Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149844 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahel
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tekanan teman sebaya dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Tekanan teman sebaya diukur dengan menggunakan Skala Tekanan Teman Sebaya yang merupakan adaptasi dari Peer Pressure Inventory yang dikembangkan oleh Clasen dan Brown (1985). Emosi malu dan emosi bersalah diukur dengan menggunakan Test of Self-Conscious Affect 3 yang dikembangkan oleh Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow pada tahun 2000. Terdapat sebanyak 433 remaja di Jakarta yang menjadi partisipan dalam penelitian.
Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara dimensi perilaku school involvement dan emosi malu, school involvement dan emosi bersalah, family involvement dan emosi malu, serta family involvement dan emosi bersalah. Terdapat pula hubungan yang negatif antara dimensi perilaku peer involvement dan emosi malu, peer involvement dan emosi bersalah, misconduct dan emosi malu, serta misconduct dan emosi bersalah.

This research was conducted to see the correlation between peer pressure with shame and guilt in adolescent. Peer pressure were measured using Peer Pressure Scale that adapted from Peer Pressure Inventory by Clasen and Brown (1985). Shame and guilt were measured using Test of Self-Conscious Affect 3 by Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow in 2000. There was 433 adolescent in Jakarta participated in this study.
The result is there is a positive correlation between peer pressure in school involvement and shame, school involvement and guilt, family involvement and shame, and family involvement and guilt. There is also a negative correlation between peer pressure in peer involvement and shame, peer involvement and guilt, misconduct and shame, and misconduct and guilt.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambusai, Yuninengri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan emosi malu dan bersalah antara
remaja yang tinggal di Jakarta dan remaja di daerah Penyangga. Dalam mengukur
emosi malu dan bersalah, digunakan alat ukur TOSCA-3 hasil adaptasi oleh Dr.
Lucia RM Royanto, M.Si, MSp Ed.dan tim penyusun yang kemudian di revisi oleh
peneliti untuk penggunaan pada remaja. Sampel penelitian berjumlah 233 orang
dengan rincian 156 remaja di Jakarta dan 77 remaja di daerah penyangga. Hasil
penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan emosi malu dan bersalah antara
remaja yang tinggal di Jakarta dan remaja di daerah Penyangga (Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi). Adapun berdasarkan analisis gambaran kategori situasi tidak
ada perbedaan dalam hal kategori situasi emosi bersalah antara remaja yang tinggal di
Jakarta dan remaja yang tinggal di daerah penyangga (Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi)

ABSTRACT
This research seeks to discover the differences of shame and guilt between
adolescents living in Jakarta and suburban areas such as Bogor, Depok, Tangerang,
and Bekasi. To measure shame and guilt, TOSCA-3 adapted by Dr. Lucia RM
Royanto, M.Si, Msp Ed. was used after revision for use on teenagers. The sample
consists of 156 adolescents from Jakarta and 77 adolescents from suburban areas,
making the total of 233 respondents. The result shows that there’s no difference in
shame and guilt between adolescents living in Jakarta and adolescents living in
suburban areas (Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cendy Yudha Merdeka
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan kualitas kelekatan remaja dengan Ibu dan Ayah terhadap emosi malu dan emosi bersalah. Responden penelitian ini adalah 439 remaja yang berusia 15?19 tahun. Kualitas kelekatan remaja dengan orang tua diukur dengan IPPA (Parent Version) yang dikembangkan oleh Armden dan Greenberg (1987). Emosi malu dan emosi bersalah diukur dengan TOSCA-3 yang dikembangkan oleh Tangney dan Dearing (2002).
Pada penelitian ini, ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas kelekatan remaja dengan orang tua (Ibu dan Ayah) dan emosi malu. Di sisi lain, terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas kelekatan remaja dengan orang tua (Ibu dan Ayah) dan emosi bersalah.

This study aimed to test the relationship of adolescent attachment quality with Mother and Father toward shame emotion and guilt emotion. Respondents of this study are 439 adolescents aged 15-19 years. The quality of adolescent attachment to Mother and Father is measured with IPPA (Parent Version) developed by Armden and Greenberg (1987). Shame and guilt is measured with TOSCA-3 developed by Tangney and Dearing (2002).
In this study, it was found that there is no significant relationship between adolescent attachment quality to parents (Mother and Father) and shame, but there is significant relationship between adolescent attachment quality to parents (Mother and Father) and guilt.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Yolanda Barlian
"Penelitian mengenai emosi malu dan emosi bersalah masih sangat terbatas jumlahnya, terutama di Indonesia. Indonesia dikenal sebagai negara dengan budaya kolektivis yang menekankan pada emosi malu, sementara akibat pengaruh globalisasi, budaya individualis mulai masuk ke masyarakat dan membuat budaya malu semakin pudar. Dalam penelitian ini akan dilihat mengenai perbedaan emosi malu dan emosi bersalah pada generasi tua dan generasi muda di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 63 responden generasi tua dan 61 responden generasi muda melalui teknik non-probability sampling dengan alat ukur TOSCA-3 untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah saat menghadapi situasi tertentu. Dari penelitian ini, ditemukan perbedaan yang signifikan pada emosi malu dan emosi bersalah antara generasi tua dan muda, dan ditemukan juga perbedaan yang signifikan antara emosi malu dan emosi bersalah pada masing-masing generasi.

Study about shame and guilt has not been conducted many times, especially in Indonesia. Indonesia is known with its collectivist culture which emphasizes shame among its people. Because of globalization, people started to show individualism, makes the shame culture decreased. This study wanted to find out the difference of shame and guilt in old and young generation, using quantitative approach on 63 old generation respondents and 61 young generation respondents using non-probability sampling technique. TOSCA-3 was used to measure shame and guilt in certain situation. Based on the results, this study found that there was a significant difference in shame and guilt between old and young generation, and there was also a significant difference between shame and guilt in each generation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Syaka Diara
"Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang menganut budaya kolektivis. Pada masyarakat bersifat kolektif, budaya malu lebih dikembangkan. Seiring dengan terjadinya globalisasi, terlihat pudarnya budaya malu pada perilaku yang ditampilkan oleh masyarakat, dan juga munculnya budaya baru yang diserap dari budaya barat, yaitu budaya bersalah. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan pada emosi malu dan emosi bersalah yang ditinjau dari situasi pemicunya, pada generasi tua, yang pada masa mudanya belum banyak terpapar oleh budaya barat, dengan generasi muda sekarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 63 responden generasi tua dan 61 responden genrasi muda melalui teknik non-probability sampling. Alat ukur yang digunakan diadaptasi dari TOSCA-3 untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah ketika menghadapi situasi tertentu.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada emosi malu dan emosi bersalah antara generasi tua dan generasi muda ditinjau dari situasi yang berkaitan dengan diri, keluarga dan pekerjaan, namun perbedaan pada emosi malu antara generasi tua dan generasi muda ditinjau dari situasi yang berkaitan dengan pekerjaan tidak signifikan.

The Indonesian society is a society that embraces collective culture. Shame culture is more developed in collective culture. With the occurrence of globalization, a fading of shame culture in behavior of the society can be seen as well as the emergence of a new culture adapted from the west, known as guilt culture. The aim of this study is to see if there is a significant difference of shame and guilt between the old generation, who have not been exposed too much by western culture, and the young generation based on eliciting situations.
This study uses quantitative method and involves 63 respondents from the old generation and 61 respondents from the young generation. The respondents were chosen using the non-probability sampling technique. The scale used to measure shame and guilt when facing certain situations was adapted from TOSCA-3.
The results of this study show that there is a significant difference of shame and guilt between the old and young generations based on situations related to the self, family and friendship but there is not a significant difference of shame between the old and young generations based on situations related to work.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Sandra Pertiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara peer pressure terkait perilaku merokok dan perilaku merokok pada remaja awal, yaitu usia 13-15 tahun di Jakarta. Peer pressure terkait perilaku merokok ialah saat teman sebaya mengkomunikasikan perilaku merokok kepada orang lain dengan cara tertentu baik eksplisit maupun implisit.
Pengukuran peer pressure terkait perilaku merokok menggunakan alat ukur Smoking Peer Pressure Scale dan perilaku merokok menggunakan alat ukur Smoking Behavior Scale. Kedua alat ukur tersebut dikembangkan oleh Leventhal (1997). Responden pada penelitian ini berjumlah 339 remaja di Jakarta. Data penelitian kemudian diolah dengan teknik statistik Pearson Product Moment Correlation.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan pada peer pressure terkait perilaku merokok dan perilaku merokok pada remaja awal di Jakarta, r=0.796 (p<0.01). Dengan demikian, semakin tinggi peer pressure terkait perilaku merokok maka semakin tinggi pula perilaku merokok. Implikasi dari temuan penelitian dan saran dibahas lebih lanjut.

This research examined the relationship between smoking peer pressure and smoking behavior among early adolescence, an individual with age ranging from 13 to 15 years old, in Jakarta. Smoking peer pressure is when your own age communicate smoking behavior intended to explicitly or implicitly direct one’s behavior in a certain way.
In this research, smoking peer pressure is measured by Smoking Peer Pressure Scale and smoking behavior is measured by Smoking Behavior Scale. Both scales were developed by Leventhal (1997). The respondents of this research are 339 adolescents in Jakarta. Data was processed using Pearson Product-Moment Correlation technique.
The main results of this research showed that smoking peer pressure positively correlated significantly with smoking behavior among early adolescence in Jakarta, r=0.796 (p<0.01). The result revealed that greater smoking peer pressure, was predicted by higher level in smoking behavior. Research implications of findings and suggestions are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Fabiola Serepina Lalu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara empati dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Partisipan dalam penelitian ini adalah 494 siswa Sekolah Menengah Atas di daerah Jakarta. Penelitian kuantitatif ini menggunakan Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1983) untuk mengukur empati dan Test of Self-Conscious Affect 3 (Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow, 2000) untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah. Kedua alat ukur ini direvisi kembali untuk disesuaikan dengan konteks remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang positif signifikan antara empati dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa remaja lebih cenderung merasakan emosi bersalah dibandingkan dengan emosi malu saat gagal memenuhi standar sosial.

This study aimed to determine the correlation of empathy with shame emotion and guilt emotion among adolescent. The participants of this study are 494 students in senior high school in Jakarta. This quantitative study used Interpersonal Reactivity Index (Davis, 1983) to measure empathy and Test of Self-Conscious Affect 3 (Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow, 2000) to measure shame emotion and guilt emotion. Both of these measuring instruments had been revised to adjust the adolescent context. The results of this study showed the existence of positive and significant correlation between empathy with shame emotion and guilt emotion among adolescent. The results also showed that adolescent are more likely to feel guilt emotion rather than shame emotion when failing to meet social standards.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhissa Qonita
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja yang bersekolah di SMA umum dan SMA swasta berdasarkan agama Islam, Katolik dan Kristen. Dalam mengukur emosi malu dan emosi bersalah, digunakan alat ukur Test of Self Conscious Affect- 3 yang dikembangkan oleh Tagney, Dearing, Wagner, dan Gramzow (2000) dan direvisi kembali untuk disesuaikan dengan konteks remaja. Jumlah partisipan dalam penelitian ini berjumlah 217 remaja dengan rincian 59 remaja bersekolah di SMA umum, 50 remaja bersekolah di SMA swasta berdasarkan agama Islam, 52 remaja bersekolah di SMA swasta berdasarkan agama Katolik, dan 56 remaja bersekolah di SMA berdasarkan agama Kristen. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja yang bersekolah di SMA umum dan SMA swasta berdasarkan agama (Islam, Katolik dan Kristen). Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis didapatkan pula bahwa terdapat perbedaan antara emosi malu dan emosi bersalah pada remaja baik yang bersekolah di SMA umum ataupun SMA swasta berdasarkan agama Islam, Katolik dan Kristen. Pada Hasil penelitian ditemukan bahwa remaja lebih cenderung merasakan emosi bersalah di bandingkan dengan emosi malu saat gagal untuk memenuhi standar sosial.

ABSTRACT
This research was conducted to see the differences between shame and guilt in adolescents who enrolled in state high school and private high school based on Islam, Catholic and Christian. The Test of Self Conscious Affect ? 3, developed by Tagney, Dearing, Wagner, and Gramzow (2000), was used to measure the shame and the guilt before it revised to adjust to the adolescent context. The number of participants in this study were 217 adolescents with details of 59 public high school?s adolescents, 50 adolescents attended a Islam private high school, 52 adolescents attended a Catholic private high school, and 56 adolescents in Christian private high school. The results showed that there are differences in the shame and guilt in adolescents who enrolled state high school and private high school based on religion (Islam, Catholic and Christian). Based on the results of data analysis, it can be concluded that there is a difference between the shame and guilt in high school adolescents either state or private high school based on Islam, Catholic and Christian. It is also found that adolescents are more likely to feel guilt rather than shame when failing to meet social standards.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risky Adinda
"Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara metakognisi moral dengan emosi malu dan emosi bersalah. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia. Instrumen penelitian ini menggunakan Moral Metacognition Scale (McMahon & Good 2015) untuk mengukur variabel metakognisi moral, dan adaptasi TOSCA-3 dari Barlian (2013) untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa metakognisi moral memiliki hubungan yang signifikan dengan emosi malu dan emosi bersalah. Kelebihan dan kekurangan penelitian serta saran untuk penelitian lanjutan dibahas dalam diskusi penelitian.

This research was conducted to prove the existence of a relationship between moral metacognition and shame and guilt emotions. The sample of this research is students of Universitas Indonesia. Instruments used in this research is the Moral Metacognition Scale (McMahon & Good, 2015) to measure moral metacognition, and the TOSCA-3 adaptation by Barlian (2013) to measure shame and guilt emotions. Through this research, it was found that moral metacognition is significantly correlated with both shame and guilt emotions. The strengths and weaknesses of this research, as well as recommendations for further research are discussed at the end of this report.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Galuh Sartika
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan emosi malu dan emosi bersalah dengan ketidakjujuran akademis pada mahasiswa Universitas Indonesia. Pengukuran emosi malu dan emosi bersalah menggunakan Test of Self-Conscious Affect-3 (TOSCA-3) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Sementara untuk pengukuran ketidakjujuran akademis menggunakan Academic Integrity Survey (AIS). Penelitian dilakukan dengan responden mahasiswa aktif S1 dan Program Vokasi Universitas Indonesia yang berusia 18-25 tahun.
Hasil menunjukkan bahwa emosi bersalah berkontribusi secara signifikan terhadap ketidakjujuran akademis (β=-0,201, p<0,05), sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara emosi malu dengan ketidakjujuran akademis (β=-0,002, p<0,05). Adapun berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok dari karakteristik demografis jenis kelamin, fakultas, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), pekerjaan ibu, serta domisili asal dan domisili saat ini dengan ketidakjujuran akademis.

This study is conducted to find about the relationship of shame emotion and guilt emotion with academic dishonesty in college students at Universitas Indonesia. Measurement of shame and guilt is using Test of Self-Conscious Affect-3 (TOSCA-3), which has been adapted into Indonesian. As for the measurement of academic dishonesty is using the Academic Integrity Survey (AIS). This study was conducted with active college students of Bachelor Degree and Vocational Program in Universitas Indonesia from18-25 years old.
The results showed that guilt emotion are contributing significantly to academic dishonesty (β=-0,201, p<0,05), whereas no significant relationship between shame emotion with academic dishonesty (β=-0,002, p<0,05). As based on research results, there are significant differences between the groups of the demographic characteristics of gender, faculty major, grade point average (GPA), maternal employment, as well as the domicile of origin and current domicile with academic dishonesty.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>