar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran FKUI mengenai pencegahan infeksi Acanthamoeba pada pengguna lensa kontak dan hubungannya dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Metode penelitian ini menggunakan cross sectional melalui penyebaran kuesioner. Hasilnya adalah responden dengan tingkat pengetahuan baik 41,24%, cukup 29,89%, dan kurang 28,87%. Dengan uji chi-square hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan (p=0,036) dan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan (p=0,009). Oleh karena adanya hubungan yang signifikan secara statistik diantara kedua variabel ini maka perlu adanya edukasi lebih lanjut mengenai pengetahuan pemakaian lensa kontak sehingga diharapkan infeksi Acanthamoeba dapat dicegah.

Nowdays, there is a trend of using contact lenses. Contact lenses are available everywhere and can be obtained without prescription. This condition can increase the incidence of eye infections, particularly Acanthamoeba on contact lenses users who don't know how to use it properly. Therefore, this reseacrh aim to know about the knowledge level of FKUI student about prevention of Acanthmoeba Infection on contact lenses user and that relation with gender and education. This study uses cross-sectional design with questionaire. The result of this study is that the precentage of respondent with high knowledge level is 41,24%, moderate knowledge level is 29,9% and low knowledge level is 28,87%. Chi-square analysis shows that there is a relation between gender and knowledge level (p=0,036. There is also a significant relation between education and knowledge level (p=0,009). This relation suggests the need of further education about knowledge on how to use contact lenses to prevent Acanthamoeba infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinand Wahyudi
"Penelitian yang diadakan di Malaysia pada tahun 2001dan beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukan penggunaan lensa kontak merupakan faktor risiko utama Acanthamoeba Keratitis (AK). Pengetahuan dan penelitian tentang faktor risiko AK pada pengguna lensa kontak di Indonesia masih sedikit dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai faktor risiko AK pada pengguna lensa kontak dan karakteristik mahasiswa FKUI yang mempengaruhinya. Pengumpulan data berdasarkan kuesioner pada 106 mahasiswa FKUI tingkat I, II, dan III yang dipilih secara nonprobability sampling. Karakteristik mahasiswa yang diteliti adalah jenis kelamin dan tingkat pendidikan mahasiswa. Pengetahuan yang diteliti ialah faktor risiko AK. Analisis Univariate menunjukkan 52,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 2,1% memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 45,3% memiliki tingkat pengetahuan kurang. Analisis bivariate menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin (p=0,964) dengan tingkat pengetahuan faktor risiko AK dan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan mahasiswa (p=0,03) dengan tingkat pengetahuan faktor risiko AK. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pengetahuan dan mengakses informasi mengenai kesehatan mata karena pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan individu memiliki informasi, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan kognitif yang lebih baik untuk mengakses informasi mengenai kesehatan mata.

Study conducted in Malaysia in 2001 and studies in the United States show the use of contact lens is a major risk factor for Acanthamoeba keratitis (AK). Knowledge about risk factor for Acanthamoeba keratitis in contact lens users in Indonesia is still low and little research is done. The purpose of this study is to assess the relationship between the knowledge level regarding risk factor for Acanthamoeba keratitis in contact lens users andits relation to student characteristics in Faculty Medicine of University Indonesia (FMUI). A questionnaire-based survey was carried out with 106 students, selected by nonprobability sampling from first, second and third grade students in FMUI. Student characteristics studied were gender and education level in FMUI. Questions regarding knowledge on Acanthamoeba keratitis were risk factor. Univariate analysis showed 52.6% of respondents had high knowledge level, 2.1% had a moderate level of knowledge, and 45.3% had low knowledge levels. Bivariate analysis showed that there was no significant relation between sex (p = 0.964) with the knowledge levelregarding risk factors for Acanthamoeba Keratitis and there is a significant relation between the education level of students (p = 0.03) with the knowledge level regarding risk factors for Acanthamoeba keratitis. The results show that both man and women have equal opportunity to acquire the knowledge and information about eye health. Whereas with higher levels of education, individuals have critical thingking skills and better cognitive to obtain information about eye health.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haloho, Andreas S
"Acanthamoeba dikenal sebagai organisme penginfeksi baru yang mulai banyak mendapatkan perhatian dalam dunia kedokteran. Organisme ini merupakan sejenis parasit yang diketahui cukup sering menginfeksi pengguna lensa kontak dan bermanifestasi di mata sebagai Acanthamoeba Keratitis (AK). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran mengenai etiologi dan patofisiologi infeksi yang dapat ditimbulkan oleh Acanthamoeba. Responden adalah mahasiswa kedokteran FKUI tingkat I, II, dan III yang menggunakan lensa kontak. Tingkat pengetahuan responden dinilai berdasarkan jawaban mereka terhadap kuesioner penelitian yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan realibilitas. Hasil penelitian menunjukkan 18,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 41,2% cukup, dan 40,2% kurang. Analisis data menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden (chi square, p=0,902; p>0,05), namun tingkat pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat pengetahuan (chi square, p=0,000; p<0,05). Faktor yang mempengaruhi hasil ini adalah tidak ditemukannya diskriminasi gender pada responden dan sistem kurikulum yang membuat responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik.

Acanthamoeba is known as the new infectious agent which begin to get much more attention in medicine. This organism is a kind of parasite which is known to infect the contact lens user frequently and has manifestation in the eyes as Acanthamoeba Keratitis (AK). The aim of this research is to get the information about the medicine students? level of knowledge about the etiology and pathophysiology of Acanthamoeba Infection. Respondents is the students in first, second, and third degree in FMUI who use the contact lens. The level of knowledge is measured based on the the answers of the respondents to the questionnaire which has been done validation and realibility testing. The results show 18,6% respondents have the good level of knowledge, 41,2% fair, and 40,2% poor. After these data have been analyzed, we got the conclusion that the gender has no differences to the level of knowledge (chi-square, p=0,902; p>0,05), but the level of education is proven to influence the level of knowledge (chi square, p=0,000; p<0,05). These results are caused by no gender discrimination between respondents and the curriculum which makes the higher degree respondents have the better level of knowledge.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Hayyin
"Infeksi HPV merupakan penyebab penyakit menular seksual terbanyak. Meskipun HPV sering dikaitkan dengan perempuan dan kanker serviks, data menunjukkan insiden yang tinggi pada kalangan pria dan perempuan. Tetapi, kesadaran mengenai infeksi dan vaksinasi HPV masih rendah pada kalangan pria. Mahasiswa kedokteran sejak tahap preklinik memiliki peran dalam manajemen HPV masa mendatang. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa preklinik laki-laki terkait infeksi dan vaksinasi HPV. Studi potong lintang ini meneliti mahasiswa preklinik laki-laki di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Subjek diberikan kuesioner daring tentang pengetahuan dan perilaku terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Kemudian, dilakukan uji statistik chi-square untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa laki-laki preklinik FKUI terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Terdapat 120 mahasiswa FKUI tingkat 1, 2, dan 3 yang terlibat dalam studi ini. Sebanyak 90,8% sampel memiliki pengetahuan baik mengenai infeksi dan vaksinasi HPV, sedangkan 38% sampel menunjukkan perilaku tepat terkait vaksinasi HPV. Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0,05) antara tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswa FKUI preklinik mengenai infeksi serta vaksinasi HPV. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan dan perilaku tersebut.

HPV infection is the leading cause of sexually transmitted diseases. While HPV is often associated with women and cervical cancer, data show a high incidence among men and women. However, awareness about HPV remains low among men. Medical students in the pre-clinical phase play a critical role in the future management of HPV. This study explores the relationship between knowledge and practice among male pre-clinical students concerning HPV infection and vaccination. This cross-sectional study examined male pre-clinical students from Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Subjects were given an online questionnaire regarding their knowledge and practice towards HPV infection and vaccination. The chi-square statistical test was used to determine the correlation between knowledge and practice of male pre-clinical students at FKUI regarding HPV infection and vaccination. A total of 120 students from FKUI in first, second, and third year participated in this study. 90.8% of the sample showed good knowledge about HPV infection and vaccination, while 38% exhibited appropriate practice regarding HPV vaccination. Bivariate analysis indicated no significant correlation (p>0.05) between the knowledge and practice of pre-clinical students at FKUI regarding HPV infection and vaccination. However, further research is needed to explore the relationship between knowledge and practice on this topic."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervandy Rangganata
"ABSTRACT
Skabies merupakan penyakit kulit menular akibat infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varian hominis. Skabies biasanya menginfeksi lingkungan padat penduduktingkat sosial ekonomi dan hygiene rendah, contohnya pesantren. Prevalensi skabies di pesantren di Jakarta tergolong tinggi (78,7%). Gejala skabies dalam tahap lanjut dapat mengganggu kegiatan belajar santri. Tingkat pengetahuan yang baik mengenai pencegahan skabies diharapkan dapat mengubah pola, sikap, dan perilaku santri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai pencegahan skabies dan hubungannya dengan karakteristik demografi santri meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi, dan sumber informasi yang paling berkesan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan desain penelitian studi potong lintang. Santri diberikan kuesioner mengenai sebaran karakteristik demografi mereka dan pengetahuan mengenai pencegahan skabies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa santri yang berpengetahuan baik sebanyak 9,29%, sedang sebanyak 8,57%, dan kurang mencapai 82,14%. Pada uji chi-square didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) antara tingkat pengetahuan mengenai pencegahan skabies dengan usia (p=0,181), jenis kelamin (p=0,605), tingkat pendidikan (p=0,186), dan sumber informasi yang paling berkesan (p=0,697). Uji Kolmogorov-Smirnov memberikan hasil bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) antara tingkat pengetahuan dengan jumlah sumber informasi (p=0,999).Santri tinggal dalam ligkungan yang sama dan belajar di tempat yang sama pula. Hal tersebut dapat menyebabkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies dengan karakteristik demografi santri yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi, dan sumber informasi yang paling berkesan.

ABSTRACT
Scabies is a contagious skin disease which is caused by Sarcoptes scabiei mite. Scabies usually infects lower socio-economics group with dense population and people who live in environment with poor hygiene, such as boarding school. Scabies prevalence at boarding school in Jakarta remains high (78,7%). The symptoms occured bother students? learning activities. Good knowledge about scabies prevention may change the behavior of the students. This research aims to know knowledge level of scabies prevention among boarding students and its association to their demographic characteristics in order to be used as a reference for health promotion. Regarding the goals of this research, this research used cross-sectional study by giving a questionnaire consisting demographic characteristics and questions about scabies prevention to the students.This research shows that the percentage of students who have good knowledge about scabies prevention is 9,29%, while the fair is 8,57% and poor reaches 82,14%. Using chi-square analysis, it is known that there is no significant association (p>0,05) between knowledge level of scabies prevention with age (p=0,181), gender (p=0,605), educational level (p=0,186), and the most memorable information source (p=0,697). Kolmogorov-Smirnov analysis shows that there is no significant association (p>0,05) between knowledge level with number of information sources gotten (p=0,999). Students live in the same environment and learn in the same place. It may cause there is no significant association between knowledge level of scabies prevention among boarding school students with their demographic characteristics including age, gender, educational level, number of information sources, and the most memorable information source.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petra Astrid Natalia
"Latar Belakang: Infeksi Human Papillomavirus (HPV) merupakan salah satu infeksi virus paling umum pada manusia. Virus ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Untuk itu, tindakan pencegahan seperti vaksinasi HPV diperlukan. Namun, pengetahuan masyarakat terkait HPV masih perlu ditingkatkan. Mahasiswa kedokteran sebagai calon pelayan kesehatan diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kesadaran masyarakat terkait HPV. Sehingga, pada studi ini dieksplorasi hubungan antara pengetahuan dengan sikap mahasiswa preklinik laki-laki FKUI terhadai infeksi dan vaksinasi HPV. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Penelitian menggunakan instrumen kuesioner yang kemudian diolah menggunakan uji statistik chi-square untuk menilai hubungan antara pengetahuan dengan sikap mahasiswa laki-laki preklinik FKUI terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Hasil: Subjek penelitian memiliki pengetahuan yang baik tentang infeksi HPV (90%) dan vaksinasi HPV (77,5%). Mayoritas juga memiliki sikap positif terhadap infeksi HPV (89,2%) dan vaksinasi HPV (86,7%). Analisis bivariat antara pengetahuan dan sikap terhadap infeksi dan vaksinasi HPV menunjukkan tidak ada korelasi signifikan antara keduanya (p>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap mahasiswa preklinik laki-laki FKUI terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi pengetahuan dan sikap tersebut.

Introduction: Human Papillomavirus (HPV) infection is one of the most common viral infections in humans. This virus can lead to various health issues. Therefore, preventive actions like HPV vaccination are crucial. However, public knowledge regarding HPV still needs improvement. Medical students, as future healthcare providers, are expected to contribute to raising awareness about HPV. Hence, this study aims to explore the relationship between knowledge and attitudes of pre-clinical male medical students at FMUI towards HPV infection and vaccination. Method: This study employs a descriptive-analytical approach with a cross-sectional design. Data was collected using a questionnaire and analyzed using the chi-square test to assess the association between knowledge and attitudes of pre-clinical male FMUI students towards HPV infection and vaccination. Results: The research subjects demonstrated good knowledge about HPV infection (90%) and HPV vaccination (77.5%). The majority also exhibited positive attitudes towards HPV infection (89.2%) and HPV vaccination (86.7%). Bivariate analysis on knowledge and attitudes towards HPV infection and vaccination showed no significant correlation between the two (p>0.05). Conclusion: There is no significant relationship between knowledge and attitudes of pre-clinical male FMUI students towards HPV infection and vaccination. Further research is needed to understand the influencing factors on knowledge and attitudes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiah Ardiani
"ABSTRAK
Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan pada zaman
modern ini mengalami banyak kemajuan, salah satu bentuk kemajuan tersebut
adalah alternatif koreksi refraksi pada mata, yaitu lensa kontak. Penggunaan lensa
kontak mengalami pergeseran, tidak lagi digunakan untuk alasan medis namun
untuk alasan estetika. Karakteristik mahasiswa pada tahap perkembangan remaja
akhir terkait dengan kondisi fisik mempengaruhi beberapa komponen konsep diri
pada diri individu, khusunya harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
hubungan frekuensi penggunaan lensa kontak dengan harga diri mahasiswa UI
fakultas rumpun ilmu sosial dan humaniora. Desain penelitian: deskriptifkorelatif,
terdapat dua variabel, variabel independen yaitu penggunaan lensa
kontak dan variabel dependen yaitu harga diri mahasiswa UI. Besar sampel
sebanyak 125 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner harga diri
dari Coopersmith yaitu Self Esteem Inventory (SEI). Terdapat hubungan antara
frekuensi penggunaan lensa kontak harian dengan harga diri responden, P value <
α, 0,004 dengan kekuatan hubungan (Odd Ratio) 3,151.

ABSTRACT
The development of science, especially in the field of health in modern times were
much improved, one form of progress is the emergence of alternative refractive
correction of the eye, the contact lens. The use of contact lenses has undergone
several shifts, especially for aesthetic reasons. The characteristic of the student on
the final stages of adolescent development related to the physical condition can
affect multiple components of self-concept that lies within the individual,
especially self-esteem. This research aims to look at the correlation with the
frequency of contact lenses wear with students’ self-esteem in faculty of social
sciences and humanities cluster, University of Indonesia. The design uses a
descriptive-correlative, There are two variables, the independent variable is the
use of contact lenses and the dependent variable is the self-esteem of UI students.
Sample consists of 125 respondents. The instrument used is an questionnaire of
self-esteem, Coopersmith Self Esteem Inventory Questionnaire (SEI). There is a
correlation between the frequency of contact lenses daily wear with self-esteem
respondents, P value < α, 0.004 with the strength of significance (Odds Ratio)
3.151."
[Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, ], 2014
S57023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Notario Besri
"Studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Prevalensi perokok Indonesia cukup besar, 34,2% untuk perokok usia lebih dari 15 tahun dan 32,8% dari total perokok berusia 20 ? 24 tahun. Penelitian bertujuan untuk mencari hubungan antara tingkat depresi dan kebiasaan merokok pada kelompok umur mahasiswa yang rentan mengalami depresi. Desain penelitian cross-sectional dengan sampel 97 mahasiswa Universitas Indonesia dengan cara convenient sampling. Tingkat depresi ditentukan dengan kuisioner Beck Depression Inventory. Tingkat kebiasaan merokok ditentukan dari rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi per hari.
Hasil didapatkan 38,1% dari total responden responden perokok ringan, 40,2% perokok sedang, dan 21,6% perokok berat. Prevalensi depresi 21,6%, di antaranya 17,5% dari total responden mengalami depresi ringan, 3,1% mengalami depresi sedang hingga berat, dan 1% mengalami depresi berat.
Pada uji chi-square, didapatkan nilai p = 0,608 (CI 95%), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara depresi dan tingkat kebiasaan merokok pada mahasiswa. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian serupa yang menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan random sampling, penggunaan metode lain untuk menentukan tingkat depresi dan kebiasaan merokok, dan penggalian faktor lain yang dapat memicu terjadinya depresi.

Study shown that there is a relationship of depression and smoking habit. Indonesia has high prevalence of smokers, 34.2% among > 15 years old smokers and 32.8% of them are 20 ? 24 years old. This research aim to find relationship between level of depression and smoking habit among college students. It is cross-sectional study and the samples are 97 college students of University of Indonesia by convenient sampling. Level of depression is measured by Beck Depression Inventory questionnaire and smoking habit is measured by average of cigarrettes consumed daily.
The results are 38.1% of total respondents are light smokers, 40.2% are moderate smokers, and 21.6% are heavy smokers. Prevalence of depression is 21.6%, of whom 17.5% of total respondents have a mild-moderate depression, 3.1% have a moderate-severe depression, and 1% has severe depression.
By Chi-square analysis, p value is 0.608 (CI 95%) and it is concluded that there is no relationship between depression and smoking habit among college students. Similar researches show that there is a relationship of depression and smoking habit. Further research needs to be conducted by random sampling, using other methods to determine level of depression and smoking habit, and seeking other factors causing depression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komariah
"Karies gigi pada anak merupakan masalah kesehatan penting yang diderita lebih dari 89,16% anak Indonesia.Tingginya konsumsi makanan manis dan rendahnya kebiasaan menyikat gigi pada anak meningkatkan resiko terjadinya karies. Pada periode gigi campur (7-11 tahun) tetiadi peningkatan karies gigi. Karies daiam rongga mulut memberikan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme tennasuk Candida. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keragaman spesies dan jumlah koloni Candida da1am rongga mulut anak non karies dan karies pada usia 7-11 tahun. Untuk mengetahui hal tersebut telah dikumpulkan 112 sampel kumuran.Penentuan derajat karies dilakukan berdasarkan criteria WHO. Penentuan jumlah koloni dan keragaman spesies Candida dilakukan dengan menanam sampel pada agar sabouraud deslctrosa. agar kromogenik, agar staib, agar tajin dan uji asimilasi. Prevalensi karies penelitian ini sebesar 84,8 %, tetdiri atas karies ringan (41,1%), karles sedang (33,9%) dan karies berat (9 8%}, sisanya 15.2 % tanpa kartes. Selanjutnya, didapatkan prevalensi Candida dalam rongga mulut adalah 68,7%. Keragaman Candida pada anak non karies dan dengan karies didominasi oleh Candida albicans, diikuti Candida non C.albicans. Antara keragaman spesies dengan derajat karies tidak terdapat hubungan bennakaa (p?:0,05). Semakin tinggi derajat karies jumlah koloni Candida yang tllmbuh semakin banyak (p.::£0,05) namun jumlah koloni Candida menurun seiring dengan pertambahan usia (p:S0,05).

Dental caries in children is a major public health problem. The prevalence of caries among children in Indonesia is around 89,16 %. The high preva1ence of caries is related to the high consumption of sugar and low prevalence of tooth brushing habit. The high prevalence of caries is also related with mixed dentistry period (7-11 years old). Dental caries accommodates the life of microorganisms including Candida. The aim of this study is to know the species variety of Candida in the oral cavity of children with caries and non caries in mixed dentistry period. Oral rinse from 112 children was collected and the type of caries was done based on WHO criteria. The species and its variety. colony forming unit, were detennined by plating the sampJes on Sabouraud dextrose agar and chromogenic media. The identification until species level was conducted by chromogenic media, and in continue with staib agar. rice cream-tween 80 and assimilation test {API AUX Bio Merieux: Prancis) if any doubtful result. The prevalence of caries in study is 84,8 o/o, consisted of light caries (41,1%), moderate caries (33,9%) and severe is 9,8%, while 15,2 % without caries. Moreover. the prevalence of Candida in the oral cavity is 68,7%.and the species identified mostly Candida albicans both in children with and without caries., followed by Candida non C. albicans. The relation between the variety of Candida species and the type of caries is not statistically significant (p?:0,05). The severe the caries the higher colony forming unit (p .05), but decreasing in older children of more than I0 years old (p,05)."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T29143
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>