Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81557 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Jarkasih
"Tesis bertujuan memahami dan menggambarkan perilaku informasi dosen dalam melaksanakan penelitian. Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Hasilnya penelitian dilakukan dosen secara mandiri, sehingga kerjasama penelitian perlu ditingkatkan. Pola identifikasi kebutuhan informasi dilakukan dengan memahami pengetahuan yang dimiliki berkaitan dengan topik penelitian selanjutnya menganalisis informasi yang dibutuhkan. Pola pencarian informasi dari koleksi pribadi, perpustakaan, dan membeli. Pemanfaatan informasi melalui penggabungan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi yang diperoleh. Sumber informasi buku, jurnal, laporan, dan berbagai sumber lainnya. Berbagi informasi antar dosen belum maksimal sebaliknya berjalan baik dengan pustakawan. Usaha dan fasilitas institusi untuk mendukung kegiatan penelitian tidak sejalan dengan keinginan dosen.

The reseach aims to understand and describe the information behavior of a lecturer in conducting research. Qualitative research case study method. The results of research conducted independently lecturer, so research cooperation needs to be improved. Pattern identification is done by understanding the information needs of knowledge related to the topic of further research is needed to analyze the information. Search pattern information from private collections, libraries, and buy. Utilization of information through the incorporation of knowledge possessed by the information obtained. Resources of books, journals, reports, and various other sources. Information sharing among lecturers have not been up otherwise runs well with librarians. Businesses and institutional facilities to support research activities are not in line with the wishes of the lecturer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42500
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yulianti
"Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran mengenai perilaku pencarian informasi peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Responden dalam penelitian ini adalah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam perilaku pencarian informasi, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional lebih menyukai menggunakan internet dibandingkan memanfaatkan perpustakaan BPHN karena faktor keterbatasan waktu. Walaupun keterbatasan waktu menjadi hambatan, kelompok peneliti adalah kelompok yang mempunyai komitmen untuk tetap memanfaatkan perpustakaan BPHN di dalam mencari informasi.

The aim of this research is to describe the information seeking behaviour of researchers of BPHN in using the library of BPHN. This research used quantitative approach with survey method. The results of this research showed that in information seeking behaviour, the researchers of BPHN like using internet better than using the library of BPHN because of time limitation. Even though time limitation becomes obstacle, the researchers as a group in BPHN have commitment to use constantly the library of BPHN in information seeking."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S59589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvina Sugito
"Pada era globalisasi seperti saat ini perkembangan teknologi semakin berkembang pesat di Indonesia. Penerapan Sistem Informasi Teknologi Informasi SI TI telah menjadi hal yang umum dan banyak diterapkan di berbagai sektor termasuk dunia pendidikan. Universitas Tarumanagara Untar adalah salah satu universitas yang melakukan implementasi SI TI dalam kegiatan belajar mengajarnya. Fakultas Teknologi Informasi FTI Untar merupakan salah satu fakultas yang melakukan implementasi SI TI yang berupa "E Learning System" Namun dalam pemanfaatannya tidak semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu kendala yang dihadapi adalah tingkat penerimaan pengguna terhadap sistem sehingga pemanfaatannya dirasakan belum optimal dan tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan sejumlah dosen dan mahasiswa FTI Untar. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi kuesioner dan wawancara Kuesioner dibuat berdasarkan model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology UTAUT yang telah dimodifikasi. Peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik Partial Least Square PLS dan menggunakan aplikasi bernama SmartPLS. Data diolah berdasarkan tiga kategori pengguna yaitu pengguna secara umum pengguna laki laki dan pengguna perempuna.
Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi pengguna secara umum adalah e learning motivation facilitating conditions dan behavioral intention. Pada pengguna laki laki faktor faktor yang memengaruhi penggunaan E Learning System adalah content quality facilitating conditions dan behavioral intention. Pada pengguna perempuan faktor faktor yang memengaruhi adalah e learning motivation dan behavioral intention. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa memang terdapat perbedaan antara pengguna berjenis kelamin laki laki dan perempuan dalam mengimplementasikan suatu teknologi."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Astuti
"Skripsi ini membahas mengenai kebutuhan serta perilaku pencarian infomasi: studi kasus mahasiswa PDPT FIB UI 2007 dengan metode problem-based learning (PBL). Problem based learning adalah suatu metode belajar yang menempatkan masalah sebagai stimulan dalam proses belajar. Dengan metode ini proses belajar mengajar tidak lagi bersifat satu arah dan dosen hanya berperan sebagai fasilitator bukan lagi pemberi materi seperti dalam metode tradisional. Sehingga metode ini mengubah peran siswa yang sebelumnya hanya penerima materi manjadi pencari informasi. Selain itu metode ini menuntut siswa untuk mempersiapkan diri dengan berbekal materi-materi yang harus mereka baca sebelum memasuki kelas. Hal tersebut dikarenakan dalam kelas mereka tidak hanya mendengarkan dan menerima materi yang diberikan pengajar tetapi membagi pengetahuan yang telah mereka miliki atau ketahui sebelumnya kepada siswa lain, sehingga metode ini menuntut siswa untuk lebih aktif mencari informasi. Mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menunjang kegiatan perkuliahan sangat ditentukan oleh ketepatan strategi pencarian informasi yang diterapkan. Kesalahan dalam bertindak atau ketidaktahuan mengenai sumber informasi yang dapat diandalkan dapat menjadi faktor penghambat dalam rangka pengumpulan tugas yang diberikan pengajar. Keadaan ini jelas berhubungan erat dengan perilaku mahasiswa dalam mencari informasi yang diperlukan. Hasil dari penelitian ini adalah dalam melakukan pencarian informasi, tahap pencarian informasi yang dilakukan oleh seluruh mahasiswa PDPT FIB UI 2007 melakukan tahap starting, chaining, browsing, differentiating, extracting, ending. Untuk pemenuhan kebutuhan informasinya, mahasiswa PDPT FIB UI 2007 lebih mengandalkan sumber informasi formal daripada sumber informal. Sumber informasi formal yang lebih banyak digunakan adalah perpustakaan dan internet. Perpustakaan FIB merupakan sumber perolehan informasi utama mahasiswa karena hampir seluruh informan mengunjungi Perpustakaan FIB untuk meminjam koleksi buku PDPT dan buku umum yang digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan fasilitator dan untuk materi diskusi di dalam kelas. Dalam melakukan pencarian informasinya, mahasiswa mengalami hambatan yang berasal dari dalam dirinya, antar individu dan lingkungan. Hambatan yang dialami mahasiswa umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan antara lain: 1) keterbatasan koleksi karena buku yang miliki Perpustakaan FIB khusus untuk mata kuliah PDPT tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang menggunakan sehingga terpaksa mereka harus mencari ke sumber lain. 2) Informasi yang tidak relevan ikut terjaring. Hambatan yang dialami oleh seluruh informan adalah ketika menggunakan internet sebagai sumber perolehan informasi seperti mencari informasi di tempat pembuangan sampah. Banyaknya informasi yang tidak bermanfaat mengakibatkan sulitnya menjaring informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhan mereka. 3) Sarana penelusuran yang kurang efektif. Disebabkan karena ketika informan melakukan pencarian koleksi informasi yang tertera di OPAC berbeda dengan kenyataan di rak, hal tersebut dikarenakan Perpustakaan FIB saat ini masih dalam tahap otomasi. 4) Waktu pencarian yang terlalu sempit, beberapa informan mengeluhkan hal tersebut dikarenakan waktu yang diberikan fasilitator untuk menyelesaikan tugas terlalu sedikit, pada hari Jumat diberikan dan hari Senin dikumpulkan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14965
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Luluk Iskandar
"Skripsi ini membahas pola pencarian informasi dan jenis informasi yang dicari oleh siswa-siswi tunagrahita SLB Negeri 02 Jakarta di internet dan yang menggambarkan proses pencarian informasi yang dilakukan oleh siswa-siswi tunagrahita SLB Negeri 02 Jakarta. Siswa-siswi penyandang tunagrahita membutuhkan penanganan khusus serta metode pencarian informasi yang khusus. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi yang dilanjutkan dengan pembuatan fieldnotes dan dianalisis dengan teori Ellis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi yang diinginkan merupakan kebutuhan informasi yang memenuhi kepuasan pribadi dan pendidikan dengan jenis informasi yang dicari meliputi pelajaran, hiburan dan informasi di media sosial. Pola pencarian infromasi di internet oleh siswa-siswi tunagrahita SLB Negeri 02 Jakarta meliputi delapan tahap menurut Ellis yaitu starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending.
Hambatan yang ditemui dalam proses pencarian informasi di internet adalah lemahnya daya ingat sehingga diperlukan pengulangan instruksi oleh guru. Sedangkan dorongan pencarian informasi di internet oleh siswa-siswi tunagrahita SLB Negeri 02 Jakarta adalah rasa keingintahuan atas informasi. Sarana, prasarana dan fasilitas di SLB Negeri 02 Jakarta belum mendukung kegiatan belajar mengajar untuk siswa-siswi dan guru sehingga perlu diupayakan perbaikan.

This research discusses about the pattern of information seeking behavior and the type of information sought by mentally disabled students in SLB Negeri 02 Jakarta on the internet which describes their information seeking process. Students with disabilities need special treatments and method for seeking the information. This research is conducted by using a qualitative approach with an observation for data collection followed by making fieldnotes, and data, then analyzed by using Ellis theory.
The result indicates that their information needs are the information that fulfill their personal satisfaction and education. The types of the information are about studies, entertainment, and information from social media. According to Ellis, their pattern of information seeking are on eight stages, starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending.
The obstacles that they meet in the process of information seeking on the internet is the lack of memory, so the teachers need to repeat the instruction. The motivation that motivates the students to seek information on the internet is their curiousity towards information. The facilities and the infrastructures at SLB Negeri 02 Jakarta have not supported the teaching and learning activities, and need improvement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Masniari
"Penelitian ini membahas pencarian informasi mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia dalam memenuhi kebutuhan sumber informasi sejarah untuk penyusunan skripsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan lima informan. Model penelitian ini menggunakan gabungan model perilaku pencarian informasi Ellis dan Intervening Variable milik Wilson. Hasil dari penelitian ini adalah mahasiswa program studi Ilmu Sejarah menggunakan arsip berbagai jenis, buku, jurnal, narasumber, dan internet. Lokasi yang paling sering dikunjungi adalah Perpustakaan Universitas, Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional Indonesia. Perilaku pencarian informasi dengan enam tahapan dari Ellis tidak semuanya dilakukan informan. Hambatan yang dihadapi adalah personal, interpersonal hingga lingkungan.

This research analyzes information seeking behavior of students of Historical Science in Faculty of Humanities, University Indonesia. In complete the needs of historical information sources in thesis writing. This research uses qualitative descriptive method, by using five informants. This research also combines information seeking behavior model of Ellis and intervening variables of Wilson. The results shows that historical science’s students use various archive for data that they need as primary source, books, journals, resource persons, and internet. Location which is often visited by informants are UI’s library, national library, national archive of Indonesia. Informants not use all stages of the six stages in information seeking behavior. The informants also face personal, interpersonal and environmental barriers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fachry Falah
"Sertifikasi SCUBA diving tidak hanya diminati oleh orang-orang yang memiliki penghasilan tetap. Produk yang tidak menjadi kebutuhan pokok ini juga diminati oleh mahasiswa yang pada umumnya belum memiliki penghasilan tetap. Oleh karena itu, ada perilaku konsumen tertentu yang mendasarinya. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis perilaku konsumen sertifikasi SCUBA diving di kalangan mahasiswa menggunakan pemetaan persepsi. Perilaku konsumen diinterpretasikan ke dalam atribut-atribut tertentu. Kemudian atribut-atribut terpilih dibuat menjadi sebuah peta persepsi. Termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pembelian. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pertimbangan secara rasional dan emosional yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan dari konsumen sertifikasi SCUBA diving. Atribut-atribut yang berasal dari aspek emosional dan rasional informan dapat dikelompokkan dan pada akhirnya ditemukan empat jenis konsumen sertifikasi SCUBA diving yaitu, prospecting diver, discovery diver, ardent diver, purposive diver

SCUBA diving certification is not only interesting for people already have income. Products that are not a primary need are also in demand by students who generally don’t have stable income yet. That means there are particular consumer behaviors underlie. This study aims to analyze the consumer behavior of SCUBA diving certification among university students. Consumer behavior is interpreted as several particular attributes. Then the selected attributes are made into a perceptual map. Purchase decision process is included in it. This research is a qualitative study. The research found there is rational and emosional consideration involved in purchasing process. The attributes derived from informan’s emotional and rational aspects can be grouped and finally found four types of SCUBA diving certification consumers, namely prospecting diver, discovery diver, ardent diver, purposive diver.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Syakir
"Twenge, dkk (2007) menemukan bahwa eksklusi sosial berpengaruh negatif terhadap perilaku menolong. Ketika muncul pertanyaan apakah hal tersebut juga memiliki pengaruh yang sama pada remaja? Pentingnya perilaku menolong bagi perkembangan dan peran sosial remaja adalah alasan utama melakukan penelitian. Uji mediasi afek positif dilakukan untuk memperjelas hubungan kausalitas eksklusi sosial terhadap perilaku menolong. Manipulasi diberikan dalam bentuk false feedback tes kepribadian partisipan yang telah mengisi Eysenk Personality Quotionaire (EPQ). Skor afek positif diukur dengan Positive and Negative Affect Scale (PANAS Scale). Penelitian dilakukan pada 64 partisipan remaja pria dan wanita. Divariasikan menjadi kelompok yang mendapat eksklusi sosial (future alone, n=32) dan kelompok pembanding (future belonging, n=32).
Hasil signifikan menemukan kelompok yang mendapat manipulasi eksklusi (M=0,66, SD=1,72) lebih sedikit yang ikut menolong dibandingkan kelompok pembanding (M=0,87, SD=0,33), Χ2(1,64)=4,267, p<0,05 namun manipulasi eksklusi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap skor afek positif partisipan, t(62)= -1,851, p>0,05. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh eksklusi sosial terhadap menurunnya perilaku menolong remaja tidak dimediasi oleh afek positif yang dirasakan, z=1,44<1,96, p>0,05.

Twenge, et al (2007) have found social exclusion have negatively effect on helping behavior. When a question appears, whether it would also have the same effect on teens helping behaviour? Importance of helping behavior for teens developments and social role is the reason to doing this research. Testing positive affect as mediator conducted to clarify causality effect of social exclusion on helping behavior. Manipulation is given as false feedback of participant’s personality test, who have complete Eysenk Quotionaire Personality (EPQ). Positive affect measured with the Positive and Negative Affect Scale (PANAS Scale) on 64 participant male and female. Manipulation be variated as one group receiving social exclusion (future alone, n=32) and the other as comparison group (future belonging, n=32).
The results significant finding group has received exclusion manipulation (M=0.66, SD=1.72) participated less helping than the comparison group (M=0.87, SD=0.33), Χ2(1,64)=4.267, p<0.05, but exclusion did not have a significant effect on participants positive affect scores, t(62)= -1.851, p>0.05. The results showed the effect of social exclusion on the decrease teenager’s helping behavior is not mediated by positive affect, z=1.44<1.96, p> 0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robbins, Stephen P.
New York: Prentice-Hall, 2009
158.7 ROB o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Siswo Murdwiyono
"Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-2l, masalah moralitas dan budi pekerti menjadi keprihatinan dalam masyarakat kita. Realitas ini muncul dari berbagai kejadian yang meresahkan masyarakat, apalagi kejadian itu berkaitan dengan masalah remaja, sehingga kita patut bertanya bagaimana pendidikan moral yang selama ini diterapkan dalam keluarga kita? Kohlberg mengidentifikasi adanya enam tahap dalam perkembangan moral; dua tahap dalam tiga tingkatan yang dibedakan: pra-konvensional, konvensional, dan pascakonvensional. Tingkatan pra-konvensional, terdiri atas: tahap satu yang memiliki orientasi huk:uman dan kepatuhan, dan tahap dua yang mempunyai orientasi relativis instrumental. Tingkatan konvensional terdiri atas: tahap tiga yang berorientasi masuk dalarn "anak baik" dan "anak manis", tahap empat yang berorientasi pada hukum dan ketertiban. Sedangkan tingkatan pasca-konvensional yang memiliki ciri otonom dan berprinsip terdiri atas: tahap lima yang berorientasi pada kontrak sosiat legalistis, dan tahap enam orientasi pada azas etika universal. Pertumbuhan dalam pertimbangan moral merupakan proses perkembangan, yang menyangkut perubahan struktur kognitif. Pendidikan moral barns mempunyai tujuan untuk mencapai tahap pertimbangan moral yang lebih tinggi. Mutu lingkungan merupakan hal yang penting bagi penyusunan struktur moral yang barn. Tidak semua anak mengalami lingkungan yang menguntungksn, yang karena berbagai alasan barus berpisah dengan orangtuanya sejak kecil dan mereka harus menjadi penghuni penti asuban. Berdasarkan penelitian ini, pada umumnya remaja yang tinggal di panti asuban SOS Desa Taruna Jakarta memiliki tahap pertimbangan moral yang sesuai dengan perkembangan usianya, yaitu pada usia 16 sampai 20 tahun seseorang bergerak dalam empat tahap perkembangan moral. Tahap penirnbangan moral mereka sesuai dengan perilaku berdasarkan penilaian pengasuhnya. Namun, kesimpulan tersebut kurang menunjukkan kesesuaian dengan perilaku partisipan yang ditunjukkan dari pengakuan mereka sendiri. Penelitian ini roenunjukkan bahwa 83 % partisipan pernah melakukan pencurian, 69% membolos, 42% melihat film porno, 35% merokok, 21% tawuran, dan 9,5 % pernah melakukan hubungan seksual. Jadi 1 tidak selalu ada hubungan antar apa yang dipikirkan dan dikatakan oleh partisipan tentang moral dengan perilakunya. Dalam konteks pendidikan moral, hukuman menunjukkan ketidakerektifunnya, karena justru membuat akibat negatif yang dialami anak. Ketika remaja bersalah, harapan partisipan pada pengasuhnya adalah berkomunikasi, berdialog, dan menasebati. Demikian juga pengasuh mempunyai idealisme dalam mendidik anak yang terbaik yaitu dengan melakukan dialog dan komunikasi. Jadi, terdapat kesesuaian harapan antara anak asuh dan pengasuh dalam konteks pendidikan moral Kedisiplinan menurut partisipan masih perlu ditingkatkan, yaitu dengan membuat peraturan yang lebih ketat, tetapi tidak dengan rnenggunakan hukuman keras (fisik} Maka dalam pendidikan moral, dialog dan komunikasi antara anak dan orang tua pada umumnya, menjadi sarana yang diharapkan oleh kedua belah piilak, dan diharapkan dapat membuat suatu perilaku yang diharapkan. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya melibatkan satu panti asuhan. Banyak masalah yang dapat diperbandingkan, diperluas dan didalami, sehingga akan menjawab permasalahan yang muncul setelah membaca tulisan ini."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>