Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 243901 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lumban Tobing, Duma
"Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya yang mengakibatkan individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir adalah memberikan gambaran pemberian asuhan keperawatan pada isolasi sosial melalui pendekatan model interpersonal Peplau dan modeling and role modeling model Erikson, Tomlin dan Swain di Ruang Bratasena Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Manajemen asuhan keperawatan spesialis jiwa ini dilakukan pada 15 klien isolasi sosial dengan pemberian terapi social skills training dan psikoedukasi keluarga. Hasil pemberian terapi menunjukan adanya peningkatan kemampuan klien dalam bersosialisasi, penurunan tanda dan gejala isolasi sosial dan peningkatan kemampuan keluarga merawat klien dengan isolasi sosial. Efektifitas terapi menunjukan bahwa terapi social skills training efektif menurunkan gejala isolasi sosial khususnya pada gejala kognitif, sosial dan perilaku. Terapi social skills training dapat direkomendasikan sebagai standar terapi spesialis keperawatan pada klien isolasi sosial

Social isolation is a state of loneliness experienced by a person because of other people's negative attitudes and states considered threatening to the individual which resulted in decreased or even not at all able to interact with others around them. The purpose of the study was described an overview nursing management to the patients with social isolation using Peplau interpersonal model and modeling and role modeling Erikson,Tomlin & Swain approach at Bratasena Room Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor. Social social skills training and family psychoeducation were recognize as a nursing specialists intervention provided 15 clients. Results of therapy shown that increased client's ability to socialize, reduction of signs and symptoms of social isolation and increased the ability of families caring for clients with social isolation. Effectiveness of therapy showed that social skills training therapy was effective in reducing symptoms of social isolation particulary cognitive, social and behavioural. Social skills training therapy can be recommended as standard therapy nursing specialists on client social isolation"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Tobing, Duma
"Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya yang mengakibatkan individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir adalah memberikan gambaran pemberian asuhan keperawatan pada isolasi sosial melalui pendekatan model interpersonal Peplau dan modeling and role modeling model Erikson, Tomlin dan Swain di Ruang Bratasena Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Manajemen asuhan keperawatan spesialis jiwa ini dilakukan pada 15 klien isolasi sosial dengan pemberian terapi social skills training dan psikoedukasi keluarga.
Hasil pemberian terapi menunjukan adanya peningkatan kemampuan klien dalam bersosialisasi, penurunan tanda dan gejala isolasi sosial dan peningkatan kemampuan keluarga merawat klien dengan isolasi sosial. Efektifitas terapi menunjukan bahwa terapi social skills training efektif menurunkan gejala isolasi sosial khususnya pada gejala kognitif, sosial dan perilaku. Terapi social skills training dapat direkomendasikan sebagai standar terapi spesialis keperawatan pada klien isolasi sosial.

Social isolation is a state of loneliness experienced by a person because of other people's negative attitudes and states considered threatening to the individual which resulted in decreased or even not at all able to interact with others around them. The purpose of the study was described an overview nursing management to the patients with social isolation using Peplau interpersonal model and modeling and role modeling Erikson,Tomlin & Swain approach at Bratasena Room Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor. Social social skills training and family psychoeducation were recognize as a nursing specialists intervention provided 15 clients.
Results of therapy shown that increased client's ability to socialize, reduction of signs and symptoms of social isolation and increased the ability of families caring for clients with social isolation. Effectiveness of therapy showed that social skills training therapy was effective in reducing symptoms of social isolation particulary cognitive, social and behavioural. Social skills training therapy can be recommended as standard therapy nursing specialists on client social isolation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Shiny Frederika
"Kesepian umum terjadi pada individu dewasa awal, usia yang penuh perubahan dan instabilitas. Meski umum, kesepian berdampak buruk bagi kehidupan individu sehingga perlu diatasi. Penerapan mindfulness, salah satunya yaitu, interpersonal mindfulness, diusulkan dapat mengatasi kesepian dalam konteks relasi sosial. Penelitian ini melihat hubungan antara interpersonal mindfulness dan kesepian pada 149 individu berusia 18-25 tahun. Kesepian diukur dengan UCLA Loneliness Scale Revised Version 3 dan interpersonal mindfulness dengan Interpersonal Mindfulness Scale. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara interpersonal mindfulness dan kesepian. Temuan ini menunjukkan bahwa interpersonal mindfulness tidak berkaitan langsung dengan tingkat kesepian pada individu dewasa awal.

Loneliness commonly occurs in young adults, a period marked by change and instability. Despite its prevalence, loneliness adversely impacts individuals' lives and requires intervention. Mindfulness practices, such as interpersonal mindfulness, are suggested to address loneliness within social relationships. This study examines the relationship between interpersonal mindfulness and loneliness in 149 individuals aged 18-25 years. Loneliness was assessed using the UCLA Loneliness Scale Revised Version 3, while interpersonal mindfulness was measured using the Interpersonal Mindfulness Scale. The research findings indicate no significant relationship between interpersonal mindfulness and loneliness. These findings suggest that interpersonal mindfulness does not directly correlate with loneliness levels in young adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Khairunnisa Saputri
"Hubungan antara kesepian dan adiksi smartphone tidak selalu ditemukan berkorelasi secara signifikan. Di sisi lain, Deficient Self-Regulation Model mengajukan disregulasi emosi sebagai mediator dalam hubungan antara adiksi smartphone dan kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali hubungan positif antara kesepian dan adiksi smartphone, serta sejauh mana hubungan tersebut dapat dimediasi oleh disregulasi emosi. Sebanyak 158 dewasa muda (69% perempuan; Musia = 21,19, SD = 1,92) diukur menggunakan Smartphone Addiction Scale – Short Version, Revised UCLA Loneliness Scale, dan Brief Version of Difficulties in Emotion Regulation Scale. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa kesepian berhubungan secara positif dan signifikan dengan adiksi smartphone. Hasil analisis PROCESS simple mediation (Model 4) menunjukkan bahwa hubungan kesepian dan adiksi smartphone dimediasi secara penuh oleh disregulasi emosi. Diskusi mengenai temuan-temuan dalam penelitian ini akan mengangkat peran penting dari disregulasi emosi dalam memahami bagaimana kesepian di kalangan dewasa muda dapat memicu perilaku adiksi smartphone dan berbagai dampak negatif yang mengikutinya.

According to previous findings, the relationship between loneliness and smartphone addiction did not always show significant correlation. On the other hand, the Deficient Self-Regulation Model proposes emotional dysregulation as a mediator between loneliness and smartphone addiction. This study aimed to re-examine the positive relationship between loneliness and smartphone addiction and explore the extent to which emotional dysregulation mediates this relationship. A total of 158 Indonesian young adults (69% female; Musia=21,19, SD=1,92) were measured using the Smartphone Addiction Scale – Short Version, the Revised UCLA Loneliness Scale to assess loneliness, and the Brief Version of Difficulties in Emotion Regulation Scale. Results of the correlation analysis indicated a positive and significant relationship between loneliness and smartphone addiction. Notably, the findings of the PROCESS simple mediation analysis (Model 4) revealed that the relationship between loneliness and PSU is fully mediated by emotional dysregulation. The discussion of the current study's findings will emphasize the vital role ofemotional dysregulation in understanding how loneliness among young adults can trigger smartphone addiction and subsequent negative consequences."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Raniaputri Hendraswara
"Hubungan sosial di tempat kerja adalah hal yang vital untuk kesejahteraan karyawan. Pengaturan kerja pada karyawan memiliki potensi untuk memengaruhi dinamika hubungan sosial karyawan. Hubungan sosial karyawan di berhubungan dengan kesejahteraan karyawan. Penelitian ini mengeksplorasi peran moderasi dari variabel persepsi dukungan sosial pada hubungan kesepian di tempat kerja dengan kelalahan emosional pada karyawan di Indonesia yang mempunyai pengaturan kerja yang beragam akibat dari adanya pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan metode survei menggunakan alat ukur adaptasi dari MBI-GS oleh Schaufeli, Maslach, Leiter, & Jackson (1981) untuk mengukur kelelahan emosional, alat ukur adaptasi WDQ oleh Morgenson & Humprey (2006) untuk mengukur persepsi dukungan sosial, dan alat ukur adaptasi LAWS oleh Wright, Burt, & Strongman (2006) untuk mengukur kesepian di tempat kerja. Hasil uji hipotesis melalui analisis regresi menggunakan PROCESS Model by Hayes di software SPSS pada 201 karyawan dari berbagai organisasi di Indonesia yang menjadi partisipan, menghasilkan temuan utama penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial memainkan peran moderasi yang signifikan dalam hubungan antara kesepian di tempat kerja dan kelelahan emosional. Implikasinya menekankan perlunya perhatian terhadap aspek dukungan sosial dalam lingkungan kerja untuk mengurangi kesepian untuk bisa melindungi karyawan dari kelelahan emosional terutama dalam era kerja yang terus berubah dan bervariasi.

Social relationships in the workplace are vital to employee well-being. Employees' work arrangements have the potential to influence the dynamics of employees' social relationships. Employee social relations are related to employee welfare. This research explores the moderating role of the variable perceived social support on the relationship between loneliness at work and emotional exhaustion in employees in Indonesia who have diverse work arrangements as a result of the Covid-19 pandemic. This research is a non-experimental study with a survey method using the MBI-GS adaptation measuring instrument by Schaufeli, Maslach, Leiter, & Jackson (1981) to measure emotional exhaustion, the WDQ adaptation measuring instrument by Morgenson & Humphrey (2006) to measure perceptions of support social, and the LAWS adaptation measuring tool by Wright, Burt, & Strongman (2006) to measure loneliness in the workplace. The results of hypothesis testing through regression analysis using the PROCESS Model by Hayes in SPSS software on 201 employees from various organizations in Indonesia who were participants, produced the main research findings showing that perceived social support plays a significant moderating role in the relationship between loneliness at work and emotional exhaustion. The implications emphasize the need to pay attention to aspects of social support in the work environment to reduce loneliness in order to protect employees from emotional exhaustion, especially in an era of work that continues to change and vary."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafei Adnan
"Merantau merupakan salah satu cara bagi mahasiswa yang berasal dari daerah tertentu untuk pindah ke daerah lain untuk menempuh pendidikan yang lebih baik dan pengalaman baru. Akibat jauh dari keluarga dan kampung halaman, mahasiswa rantau rentan untuk mengalami kesepian saat menempuh pendidikan tinggi di daerah rantau. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman mahasiswa rantau terkait kesepian dan kebutuhan psikologis dasar sekaligus bagaimana mahasiswa rantau mengatasi rasa kesepian dan memenuhi kebutuhan psikologis dasarnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif agar dapat memahami secara lebih mendalam mengenai kesepian dan kebutuhan psikologis dasar yang dimiliki oleh mahasiswa rantau. Partisipan terdiri dari enam mahasiswa rantau dari latar belakang yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua partisipan mengalami pengalaman yang berbeda terkait dengan kesepian dan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar mereka. Beberapa partisipan merasa kesepian akibat kurangnya dukungan sosial dan jarak fisik dari keluarga, sementara yang lain merasa ia kurang melakukan aktivitas bersama teman sebaya. Adaptasi budaya yang kurang baik menjadi penyebab khas mahasiswa rantau mengalami kesepian sehingga disarankan agar mahasiswa rantau mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan belajar budaya dan gaya hidup rantau sebelum merantau. Kebutuhan akan kompetensi merupakan kebutuhan psikologis dasar yang terganggu selama mengalami kesepian dibandingkan kebutuhan psikologis dasar yang lain. Partisipan mengatasi kesepian melalui kegiatan sosial dan dukungan dari orang tua, teman, dan pacarnya serta mengakses sosial media. Selain itu, kebutuhan psikologis dasar seperti kebutuhan akan hubungan relasi, autonomi, dan kompetensi juga dipenuhi dengan cara yang bervariasi di antara partisipan.

Migrating is one way for students from certain areas to move to other areas to pursue better education and new experiences. As a result of being far from their families and hometowns, out of town students are vulnerable to experiencing loneliness when pursuing higher education in out of town areas. This research aims to explore the experiences of out of town students regarding loneliness and basic psychological needs as well as how out of town students overcome feelings of loneliness and fulfill their basic psychological needs. This research uses qualitative methods in order to understand more deeply about loneliness and the basic psychological needs of out of town students. Participants consisted of six out of town students from different backgrounds. The results showed that all participants experienced different experiences related to loneliness and fulfilling their basic psychological needs. Some participants felt lonely due to lack of social support and physical distance from family, while others felt they did not do enough activities with peers. Poor cultural adaptation is a typical cause of out of town students experiencing loneliness, therefore it is recommended that regional students prepare themselves first by learning the culture and lifestyle of the region before migrating. The need for competence is a basic psychological need that is disturbed when experiencing loneliness compared to other basic psychological needs. Participants overcome loneliness through social activities and support from parents, friends and romantic partner as well as accessing social media. In addition, basic psychological needs such as the need for relationships, autonomy, and competence were also met in varying ways among participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Yuli Hastuti
"Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon atau tindakan terhadap stimulus
stresor, ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal (Stuart, 2009). Klien
dengan perilaku kekerasan merupakan tanda ketidakmampuan klien dalam beradaptasi
terhadap emosi marah sehingga mengekspresikan tidak secara konstruktif. Tujuan
penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penatalaksanaan asuhan
keperawatan dengan pendekatan Model Teori Adaptasi Roy pada klien risiko perilaku
kekerasan. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah assertive training dan
cognitive behaviour therapy pada 15 orang klien dalam kurun waktu 9 September – 12
Nopember 2013 di Ruang Gatot Kaca RSMM Bogor.
Hasil pelaksanaan assertive training dan cognitive behaviour therapy dapat menurunkan
tanda dan gejala perilaku kekerasan pada aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial dan peningkatan kemampuan koping adaptif dalam menghadapi peristiwa yang
menimbukan perilaku kekerasan. Rekomendasi penulisan ini adalah bahwa penerapan
Model Teori Adaptasi Roy dengan intervensi keperawatan assertive training dan
cognitive behaviour therapy dapat dilakukan untuk menurunkan perilaku kekerasan

People would respond to threatning situation/stressor in various ways. Violence was the
actual aggressive behaviour directly toward to them selves, other people or external
environment, with physical or verbal violence (Stuart, 2009). People with tendency to
act aggressively shown that they used destructive coping strategies to express their
anger. The objective of this paper was to describe the application of Johnson’s
Behavioural System Model, focusing on aggresive behavior. Assertive training and
cognitive behaviour therapy were recognized as nursing intervention that provided to 15
clients during 9 September – 12 Nopember 2013 at Gatotkaca Dr. H.Marzoeki Mahdi
Hospital-Bogor.
Result of this study shown that sign and symptoms of aggressive behaviour were
decreased (cognitive, affective, psychic, behavior and social) and increased of client's
ability to express their emotion in contructive way. This study proved that the
application of Roy Adaptation Model Approach with assertive training and cognitive
behaviour therapy as nursing intervention were recommended to derecrease aggresive
behaviour.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Jek Amidos
"Isolasi sosial sebagai suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam. Isolasi sosial merupakan gejala negatif dari skizofrenia yang dihubungkan dengan menarik diri dari lingkungan. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan memberikan gambaran manajemen kasus spesialis keperawatan jiwa pada klien isolasi sosial menggunakan pendekatan model dan konsep teori Hildegrad Peplau dan Virginia Henderson di Ruang Arimbi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Social Skill Training (SST) dan Cognitive Behavior Social Skill Training (CBSST) diberikan kepada 32 klien. Hasil yang ditemukan SST dan CBSST efektif dalam menurunkan gejala isolasi sosial yang ditunjukkan melalui respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. SST dan CBSST direkomendasikan sebagai terapi spesialis keperawatan pada klien isolasi sosial.

Social isolation as a solitary experience of a person and shyness toward others as somethingnegative or threatening circumstances The process of social isolation can be extracted fromthe occurrence of psychiatric disorders especially schizophrenia are associated withwithdrawing from the environment This study aims to describe the case managementspecialist in mental nursing to the patients with social isolation using model and theoryconcepts Hildegard Pepalu and Virginia Henderson approach at Arimbi room Dr H Marzoeki Mahdi Hospital in Bogor Social Skill Training SST and Cognitive BehaviorSocial Skill Training CBSST provided to 32 clients The results of SST and CBSST werefound effective in reducing symtoms of social isolation is demonstreted through the responseof cognitive affective physiological behavioral and social SST and CBSST isrecommended as therapy of nursing specialists at the client 39 s social isolation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kens Napolion
"Isolasi sosial adalah salah satu gejala negatif dari skizofrenia (Stuart, 2009) yang paling banyak ditemukan di ruang Bratasena. Isolasi sosial dapat diartikan sebagai keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, dkk, 2011). Social skills training merupakan salah satu pendekatan psikoedukasional untuk memperbaiki kekurangan pada beberapa kemampuan interpersonal dalam berinteraksi dengan orang lain (Stuart &Laraia, 2005). Cognitive behavior therapy merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang didasarkan pada teori bahwa tanda dan gejala fisiologis berhubungan dengan interaksi antara pikiran, perilaku dan emosi (Pedneault, 2008).
Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penerapan terapi social skills training dan cognitive behavior therapy pada klien isolasi sosial dengan pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau. Penerapan social skills trainingdilakukan pada 26 kliendan cognitive behavior therapydilakukan pada 15 orang klien di ruang Bratasena pada kurun waktu 20 Pebruari - 20 April 2012.
Hasil terapi Social skills training sangat efektif pada 26 klien isolasi sosialdengan menunjukkan peningkatan dalam berkomunikasi, baik secara verbal maupun non verbal. Terapi Cogntive behavior therapy juga menunjukkan efektifitasnya dimana sebanyak 15 klien mampu menunjukkan kemampuan mengubah pikiran otomatis yang negatif terhadap diri, orang lain, dan lingkungannya. Berdasarkan hasil di atas perlu direkomendasikan bahwa social skills trainingdan cognitive behavior therapydapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa dan perlu disosialisasikan pada seluruh tatanan pelayanan kesehatan.

Social isolation is one of the negative symptoms of skizofrenia (Stuart, 2009) is mostcommonly found in the Bratasena. Social isolation can be interpreted as the state of an individual who had a reduction or even not at all able to interact with others around them, may feel rejected, not accepted, lonely, and unable to establish meaningful relationships with others (Keliat, et al, 2011). Social skills training is one approach psikoedukasional to correct deficiencies in some interpersonal skills in interacting with others (Stuart &Laraia, 2005). Cognitive behavior therapy is a form of psychotherapy that is based on the theory that the physiological signs and symptoms associated with the interaction between thoughts, behaviors and emotions (Pedneault, 2008).
Purpose of this final scientific work is to describe the application of social skills training therapy and cognitive behavior therapy in client's social isolation with Peplau Interpersonal Relations Model approach. Application of social skills training carried out at 26 clients and cognitive behavior therapy performed on 15 clients in the Bratasena during the period 20 February - 20 April 2012.
Social skills training outcomes are very effective in social isolation with 26 clients showed an increase in communication, both verbal and non verbal. Cogntive therapy behavior therapy also showed its effectiveness in which as many as 15 clients were able to demonstrate the ability to change negative automatic thoughts to yourself, others and the environment. Based on the above results need to be recommended that social skills training and cognitive behavior therapy can be used as standard therapy nursing specialists need to be socialized to whole structure of health services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Esrom Kanine
"Halusinasi adalah salah satu gejala positif dari Skizofrenia (Stuart & Laraia, 2005). Cognitive Behavior Therapy dapat meningkatkan kemampuan untuk mengontrol halusinasi (Stuart & Laraia, 2005). Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan konsepsual model interpersonal Peplau dan model stres adaptasi Stuart pada klien skizofrenia dengan halusinasi. Penerapan Cognitive Behavior Therapy dilakukan pada 27 orang klien di ruang Utari RS Dr.Marzoeki Mahdi Bogor pada peroide 20 Pebruari - 20 April 2012.
Hasil Cognitive Behavior Therapy sangat efektif pada 27 klien menunjukkan peningkatan kemampuan klien skizofrenia dengan halusinasi dalam mengontrol halusinasi. Berdasarkan hasil di atas perlu direkomendasikan bahwa Cognitive Behavior Therapy dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa.

Hallucinations are one of the positive symptoms of Schizophrenia (Stuart & Laraia, 2005). Cognitive Behavior Therapy can improve the ability to control the hallucinations (Stuart & Laraia, 2005). The purpose of this final scientific work is to describe the management of nursing care to client with hallucinations using Peplau’s interpersonal model conceptual and the Stuart’s stress adaptation model of Approach. Application of Cognitive Behavior Therapy performed on 27 clients in Utari ward of Dr. Marzoeki Mahdi Hospital Bogor on 20th February - 20th April 2012.
The results of Cognitive Behavior Therapy is very effective on 27 clients that showed an increase in the client's ability to interact with others. Based on the results above, need to be recommended that Cognitive Behavior Therapy can be used as standard therapy of psychiatric nursing specialists.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>