Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10620 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heru Effendy
Jakarta: Erlangga, 2008
791.43 HER i (1);791.43 HER i (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
H. Amura, 1917-
Jakarta: Lembaga Komunikasi Massa Islam Indonesia, 1989
791.430 9 AMU p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Guidho Geofandi
"ABSTRAK
Film animasi lokal di Indonesia mengalami perkembangan pada segi kuantitas serta kualitas
dalam beberapa tahun terakhir ini. Ini ditunjukkan dari banyaknya film animasi lokal yang
tayang di beberapa media di Indonesia dan juga penghargaan yang mereka dapatkan. Baiknya
kualitas dari film animasi lokal di Indonesia tak luput dari ide dan inovasi yang dilakukan
oleh si pembuatnya. Makalah ini meneliti perkembangan film animasi di Indonesia dengan
tujuan menjelaskan animasi secara deskriptif dan menunjukkan para pembuat film animasi di
Indonesia. Dengan analisis kualitatif terhadap film animasi yang tayang pada tiap aplikasi
yang berbeda, makalah ini berargumen mengenai penggunaan ide cerita serta inovasi dari segi
teknik pembuatan dalam industri film animasi lokal, yang kemudian dapat menambah daya
tarik penonton lokal.

ABSTRACT
Local animation film in Indonesia has experienced growth in terms of quantity and quality in
recent years. It was shown from the many local animated films that aired in several media in
Indonesia and also rewards they get. The good quality of the animated film locally in
Indonesia did not escape from the ideas and innovations made by the creator. This paper
examines the development of animated films in Indonesia, with the purpose of explaining the
animation through some applications in descriptive way, and showing the animated film
creator in Indonesia. With the qualitative analysis of the animated film that aired on each of
the different applications, this paper argues that the use of story ideas and innovation in terms
of technique in the production of local animation film industry, which then can adds to the
appeal of the local audience."
[, ], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Effendy
Jakarta: Erlangga, 2008
384.55 HER i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gea Rexy Pradipta
" ABSTRAK
Penelitian ini mencoba untuk mencari penyebab turunnya jumlah penonton film
horor Indonesia yang terjadi dari tahun 2010 sampai 2015 dari sudut pandang
pelaku industri sekaligus penonton. Penelitian mengenai film horor Indonesia
sering dikaji dari sisi konten atau penonton, sementarapenelitian ini secara
komprehensif mengkaji film horor Indonesia pada empat sektor yang menjadi
sistem penghidup industri film yakni produksi, distribusi, eksebisi, dan konsumsi.
Tiga film horor Indonesia, Badoet, Déjàvu: Ajian Puter Giling, dan Midnight Show
menjadi objek penelitian untuk menggambarkan penyebab penurunan penonton
film horor Indonesia keseluruhan. Penelitian ini menemukan bahwa
penyebabturunnya jumlah penonton film horor Indonesia tidak hanya sekedar
faktor penonton di sektor konsumsi yang enggan membeli tiket, tapi ada bebera
faktor lain yang mempengaruhi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif
dengan paradigma interpretatif. Dengan metode tersebut, penelitian ini melihat
secara komprehensif dan lebih dalam permasalahan film horor Indonesia dalam
konteks makro serta mikro.

ABSTRACT
This research tried to find the reasons of Indonesia horror film audience drop at
2010-2015 from the industry and audience perspective. Researches about Indonesia
horror film have been done in content or audience side. Yet, this research will be
seen Indonesia horror film in a wider side, which are production, distribution,
exhibition, and consumption at once. Three Indonesia horror movie, Badoet,
Déjàvu: Ajian Puter Giling, and Midnight Show became research?s object to
illustrated the cause of why Indonesia Horror Movie have audience drop in these
recent years. This research finds that the cause of audience drop is not only from
the consumption factor, but from other factors too that responsible. This research
uses a qualitative method and interpretative paradigm. That method allowed this
research to see the phenomena comprehensively and deep of Indonesia horror film
problems, either in macro and micro."
2016
S66882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Effendy
Jakarta: Yayasa Konfiden, 2002
791.43 HER m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Kurnia
"Dari awal kelahirannya hingga fenomena kontemporer, pertumbuhan industri perfilman Indonesia mengalami pasang surut yang tiada henti. Penelitian ini tertarik membahas posisi dan resistensi industri perfilman nasional terhadap industri film dunia dan sudut pandang ekonomi politik yang dimodifikasi dengan penggunaan world-system theory. Mengingat sudah berpuluh tahun industri perfilman global dikuasai Amerika (Hollywood), kajian ini juga akan melihat aspek historisitas perfilman dunia. Selain itu, mengingat Indonesia bukan satu-satunya negara di Asia yang industri perfilmannya terhegemoni Hollywood, penelitian ini juga melakukan komparasi terhadap industri perfilman India, Thailand, Singapura dan Korea. Untuk itu, sangat relevan jika peneliti mengungkap : Bagaimana karakteristik world film system yang menggiring pada dominasi Hollywood? Bagaimana proses akumulasi kapital terjadi dalam film dunia? Bagaimana relasi industri perfilman Indonesia sebagai periphery terhadap Hollywood sebagai core dibandingkan dengan industri film negara lain di Asia? Bagaimana perubahan kekuasaan dan kepentingan dalam industri perfilman Indonesia? Bagaimana perkembangan industri perfilman Indonesia merubah posisi core-periphery dalam industri film global?
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis dengan tipe penelitian kualitatif. Untuk pengumpulan data di lapangan digunakan tiga teknik : document analysis berupa buku, dokumen resmi, artikel jurnal cetak rnaupun intemet, hasil penelitian terdahulu dan artikel media massa; indepth¬interview dengan regulator perfilman, pekerja film dan pengamat pertilman; dan observasi. Data yang didapat kemudian dianalisa melalui analisa ekonomi politik kritis dengan varian konstruktivisme kerangka berpikir world-system theory.
Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa industri perfilman global lebih banyak berkembang di Amerika terutama ketika Hollywood memasuki masa keemasan sistem studionya. Sejak itu teknologi maupun genre film dunia di negara
dunia ketiga termasuk Asia dipengaruhi oleh Hollywood. Meskipun begitu, kehadiran teknologi televisi yang diikuti perkembangan media global membuat industri pefilman dunia melakukan pertunangan dengan media lain. Tak heran jika kemudian dunia media global sejak 1990-an dikuasai oleh beberapa perusahaan besar (TNCs). Proses akumulasi kapital yang dilakukan perusahaan besar ini membuat struktur pasar industri film dunia bersifat oligopolic. Relasi yang muncul antara core (Hollywood) dengan negara Asia (periferi) adalah kecenderungan ketergantungan mereka terhadap supply film dari Hollywood. Ketergantungan ini sengaja di-maintain oleh pemain-pemain kuat Hollywood didukung oleh lembaga-lembaga ekonomi internasional serta armada distribusi intemasional yang kuat.
Kuatnya dominasi Hollywood ini tak berarti akan menimbulkan respon dan resistensi yang sama dari negara-negara Asia lainnya. India menunjukkan keberhasilannya melakukan imitasi Hollywod dengan upaya plusnya menumbuhkan sense lokal dalam film-filmya. Thailand mulai maju ke pentas film dunia internasional dengan mengambil wilayah lain baik secara geografis maupun muatan teks film yang ditawarkan sekaligus bekerjasama dengan industri perfilman Hollywood. Singapura dengan sadar menempatkan industri perfilmannya yang masih kecil untuk terbuka terhadap dominasi Hollywood. Sementara Korea menerapkan strategi integratif untuk mengalahkan film Amerika dengan membuat film nasionalnya menguasai pasaran film Korea.
Sementara itu dalam industri perfilman Indonesia, tampak bahwa negara kurang responsif terhadap perkembangan film dunia. Regulasi film yang dibuat pada masa Orde Baru sudah tidak relevan dengan perkembangan konteks sosial politik pasca reformasi. Selain itu, belum ada upaya jelas menumbuhkan produksi film nasional sekaligus melakukan upaya resistensi terhadap gempuran film impor. Pasar film sendiri menunjukkan film nasional hares bersaing ketat dengan meluapnya film impor di pasaran, televisi dan pembajakan cakram VCD dan DVD. Meskipun begitu, langkah awal untuk menuju pertumbuhan status periferi perfilman Indonesia mulai muncul. Terdapat resistensi yang kuat dari segolongan sineas yang mempunyai background keilmuan film untuk memproduksi film yang berkualitas sekaligus memadukan dengan strategi pasar balk nasional maupun intemasional. Mereka menciptakan pasar dan penonton film baru sekaligus memasarkan film nasional melalui ajang-ajang festival intemasional. Hal yang sama juga dilakukan oleh para sineas film independen yang mempunyai pola produksi dan distribusi yang unik.
Kajian di atas menunjukkan bahwa penggunaan world system theory dalam analisis ekonomi politik secara teoritis memberikan sumbangan yang besar terutama dalam menunjukkan konteks makro industri perfilman nasional dalam tatanan film dunia. Di samping ini, perspektif ini juga memungkinkan penggunaan analisis historis materialis untuk melihat ke belakang pertumbuhan industri film nasional dan global yang mempengaruhi fenomena kontemporer industri perfilman Indonesia. Modifikasi world-system theory dan ekonomi politik media dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa cistern film dunia berikut struktur yang memuat relasi core-periphery bersifat dinamis yang tergantung dengan konteks waktu dan geografis. Respon serta resistensi industri film Indonesia dan negara-negara lain di Asia terhadap dominasi film Hollywood tidaklah bersifat sama. Oleh karena itu, sangat relevan jika pada kajian mendatang dilakukan analisis yang lebih mendalam dan mikro terhadap proses konsumsi ataupun resistensi melalui teks film dalam melihat pertumbuhan industri film nasional.
Sedangkan secara praktis, penelitian ini memberikan pemetaan terhadap permasalahan, tantangan dan prospek masa depan industri perfilman Indonesia yang tak hanya dilihat dari level nasional, melainkan juga global, nasional dan intemasional yang membutuhkan komitmen yang tinggi baik dari pemerintah, pekerja film dan khalayak untuk memanfaatkan momentum panting pertumbuhan film nasional era paska reformasi ini."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22615
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendo Chrismas Damus
"ABSTRAK
Industri perfilman di Australia sedang dalam keadaan krisis, seperti yang terlihat dari hasil yang cukup fluktuatif dari tahun 1970an. Meskipun perfilman Australia sempat mengalami kejayaan di tahun debutnya 1906 , keadaan semakin memburuk sejak tahun 1920an. Beberapa alasan telah ditemukan seperti keterbatasan dalam anggaran dan layar tayang, serta strategi distribusi yang salah. Makalah ini akan membahas penyebab yang telah disebutkan dan juga solusi terhadap kondisi perfilman di Australia yang memburuk.

ABSTRACT
Nowadays, Australian cinema has been considered in a state of crisis, as its performance has been fluctuating from 1970s. Although the industry has its greatness in its debut in 1906, the accomplishment has been declining from 1920s. There are some reasons of this condition such as limitations on budget and number of screens, as well as an incorrect distribution strategy. This paper will mainly focus on these reasons why Australian Cinema has not been improving, and providing solution as well."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arfanthony
"Film merupakan gabungan dari rekaman kenyataan dan pemberian bentuk dari daya imajinasi manusia yang melibatkan berbagai unsur seni, teknologi dan komunikasi massa_ Sebagai media cangkokan dari unsur-unsur seni, film akrab dengan aktifitas irnajinatif dan proses simbolis, yakni kegiatan manusia menciptakan makna yang menunjuk realitas lain yang diwujudkan dengan bantuan perangkat teknologi. Film memiliki kesanggupan untuk mernpengaruhi selera, sikap, nilai-nilai, pengertian dan kesadaran manusia tentang dirinya, masyarakat bangsanya dan anti kehidupan karena daya rangsang dan daya jangkau yang begitu luas dan mendalam. Untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan perfilman di Indonesia serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap film perlu dibuat sebuah Pusat Perfilman sebagai wadah komunikasi diantara masyarakat perfilman dan masyarakat umum yang ingin mendapatkan informasi mengenai dunia perfilman."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosua Hara Rizky
"[ ABSTRAK
Tulisan ini merupakan studi terhadap industri perfilman nasional dalam menghadapi masuknya impor film Hollywood di Indonesia. Kondisi ini kemudian dianalisis melalu sudut pandang regulasi dengan mengidentifikasi sejumlah regulasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mengetahui apakah kebijakan perfilman yang diterapkan saat ini apakah sudah melindungi kepentingan perfilman nasional; yaitu menciptakan industri perfilman nasional yang memiliki daya saing dalam menghadapi masuknya film impor Hollywood di Indonesia. Sehingga pembahasan dari penelitian ini mencakup; kebijakan tarif bea masuk film impor, kuota film impor, pajak film impor, subsidi terhadap produksi film domestik, persyaratan ijin untuk mengimpor film asing, dan ketentuan minimum jam tayang film lokal sebanyak 60%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian literatur. Adapun hasil dari penelitian ini adalah ditemukan sejumlah regulasi perfilman yang ditetapkan oleh Pemerintah, salah satunya adalah UU No.33 Tahun 2009 tentang Perfilman. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ditemukannya regulasi yang melindungi perfilman nasional namun terdapat juga kebijakan yang justru melemahkan industri perfilman nasional.

ABSTRACT
This paper is talking about Indonesia national film industry studies in facing to Hollywood film imported in Indonesia. This situation were analyzed through the implementation of film industry regulation which officialy decided by government of Indonesia according to protecting national film industry needs. This paper will tell us more about tax regulation for imported film , imported film quota, how government subsidized local film production, and screen-time quota for local film in cinema. Furthermore, this paper is literature review methods analysis. Finally, we could conclude that there are some of regulation which support to national film industry protection. In other hand, we found that there also any regulation which potential to make our film industry weakly.;This paper is talking about Indonesia national film industry studies in facing to Hollywood film imported in Indonesia. This situation were analyzed through the implementation of film industry regulation which officialy decided by government of Indonesia according to protecting national film industry needs. This paper will tell us more about tax regulation for imported film , imported film quota, how government subsidized local film production, and screen-time quota for local film in cinema. Furthermore, this paper is literature review methods analysis. Finally, we could conclude that there are some of regulation which support to national film industry protection. In other hand, we found that there also any regulation which potential to make our film industry weakly.;This paper is talking about Indonesia national film industry studies in facing to Hollywood film imported in Indonesia. This situation were analyzed through the implementation of film industry regulation which officialy decided by government of Indonesia according to protecting national film industry needs. This paper will tell us more about tax regulation for imported film , imported film quota, how government subsidized local film production, and screen-time quota for local film in cinema. Furthermore, this paper is literature review methods analysis. Finally, we could conclude that there are some of regulation which support to national film industry protection. In other hand, we found that there also any regulation which potential to make our film industry weakly.;This paper is talking about Indonesia national film industry studies in facing to Hollywood film imported in Indonesia. This situation were analyzed through the implementation of film industry regulation which officialy decided by government of Indonesia according to protecting national film industry needs. This paper will tell us more about tax regulation for imported film , imported film quota, how government subsidized local film production, and screen-time quota for local film in cinema. Furthermore, this paper is literature review methods analysis. Finally, we could conclude that there are some of regulation which support to national film industry protection. In other hand, we found that there also any regulation which potential to make our film industry weakly., This paper is talking about Indonesia national film industry studies in facing to Hollywood film imported in Indonesia. This situation were analyzed through the implementation of film industry regulation which officialy decided by government of Indonesia according to protecting national film industry needs. This paper will tell us more about tax regulation for imported film , imported film quota, how government subsidized local film production, and screen-time quota for local film in cinema. Furthermore, this paper is literature review methods analysis. Finally, we could conclude that there are some of regulation which support to national film industry protection. In other hand, we found that there also any regulation which potential to make our film industry weakly.]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>