Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179432 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vania Dwi Amanda Surya
"Hubungan antara ruang dan manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari kebiasaan dan tradisi yang dimiliki oleh manusia tersebut. Salah satu kegiatan yang merupakan kebiasaan dan bagian dari tradisi adalah kegiatan makan. Karena makan tidak hanya sebagai kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup saja tetapi juga tedapat tata cara dengan adat istiadat di dalamnya. Skripsi ini membahas tentang tradisi kegiatan makan pada masyarakat tradisional di perkotaan khususnya suku Minangkabau dan apakah pengaruhnya terhadap ruang hunian serta sebaliknya. Metode yang dilakukan adalah metode komparatif dengan membandingkan kegiatan makan masyarakat asli tradisional Minangkabau dan masyarakat Minangkabau di perkotaan. Ruang kegiatan makan yang telah terdefenisi pada hunian masyarakat tradisional di perkotaan mempengaruhi proses tradisi kegiatan makan yang terjadi.

In doing their activities, humans and space are inseparable elements. Then, space and human activities are very much affected by human?s habits and traditions. One of the habits is eating. Eating is not only as a subsistence activity but also a customs with procedures in it. This thesis discusses the effect of traditional eating activity of people who live in urban areas, especially The Minangnese, on space occupancy. The method used is a comparative method, by comparing the tradition of eating activities on indigenous Minangnese and urban people of Minangkabau. The space used for eating activities, which has been defined in the house of traditional people in urban areas, affects the tradition of eating activity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aghnia Marsha Amanda
"Saat ini, berbelanja merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat perkotaan. Perubahan gaya hidup turut menuntun perubahan ruang kota sebagai tempat kegiatan konsumsi. Seiring berjalannya waktu, kegiatan berbelanja tidak lagi hanya mengenai pencarian komoditas dan pelayanan, melainkan kebutuhan akan pengalaman berbelanja. Pengalaman ini didapatkan melalui placemaking, yang merupakan suatu proses penciptaan place yang baik berdasarkan kebutuhan manusia. Terjadinya placemaking dapat memicu hadirnya identitas tempat dan attachment yang dirasakan pengguna ruang. Kedua hal inilah yang nantinya berpengaruh dalam munculnya sense of place.

Nowadays, shopping has become an inseparable part of urban society. A change of lifestyle has occurred transformation in urban spaces as a place for consumption. As time goes by, shopping is not only about commodity and service, but also the need of shopping experience. Experiences are explored through placemaking, which is a process of creating a place based on human needs. Placemaking could also lead to the emergence of place identity and attachment of people’s experiences. These two factors are later affect in creating sense of place.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S59986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yevita Nurti
"Sebagian ahli antropologi percaya bahwa budaya makan dan selera, yang telah menjadi kebiasaan makan sekelompok masyarakat, sangat sulit berubah, karena merupakan gagasan-gagasan dan tingkahlaku terpola yang telah dipelajari dan ditanamkan oleh para warga suatu masyarakat sejak dini, sejak manusia mengenal makanannya. Linton (1984) menyebutnya sebagai covert culture, yang merupakan inti dari kebudayaan yang sulit berubah dan sulit digantikan oleh unsur-unsur asing. Masuknya catering dalam acara baralek di kota Padang, sebagai agen perubahan, telah menyebabkan terjadinya perubahan makan pada orang Minangkabau. Perubahan tampak dalam hal jenis-jenis makanan yang disajikan (dari homogen ke heterogen atau diversifikasi), tatacara penyajian, cara mempersiapkan makanan dari komunal menjadi individual, ekonomi uang menjadi sangat penting dalam menentukan pilihan makanan, serta pilihan makanan tidak lagi mengacu kepada adat istiadat semata namun menjadi sesuatu yang dinegosiasikan.
Penelitian ini berusaha memahami proses terjadinya perubahan makan dalam acara baralek orang Minangkabau tersebut dan memahami bagaimana selera itu dikonstruksi secara sosial. Untuk memahami proses terjadinya perubahan budaya makan dan selera ini dilakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebetulnya budaya makan dan selera bukanlah sesuatu yang statis, alamiah dan sulit berubah, melainkan suatu proses dinamis dan produk konstruksi sosial, yang dipengaruhi oleh berbagai kekuatan dalam masyarakat. Perubahan nilai, nilai solidaritas dan nilai lamak (enak), cenderung terjadi pada generasi muda, karena disebabkan oleh maraknya industri makanan dan kreatifitas ahli masak catering yang cenderung mencari dan memodifikasi makananmakanan dari luar Minangkabau.
Akibat teoritis dari penelitian ini adalah bahwa apa yang dikatakan antara lain, oleh : Linton (1984), Foster & Anderson (1988:315), Sanjur (1982:286), Kardjati, Kusin dan With (1977), Saptandari (2004:3), bahwa budaya makan merupakan salah satu inti kebudayaan yang sulit berubah tidak selalu benar. Perubahan budaya makan ini setidaknya memperlihatkan bahwa manusia sebagai subjek harus dilihat sebagai pelaku yang aktif dan kreatif, yang mampu mengubah lingkungannya berdasarkan kebutuhannya.

Some anthropologists believe that the culture of eating and taste, which has become a habit of eating a bunch of people, it is very difficult to change, because it is the ideas and patterned behavior that has been studied and invested by the citizens of a society from an early age, since man knows his food. Linton (1984) referred to it as a covert culture, which is the essence of culture is difficult to change and difficult to replace by foreign elements. Inclusion in event catering Baralek in Padang, as agents of change, has led to a change in eating the Minangkabau people. Changes seen in terms of the types of food served (from homogeneous to heterogeneous or diversification), presenting the procedures, how to prepare food from communal to individual, economic, money is very important in determining the choice of food, and the food choices are no longer refers solely to the customs however be something negotiated.
This study attempts to understand the process of change the culture of eating in the event Baralek the Minangkabau people and understand how it tastes is socially constructed. To understand the process of cultural change in eating and appetite research was conducted using qualitative methods of data collection techniques participation observation and deep interviews. The results showed that the culture actually eat and taste is not something static, natural and very difficult to change, but rather a dynamic process and product of social construction, which is influenced by various forces in society. Changes in value, the value of solidarity and values lamak (delicious), tends to occur in young people, because it is caused by the rise of the food industry and catering creative cooks who tend to search for and modify foods from outside the Minangkabau.
Theoretical result of this research is that what is said Linton (1984), Foster & Anderson (1988:315), Sanjur (1982:286), Kardjati, Kusin & With (1977), Saptandari (2004:3), that the culture of eating is one of the hard core of culture change is not always true. Change the culture of eating this at least shows that the human being as a subject should be seen as an active and creative actors, who are able to change their environment based on their needs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D1483
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Syifa Khairunissa
"Kegiatan makan bersama yang dilakukan berulang secara turun temurun akan menjadi sebuah tradisi. Tradisi memiliki nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi. Salah satu tradisi makan dalam Adat Sunda yaitu ngariung memiliki performa kegiatan makan. Makanan menjadi medium dalam food performance pada ngariung. Dalam kegiatan makan terbentuk hubungan interaksi antar-individu karena adanya pengaruh dari pembentuk kegiatan makan tersebut. Food performance ngariung yang membentuk ruang yang mewadahi tampilnya karakter masing-masing pelaku sehingga food performance merupakan sebuah pendekatan dalam melihat bagaimana ruang yang terbentuk. Proses terbentuknya ruang saat terjadinya kegiatan makan menjadi sebuah interioritas. Interioritas tersebut menciptakan sebuah karakter spasial dalam tatanan Adat Sunda yang mempengaruhi ruang makan.

Eating tradition that people do repeatedly in collective from generation to generation will become a tradition. Ngariung is one of eating tradition of Sundanese that has an performance. Food become a medium in food performance of ngariung. Eating tradition establish an interaction relationship between individual because of their forming food activities. Space that formed from food performance become a space that accommodate a perform which can release a character of the user. Food performance as an approach to see how the space establish. The forming process of space as an interiority that formed. Interiority create a spatial character in order of Sundanese tradition that affects the eating space of ngariung.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlinda Fitria
"Penelitian ini akan mengkaji mengenai fenomena makan di restoran yang saat ini telah menjadi sebuah gaya hidup baru disebut sebagai makan cantik. Kegiatan tersebut sedang tren dilakukan anak muda khususnya yang tinggal di perkotaan seperti Jakarta. Makan cantik dilakukan dalam rangka untuk memberitahukan kegiatannya kepada orang melalui social media. Makan cantik merupakan simulasi yang sengaja dibentuk untuk menampilkan image tertentu, karena hal tersebut dianggap dapat merepresentasikan masyarakat kelas atas. Di balik makan cantik yang di unggah di social media, ternyata hal tersebut berlainan dengan kondisi yang nyata. Sehingga dapat dikatakan bahwa telah terjadi pengaburan kelas dimana tidak adanya kejelasan dari status kelas yang dimunculkan di social media. Social media saat ini tidak lagi menampilkan realitas yang sebenarnya, namun menampilkan hiperrealitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk melihat dan menggambarkan makan cantik sebagai sebuah hiperealita pada social media yang dibentuk melalui simulasi.
This study reviews the phenomenon of eating in restaurants that recently came out as a new lifestyle known as "makan cantik" (aesthetic eating). This lifestyle is currently trending among young people, especially those in the urban areas such as Jakarta. Makan cantik is done with an intention of broadcasting the activity through social media. Makan cantik is a simulation that is intentionally constructed to present certain image, such that represents the upper class society. Beneath what's been presented in social media, there is a contrasting condition of real life. Therefore, it can be said that there is no clarity of class status on social media, for social media nowadays is no longer presenting the reality, but instead the hyperreality. This study uses qualitative methods to observe and describe makan cantik as a hyperreality on social media, constructed through simulation"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Revianti Oksinta
"Remaja mempunyai kecenderungan untuk berkumpul dengan kelompoknya dalam mengisi waktu luang mereka. Kelompok remaja yang berkegiatan di kota memiliki tujuan untuk bertemu dengan kelompok remaja lainnya serta masyarakat luas sehingga mereka dapat menunjukkan identitas mereka bersama kelompoknya sekaligus belajar dari masyarakat kota itu sendiri. Kegiatan berkumpul yang dilakukan pada suatu ruang publik kota ini disebut sebagai kegiatan hang out. Umumnya kegiatan hang out ini dilakukan dengan disertai pengekspresian semangat dan ciri budaya populer melalui kegiatan atau ciri yang ditampilkan oleh mereka.
Ruang publik kota yang digunakan dalam melakukan kegiatan hang out mempunyai karakteristik tertentu yang berhubungan dengan kondisi fisik, psikologis dan sosial mereka sebagai remaja. Karakteristik tersebut bisa diklasifikasikan berdasarkan empat aspek, yaitu: aspek ukuran, batas, aksesibilitas dan lokasi, serta dimensi kegiatan. Sebagai studi kasus dilakukan survey untuk menelusuri kondisi pemanfaatan ruang publik terbuka oleh remaja pada tiga ruang publik terbuka di Jakarta, sebagai salah satu kota besar di Indonesia, yaitu ruang luar GOR Bulungan, Taman Situ Lembang dan Taman Surapati.
Berdasarkan hasil survey dan analisis, ketiga tempat tersebut memiliki karakter serta kondisi pemanfaatan yang berbeda satu sama lain. GOR Bulungan merupakan contoh dari ruang publik yang bisa memfasilitasi remaja dalam berkegiatan hang out sekaligus mengekspresikan budaya populer mereka dalam berbagai aktivitas terutama olahraga dan seni sehingga kondisi pemanfaatannya oleh remaja pun bisa dikatakan bervariasi. Sedangkan pada Taman Surapati, sesuai dengan sifatnya sebagai one dimensional space, sangat sedikit dikunjungi. Kondisi yang bertentangan terlihat pada Taman Situ Lembang sebagai one dimensional space yang tidak sesuai dengan karakteristik ruang publik bagi remaja, tetapi justru pada kenyataannya tempat ini ramai dikunjungi oleh kelompok-kelompok remaja.
Dari kondisi yang terjadi pada beberapa ruang publik di Jakarta sehubungan dengan pemanfaatannya oleh remaja, dapat disimpulkan bahwa tidak semua karakteristik dari suatu ruang publik kota bagi remaja mutlak harus dipenuhi supaya menjadi area publik yang ramai oleh remaja.

Teenagers have tendency to crowd around their peer groups during their leisure time. Groups of teenagers who crowd in the city have purpose to meet other peer groups and wide society so they can show their group identity and also learn from the society itself. This kind of gathering activity takes place in the city public space and is called hang out. Generally, in this hang out activity, teenagers do not only gathered, but also express themselves by doing the activity and showing the feature of popular culture.
The city public space that is used by teenagers has several characteristics due to the teenager's physical, psychological and social condition. As a case study, surveys are done to three public spaces in the city of Jakarta, which are outdoor space of GOR Bulungan, Taman Situ Lembang and Taman Surapati.
Based on the surveys and analysis, these three public spaces have different characters and also different condition of the usage by the teenagers. Outdoor space of GOR Bulungan is one example of public space that can facilitate teenagers in hang out activities and the expression of popular culture, especially sport and art, all at once. Meanwhile, Taman Surapati as a one dimensional space, is less visited by the teenagers. In contradiction, Taman Situ Lembang, as a one dimensional space that is not suitable for the characteristic of public space for teenagers, is visited by many of groups of teenagers.
From these conditions, we can conclude that in Jakarta, public space doesn't have to fulfill all of the characteristics of suitable public space for teenagers in order to be a teenager's place for hang out.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sautry Sesotyaningtyas
"Kebutuhan akan pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang paling penting dalam kehidupan manusia dan wajib untuk dipenuhi. Dimanapun manusia itu berada, kegiatan makan pastilah dilaksanakan dan dipenuhi oleh manusia. Yang membedakan antara kegiatan makan manusia yang satu dengan yang lainnya adalah tempat dan waktu. Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan terdiri dan beraneka ragam suku bangsa. Tradisi kegiatan makan merupakan salah satu wujud dan kebudayaan yang sampai saat ini masih dipegang dan diterapkan oleh masyarakat masing-masing daerah dalam hidupnya. Ruang yang terbentuk dari tradisi kegiatan makan ditentukan atau dipengaruhi oleh dua hal yaitu posisi duduk dalam kegiatan makan dan urutan proses kegiatan makan baik dalam kegiatan makan sehari-hari maupun yang teladi dalam upacara-upacara. Posisi duduk tiap orang dalam kegiatan makan sehari-hari maupun dalam setiap upacara-upacara ditentukan oleh 'posisi sosial' individu-individu yang tedibat didalamnya yang dipengaruhi baik oleh adat-istiadat maupun agama atau kepercayaan yang dianut. Dari tradisi kegiatan makan yang ada dan pelaksanaannya pada saat sekarang, terdapat beberapa perbedaan. Penerapan tradisi yang ada tersebut terbagi menjadi tiga yaitu penerapan tradisi kegiatan makan secara penuh, penerapan tradisi kegiatan makan yang tidak terlalu berbeda jauh dengan tradisi tersebut serta penerapan tradisi kegiatan makan yang berbeda, disesuaikan dengan kondisi dan waktu. Taadisi kegiatan makan ini dapat pula menjadi salah satu pertimbangan dalam merancang sebuah rumah tinggal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valencia Tandy
"Manusia membentuk ruang dan merasakan ruang yang ada di sekitarnya saat beraktivitas. Tugas akhir ini memaparkan metode melipat narasi ruang dalam memperkaya pengalaman ruang manusia. Penelitian terhadap keterampilan (crafting) masyarakat pribumi Suku Dayak dikembangkan untuk membentuk narasi ruang. Manusia dapat menghayati ruang dalam dimensi waktu yang berbeda. Lipatan terhadap memori masa lalu berpadu dengan gagasan masa depan membentuk suatu perjalanan ruang manusia. Jejak ruang utama maupun pendukung menjadi keseluruhan ruang yang menunjukkan kebiasaan manusia dan terwujudnya dalam elemen interior. Melipat narasi ruang sebagai suatu metode baru untuk merancang ruang dalam (interior) diterapkan pada konteks ruang interaksi antar penggunanya.

Human creates space and experience the surrounding space while doing activities. This final project describes the narrative space pleating method of enriching human spatial experience. Research on crafting of indigenous Dayak is developed to form a narrative space. Humans can live in a space different time dimension. Pleats of past memories and future ideas create a human spatial journey. Traces of main and supporting room become a whole space that displays human habits and its realization in the interior's element. Pleating narrative space as a new method to design the interior is applied to the context of the interaction space among users."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57414
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meriza
"Ruang terbuka hijau merupakan suatu hal penting dalam membentuk fungsi ruang perkotaan. Hal ini dikarenakan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan, keamanan, kesehatan, serta terhadap pengembangan ekonomi dan sosial. Selain itu, apabila ruang terbuka hijau ini disediakan secara baik dan proporsional, maka akan memberikan multi benefit bagi komunitas serta dapat memberikan efek positif terhadap nilai lahan properti di sekitarnya. Sejalan dengan kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang Penataan Ruang no. 26/2007, saat ini pemerintah provinsi DKI Jakarta sedang membangun ruang terbuka hijau. Sehubungan dengan dinamika tersebut, studi ini mencoba untuk melihat hubungan antara nilai lahan dengan ruang terbuka hijau dengan menggunakan hedonic pricing model.

Green open space is very important for the functioning of an urban area. Moreover, it may give significant contribution for environmental sustainability, safety, health, as well as for sosial and economic development. When green open space adequately provided, it offers multi-dimensional benefits to the community and substitutes to positively impact the property values. There are recent developments of green open space in DKI Jakarta, which aligns with an obligation as regulated by law no. 26/2007 on spatial planning to provide public green space in urban area. This research try to estimate the land value which can explain the house prices in the area of study with the existencies of green open space using hedonic pricing model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sully Ayu Wardhani
"Anak-anak merupakan salah satu bagian penting dari komunitas publik yang tinggal pada sebuah ruang kota. Sebagian waktu yang mereka habiskan adalah play. Saat ini banyak anak tinggal pada daerah urban dimana pada daerah tersebut merupakan daerah yang padat dengan pergerakan dan perpindahan manusia dari suatu lokasi ke lokasi lain menjadi sangat beragam. Dapat dikatakan keadaan sebuah kota tidak perduli mengenai anak yang berada didalam kota. Ketidakberpihakan kota terhadap anak tercermin dalam ruang-ruang publik yang minim dari fasilitas untuk anak beraktivitas didalamnya, serta terbatasnya ruang gerak anak ketika berada di ruang publik. Dalam hal ini ruang public seharusnya dapat mengakomodir kegiatan anak beraktivitas. Hal itu dapat diterjemahkan melalui ruang rekreasi anak, walaupun terkadang keberadaannya dilalaikan untuk dibangun mengingat kepentingan komersil yang begitu tinggi sehingga ruang menjadi terbatas ataupun dibatasi. Hal ini sangat bertentangan dengan pengembangan anak yang membutuhkan beberapa elemen untuk tumbuh dan berkembang seperti aktif bergerak, berkenalan dengan lingkungannya dan bersosialisasi. Ruang rekreasi anak menjadi sulit untuk diterapkan terlebih di kotakota besar dengan penduduk yang padat. Karena pada setiap tingkatan umur, anak dapat membedakan beberapa hal yang berkaitan dengan ruang gerak untuk aktivitas bermain mereka. Melalui penulisan ilmiah ini saya akan meninjau ruang rekreasi anak yang tentunya memiliki karakteristik tersendiri, terlebih jika ruang itu diletakkan pada ruang dengan aktivitas beragam berada di pusat kota.

Children becomes an urgent element of the public community is remaining at a town space. Some of time which they doing is play. Now many childs remains at district urban where at the district is massive district with movement and displacement of man from a location to other location become very having immeasurable. Can be told state of a town is not give a dam about residing in child in town. Un-the siding of town to child of mirror in public spaces minim from facility for child of having activity in it, and the limited kinetic space child of when residing in public space. In this case space public ought to can accommodates activity of child of having activity. That is translatable passed recreation space of child, although sometimes its (the existence neglected for built to remembers commercial importance of which so) after height so that space becomes is limited and or is limited. This thing hardly is against expansion of child requiring some element to grow and grows like active moved, gets acquainted with its (the area and socialization). Recreation space for child becoming difficult to be applied particularly in big towns with massive residents. Because in each life level, child can differentiate some things related to kinetic space for activity plays at them. Through this scientific writing I will evaluate recreation space of child that is it is of course has separate characteristic, particularly if the space put down at space with activity is having immeasurable resides in downtown."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>