Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177429 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Yulia
"ABSTRAK
Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi dari diabetes mellitus yang
berdampak terhadap kehidupan pasien. Cardiff Wound Impact merupakan salah satu
instrument untuk mengukur dampak dari luka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah instrument Cardiff Wound Impact ini merupakan pengukuran
yang baik dan layak digunakan jika dikaitkan dengan budaya yang ada di Indonesia.
Disain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang
(cross-sectional) menggunakan sampel pasien ulkus diabetikum di RSPI Sulianti
Saroso dan Klinik Wocare Center sebesar 51 pengukuran yang dipilih dengan
teknik purposive. Instrumen yang digunakan adalah Cardiff Wound Impact
Questionaire . Pada uji validitas muka tidak ada masalah yang bermakna dari segi
bahasa dan makna kalimat. Uji validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor
dan didapatkan bahwa nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of sampling Adequacy
(KMO) dan Bartlet Test tiap komponen CWI berada pada rentang 0,741-0,834.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan ada hubungan yang kuat antara skala kualitas
hidup dengan kepuasan kualitas hidup (p=0005; r=0,764). Penelitian ini telah
menunjukkan bahwa CWI merupakan alat yang valid dan reliable dalam mengkaji
dampak dari luka ulkus diabetikum di Indonesia karena sudah teruji melalui
validitas muka dan konstruk. Penelitian ini merekomendasikan perlu dilakukan
penelitian ulang dengan proporsi yang merata antar ruang rawat jalan dan ruang
rawat inap

ABSTRACT
Diabetic foot ulcer is one of the diabetes mellitus complications that impact on the
patients life. Cardiff Wound Impact is one of instrument that can measure the
impact of chronic wounds. The purpose of this study was to evaluate and validate
the Cardiff Wound Impact in diabetic foot ulcer in Indonesia population. This
research was used cross-sectional method and used 51 sample of diabetic foot
ulcers patients in Sulianti Saroso hospital, Wocare Clinic and Husada hospital.
The respondents filled the Cardiff Wound Impact Questionar. In the face validity
there was no significant problems in terms of language and meaning of a sentence.
Construct validity was performed by factor analysis and found that the value of
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO) and Bartlet Test of
each component of CWI are in the range 0.741 to 0.834. The results of this study
also showed a strong correlation between the scale of quality of life and
satisfaction of quality of life (p = 0005; r = 0.764). This study has shown that the
CWI is a valid and reliable tools to assess the impact of the diabetic foot ulcer in
Indonesia because it has been tested through the face and construct validity.
Researcher suggested for this research need to be done again with the same
proportion between outpatients and inpatients wards"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Amaliah, supervisor
"[ABSTRAK
Ulkus peptikum perforasi merupakan salah satu kasus bedah gawat darurat yang cukup sering di RSCM. Perkembangan medikamentosa dalam tatalaksana ulkus peptikum telah berkembang pesat sehingga menurunkan angka tindakan bedah secara elektif. Studi ini bertujuan untuk melihat karakteristik dan faktor risiko pasien dengan morbiditas dan mortalitas ulkus peptikum perforasi. Seluruh pasien ulkus peptikum perforasi yang dilakukan tindakan pembedahan emergensi di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo periode Januari 2006 sampai dengan Maret 2012 dievaluasi secara retrospektif. Empat puluh delapan pasien ulkus peptikum perforasi telah dilakukan tindakan pembedahan di IGD RSCM yang terdiri dari 36 pasien laki-laki dan 12 pasien perempuan dengan usia berkisar antara 17 ? 97 tahun. Faktor risiko terbanyak adalah pemakaian obat-obatan ulserogenik (NSAID dan jamu) sebanyak 70.83%. Sebanyak 52.08% pasien dengan ulkus peptikum perforasi datang dengan keluhan yang dirasakan >24 jam dengan rerata durasi 42 jam. Lokasi perforasi tersering adalah prepilorus sebanyak 66.7% dengan median diameter perforasi 10 mm. Tindakan tersering yang dilakukan adalah penjahitan primer dengan omental patch sebanyak 93.75%. Komplikasi tersering adalah acute kidney injury, sepsis dan infeksi luka operasi sebanyak 45.83%, 31.25% dan 14.58%. Angka morbiditas dan mortalitas pasien ulkus peptikum perforasi adalah 68.75% dan 33.3%. Pada studi ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien dengan morbiditas dan mortalitas. Angka morbiditas dan mortalitas pasien ulkus peptikum perforasi masih tinggi. Faktor risiko yang ada dapat digunakan untuk meningkatkan pilihan tindakan dan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien ulkus peptikum perforasi. ABSTRACT Perforated peptic ulcer is one of the most common emergency case in RSCM. Development medicine treatment in peptic ulcer treatment had developed hence had decreased number of elective surgical treatment. This study was aimed to identify patients? characteristic and risk factor in perforated peptic ulcer in morbidity and mortality. All of the patient of perforated peptic ulcer that was done emergency laparotomy in emergency operating room of Cipto Mangunkusumo Hospital since 2006 January until 2012 March was evaluated retrospectively. Fourty eight percent of perforated peptic ulcer patients had been done surgery in Emergency Operating Room of Cipto Mangunkusumo Hospital that consist of 36 male and 12 female with age range 17 ? 97 years old. The most common risk factor is ulcerogenic drug using (70.83%). Patients came to hospital >24 hours (52.08%) after felt complaint with mean duration 42 hours. The most common location of perforation was prepiloric with median of diameter was 10 mm. The most common surgical treatment was primary suturing with omental patch (93.75%). The common complication were acute kidney injury, sepsis and surgical wound infection around 45.83%, 31.25% and 14.58%/. Morbidity rate was 68.75%. Mortality rate was 33.3%. There were no relation between patients? characteristic with morbidity and mortality. Morbidity and mortality rate in perforated peptic ulcer were still high. Risk factor that still be used to increase more choice for surgical treatment and decrease morbidity and mortality rate in perforated peptic ulcer., Perforated peptic ulcer is one of the most common emergency case in RSCM. Development medicine treatment in peptic ulcer treatment had developed hence had decreased number of elective surgical treatment. This study was aimed to identify patients’ characteristic and risk factor in perforated peptic ulcer in morbidity and mortality. All of the patient of perforated peptic ulcer that was done emergency laparotomy in emergency operating room of Cipto Mangunkusumo Hospital since 2006 January until 2012 March was evaluated retrospectively. Fourty eight percent of perforated peptic ulcer patients had been done surgery in Emergency Operating Room of Cipto Mangunkusumo Hospital that consist of 36 male and 12 female with age range 17 – 97 years old. The most common risk factor is ulcerogenic drug using (70.83%). Patients came to hospital >24 hours (52.08%) after felt complaint with mean duration 42 hours. The most common location of perforation was prepiloric with median of diameter was 10 mm. The most common surgical treatment was primary suturing with omental patch (93.75%). The common complication were acute kidney injury, sepsis and surgical wound infection around 45.83%, 31.25% and 14.58%/. Morbidity rate was 68.75%. Mortality rate was 33.3%. There were no relation between patients’ characteristic with morbidity and mortality. Morbidity and mortality rate in perforated peptic ulcer were still high. Risk factor that still be used to increase more choice for surgical treatment and decrease morbidity and mortality rate in perforated peptic ulcer.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Annisa Rahardhiany
"Ulkus diabetikum merupakan komplikasi Diabetes Mellitus yang membutuhkan perawatan baik dan sesuai agar luka tidak semakin memburuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara instrument skala Wagner dan instrument BWAT pada pasien dengan ulkus diabetikum. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah potong lintang dengan bentuk penelitian deskriptif korelasi menggunakan sampel sebanyak 120responden yang terdiri dari grade 1 sampai dengan grade 5. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Wagner dan Bates-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT) untuk mengukur tingkat keparahan luka pada pasien ulkus diabetikum. Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang sangat kuat antara instrumen skala Wagner dan BWAT dalam penilaian luka ulkus diabetikum dengan (r = 0,951; p = 0,0005). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan instrumen Bates- Jensen Wound Assessment Tool menjadi instrumen yang lebih tepat untuk digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi skala penyembuhan luka ulkus diabetikum karena memiliki karakteristik penilaian yang lebih rinci.

Diabetic ulcer is a serious complication of Diabetes Mellitus that requires a good and appropriate treatment to prevent the worsening condition of the wound. The study aimed to identify the correlation between Wagner Scale and BWAT in measuring the wound grade. Design of this study was cross-sectional descriptive, involving 120 observers with diabetic ulcer varying from grade 1 to grade 5. The instruments used in this study were the scale of Wagner and Bates-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT) whichwere used to measure the severity of injuries in the diabetic ulcer patients. The result showed a very strong correlation between Wagner and BWAT scale instrument to assess (r = 0.951; p = 0.0005). The study strongly suggested to use of Bates-Jensen Wound Assessment Tool to evaluate the scale of wound healing for diabetic ulcers since it has more detail assessment characteristics than Wagner scale.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastri
"Wilayah perkotaan merupakan pusat segala aktivitas sosial, pemerintahan, maupun ekonomi yang dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup seseorang. DM tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan di wilayah perkotaan. Seorang individu dengan DM memiliki risiko yang tinggi mengalami ulkus kaki diabetikum. Tanpa perawatan yang baik, ulkus kaki diabetikum dapat menyebabkan infeksi meluas dan dilakukan amputasi. Penggunaan madu dalam perawatan luka ulkus kaki diabetikum sudah banyak terbukti sangat baik karena madu memiliki berbagai sifat antara antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, dan kadar osmotik tinggi sehingga baik untuk penyembuhan luka serta madu dapat meminimalisir bau yang muncul dari luka a. Evaluasi hasil intervensi pada luka klien tidak tercium aroma tidak sedang, jumlah slough berkurang, dan tanda-tanda inflamasi tidak menghilang.

The urban area is the center of all governance, economic, and social activities, that may affect change a person's lifestyle. Type 2 diabetes is one of the non-communicable diseases that are found in urban areas. An individual with diabetes have an increased risk of diabetic foot ulcers. Without good care, diabetic foot ulcers can lead to widespread infection and amputation. The use of honey in wound care diabetic foot ulcer has been proven to be very good because honey has various components such as antimicrobial, antioxidant, anti-inflammatory, and high levels of osmotic, so honey be good for wound healing. Besides that, honey can minimize arising malodors from a wound. Evaluation of the results of the intervention on the client does not smell malodor of the wound, reduced the amount of slough, and no inflammatory signs disappeared.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Widyaputri
"Diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang banyak terjadi di perkotaan. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita DM jika tidak teratur mengontrol kadar gula darahnya adalah ulserasi diabetikum. Pasien ulserasi diabetikum mengalami kerusakan integritas kulit dan diperlukan penatalaksanaan luka dengan segera untuk mencegah amputasi. Perawatan luka yang dapat dilakukan adalah operasi debridement kemudian luka dibalut dengan balutan yang lembab. Hasil dari analisis ini adalah diperlukan pula manajemen diabetes yang ketat untuk membantu mengatasi luka ulserasi diabetikum. Rekomendasi penulisan ini adalah perlu adanya pendidikan kesehatan kepada setiap pasien ulserasi diabetikum tentang manajemen diabetes.

Diabetes mellitus is a chronic disease that commonly happens in urban community. Complication that could happen if blood glucose is uncontrolled is ulcers diabetic foot. Patients with ulcers diabetic foot experience impaired skin integrity and need wound care as soon as possible to prevent amputation. The wound care which we can do is debridement operation, and then wraps the wound with a moist bandage. The result of this analysis is also needed a strict diabetes management to help overcome the ulcers diabetic foot. Recommendation of this writing is that health education is necessary to every patient of ulcers diabetic foot about diabetes management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Warini
"Komplikasi diabetes melitus terjadi pada makrovaskuler yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan atheroslerosis, akibatnya menyebabkan ulkus diabetikum. Penelitin ini bertujuan untuk membandingkan instrumen bates jensen antara langsung dan tidak langsung. Desain penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dan penelitian Crosssectional. Intrumen penelitian yang digunakan skala Bates Jensen berbentuk skala deskriptif. Penelitian ini dilakukan di RS Husada, RSPI Sulianti Saroso dan Wocare Clinic Bogor berjumlah 52 responden, hasil penilaian BWAT direct ratarata 31,59 dengan standar devisiasi 9,212 (95% CI 29,03-34,16), hasil penilaian indirect observer I rata-rata 31,76 dengan standar devisiasi 8,7 (095% CI 29,3-34,1), sedangkan hasil penilaian indirect observer II rata-rata 29,4 dengan standar devisiasi 9,1 (95% CI 26,9-32,01). Dengan uji anova disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara penilaian direct indirect. Penelitian ini merekomendasikan penilaian indirect sebagai alat untuk berkonsultasi pengobatan ulkus diabetikum.

Complications of diabetes mellitus that occurs in macrovascular complications of the larger arteries, causing atheroslerosis, consequently causing diabetic ulcers. This research is aimed to compare the instruments bates jensen between direct and indirect. The study design used quantitative descriptive and cross-sectional studies. Scale research instruments used Jensen Bates shaped descriptive scale. This study was conducted at Hospital Husada, Sulianti Saroso and Wocare Clinic Bogor totaled 52 respondents, direct assessment results bwat 31.59 average with standard deviation 9.212 (95% CI 29.03 to 34.16), the results of the first observer indirect assessment an average of 31.76 with a standard deviation of 8.7 (095% CI 29.3 to 34.1), while the indirect assessment observer II average of 29.4 with a standard deviation 9.1 (95% CI 26.9 -32.01). With ANOVA test concluded there was no significant difference between direct and indirect assessment. The study recommends indirect assessment as a tool to consult the treatment of diabetic ulcer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustina
"Ulkus Diabetik merupakan penyakit komplikasi dari diabetes melitus. Kondisi ulkus diabetikum dapat menimbulkan komplikasi fisik, psikologis, sosial serta lingkungan yang menyebabkan munculnya ketidaknyamanan. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan pengalaman ketidaknyamanan pasien dengan ulkus diabetikum. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi dekskriptif, dimana dilakukan dengan indepth interview. Didapatkan delapan partisipan, yaitu tiga laki laki dan lima perempuan. Didapatkan hasil sembilan tema, yaitu pemahaman diabetes melitus, pengalaman terjadinya ulkus diabetikum, pengalaman nyeri ulkus diabetikum, pemahaman kenyamanan, perubahan dalam kehidupan, dukungan sosial yang diterima, pengalaman spiritual saan memiliki ulkus diabetikum, dukungan tenaga kesehatan dan pengalaman psikologis. Penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan penelitian serupa pada rumah sakit yang berbeda.

Diabetic ulcers is the complication of diabetes mellitus disease. Diabetic ulcers can cause physical, psychological, social and environment that cause the appearance of discomfort. The purpose of this study is to describe the experience of discomfort of patients with diabetic ulcers. This study used qualitative methods dekskriptif phenomenology, which is done by in-depth interview. Obtained eight participants, three men and five women. This research found nine themes, there are understanding of diabetes mellitus, diabetic ulcers experience, diabetic ulcer pain experience, understanding of comfort, changes in life, received social support, spiritual experience in diabetic ulcers, support health professionals and psychological experience. The study recommends to similar studies conducted in different hospitals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marinda Navy Septiana
"ABSTRAK
Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi dari diabetes melitus dan termasuk luka kronik. Ulkus diabetikum menyebabkan berbagai gangguan kenyamanan baik fisik, psikologis maupun sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan derajat luka dengan interaksi sosial pada pasien ulkus diabetikum. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional dengan jumlah sampel 69 pasien di Rumat. Analisis data menggunakan uji T-independen menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara derajat luka dengan interaksi sosial p: 0,448, ?: 0,05 . Hasil penelitian didapatkan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial yaitu bau p:0.009 , status psikologis p:0,010 and stres p: 0,005 . Penelitian ini menunjukkan untuk memperhatikan kenyamanan psikologis pada gangguan kenyamanan fisik dalam peningkatan kenyamanan sosial pasien ulkus diabetikum.

ABSTRACT
Diabetic ulcer as a chronic wound is one of chronic complication of Diabetes Mellitus. Diabetic ulcer causes a variety of discomfort such as physics, psychology also social. The aim of this research was to identify the correlation between wound degree with social interaction to the diabetic ulcer patient. Cross sectional design applied in this study with 69 samples that recruiting in Rumat. Statistic analyze using independent t test showed wound degree has no significant relationship with social interaction p 0,448, 0,05 . This study found the related factor of social interaction are odor p 0.009 , psychology p 0,010 and stress p 0,005 . This study recommended the importance of paying attention to psychological comfort of physical discomfort to increase social comfort diabetic ulcer patient."
2017
S67249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurhaliza Negarani
"Ulkus diabetikum merupakan kerusakan integritas kulit dengan erosi jaringan subkutan di bawahnya. Ulkus terjadi akibat adanya gangguan mikrovaskular dari saraf pada penderita diabetes melitus. Ulkus yang tidak kunjung sembuh dipengaruhi karena vaskularisasi yang buruk. Salah satunya dikarenakan penyakit arteri perifer seperti aortoiliac disease. Asuhan keperawatan perioperatif yang diberikan pada pasien aortoiliac disease bertujuan untuk mempertahankan perfusi jaringan perifer atau kecukupan aliran darah melalui pembuluh kecil di ujung kaki dan tangan untuk mempertahankan fungsi jaringan. Melalui tindakan latihan kaki diabetes pada pasien pre maupun post thromboendarterectomy artery dapat meningkatkan sirkulasi sehingga perbaikan luka menjadi lebih baik.

Diabetic ulcers are damage to the integrity of the skin with erosion of the underlying subcutaneous tissue. Ulcers occur due to microvascular disorders of the nerves in people with diabetes mellitus. Ulcers that do not heal are affected due to poor vascularization. One of them is due to peripheral artery disease such as aortoiliac disease. Perioperative nursing care given to patients with aortoiliac disease aims to maintain peripheral tissue perfusion or adequate blood flow through the small vessels at the ends of the feet and hands to maintain tissue function. Through the action of diabetic foot exercises in patients pre and post thromboendarterectomy arteries can increase circulation so that wound repair becomes better."
Depok: 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yovan Pino Putra
"Instrumen DISC ditujukan untuk mengidentifikasi kepribadian individu dan banyak digunakan sebagai alat tes dalam melakukan seleksi tenaga kerja (Inscape Publishing, 2005). Dalam kurun waktu 50 tahun semenjak pertama kali DISC dikembangkan, kajian keilmuan psikologi mengenai prilaku manusia telah sangat berkembang, namun belum banyak revisi yang dilakukan pada DISC yang merefleksikan perkembangan tersebut. Sebagai tambahan, banyak penelitian yang mempertanyakan aspek psikometri DISC. Hingga saat ini belum ada pengujian validitas tingkat lanjut menggunakan metode seperti Confirmatory Factor Analysis (CFA) dilakukan pada DISC.
Penelitian ini menguji validitas konstruk instrumen DISC dengan membandingkan tiga bentuk soal (forced-choice, likert dan semantic differential) dan dua metode skoring (metode skoring orisinil dan perbaikan) menggunakan metode CFA (Confirmatory Factor Analysis). Perbandingan karakteristik psikometri dari ketiga bentuk soal dilakukan pada sampel terdiri dari 608 responden. Dari seluruh responden, 41 respon tidak digunakan karena keberadaan data yang hilang, sehingga hanya 567 respon dianalisa.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk soal yang terbaik adalah Forced-Choice, metode skoring yang terbaik adalah metode skoring revisi. Hasil penelitian ini memiliki implikasi yang penting bagi manajer dan peneliti yang berkenaan dengan DISC.

DISC instrument is aimed at identifying an individual’s characteristics and many times used as a test in employees selection process (Inscape Publishing, 2005). In the more than 50 years since it was developed, Psychology about human behavior has advanced greatly yet, this test has undergone no updates to reflect those changes. Furthermore, a large number of empirical studies suggest the psychometric properties of DISC is questionable. Up to this date, there is still no advanced tests of validity using methods such as Confirmatory Factor Analysis (CFA) for DISC.
This study tests the construct validity of DISC by comparing three item formats (forced-choice, likert dan semantic differential) and two methods of scoring (original and revised method) using Confirmatory Factor Analysis (CFA). The psychometrics properties comparison on this three item formats was conducted on a sample consisting of 608 respondents. From these, 41 were dropped because of the missing data, thus 567 usable responses were analyzed.
This study concluded that the best item format for DISC is forced choice, while the best scoring method is the revised method. The results of this study have important implications for managers, and researchers related with DISC assessment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T43790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>