Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141518 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Tri Pagita
"Depresi banyak ditemui pada orang dengan penyakit kronis, antara lain diabetes mellitus tipe 2. Salah satu penelitian menemukan bahwa sekitar 45% dari seluruh menderita diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan depresi namun tidak menjadi perhatian. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang depresi mengalami dampak yang cukup besar terhadap kualitas hidup. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif potong lintang (cross sectional) untuk mengetahui adanya hubungan antara gangguan depresi dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSCM. Hasil dari penelitian ini menyatakan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan depresi secara keseluruhan lebih buruk dibandingkan yang tidak mengalami gangguan depresi. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami gangguan depresi memiliki dampak yang cukup besar terhadap kualitas mereka.

Depression is commonly found in people with chronic diseases, such as diabetes mellitus type 2. One study found that approximately 45% of all diabetes mellitus type 2 who suffered from depression but was not a concern. Type 2 diabetes mellitus patients with depression experience a considerable impact on quality of life. The methodology of this study is a cross-sectional quantitative analytic to investigate the relationship between depression and quality of life of patients with diabetes mellitus type 2 in the Endocrine Clinic RSCM. The results of this study states the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus who have depressive disorders are generally worse than that is not experiencing depression. Patients with type 2 diabetes mellitus who experience depression have a considerable impact on their quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Irene Hendrata
"Latar Belakang: Prevalensi Diabetes Melitus (DM) tipe 2 cenderung meningkat di seluruh dunia dan keteraturan pengobatan masih menjadi masalah hingga saat ini. Penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat hubungan antara temperamen dengan kontrol glukosa namun belum banyak penelitian yang membahas hal ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara temperamen dengan terkontrol atau tidak terkontrolnya DM tipe 2.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling pada 110 penyandang DM tipe 2 di Poliklinik Metabolik Endokrin RSCM selama bulan Agustus-Desember 2015. Responden dikelompokkan menjadi penyandang DM terkontrol atau DM tidak terkontrol berdasarkan hasil laboratorium HbA1c terakhir. Responden mengisi kuesioner Modified-Temperament and Character Inventory versi bahasa Indonesia.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor temperamen harm avoidance, novelty seeking, dan reward dependence tidak berhubungan bermakna dengan terkontrol atau tidak terkontrolnya DM tipe 2.
Simpulan: Tidak ada hubungan bermakna antara temperamen dengan pengendalian kadar HbA1c pada penyandang DM tipe 2.

Background: Prevalence on type 2 Diabetes Mellitus (DM) tend to increase across the world and regulating treatment still being one of the matters to be discussed until recently. Previous research had found that there are correlations between temperament with glucose control but with limited study on that area. This research aim to qualify the relationship between temperament to controllable or uncontrollable type 2 DM.
Method: This research is a cross sectional sampling method. Sampling conducted with consecutive sampling on 110 respondents with type 2 DM in RSCM Metabolism Endocrine Polyclinic, sampling was done between August to December 2015. Respondents are grouped to two different groups which is controllable DM and uncontrollable DM based on last HbA1c laboratory results. Respondents were requested to fill up Modified-Temperament and Character Inventory questionnaire in Bahasa Indonesia.
Results: Result on this research indicates that temperament score in harm avoidance, novelty seeking, and reward dependence are unrelated with whether Type 2 DM being controllable or uncontrollable.
Conclusion: Absent of significant relation between temperament and HbA1c level control in type 2 DM patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabella
"Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik. Penyakit diabetes mellitus ini diduga akan meningkat jumlahnya di masa datang. Berdasarkan penelitian, dikatakan bahwa diabetes mellitus tipe 2 dapat menyebabkan dislipidemia, yaitu hipertrigliseridemia, kadar HDL yang rendah serta peningkatan kadar sLDL. Meskipun mekanisme pastinya belum dipahami sepenuhnya, diduga bahwa resistensi insulin menyebabkan peningkatan asam lemak bebas dari adiposit sehingga terjadi peningkatan sintesis VLDL dan trigliserida yang akhirnya dapat menyebabkan dislipidemia. Penelitian ini dirancang untuk meneliti gambaran kadar HDL pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik IPD RSCM tahun 2010. Data dari 108 orang yang diambil secara simple random sampling dan random diperoleh dari data sekunder di Poliklinik IPD RSCM. Hasilnya adalah nilai rerata kadar gula darah puasa adalah 186,5 (114-559) mg/dL, sedangkan rerata kadar gula darah 2PP adalah 291(178-582) mg/dL. Dengan uji Mann-Whitney, didapatkan berturut-turut nilai p=0,383 dan p=0,208. Dengan demikian, dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa dan kadar gula darah 2PP dengan kadar HDL.

Diabetes mellitus is a chronic disease. This diabetes mellitus disease is expected to increase in the future. According to studies, diabetes mellitus type 2 can cause dyslipidemia, which include hypertriglyceridemia, low HDL level, and high sLDL level. Although the exact mechanism has not yet fully understood, it is suspected that insulin resistance can cause an increase in free fatty acid level from adipocytes which end up in increased synthesis of VLDL and triglyceride and eventually dyslipidemia develops. This study is designed to study HDL profile in patients with diabetes mellitus type 2 in RSCM Internal Medicine polyclinic in 2010. Results from 108 patients taken with simple random sampling were obtained from secondary data in RSCM Internal Medicine Polyclinic. The average value of fasting blood glucose was 186,5 (114-559) mg/dL, while the average value of 2PP blood glucose was 291 (178-582) mg/dL. With Mann Whitney test, p value of fasting blood glucose and HDL level was 0,383 and p value of 2PP blood glucose and HDL level was 0,208. Therefore, it can be concluded that there is no significant difference between fasting blood glucose and 2PP blood glucose with HDL level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S1988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handono Fatkhur Rahman
"Efikasi diri dan kepatuhan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat efikasi diri dan kepatuhan dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit di Jakarta.
Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel 125 pasien DM tipe 2. Alat ukur yang digunakan adalah Diabetes Management Self-Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), dan Diabetes Quality Of Life (DQOL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri (0,0005), dan kepatuhan (0,0005) berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup dengan variabel yang paling dominan adalah kepatuhan.
Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel efikasi diri, kepatuhan, tingkat pendidikan, dan depresi menentukan kualitas hidup pasien DM. Perlunya dikembangkan pengkajian dan intervensi keperawatan yang berfokus pada efikasi diri dan kepatuhan pasien DM tipe 2.

Self-efficacy and adherence are important factor in improving the quality of life of patients with type 2 diabetes. This study aimed to determine the relationship between self-efficacy and adherence to the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus in an outpatient unit of a Hospital in Jakarta.
This study was a cross-sectional, with sample of 125 patients with type 2 diabetes mellitus. The Diabetes Management Self- Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), and the Diabetes Quality of Life (DQOL) were employed as instruments.
The results showed that selfefficacy (0.0005), and adherence (0.0005) were significantly associated with quality of life and the most dominant variable is adherence.
Multivariate test results indicate that the variable self-efficacy, adherence, education level, and depression determines quality of life of diabetic patients. This study suggestsis the need fornursing assessment and interventions that focus on the self-efficacy and adherence diabetes mellitus patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmariani Irbar
"Residensi keperawatan medikal bedah dengan peminatan keperawatan endokrin merupakan kelanjutan dari pendidikan magister keperawatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa residen perawat spesialis untuk mengaplikasikan ilmu dan teknologi keperawatan. Program residensi difokuskan pada pemberian asuhan keperawatan lanjutan dan kompleks dalam menyelesaikan masalah keperawatan endokrin di fasilitas pelayanan kesehatan. Praktik klinik ini dilakukan di berbagai unit, termasuk gawat darurat, perawatan intensif, rawat inap, dan rawat jalan di RS Universitas Indonesia Depok dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dalam praktiknya, residen menggunakan teori Model Adaptasi Roy untuk menangani 30 kasus resume dan 1 kasus utama, yaitu pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2), Diabetic Foot Ulcer (DFU), Osteomielitis Pedis Sinistra, Selulitis Pedis Sinistra, PAD Tungkai Sinistra, CLTI Ekstremitas Inferior Sinistra, dan Neuropati Perifer. Asuhan keperawatan berbasis bukti (EBN) diterapkan berupa pengkajian risiko hipoglikemia pada pasien DMT2 dengan instrumen HYDHO Score. Sebagai bagian dari inovasi pelayanan keperawatan, residen mengembangkan Buku Harian Diabetes (BHD) berupa booklet yang berfungsi sebagai media komunikasi dan edukasi untuk mendukung manajemen diri pasien diabetes melitus (DM). BHD ini menjadi panduan bagi pasien, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya dalam kolaborasi pengobatan dan perawatan pasien DM.

The Medical-Surgical Nursing Residency with a specialization in Endocrine Nursing is an extension of the Master’s degree in Nursing, aimed at providing nurse specialist residents with the opportunity to apply nursing science and technology. The residency program focuses on delivering advanced and complex nursing care to address endocrine nursing problems in healthcare facilities. Clinical practice is conducted in various units, including emergency care, intensive care, inpatient, and outpatient settings at Universitas Indonesia Hospital in Depok and RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in Jakarta. During the practice, residents utilize the Roy Adaptation Model theory to manage 30 case summaries and one main case: a patient with Type 2 Diabetes Mellitus, Diabetic Foot Ulcer (DFU), Osteomyelitis Pedis Sinistra, Cellulitis Pedis Sinistra, PAD (Peripheral Artery Disease) in the Left Limb, CLTI (Chronic Limb-Threatening Ischemia) in the Left Lower Extremity, and Peripheral Neuropathy. Evidence-Based Nursing (EBN) was applied by assessing the risk of hypoglycemia in Type 2 Diabetes Mellitus patients using the HYDHO Score instrument. As part of nursing service innovation, residents developed a Diabetes Diary (BHD) in the form of a booklet that serves as a communication and educational medium to support self- management in diabetic patients. The Diabetes Diary acts as a guide for patients, nurses, and other healthcare professionals in collaborative treatment and care of diabetes patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Rangga Putera
"Sepertiga masa kehidupan perempuan berlangsung dalam periode menopause, dengan lebih dari 80 % perempuan yang melaporkan gejala klimakterik dengan berbagai keluhan dan akibat pada tingkat kualitas kehidupan. Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) menyebabkan perubahan metabolik yang dapat menyebabkan menopause dini dan memperburuk gejala klimakterik. Penelitian kami bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara gangguan tingkat kualitas hidup perempuan menopause yang mengalami DMT2, dengan durasi telah menopause, durasi telah DMT2, nilai antropometri, dislipidemia, tingkat aktivitas fisik, status nutrisi dan status kendali kadar glukosa darah. Studi potong lintang ini dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2024 pada 108 perempuan menopause dengan DMT2, yang merupakan peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis pada 15 Pusat Kesehatan Masyarakat tingkat Kecamatan, yang termasuk dalam kriteria penerimaan. Kuesioner The Menopause-spesific Quality Of Life (MENQOL) digunakan untuk mengetahui gejala klimakterik dan tingkat kualitas hidup. Studi ini menunjukkan bahwa gejala klimakterik dengan gangguan kualitas hidup tersering adalah nyeri sendi dan otot (72,2%), mudah pelupa (68,5%) dan kekuatan fisik berkurang (62,0%). Rerata tertinggi skor MENQOL untuk tiap aspek adalah aspek fisik (3,01 ± 1,06), diikuti oleh aspek psikososial (2,60 ± 1,24). Terdapat hubungan yang berbeda secara statistik pada faktor Indeks Massa Tubuh dengan gangguan aspek psikososial (p = 0,036) dan vasomotor (p = 0,005), lingkar pinggang dengan gangguan aspek vasomotor (p = 0,009), serta durasi telah DMT2 dengan gangguan aspek seksual (p = 0,032). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dampak gejala klimakterik pada tingkat kualitas hidup perempuan menopause dengan DMT2, yang menekankan perlunya menciptakan kesadaran mengenai gejala klimakterik dan tata kelola untuk memperbaiki kualitas hidupnya.

Background: One-third of a woman's lifespan occurs during the menopausal period, with over 80% of women reporting climacteric symptoms during menopause, resulting in various symptoms and consequences on the quality of life. Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) induces metabolic changes that can lead to early menopause and exacerbate climacteric symptoms. Our study aimed to investigate whether there is a relationship between disturbances in the quality of life of menopausal women with T2DM and the duration of menopause, duration of T2DM, anthropometric values, dyslipidemia, level of physical activity, nutritional status, and blood glucose control status.
Methods: A cross-sectional study was conducted from January to February 2024 involving 108 menopausal women with diabetes mellitus, who were participants of the Chronic Disease Management Program at 15 District Health Community Centers, meeting the inclusion criteria. The Menopause-Specific Quality Of Life (MENQOL) questionnaire was utilized to assess climacteric symptoms and the quality of life.
Results: This study revealed that the most prevalent climacteric symptoms affecting quality of life were joint and muscle pain (72.2%), poor memory (68.5%), and reduced physical strength (62.0%). The highest mean MENQOL scores for each aspect were in the physical domain (3.01 ± 1.06), followed by the psychosocial domain (2.60 ± 1.24). Furthermore, the Body Mass Index was found to significantly increase the quality of life disturbances in the psychosocial aspect (p = 0.036) and vasomotor (p = 0.005) aspects, waist circumference in the vasomotor aspect (p = 0.009), and duration of T2DM in the sexual aspect (p = 0.032).
Conclusion: Climacteric symptoms have an impact on the quality of life of menopausal women with T2DM, emphasizing the need to raise awareness about climacteric symptoms and the management to improve their quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuikita Wachid
"Gangguan pada fungsi insulin membuat pasien diabetes mellitus tipe 2 mengalami kondisi hiperglikemia. Kondisi tersebut membuat pasien diabetes mudah terbangun di malam hari karena nokturia dan mempunyai durasi tidur yang pendek. Penurunan kualitas tidur pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, perubahan emosional dan dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kualitas tidur dengan manajemen perawatan diri. Penelitian ini juga meneliti variabel yang dapat mempengaruhi manajemen perawatan diri seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama penyakit diabetes, tingkat stress, dukungan keluarga dan ulkus diabetikum. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan menggunakan kuesioner karakteristik responden, pittsburgh sleep quality index, perceived stress scale, diabetes self-management questionnaire dan dukungan keluarga. Penelitian ini dilakukan pada 152 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang terbagi menjadi 79 responden tanpa ulkus diabetikum dan 73 responden dengan ulkus diabetikum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 63.2 responden memiliki kualitas tidur yang buruk, 59.2 responden memiliki stress ringan, 57.2 responden memiliki dukungan keluarga buruk dan 56.6 memiliki perilaku manajemen perawatan diri diabetes baik. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan manajemen perawatan diri diabetes p < 0.05. Hubungan yang bermakna juga ditemukan pada variabel lama penyakit DM dan tingkat stress p < 0.05. Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dukungan keluarga dan ulkus diabetikum dengan manajemen perawatan diri diabetes. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan manajemen perawatan diri diabetes pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Insulin disturbance on diabetes mellitus patients has lead them to have hyperglycemia. This condition makes diabetics had to wake up at night due to nocturia and they also had a short duration of sleep. Decreased sleep quality in patients with type 2 diabetes can interfere their daytime functions, alterations in emotions and decrease their quality of life. Purpose of this study was to examine relationship between sleep quality and self care management among diabetes type 2 patients. This study also added some variables that may affect management of self care such as age, gender, education level, duration of diabetes, stress levels, family support and diabetic foot ulcers. This research using cross sectional methods with questionnaire consist of patient characteristic, Pittsburgh sleep quality index, perceived stress scale, diabetes self management questionnaire and family support. This research has been conducted in 152 diabetes type 2 patients who were divided into 79 respondents without diabetic foot ulcers and 73 respondents with diabetic foot ulcers. Result of this study showed that 63.2 of respondents have poor sleep quality, 59.2 of respondents have mild stress, 57.2 of respondents have poor family support and 56.6 have good diabetes self management behavior. This study also found that there is a significant relationship between sleep quality with diabetes self care management p 0.05. This study also found that there is significant relationship between duration of diabetes and stress level p 0.05. There is no significant relationship between age, sex, education level, family support and diabetic ulcers with diabetes self management care. Conclusion of this study is significant relationship between sleep quality and diabetes self care management on diabetes type 2 patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinulingga, Elysabeth
"Gangguan pada system endokrin menimbulkan dampak yang kompleks pada system tubuh dan salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dan jumlahnya terus meningkat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pencegahan komplikasi memerlukan peran dari berbagai multidisiplin ilmu, salah satunya perawat spesialis medikal bedah dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan model adaptasi Roy. Model adaptasi Roy dapat dijadikan dalam acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif dengan meminimalkan stimulus yang mempengaruhi adaptasi agar tercapai perilaku yang adaptif. Komplikasi kronik yang banyak terjadi adalah masalah kaki DM sehingga diperlukan pencegahan dengan melakukan praktek berdasarkan bukti (evidence based practice): pengaruh masase kaki secara manual terhadap sensasi proteksi, nyeri, dan Ankle Brachial Indek (ABI) pasien DM tipe 2. Peran perawat spesialis juga sebagai innovator untuk mengkaji pengetahuan pasien sebelum memberi edukasi dengan menggunakan format evaluasi edukasi sehingga dapat diketahui tingkat pengetahuan pasien. Perawat cukup memberi edukasi sesuai kebutuhan yang diperlukan pasien.

Endocrine system disorders create complex impacts towards body systems and one of those is Diabetes Mellitus. Diabetes mellitus is a choronic disease and its prevalence is continuously increasing worldwide including Indonesia. A multidisciplinary approach is essential to prevent DM complications and improve patient's quality of life. The medical surgical nurse specialist is expected to have a central role in diabetes care, and to perform nursing care based on Roy's adaptation model. Roy adaptation model can be utilized as a framework for nurses in providing a holistic and comprehensive nursing care by minimizing stimuli that affect patient's ability to become adaptive. Mostly chronic complication of DM is foot ulceration, so prevention with evidence based practice is needed: the effect of manual foot massage for protective sensation, pain, and Ankle Brachial Index (ABI) patient DM type 2. The medical surgical nurse specialist took park as the innovator to assess patient's knowledge before giving health education with evaluation format to see the level of patient knowledge. The nurse only educates the patient as needed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiani Septika Sari
"Indonesia merupakan negara terbanyak keempat kematian akibat diabetes Mellitus dan penyakit jantung diantara negara-negara Asia Tenggara. Penelitian dengan desain studi cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui gambaran biaya akibat sakit serta kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan penyakit jantung dengan sampel 110 orang di RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu. Rata-rata biaya pasien akibat sakit diabetes mellitus tipe 2 dengan penyakit jantung selama setahun adalah Rp. 6.081.572 dimana komposisi biaya langsung adalah (81,54%) dan biaya tidak langsung (18,46%). Proporsi terbesar adalah biaya obat (37,05%). Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya akibat penyakit tersebut adalah Lama Hari Rawat (LHR) dan jenis pekerjaan sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien adalah Lama/durasi sakit. Disarankan agar RSUD.dr.M.Yunus Bengkulu menyusun clinical pathway dan formularium rumah sakit. Pemerintah perlu merevisi formularium nasional dengan memperhatikan kondisi lokal dan mengembangkan program peningkatan kualitas hidup pasien.

Indonesia is the fourth most deaths due diabetes mellitus and heart disease among south Asia countries. This study with cross-sectional design is aiming to describing the cost of illness and quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus with heart disease in dr.M.Yunus public hospital. Number of samples was110 patients. The annual cost of illness due to type 2 diabetes mellitus with heart disease perpatient was Rp. 6,081,572, with direct cost is reached (81.54%) and indirect cost (18.46%). The largest proportion of the cost was drug (37.05%). Factors that affect COI were Length of Stay (LOS) and the type of work, and factor affect quality of life was duration of illness. It is recommended that dr.M.Yunus Public Hospital Bengkulu should prepare clinical pathways and hospital formulary. The central government needs to revise national formulary with considering variability of country situation and develop program to improve quality of DM patient."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kresna Adhiatma
"Latar Belakang. Populasi penderita DM tipe 2 semakin meningkat, seringkali disertai dengan komorbid, salah satunya depresi dengan prevalensi bervariasi. Depresi dapat mempengaruhi keluaran penyakit DM tipe 2. Beberapa obat antidepresan diketahui dapat mengganggu kontrol gula darah. Vitamin D, telah lama diketahui berkaitan dengan berbagai penyakit kronik, berpotensi memperbaiki gejala depresi, walaupun belum diketahui hubungannya.
Tujuan. Mengetahui adanya hubungan antara kadar vitamin D pada pasien DM tipe dengan kejadian depresi pada pasien dengan DM tipe 2.
Metode. Penelitian ini merupakan studi dengan desain potong lintang, dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi pada, dilakukan penapisan depresi menggunakan kuesioner BDI-II, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, depresi (BDI-II ≥14) dan tanpa depresi (BDI-II <14). Kemudian kedua kelompok dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D, dan dilakukan analisis perbedaan rerata pada kedua kelompok tersebut. Kemudian dilakukan analisis multivariat regresi logistik terhadap variabel perancu.
Hasil. Dari 60 subjek dengan DM tipe 2 yang yang memenuhi kriteria, didapatkan 23 subjek (38,3%) yang depresi, dan 37 subjek (61,7%) yang tidak depresi. Didapatkan median kadar vitamin D 21,8 ng/mL (RIK 14,9-26,6) pada kelompok depresi, sementara median kadar vitamin D 26,5 ng/mL (RIK 23,96-34,08) pada kelompok tanpa depresi. Terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p = 0,001). Setelah dilakukan analisis multivariat dengan variabel perancu jenis kelamin, paparan sinar matahari, dan IMT, didapatkan adjusted odds ratio(adjusted OR) 1,123 (IK 95%: 1,003-1,259) dengan nilai p=0,045.
Kesimpulan. Kadar vitamin D yang lebih rendah meningkatkan kejadian depresi pada pasien DM tipe 2.

Background. The population of people with type 2 diabetes is increasing, which is often accompanied by comorbid, one of them is depression. The presence of depression can affect the outcome of type 2 diabetes mellitus. Some of antidepressants are known to interfere with blood sugar control. Vitamin D levels have long been known to be associated with a variety of chronic diseases, have the potential to improve symptoms of depression, although the relationship is not yet known.
Methods. This research is a cross sectional study conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital. Patients with type 2 DM who met the inclusion criteria on an outpatient basis were screened for depression using BDI-II questionnaire, then divided into two groups, depressed (BDI-II ≥ 14), and without depression (BDI-II <14). Then both groups were examined for vitamin D levels using the ELISA method, and an analysis of the mean difference between the two groups was performed.
Results. From the 60 subjects with type 2 DM who met the criteria, 23 subjects (38.3%) were depressed, and 37 subjects (61.7%) were not depressed. The median of vitamin D level was 21.8 ng/mL (IQR 14.9-26.6) in the depressed group, while the median vitamin D level was 26.5 ng/mL (IQR 23.96-34.08) in the non-depressed group (p = 0.001). After doing multivariate analysis with confounding variables the adjusted odds ratio was 1.123 (95% CI: 1.003-1.259) with p value=0.045.
Conclusion. Lower levels of vitamin D increase the incidence of depression in type 2 DM patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>