Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9706 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frans Setyadi N.
"Ulos Batak Toba adalah bagian dari ekspresi kehidupan manusia Batak Toba yang memiliki berbagai simbol dan nilai. Ulos Batak Toba memiliki 2 fungsi yaitu sebagai media berkat kepada orang yang menerima ulos dalam ritual mangulosi dan sebagai sarana interaksi dengan kebiasaan tradisional dalihan natolu dalam semangat hidup dan sistem religi. Ulos Batak Toba merupakan sebuah fenomena yang dijelaskan lewat motif ragam hias dan motif warna. Melalui fenomena tersebut, maka akan dikaji secara hermeneutika fenomenologis Ricoeur.
Hasil interpretasinya adalah makna ulos ragiidup berupa makna sakral, harmoni, dan makna siklus kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah menunjukkan ulos Batak Toba memiliki dimensi simbolik yang berasal dari pedoman hidup masyarakat Batak Toba.

Ulos Batak Toba is a part of life expression of Batak Toba people which has various of symbol and value. Ulos Batak Toba has two function consists of blessing media to those who receive ulos in traditional rituals mangulosi and interaction media with traditional system dalihan natolu in the spirit of belief and religious system. Ulos Batak Toba is a fenom described by its decorative and colourful motif. Through this fenom, it will be studied using phenomenological hermeneutics Ricoeur.
The result of this interpretation is the meaning of ulos ragiidup consists of sacred, harmonic, and life cycle meaning. The purpose of this research is to show that Ulos Batak Toba has symbolic dimension which derives from the way of life from Batak Toba people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S58505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Hosianna L.
"Sebagaimana talah diuraikan pada bab-bab tardahulu menganai arti dan fungal ulos dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, pada bab kesimpulan ini, ada beberapa hal yang panting untuk dikete_ngahkan dalam kaitan dengan seluruh pembahasan di atas. Hal-hal tersebut adalah:"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S12912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Febrina
"Ekspresi Budaya Tradisional sudah ada sejak dahulu secara turun temurun dan diwariskan dari generasi. Salah satu ekspresi budaya tradisional yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia adalah keragaman kain tradisional, yaitu kain tenun. Kain tenun Ulos Batak Toba sebagai salah satu kain tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia. Dibutuhkan perlindungan hukum yang tepat untuk mencegah dan menyelesaikan berbagai pelanggaran hukum dalam melindungi Ulos Batak Toba, karena walaupun ekspresi budaya tradisional sudah dilindungi baik secara nasional dan internasional tetapi peraturan-peraturan tersebut masih belum mampu mengakomodir perlindungan ekspresi budaya tradisional di Indonesia. Hal tersebut menjadikan ekspresi budaya tradisional rentan terhadap tindakan pemanfaatan dan eksploitasi di antaranya peniruan kain Ulos Batak Toba oleh pihak lain secara melawan hukum. Ulos Batak Toba memiliki nilai-nilai ekonomi dan budaya yang memberikan manfaat ekonomi dari pemanfaatan tersebut.
Sifat penelitian dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan bersifat yuridis normatif, penulis mengkaji kaidah atau asas hukum yang berhubungan dengan bagaimana perlindungan hukum Ekspresi Budaya Tradisional kain Ulos Batak Toba dalam sistem hukum HKI dan penerapan penganturannya di Indonesia. Berdasarkan hal ini peneliti menyimpulkan bahwa perlindungan hukum terhadap Ulos Batak Toba sebagai ekspresi budaya tradisional berdasarkan sistem Hukum HKI dan UU Pemajuan Kebudayaan belum efektif, diperlukan aturan bersifat sui generis yang spesifik dan terpisah mengatur mengenai Ekspresi Budaya Tradisional. Pemerintah Daerah juga turut serta dalam memberikan kepastian hukum kepada pencipta atau pemegang hak Ekspresi Budaya Tradisional Budaya kain Ulos Batak Toba.

Traditional Cultural Expressions have been around for generations and are passed down from generations. One of the expressions of traditional culture that is the pride of the Indonesian people is the diversity of traditional fabrics, namely woven fabrics. Ulos Batak Toba woven cloth as one of the traditional fabrics owned by the Indonesian people. Proper legal protection is needed to prevent and resolve various violations of the law in protecting Ulos Batak Toba, because although traditional cultural expressions have been protected both nationally and internationally, these regulations are still unable to accommodate the protection of traditional cultural expressions in Indonesia. This makes traditional cultural expressions vulnerable to exploitation and exploitation, including the imitation of the Ulos Batak Toba cloth by other parties against the law. Ulos Batak Toba has economic and cultural values that provide economic benefits from these uses.
The nature of the research in this research is descriptive in nature with a normative juridical approach, the author examines the legal principles or principles related to how the legal protection of traditional cultural expressions of Ulos Batak Toba cloth in the IPR legal system and its implementation in Indonesia. Based on this, the researcher concluded that the legal protection of the Batak Toba Ulos as a traditional cultural expression based on the IPR legal system and the Law on Cultural Advancement has not been effective, it requires sui generis rules that are specific and separate regulating traditional cultural expressions. The Regional Government also participates in providing legal certainty to the creator or right holder of the Traditional Cultural Expression of Batak Toba Ulos cloth.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Eva Solina
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian tentang konflik kapital simbolik dan kapital
budaya yang terjadi pada Injil dan ulos Batak Toba yang ditunjukkan melalui
pertarungan wacana dalam tiga milis Batak Toba, yaitu Silaban Brotherhood,
Batak Cyber Community dan Batak Gaul Community. Rumusan permasalahan
dari tesis ini adalah bagaimana ulos dapat berperan sebagai kapital simbolik yang
digunakan dalam usaha perebutan kekuasaan oleh kelompok yang masih
mempertahankan adat (tradisionalisme) terhadap kelompok yang berusaha
mereformasi adat yang berbau religi lama dan menggantinya dengan religi baru.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang berupa analisis wacana
(discourse analysis). Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teori
Bourdieu yang membahas tentang habitus dan bagaimana strategi perlawanan
yang digunakan dalam perebutan kekuasaan untuk mendapatkan suatu kekuasaan
simbolik melalui tiga milis Batak Toba yaitu Silaban Brotherhood, Batak Cyber
Community dan Batak Gaul Community. Pada penelitian ini, penulis menemukan
pada akhirnya agama (Injil) tidak dapat mengubah masyarakat Batak Toba
melalui permasalahan yang timbul akan resistensi adat dan ulos. Hal ini
disebabkan oleh pertahanan identitas kebatakan yang telah melekat ?kental? dan
mendarah daging pada setiap orang Batak Toba yang ditunjukkan melalui
kepemilikan kapital simbolik dan kapital budaya yang tidak hanya berfungsi
sebagai simbol/lambang budaya tetapi juga berfungsi sebagai simbol kedudukan,
solidaritas/kekeluargaan dan simbol komunikasi.

Abstract
This thesis is a study about conflicts of symbolic capital and cultural capital that
occurs in the Gospel and Toba Batak traditional cloths. It is shown through
struggling discourses in three mailing lists of Toba Batak namely Silaban
Brotherhood, Batak Batak Cyber Community and Community Gaul. At first, the
contradiction between ulos (custom) and the Gospel has been going on since the
beginning of the entry of Christianity in the land of Batak. The main problem of
this thesis is how ulos can act as a symbolic capital that is used to get a power by
those who still maintain the custom (traditionalism) from groups who are seeking
a reformation of the old religion and replacing it with a new religion. The method
of this thesis used a qualitative method of discourse analysis (discourse analysis).
In conducting this study, the author used Bourdieu?s theory of habitus and
discusses how the strategies of resistance that are used in a power struggle to get a
symbolic power. In this research, the author found that religion (gospel) does not
change the Toba Batak society through important whether or not to maintain the
customs and ulos. This is caused by a defense that has been attached the
Bataknese identity and ingrained in each of the Batakness people as they basically
are an open society who are supposed to chew again its elements and can be used
in maintaining Batak identity."
2012
T30473
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Purwanto
"Mimpi merupakan bahasa simbolik dari ketidaksadaran manusia. Dalam proses individuasi, mimpi merepresentasikan motif-motif yng merupakan manifestasi dari arketipe. Representasi inilah yang mengkonfrontasikan ego dengan arketipenya tersebut. Film Inception menggambarkan konfrontasi ini dalam relasi antara tokoh protagonis dan antagonisnya. Dengan konfrontasi ini, ego menyadari dirinya pada konsep Diri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Psikologi Analitis Carl Gustav Jung.

Dream is the symbolic language of human’s unconsciousness. In the individuation, dream represents motives that are manifestation from archetype. This representation confronts ego with archetypes. The film Inception shows this confrontation in a relation between the protagonist and antagonist character. By this confrontation, the ego realizes itself with the concept of The Self. The method used in this research is Carl Gustav Jung’s Analytical Psychology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Threes Emir
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2017
391 THR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rahman
"Umberto Eco adalah semiotikawan yang berusaha meletakkan teori semiotika, sebagai teori membaca tanda, melalui unit-unit kultural. Secara garis besar teorinya mengacu pada sebuah proses yang disebut semiosis, yang mana itu adalah sesuatu yang dapat berpengaruh, beraksi, dan digambarkan, dan itu semua adalah hasil dari kerjasama antara tanda, objeknya, dan interpretannya. Teori itu sangat dipengaruhi oleh pemikiran Charles Sanders Peirce, yang mana jika ditarik lebih jauh akan jatuh pada teori Kantian Legacy.
Unit-unit kultural itu dapat kita andaikan sebagai kategori-kategori Kant yang ada dalam pikiran sebagai alat untuk melakukan interpretan. Namun, ada hal yang paling penting dari penemuan Umbertio Eco dalam bidang semiotika adalah dia berhasil memisahkan semiotika signifikasi, sebagai semiotika umum, dengan semiotika komunikasi melalui unit-unit kultural, walaupun landasan acuan utamanya masih bersifat signifikasional yang bekerja pada medan semantik.

Umberto Eco is semiotician who tries to put the theory of semiotics, as theory of reading sign, through the cultural units. Broadly speaking, semiotics refers to a prosess called semiosis, in which it is an influence, an action, and that all involve in a cooperation of three subjects, such as sign, its object, and its interpretant. His theory is strongly influenced by Charles Sanders Peirce’s thought, which if his theory is pulled further will fall in the Kantian Legacy theory.
The cultural units can be assumed as Kant’s categories on our mind as a tool for interpret. However, there is the most important thing of discovery Umberto Eco in semiotics is he successfully to differentiate the signification semiotics, as general semiotics, with the communication semiotics through the cultural units, although its main reference is still significational working on semantic field.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasanah
"Seloko adat Jambi adalah ungkapan yang mengandung pesan, amanat petuah, atau nasehat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma, senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya karena mempunyai sangsi. Ungkapan-ungkapan Seloko adat Jambi dapat berupa peribahasa, pantun atau pepatah petitih.
Seloko adat Jambi tidak hanya sekedar peribahasa, pepatah-petitih atau pantun-pantun, lebih dalam lagi seloko adat Jambi merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan Jambi. Seloko adat Jambi sebagai suatu filsafat yang dirumuskan secara eksplisit dalam peribahasa, pepatah-petatah atau pantun-pantun tetapi masih bersifat implisit yang tersembunyi dalam fenomena kehidupan masyarakat Jambi. Seloko adat Jambi adalah sarana masyarakatnya merefleksikan diri akan hakikat kebudayaan, pemahaman mendasar dari pesan, dan tujuan dari sebuah kebudayaan.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh pemahaman filosofis akan makna simbolik yang ada pada seloko adat Jambi. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa seloko adat Jambi memiliki esensi yang berasal dari pandangan hidup dan nilai religius masyarakatnya. Dan untuk melakukan reinterpretasi terhadap makna seloko adat Jambi sehingga memunculkan pemahaman kritis terhadap seloko adat Jambi.
Data penelitian ini berupa seloko hukum adat Jambi, seloko adat perkawinan Jambi, dan seloko aturan hidup. Dari data tersebut ditekankan fenomena-fenomena sentral bagi seloko adat Jambi yang relevan bagi penelitian filosofis. Untuk menggali pemahaman filosofis akan makna simbolik seloko adat Jambi digunakan metode deslaipsi, hermeneutik Paul Ricoeur, dan metode kritis refleksif.
Seloko adat Jambi sebagai ekspresi bermakna ganda yaitu tidak terbatas pada struktur naratif yang tersurat tetapi pada dimensi-dimensi yang tersirat. Teks-teks seloko adat Jambi tidak hanya dimengerti secara harfiah tetapi hams ditafsirkan secara simbolik dan metafisik. Tujuannya adalah untuk mencari makna yang hendak disampaikan lewat teks tersebut berupa konsepsi filosofis (konsepsi paling dasariah mengenai hakikat manusia, dunia, dan Tuhan). Dengan kata lain di dalam makna harfiah atau literal, primer yang secara langsung ditunjukkan. Bersamaan dengan itu ditunjukkan pula makna lain yang tidak langsung, sekunder, kiasan dan hanya dapat dipahami berdasarkan makna yang pertama.
Untuk menungkapkan makna sunbol-simbol yang terkandung didalamnya diperlukan proses interpretasi. Melalui analisis ini dapat dilihat ekspresi simbolik dari seloko adat Jambi. Yaitu aspek religiositas, etika, dan siklus kehidupan. Pemahaman tentang seloko adat Jambi bukan konteks budaya asli, melainkan menafsirkan manusia dalam sebuah teks."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This article about ulos, a traditional clothes made by Batak people. Nowdays, many partonun (people who made ulos) difficult to selt it. They complain about that and finally did not serious to preserve this culture. As a traditional ancestor heritage ulos must be competing in this global market era. So actually they need a new creativity to think how ulos can be more impotant. This writing want to think about creativity by using communication market theories."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Many of Batak Toba tradisional house are still found in Pulau Samosir and other areas in North Sumatera. When studying the techniques of this traditional house structure design, we have great admiraton for the creativity our ancestors. All materials come from the natural environment where they lives, as well as building technique have been taking into account the various effects caused by the earthquake and fire has been well anticipated. Beside that , all the ellements of building and decorative art which have been drawn by high philosophical meaning. as technology development, the building materials are easier to get so the building of tradisional house was increasingly abondoned."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>