Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Farhan Djamal Hasan
"Tesis ini bertujuan mendapatkan akurasi diagnostik dari gejala dan tanda ginekologi sebagai upaya diagnosis penyebab keputihan. Menurut kepustakaan, penyebab keputihan yang paling sering adalah bakterial vaginosis, Candida sp, T.vaginalis, C.trachomatis, dan N.gonorrhoeae. Gejala yang diteliti adalah bau tidak sedap, gatal, rasa basah berlebih, nyeri vulva, nyeri sanggama, perdarahan diluar siklus haid, perdarahan pasca sanggama, dan nyeri buang air kecil.
Tanda yang diteliti adalah maserasi pada vulva, vagina kemerahan, fluor keruh kekuningan encer, fluor putih bergumpal, fluor keruh kekuningan encer berbuih, serviks dengan bercak bercak merah (strawberry cervix), serviks dengan ektopi dan fluksus berbentuk pus.
Dari 188 subyek yang dilakukan dengan consecutive sampling, didapat 82 subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada seluruh subyek dilakukan pemeriksaan gejala dan tanda ginekologis, serta dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pewarnaan Gram untuk bakterial vaginosis, sediaan basah untuk T.vaginalis dan Candida sp, PCR untuk N.gonorrhoeae dan C.trachomatis. Maserasi vulva, rasa basah berlebih, dan fluor keruh kekuningan encer memiliki akurasi diagnostik yang baik untuk bakterial vaginosis.
Maserasi vulva dan fluor putih bergumpal memiliki akurasi diagnostik yang baik untuk Candida sp. Fluor keruh encer kekuningan berbuih, dan bercak merah pada serviks memiliki akurasi diagnostik yang baik untuk T.vaginalis. Untuk C.trachomatis dan N.gonorrhoeae tidak ditemukan gejala dan tanda yang memiliki akurasi diagnostik baik.

Objective: This study aims to gather diagnostic accuracy of various gynecologic symptoms and signs in identifying causes of vaginal discharge.
Methods: 82 subjects were included in this cross sectional study. Gynecologic symptoms and signs were examined from each subject and further laboratory examinations were employed to identify the etiology. Diagnostic accuracy for each symptom and sign was calculated using result from the laboratory examination as the standard reference. Symptoms and signs with positive predictive value (PPV) of more than 50% were considered to have good diagnostic accuracy.
Results: For bacterial vaginosis, excessive wetness in genital area; vulvar maceration; and thin, turbid, yellowish vaginal discharge had PPVs of 53%; 52%; and 52%, respectively. For candidal vaginitis, vulvar maceration; and white, curd-like vaginal discharge had PPVs of 58% and 100%, respectively. For trichomoniasis, thin, turbid, frothy, yellowish vaginal discharge; and strawberry-cervix appearance had PPVs of 60% and 100%, respectively. There were no symptoms or signs with PPV of more than 50% for chlamydial cervicitis. Diagnostic accuracy for clinical findings in gonorrheal cervicitis could not be calculated due to small number of subjects.
Conclusion: Various gynecologic symptoms and signs were found to be accurate in diagnosing bacterial vaginosis, candidal vaginitis, and trichomoniasis. No symptoms or signs were considered accurate to aid etiological diagnosis for chlamydial cervicitis and gonorrheal cervicitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliefatien Asmanuwati
"Latar belakang: Keputihan merupakan sering dijumpai menjadi alasan wanita berobat ke dokter. Pengenalan faktor risiko dan gejala yang menyertainya serta kaitannya dengan penyebab mikrobiologi keluhan keputihan dapat berguna bagi klinisi dalam praktik sehari-hari. Penelitian ini mencari hubungan antara faktor risiko dan gejala yang dialami terhadap temuan mikrobiologi penyebab keputihan pada wanita usia reproduksi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang di Departemen Obstetri & Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Wawancara dilakukan pada pasien di poliklinik dengan keluhan keputihan untuk identifikasi faktor risiko dan gejala. Temuan mikrobiologi dikonfirmasi dengan pemeriksaan yang spesifik sebagai baku emas.
Hasil: Sebanyak 81 subjek ikut serta dalam penelitian ini. Candida sp merupakan penyebab infeksi tunggal terbanyak yang ditemukan (17 subjek, 12,3%). Hubungan seksual yang sering (≥3 times/week, p<0,001) dan keputihan meningkat setelah berhubungan seksual (p=0.04) bmerupakan faktor risiko dan gejala yang berhubungan dengan Bacterial vaginosis, berturut-turut. Bau amis (p=0,09), nyeri vulva (p=0,026), dan peningkatan keputihan setelah hubungan seksual (p=0,002) merupakan gejala yang berhubungan dengan Trichomonas vaginalis. Gatal (p=0,028), keputihan seperti gumpalan susu (p<0,001), dan keputihan meningkat setelah hari ke-14 siklus menstruasi (p<0.001) berhubungan dengan Candida sp sementara penggunaan pil KB kombinasi (p=0,03) dan perdarahan setelah hubungan seksual (p=0,009) merupakan gejala yang berhubungan dengan Chlamydia trachomatis.
Kesimpulan: Beberapa faktor risiko dan gejala berhubungan dengan temuan mikrobiologi spesifik sebagai penyebab keluhan keputihan pada populasi wanita usia reproduksi.

Background: Vaginal discharge is a common reason for women to seek medical attention worldwide. Recognition risk factors and symptoms and their association to specific microbiological causes of vaginal discharge can be benefical for clinician in clinical practice. This study aimed to identify risk factors and symptoms and their association to specific microbiological causes of vaginal discharge among reproductive aged women.
Methods: This was a cross-sectional study conducted in Department of Obstetric & Gynecology, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. We interviewed outpatient subjects with vaginal discharge for risk factors and symptoms. Microbiological causes identification was performed using gold standard methods.
Results: A total of 81 subjects were included in this study. Candida sp was the commonest single infection (17 subjects, 12.3%). Frequent (≥3 times/week) sexual intercourse (p <0.001) and increased discharge after sex (p=0.04) were risk factor and symptom associated with Bacterial vaginosis, respectively. Fishy odor (p=0.09), vulva pain (p=0.026), and increased discharge after sex (p=0.002) were symptoms associated with Trichomonas vaginalis. Itchy sensation (p=0.028), clumps of milk appearance (p<0.001), and discharge increased after 14th day of cycle (p<0.001) were associated with Candida sp while taking combination pill (p=0.03) and bloody discharge after sex (p=0.009) were associated with Chlamydia trachomatis.
Conclusion: Several risk factors and symptoms found to be associated with microbiological causes of vaginal discharge in our population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ines Cyntia
"Stroke merupakan kondisi kegawatan, semakin cepat pengobatan semakin tinggi kemungkinan hasil diperoleh. Mahasiswa sebagai populasi muda dipilih karena pada usia ini individu mulai membentuk gaya hidup jangka panjang. Sehingga program promotif dan preventif dapat diadaptasi dengan baik. Penelitian menggunakan desain deskriptif komparasi, cross sectional dengan populasi mahasiswa sarjana angkatan 2017 di Universitas Indonesia melibatkan 114 responden. Instrumen penelitian menggunakan  Stroke Knowledge Test. Analisis dilakukan menggunakan uji t independen beda dua rerata (α=0,05). Didapatkan hasil p=0,000 bermakna dari perbedaan skor mahasiswa kesehatan dan non kesehatan. Hampir tiap aspek yang dianalisis dalam karakteristik masuk dalam kategori mayoritas yang sama. Perlunya ketersediaan akses mata kuliah stroke lintas fakultas, sehingga mahasiswa dari fakultas selain kedokteran dan keperawatan dapat ikut belajar dan mendapatkan secara lebih dalam. Perlunya ketersediaan informasi stroke pada internet dan media sosial untuk kalangan muda sehingga informasi stroke bisa didapatkan secara mudah dan berimplikasi pada bertambahnya pengetahuan masyarakat.

Stroke is a condition of emergency, young population are chosen because at this age individuals begin to form long-term lifestyles. So that promotive and preventive programs can be well adapted. The study used a comparative descriptive, cross-sectional design with a population of undergraduate students class 2017 at the University of Indonesia involving 114 respondents. The research instrument used is the Stroke Knowledge Test. The analysis was performed using two mean independent t-test (α = 0.05). The results obtained were p = 0.000 which was significant from the difference in scores of health and non-health cluster students. Almost every aspect analyzed in the characteristics falls into the same majority category. Cross-faculty stroke courses are needed, so every students can gain basic stroke information properly. Stroke information needs to be availlable on the internet and social media so that stroke information can be obtained easily by young people and increasing public knowledge."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deshinta Rosalina Puspitasari
"ABSTRAK
Remaja merupakan salah satu kelompok yang paling berisiko terhadap masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan remaja, khususnya pada remaja wanita, adalah masalah kesehatan reproduksi: keputihan. Keputihan pada remaja dapat berdampak infeksi dan infertilitas. Oleh karena itu, penanganan keputihan remaja sangat perlu untuk dilakukan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan intervensi catatan harian kesehatan untuk meningkatkan perilaku kebersihan organ reproduksi remaja wanita dengan masalah keputihan. Hasil intervensi keperawatan keluarga menggunakan catatan harian kesehatan menunjukkan peningkatan perilaku perawatan kebersihan organ kewanitaan dan penurunan frekuensi keputihan. Oleh karena itu, pemanfaatan catatan harian kesehatan dapat diterapkan petugas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan perilaku perawatan kebersihan remaja dalam mengatasi masalah keputihan.

ABSTRACT
Adolescents are one of the most at risk group to health problem. One of problem in adolescents, especially in female adolescents, is reproductive health problem vaginal discharge. Vaginal discharge in adolescents can affect to infection and infertility. Therefore, management of vaginal discharge in adolescents is very important to be done. The purpose of this scientific project is to know about the description of family nursing care using health diary as an intervention in adolescents with vaginal discharge. The result of nursing intervention using health diary shows that vaginal hygiene behavior was increased and vaginal discharge frequent was decreased. Therefore, health diary can be used by health care workers to increase vaginal hygiene behavior in adolescents in order to solve vaginal discharge problem. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aghniya Cascara Ahmad
"Skizofrenia adalah gangguan psikis yang ditandai dengan penyimpangan kognitif, realitas, disorientasi persepsi, serta penarikan diri dari hubungan sosial. Penderita skizofrenia mengalami kemunduran dalam kemampuan berpikir dan berperilaku sebagai akibat dari penurunan kognitif, sehingga berpotensi melakukan perilaku kekerasan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Perilaku kekerasan merupakan perilaku yang melibatkan kekuatan fisik yang bertujuan untuk menyakiti, merusak, dan menghancurkan sesuatu. Tujuan karya ilmiah ini yaitu memberikan gambaran terkait penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan melalui terapi musik bernyanyi. Intervensi keperawatan yang diberikan selama 9 hari perawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan generalis yang telah ditetapkan disertai terapi musik sebagai intervensi tambahan. Hasil penerapan terapi musik yang dilakukan menunjukkan adanya penurunan tanda gejala risiko perilaku kekerasan dari skor 31 menjadi skor 2 dan kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan meningkat dari skor 3 menjadi skor 6. Melalui studi kasus ini diharapkan dapat menjadikan terapi musik sebagai tindakan keperawatan inovasi untuk mengendalikan risiko perilaku kekerasan dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit.

Schizophrenia is a mental disorder characterized by cognitive distortions, reality distortions, disorientation of perception, and withdrawal from social relationships. Patients with schizophrenia experience a decline in their cognitive and behavioral abilities due to cognitive decline, which may lead them to engage in violent behavior that poses a risk to themselves, others, and their surroundings. Violent behavior involves physical force aimed at causing harm, destruction, or devastation. The purpose of this scientific study is to provide an overview of the application of nursing care for patients at risk of violent behavior through singing therapy. Nursing interventions provided during a 9-day hospital stay were in line with established general nursing standards, accompanied by music therapy as an additional intervention. The results of the music therapy application showed a decrease in symptoms of violent behavior from a score of 31 to a score of 2 and an increase in the ability to control violent behavior from a score of 3 to a score of 6. Through this case study, it is hoped that music therapy can be established as an innovative nursing practice for controlling violent behavior in hospital care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nya Natalina Lukman
"Nama : Nya Natalina Lukman
Program Studi : Profesi Ners
Judul         : Penerapan Tindakan Verbal Asertif dalam Menurunkan Tanda dan Gejala Marah Pada Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu gangguan jiwa yang ditunjukkan dengan respon emosi yang timbul akibat dari kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman sehingga dapat membahayakan orang lain maupun lingkungan. Tanda dan gejala yang timbul pada Tn. I yang mengalami risiko perilaku kekerasan antara lain marah-marah, teriak-teriak, bicara kasar dengan nada suara yang tinggi, kadang mondar-mandir dan gelisah. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran hasil penerapan tindakan verbal asertif pada asuhan keperawatan klien Tn. I dengan risiko perilaku kekerasan. Tindakan keperawatan yang dilakukan berupa tindakan keperawatan generalis yang berfokus pada tindakan verbal asertif. Hasil evaluasi yang diukur dengan menggunakan instrumen tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan selama 7 hari menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala dan mengalami peningkatan kemampuan pasien dalam mengekspresikan rasa marahnya secara asertif. Diharapkan tindakan verbal asertif dapat dimasukkan dalam aktivitas terjadwal klien, serta keluarga dilibatkan dalam latihan ini sehingga kemampuan pasien dalam melakukan latihan asertif dapat berkesinambungan dan lebih efektif. Kata kunci : risiko perilaku kekerasan, gangguan jiwa, verbal asertif

Name : Nya Natalina Lukman
Study Program : Nursing Profession
Title         : Application of Assertive Verbal Measures in Reducing Anger Signs and Symptoms in Patients at Risk of Violent Behavior. The risk of violent behavior is a mental disorder which is indicated by the emotional response that arises as a result of increased anxiety and is perceived as a threat so that it can harm other people and the environment. Signs and symptoms that arise in Mr. Those who are at risk of violent behavior include being angry, shouting, speaking harshly in a high tone of voice, sometimes pacing and restless. The purpose of writing this scientific paper is to provide an overview of the results of the application of assertive verbal actions in the nursing care of the client Mr. I with the risk of violent behavior. Nursing actions taken are generalist nursing actions that focus on assertive verbal actions. The results of the evaluation measured using the instrument for signs and symptoms of risk of violent behavior for 7 days showed a decrease in signs and symptoms and an increase in the patient's ability to express his anger assertively. It is hoped that assertive verbal actions can be included in the client's scheduled activities, and the family is involved in this exercise so that the patient's ability to carry out assertive exercises can be sustainable and more effective. Keywords: risk of violent behavior, mental disorders, verbal assertiveness
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Bahtiar
"Skizofrenia merupakan kondisi gangguan kejiwaan serius dan kronis yang dapat menyebabkan pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang menyimpang. Penderita skizofrenia dapat mengalami peningkatan emosi seperti mudah marah, mudah tersinggung, dan mengamuk yang dapat meningkatkan risiko untuk melakukan perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana hilangnya kendali perilaku seseorang yang dapat diarahkan pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Tujuan karya ilmiah ini untuk memberikan gambaran terkait penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan melalui terapi musik. Penerapan terapi musik yang digunakan yaitu terapi musik aktif atau bernyanyi. Pasien bernama Tn. M, berusia 20 tahun, memiliki riwayat gangguan jiwa sejak 2019 lalu yang mengalami risiko perilaku kekerasan. Tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengendalikan risiko perilaku kekerasan sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang sudah ditetapkan untuk pasien yaitu dengan tindakan keperawatan generalis selama 11 hari dan terapi musik sebagai teknik relaksasi selama 6 hari. Hasil penerapan terapi musik yang dilakukan menunjukkan adanya penurunan tanda gejala risiko perilaku kekerasan dari skor 19 menjadi skor 2 dan kemampuan mengendalikan risiko perilaku kekerasan yang meningkat dari skor 1 menjadi 11. Terapi musik diharapkan dapat diterapkan sebagai tindakan keperawatan inovasi untuk mengendalikan risiko perilaku kekerasan dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit.

Schizophrenia is a serious and chronic psychiatric disorder that can cause distorted thoughts, perceptions, emotions, movements and behavior. People with schizophrenia can experience increased emotions such as irritability, irritability, and tantrums which can increase the risk of violent behavior. Violent behavior is a situation in which a person's behavior is lost which can be directed at oneself, others, or the environment. The purpose of this scientific work is to provide an overview regarding the application of nursing care to patients at risk of violent behavior through music therapy. The application of music therapy used is active music therapy or singing. The patient named Mr. M, 20 years old, has a history of mental disorders since 2019 which is at risk of violent behavior. Nursing actions given to control the risk of violent behavior are in accordance with nursing care standards that have been set for patients, namely generalist nursing actions for 11 days and music therapy as a relaxation technique for 6 days. The results of the application of music therapy showed that there was a decrease in symptoms of the risk of violent behavior from a score of 19 to a score of 2 and the ability to control the risk of violent behavior increased from a score of 1 to 11. It is hoped that music therapy can be applied as an innovative nursing action to control the risk of violent behavior in giving nursing care in hospital."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fadiyah
"Masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan biasanya muncul karena agresivitas yang sering dikaitkan dengan penderita skizofrenia. Afek dan emosi pada pasien skizofrenia memengaruhi perilaku seperti gerakan tangan dan tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara yang dapat terlihat jelas ketika seseorang mengungkapkan dan mengalami perasaan serta emosi, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penerapan deeskalasi dengan latihan expressive writing dalam menurunkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan. Klien merupakan seorang wanita berusia 29 tahun dengan skizofrenia. Terapi yang diberikan adalah tindakan keperawatan generalis dan dengan menerapkan expressive writing sebagai bentuk deeskalasi. Expressive writing adalah bagian dari terapi ekspresif yang digunakan untuk membantu pemulihan dan meningkatkan kesehatan mental. Expressive writing didefinisikan sebagai kegiatan menulis yang menggambarkan pikiran dan perasaan yang jujur tentang pengalaman hidup dan dapat digunakan sebagai media untuk mengungkapkan perasaan yang terpendam. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan lembar evaluasi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dikembangkan oleh Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan expressive writing efektif menurunkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan pada klien. Latihan expressive writing direkomendasikan untuk menjadi intervensi alternatif deeskalasi khususnya pada klien dengan risiko perilaku kekerasan.

The risk of violent behavior in nursing diagnosis is usually arise because of aggressiveness which is often associated with people with schizophrenia. Affects and emotions in schizophrenic patients affect behaviors such as hand and body movements, facial expressions, and tone of voice that can be seen clearly when a person expresses and experiences feelings and emotions. This study aims to analyze the effectiveness of applying de-escalation with expressive writing exercises in reducing signs and symptoms of risk of violent behavior. The client is a 29-year-old woman with schizophrenia. The therapy given is generalist nurse intevention and by applying expressive writing as a form of de-escalation. Expressive writing is part of expressive therapy that is used to help recovery and improve mental health. Expressive writing is defined as a writing activity that describes honest thoughts and feelings about life experiences and can be used as a medium to express hidden feelings. The evaluation was carried out using an evaluation sheet for signs and symptoms of risk of violent behavior developed by the Department of Psychiatric Nursing, Faculty of Nursing, University of Indonesia. The results of this study indicate that the application of expressive writing is effective in reducing the signs and symptoms in client with the risk of violent behavior. Expressive writing exercises are recommended to be an alternative de-escalation intervention, especially for clients with the risk of violent behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kesuma Astuti
"Anak palsi serebral (PS) memiliki faktor risiko terjadinya refluks patologis. Penegakan diagnosis penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) menjadi tantangan tersendiri karena gejala sangat bervariasi dan keterbatasan kemampuan komunikasi anak PS. Diperlukan penelitian yang mengkaji masalah tersebut agar dapat dijadikan panduan dalam penegakan diagnosis. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan indeks refluks dengan gejala dan tanda klinis refluks pada anak PS. Kami melakukan penelitian analitik observasional menggunakan desain potong lintang. Subyek adalah anak palsi serebral tipe spastik yang berusia 1-18 tahun yang berobat ke RSCM. Semua subyek dilakukan pemeriksaan pH-metri impedansi. Pengamatan dan pelaporan gejala dan tanda klinis refluks oleh orang tua atau wali selama perekaman pH-metri impedansi. Kami merekrut 48 subyek yang mayoritas berjenis kelamin lelaki dan kelompok usia 1-5 tahun. Prevalensi PRGE pada anak PS tipe spastik usia 1-18 tahun sebesar 29,1%. Median indeks refluks [13,4 (8,85-19,1)] pada kelompok PRGE dan [1,15 (0,17-2,12)] pada non-PRGE. Analisis bivariat menunjukan hubungan bermakna antara indeks refluks dengan posisi Sandifer (p= 0,048) dan batuk (p= 0,041) dan hematemesis (p= 0,001). Posisi Sandifer, batuk dan hematemesis merupakan gejala dan tanda klinis yang mempunyai hubungan bermakna dengan indeks refluks pada anak palsi serebral.

Children with cerebral palsy (CP) have risk factors for pathological reflux. Making a diagnosis of gastroesophageal reflux disease (GERD) is a challenge. Research is needed to examine this problem so can be used as a guide in making a diagnosis. This study aims to determine the relationship between reflux indeks with clinical signs and symtomps of reflux in children with CP. We conducted an observational analytic study using a cross-sectional design. Subjects were children with spastic type CP, aged 1-18 years who were patients at Cipto Mangunkusumo Hospital. All subjects underwent impedance pH-metry examinations. Observation and reporting of clinical signs and symptoms of reflux by parents or guardians. We recruited 48 subjects, the majority of whom were male and in the age group 1-5 years. The prevalence of GERD in spastic type PS children aged 1-18 years is 29.1%. The median reflux index in the GERD and non-GERD group were [13.4 (8.85-19.1)] and [1.15 (0.17-2.12)]. Bivariate analysis showed a significant relationship between reflux index with Sandifer position (p= 0.048), cough (p= 0.041) and hematemesis (p=0.001). Sandifer position, cough and hematemesis are have a significant relationship with the reflux index in children with CP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Adi Saputra
"Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang sampai saat ini masih banyak terjadi. Skizofrenia dapat memunculkan salah satunya gejala negatif yaitu cenderung menarik diri secara sosial atau isolasi sosial. Masalah isolasi sosial harus segera ditangani segera, karena dapat berdampak kepada pasien seperti halusinasi, defisit keperawatan diri, dan parahnya melakukan bunuh diri. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ners ini  untuk menganalisis asuhan keperawatan generalis dengan berfokus terapi musik pada pasien skizofrenia gejala negatif dengan isolasi sosial. Implementasi asuhan keperawatan secara khusus dilakukan selama 8 hari di ruang Arimbi RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Pasien secara bertahap dimotivasi untuk berinteraksi dengan melakukan terapi musik.  Hasil asuhan keperawatan yang diberikan menunjukan bahwa terdapat penurunan tanda dan gejala skizofrenia gejala negatif dengan isolasi sosial. Penerapan terapi musik diharapkan dapat menjadi acuan dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial. Kata kunci : Gejala negatif, isolasi sosial, skizofrenia, terapi musik.

Schizophrenia is one of the most common mental disorders. Schizophrenia can give rise to one of the negative symptoms, namely the tendency to withdraw socially or socially isolate. The problem of social isolation must be addressed immediately, because it can have an impact on patients such as hallucinations, self-care deficits, and severe suicide. The purpose of writing this final scientific paper for nurses is to analyze generalist nursing care by focusing on music therapy in schizophrenic patients with negative symptoms with social isolation. The implementation of nursing care was specifically carried out for 8 days in the Arimbi room of RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Patients are gradually motivated to interact by doing music therapy. The results of the nursing care provided showed that there was a decrease in the signs and symptoms of schizophrenia with negative symptoms with social isolation. The application of music therapy is expected to be a reference in nursing care for patients with social isolation. Keywords : Negative symptoms, social isolation, schizophrenia, music therapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>