Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205591 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeremiah Purwoto
"Ketidakpuasan bentuk tubuh merupakan evaluasi negatif yang dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu dan faktor lingkungan dengan ketidakpuasan bentuk tubuh yang dilakukan dengan studi cross-sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 48,3% siswi mengalami ketidakpuasan bentuk tubuh. Beberapa variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan ketidakpuasan bentuk tubuh adalah status gizi, diet penurunan berat badan, rasa percaya diri, pengaruh kritik orang tua, dan pengaruh teman sebaya. Penulis menyarankan agar orang tua dan sekolah dapat sama-sama mendidik siswi melalui penyuluhan dan promosi gizi agar siswi mengetahui bentuk tubuh ideal, menerapkan gaya hidup sehat, dan memiliki rasa percaya diri.

Body dissatisfaction is a negative evaluation towards one or several body parts. This study aims to determine the relationship of both individual factors and environmental factors with body dissatisfaction of female high school students. The result of this study shows that 48,3% of female students are dissatisfied with their body. Variables which are related to body dissatisfaction are nutritional status, weight-loss diet, self-esteem, critics from parents, and critics from peer group. The researcher suggests for both parents and school to educate female student through counseling and nutritional promotion, thus female student would acknowledge the ideal body shape, to live a healthy lifestyle, and have a good self-esteem.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicola Putri Sasmita
"Perilaku makan menyimpang didefinisikan sebagai gangguan makan atau perilaku terkait makan yang terjadi secara persisten, dimana hal ini menghasilkan perubahan terhadap penyerapan makanan yang secara signifikan berhubungan dengan kesehatan fisik atau fungsi psikososial Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu dan faktor lingkungan dengan perilaku makan menyimpang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 52.2% remaja putri memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan distribusi perilaku makan menyimpang 46.9% pada anorexia nervosa dan 5.1% pada bulimia nervosa.Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya perilaku makan menyimpang adalah citra tubuh, status gizi, pengaruh media sosia, pengaruh media massa, pengaruh teman, dan pengaruh orang tua.
Penulis menyarankan agar dilakukan konseling dan penyuluhan kepada remaja putri di Jakarta untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pola makan yang baik dan benar sehingga kejadian perilaku makan menyimpang di kalangan remaja putri di Jakarta bisa ditekan jumlahnya.

Eating Disorder is defined as eating-related behaviors that occur persistently, and results in change to the absorption of food which is significantly associated with physical health or psychosocial functions. This study aims to determine the relationship of individual factors and environmental factors with eating disorder. The study was conducted using a cross-sectional study design.
The results showed that 52.2% of young women have a tendency to eat with eating disorders, and the distributions are 46.9% with anorexia nervosa and 5.1% with bulimia nervosa. The variables that shown significant relationship with the occurrence of eating disorder is body image, nutrition, social media , mass media, peer pressure, and parental influence.
The author suggested that counseling to young women in Jakarta is needed to improve knowledge about proper diet so that the incidence of eating disorder among adolescent girls in Jakarta can be reduced in number.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamat Santoso Kurniawan
"Rendahnya pengetahuan, sikap, dan masih kurangnya dukungan keluarga, dukungan sekolah serta ditambah lagi permasalahan citra tubuh pada remaja siswi SMA, ini akan berkaitan dengan praktik hidup bersih dan sehat (PHBS) remaja siswi SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan PHBS remaja untuk mendapatkan tubuh indah pada siswi SMA di Jakarta Tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2014, dengan desain penelitian cross sectional, sampel penelitian adalah 238 orang siswi kelas X dan kelas XI SMA Negeri 12 Jakarta Timur.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa PHBS siswi SMA yang tergolong kurang cukup tinggi (39,5%), faktor internal yang berhubungan sisgnifikan dengan PHBS siswi SMA adalah sikap, sedangkan faktor eksternal yang berhubungan signifikan adalah dukungan keluarga. Hasil uji analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda didapatkan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor dominan PHBS remaja pada siswi kelas X dan kelas XI SMA 12 Jakarta Timur Tahun 2014 setelah dikontrol oleh pendidikan ibu. Untuk mengurangi faktor risiko PHBS remaja pada siswi SMA perlu meningkatkan promosi kesehatan dan penyuluhan tentang PHBS di sekolah dan meningkatkan dukungan keluarga terutama orang tua dalam memotivasi, mengawasi dan memberikan perhatian kepada anaknya.

Lack of knowledge, attitudes, family support, school support and coupled problems of body image in female high school students, this will be related to their clean and healthy living practices (PHBS). This study aims to determine the factors associated with teenagers clean and healthy living practices to gain beautiful body shape in Jakarta?s female students year of 2014. This research was conducted in April-May 2014, with a cross-sectional research design, the study sample was 238 female students of class X and class XI 12th East Jakarta State Senior High School.
The study concluded that less PHBS in female high school student is still quite high (39.5%), internal factors that significantly related to the PHBS female high school student is attitude, while external factors are family support. The results of multivariate analysis with multiple logistic regression showed that family support is a dominant factor in PHBS female students of class X and class XI 12th East Jakarta State Senior High School in 2014 after being controlled by the mother's education. To reduce the risk factors in high school adolescent PHBS need to improve health promotion and education about PHBS in school and improve family support, especially parents in motivating, supervising and paying attention to their children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Agustina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpuasan citra tubuh pada siswi di SMA Negeri 11 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 136 siswi kelas X dan XI yang dipilih dengan systematic random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri, meliputi pengukuran berat badan menggunakan timbangan dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise, kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74,3% siswi mengalami ketidakpuasan citra tubuh. Status gizi, Riwayat Diet, rasa percaya diri, pengaruh orang tua, dan pengaruh teman sebaya memiliki hubungan yang bermakna dengan ketidakpuasan citra tubuh. Peneliti menyarankan agar siswi diberikan informasi dan edukasi yang berhubungan dengan status gizi, diet seimbang, gaya hidup sehat, serta peningkatan rasa percaya diri.

This study aims to determinefactors associated with body image dissatisfaction in female students at SMAN 11 Jakarta. This study is a quantitative studythat uses cross-sectional study design. The sample in this study consisted of 136 female students of class X and XI which selected by systematic random sampling. Data were collected from questionnaire and anthropometric measurements, including weight measurement using weight scales and height measurement using microtoise, then analyzed using chi-square test.
The results showed that 74,3% female students were dissatisfied with their body. Nutritional status, weight-loss diet, self-esteem, parental influence, and peer influence has a significant association with body image dissatisfaction. Researcher suggests that students could be given information and education related to nutritional status, balanced diet, healthy lifestyle, and increased of self-esteem.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurulia Rachmat
"Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor individu dan faktor lingkungan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada siswi SMA Tugu Ibu Depok. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Dari keseluruhan responden (n=115) didapat sebanyak 85,2% memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang. Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang bermakna antara riwayat diet (P=0,005), citra tubuh (P=0,009), IMT (P=0,016), makan bersama keluarga (P=0,029), dan keterpaparan media televisi (P=0,040) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Hasil penelitian ini menyarakan agar sekolah dan dinas kesehatan dapat bekerja sama dalam melakukan penyebarluasan informasi mengenai bahaya perilaku makan menyimpang, perhitungan berat badan yang ideal sesuai standar IMT serta cara mengatur pola makan yang baik agar para siswa dapat menjaga kesehatan.

The purpose of this study was to determine the relationship between individual and environmental factors to tendency of eating disorder in female high school student at SMA Tugu Ibu Depok. This study used cross-sectional design. The result showed that 85,2% of female high school students had the tendency of eating disorder. Variables that showed significance were diet behavior (P=0,005), body image (P=0,009), BMI (P=0,016), family mealtime (P=0,029), and television media exposure (P=0,040).
This study suggest that schools and health services can work together to disseminate information about the dangers of eating disorder, the calculation of ideal body weight according to BMI standards, and how to set a good diet so that students can maintain their health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan Hadi Kusuma
"Pemahaman citra tubuh yang keliru tentang ?kurus itu indah? menjadi idaman bagi remaja puteri. Hal ini sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuhnya dan ketakutan menjadi gemuk mendorong remaja untuk menerapkan pembatasan makanan yang berlebihan, sehingga kebutuhan gizinya tidak terpenuhi yang nantinya akan berakibat terjadinya kurang gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra tubuh terhadap perilaku makan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada siswi SMA Negeri 12 Jakarta Timur kelas X dan XI tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2014 dengan desain cross sectional, sampel penelitian adalah 238 siswi.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis jalur menyimpulkan bahwa terdapatnya pengaruh citra tubuh terhadap IMT melalui perilaku makan dan aktivitas fisik, membuktikan bahwa citra tubuh tidak langsung berpengaruh terhadap IMT, namun masih harus dilihat bagaimana perilaku makan serta aktivitas fisik yang dilakukan oleh responden. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk membangun keyakinan hidup sehat berkaitan dengan berat badan, bentuk tubuh, perilaku makan yang baik serta gizi seimbang. Selain itu, perlu diadakan kegiatan penyuluhan gizi secara berkala kepada remaja dengan materi penyuluhan tentang citra tubuh dan perilaku makan terutama tentang makanan yang seimbang dan berat badan yang ideal bagi remaja putri.

"Thin is beautiful" is an erroneous understanding of body image that becoming a dream for every teenage girls right now. This is often the cause of problems, because to maintain her slimness and fear of becoming obese encourage teenagers to apply excessive dietary restrictions, so that their nutritional needs are not met which will be result in the occurrence of malnutrition. The aim of this study is to determine the influence of body image against eating behavior and body mass index (BMI) among 10th and 11th grades 12th East Jakarta States Senior High School?s female students in 2014. This study was conducted in April - May 2014, with cross sectional design, the study sample was 238 female students.
The results of this study using path analysis concluded that the presence of the influence of body image against BMI through eating behavior and physical activity, proved that the body image does not directly influence the IMT, but remains to be seen how eating behavior and physical activity undertaken by respondents. Therefore, efforts are required to empower our teenagers by challenging unhealthy beliefs they may have regarding weight, shape, and eating behavior. In addition, there should be regular nutrition counseling activities for teenagers with education material about body image and eating behavior, especially on a balanced diet and ideal body weight for teenage girls.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meirina Khoirunnisa
"Remaja perempuan dengan Ketidakpuasan Citra Tubuh (KCT) melakukan perilaku diet yang tidak sehat dan mengalami kekurangan asupan protein. Studi cross-sectional ini menganalisis hubungan antara KCT, Perilaku Diet, dan asupan protein pada siswi SMA di Kota Depok, Indonesia. Ketidakpuasan Citra Tubuh adalah pikiran seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan otot tubuh diri sendiri secara umum yang diukur dengan selisih antara tampilan tubuh yang dirasa dimiliki dan tampilan tubuh yang dirasa ideal, menggunakan Body Dissatisfaction Scale yang terdiri atas sembilan gambar tubuh yang dihasilkan oleh komputer mulai dari tubuh sangat kurus (tubuh 1) hingga sangat gemuk (tubuh 9). Skor Perilaku Diet didapatkan melalui daftar 15 perilaku yang terdiri atas perilaku yang sehat dan yang tidak sehat. Data asupan makanan didapatkan melalui metode wawancara recall 24 jam 3 hari non-konsekutif. Total 211 siswi SMA berpartisipasi dalam studi ini. Dari semua peserta, 39.8% merasa tidak puas dengan tubuh mereka dan ingin menjadi lebih kurus, sedangkan 19.4% dari total peserta ingin menjadi lebih gemuk. Indeks Massa Tubuh yang lebih tinggi berkorelasi signifikan dengan KCT. Skor KCT yang lebih besar berkorelasi signifikan dengan asupan protein yang lebih rendah (r=-0.155, N=211, p=0.025). Ketidakpuasan Citra Tubuh dan Perilaku Diet “makan dengan porsi sangat kecil” ada faktor prediktor terkuat untuk asupan protein. Intervensi dengan edukasi gizi mengenai KCT, Perilaku Diet, dan asupan protein yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah risiko kesehatan di masa depan

Adolescent girls with Body Image Dissatisfaction (BID) have been reported to practice unhealthy Weight Control Behavior and have inadequate protein intake. This cross-sectional study investigated the relationship between BID and protein intake among High School girls in Depok, Indonesia. Body Image Dissatisfaction is a person’s thought about their body size, shape, and muscle tone that is measured by a discrepancy between one’s perceived actual body and perceived ideal body using the Body Dissatisfaction Scale that consists of nine computer-generated figures ranging from very thin (body 1) to very obese (body 9). WCB was assessed using a list of 15 items consisting of healthy and unhealthy behavior. Dietary intake data was collected using a 3-days non-consecutive 24Hr recall interview. A total of 211 female high school students participated in this study. Among all participants, 39.8% were dissatisfied with their body and wanted to be slimmer while 19.4% of participants wanted to be heavier. Higher BMI was significantly shown to be correlated with a higher BID score. A higher BID score was significantly correlated with lower protein intake (r=-0.155, N=211, p=0.025). In this population, BID and the WCB “eating a very small portion” were the strongest predictors of protein intake. Nutrition education intervention aimed to improve BID, WCB, and protein intake is needed to prevent future health risks."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assyfa Azatil Ismah
"Anemia defisiensi besi adalah suatu kondisi tubuh kekurangan zat besi dalam aliran darah yang memiliki dampak antara lain mudah lelah, produktivitas menurun, risiko perdarahan selama dan setelah melahirkan, kelahiran bayi prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), perkembangan anak dan remaja terhambat, hingga kematian. Prevalensi anemia di Provinsi DKI Jakarta pada perempuan menurut Riskesdas tahun 2007 mencapai 27,6%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat literasi gizi dan faktor lainnya (status gizi, asupan protein, asupan zat besi, siklus menstruasi, dan lama menstruasi) dengan status anemia pada siswi SMAN 34 Jakarta tahun 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian tidak menggunakan random sampling, tetapi ditentukan melalui metode quota sampling yang disesuaikan dengan pihak sekolah. Jumlah responden yang terlibat sebanyak 122 siswi dari kelas 10 dan 11. Data diambil dengan melakukan proses pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan), pengukuran kadar hemoglobin dengan HemoCue Hb 201+ System, pengisian kuesioner literasi gizi, dan wawancara kebiasaan makan dengan food recall 2x24 jam. Data yang terkumpul akan dianalisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Prevalensi anemia pada siswi SMAN 34 Jakarta tahun 2019 sebesar 54,9%. Hasil penelitian bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat literasi gizi fungsional, status gizi, dan asupan zat besi dengan status anemia pada siswi SMAN 34 Jakarta tahun 2019 (p-value < 0,1).

Iron deficiency anemia is a condition of the body lacking iron in the bloodstream which has an impact including fatigue, decreased productivity, risk of bleeding during and after childbirth, birth of premature babies and Low Birth Weight (LBW), obstructed child and adolescent development, Dead. Anemia prevalence in DKI Jakarta Province for women according to Riskesdas in 2007 reached 27.6%. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of nutritional literacy and other factors (nutritional status, protein intake, iron intake, menstrual cycle, and menstrual period) with anemia status in high school students of 34 Jakarta in 2019. The research design used was design cross sectional study with a quantitative approach. The study sample did not use random sampling, but was determined through a quota sampling method that was adjusted to the school. The number of respondents involved was 122 students from grades 10 and 11. The data was taken by conducting anthropometric measurements (weight and height), measuring hemoglobin levels with HemoCue Hb 201+ System, filling in nutrition literacy questionnaires, and interviewing eating habits with food recall 2x24 hours. The collected data will be analyzed univariate and bivariate using the chi-square test. The prevalence of anemia in students of SMAN 34 Jakarta in 2019 was 54.9%. The results of the bivariate study showed that there was a significant relationship between the level of functional nutrition literacy, nutritional status, and iron intake with anemia status in female students in SMAN 34 Jakarta in 2019 (p-value <0,1). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdfpl;;;;;;;;;;;;
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Kemajuan di bidang ekonomi dan teknologi di negara maju maupun negara berkembang menyebabkan terjadinya transisi pola gaya hidup termasuk pola makan. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya masalah gizi lebih yang pada akhimya akan semakin meningkatkan kejadian penyakit degeneratif. Penelitian yang dilakukan oleh Riana (2004) pada- siswi Jakarta memperlihatkan bahwa prevalensi gizi lebih sebesar 25,3%. Hasil yang harnpir sama juga diperoleh oleh Arnaliah (2005) pada siswa SMA di Jakarta yang rnenunjukkan angka prevalensi gizi lebih sebesar 25,5%.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran IMT (Indeks Massa Tubuh/Body Mass Index) pada remaja SMA sebagai variabel dependen _dan variabel independen seperti jenis kelamin, frekuensi konsumsi fast food, banyalawa jenis konsumsi fast food, konsumsi sayur, konsumsi energi dan lemak, dan aktifitas fisik. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat bagaimana hubungan antara IMT dengan variabel-variabel independen tersebut dan mencari variabel yang paling dominan berhubungan dengan INTT menurut umur.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Labschool Rawamangun Jakarta Tirnur dengan sampel sebesar 204 responden. pengambilan data dilakukan pada akhir bulan Mei 2007. Analisis yang digunakan yaitu analisis uvariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih (overweight) di SMA Labschool Rawarnangun Jakarta Timur sebesar 27.9%. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi fast food, konsumsi energi dan lemak dengan 11VIT menurut umur. Setelah dilakukan analisis multivariat, diperoleh hasil bahwa konsumsi energi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan 1MT menurut umur.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, disarankan untuk dilakukan pencegahan sercara dini dalam mengendalikan kecenderungan peningkatan kejadian gizi lebih pada remaja. Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya penilaian status gizi dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin sebulan sekali. Selain itu, pemberian pengetahuan gizi kepada siswa dan orang tua siswa mengenai konsumsi energi dan hubungannya dengan gizi lebih menjadi salah satu bentuk upaya pencegahan terjadinya gizi lebih.

The advancement of economy and technology within both developed and developing countries is resulting in life style alteration, which include meal pattern. This alteration also influences the escalation of malnutrition which finally lead to degenerative diseases. Riana's study (2004) shows 25% high school students are overweight. Similar result are shown by AmaIiah (2005) which prevaiens of
overweight is 25.3%.
This research aimed to capture the outline of IIVIT as dependent variable compare to independent variables; namely sex, fast food consumption, vegetables intake, fat intake, and physical activity. Besides that, we also want to observe the relation between [MT and all the independent variables and to find the most dominant independent variable to DAT according age group.
This is a quantitative research in which using cross sectional design study. The research, which was conducted in Labschool Senior High School Jakarta, is followed by 204 respondents. Data collection occurred in May 2007. As for data analysis, we employ univariate, bivariate, and multivariate.
This research documented that the prevalence of overweight amongst students of Labschool Senior High School is 27.9%. To be notice, most of our respondents are female students. Bivariate analysis showed that there is a significant relation between fast food intake, many of fast food, energy, and fat intake with IMT according age group. Afterward, multivariate analysis took place. It showed that energy intake is the most dominant factor that influences IMT.
Based on the result of this research, it is necessary to perform an early prevention from overweight status in order to reduce the event amongst young people. Nutritional assessment using MIT indicator can be taken as a committed routine action by school providers. Besides, nutritional education to students and their parents considers as mutual step of prevention deed of the event. We can provide information of the importance of controlling dietary intake on young people, notably energy intake to them. It is not the only responsibility of school providers to prevent the event from emerging, but it is our responsibility as parents and as part of education system also. Together we can help our young generation from outrageous nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Rahmadia Annur
"Konsumsi buah dan sayur pada remaja di berbagai negara masih belum memenuhi rekomendasi yang diberikan oleh WHO atau rekomendasi dari negaranya sendiri. Kurang mengonsumsi buah dan sayur merupakan salah satu dari 3 faktor risiko untuk penyakit tidak menular utama seperti penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes mellitus, stroke, dan penyakit paru obstruktif akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja awal di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi crosssectional yang dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014 di SMP Negeri 19 Jakarta dengan 136 siswa kelas 7 dan 8. Teknik pemilihan sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik sampel acak sederhana atau simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan form FFQ yang diisi sendiri oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 52,2% responden jarang mengonsumsi buah dan sayur. Dari hasil bivariat menggunakan uji chi-square terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi (OR=2,3; CI=1,1-4,6) dan preferensi (OR=2,3; CI=1,2-4,6) dengan konsumsi buah dan sayur.

Fruit and vegetable consumption among adolescents in many countries still less than the recommendations made by the WHO or the recommendation of his own country. Less eating fruits and vegetables is one of the 3 risk factors for the major noncommunicable diseases, such as cardiovascular disease, cancer, diabetes mellitus, stroke, and acute obstructive pulmonary disease. This study aims to determine the factors associated with fruit and vegetable consumption in early adolescence in South Jakarta. This study used a cross-sectional design which was conducted between February and May 2014 in SMP Negeri 19 Jakarta with 136 student respondents grade 7 and 8. This study used simple random sampling technique for taking the samples. Data were collected through the questionnaire and FFQ forms which were filled by the respondents. The results showed that 52,2% of respondents rarely eat fruits and vegetables. From analyses data by chi-square test, there were significant association between nutrition knowledge (OR=2,3; CI=1,1-4,6) and preference (OR=2,3; CI=1,2-4,6) with fruit and vegetable consumption."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>