Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bangun, Charina Pratenta Br
"Jurnal ini membahas mengenai makna kebebasan pada puisi karya Shin Dong Yup yang berjudul 껍데기는 가라 (Kkeobdegineun Gara, Wahai Kulit, Pergilah) yang dipublikasikan tahun 1967. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginterpretasikan makna kebebasan yang terkandung pada puisi tersebut melalui analisis simbol dan imaji. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa penjelasan secara deskriptif terhadap data penelitian berdasarkan studi pustaka. Dari data yang diperoleh, hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol dan imaji yang di tuangkan ke dalam puisi ini menyiratkan dengan kuat makna kebebasan hidup yang diinginkan oleh Shin Dong Yup sebagai representasi penggambaran peristiwa yang terjadi pada tahun 1960-an dan sebagai tanda kebangkitan kembali kesusastraan Korea setelah sebelumnya mengalami keterpurukan pada tahun 1950-an.

The focus of this study is the meaning of freedom in the poetry by Shin Dong Yup, entitled 껍데기는 가라 (Kkeobdegineun Gara, Skin, Go Away ) published in 1967. The purpose of this study is to interpret the meaning of freedom contained in the poetry mentioned above through the analysis of symbols and images. This study uses qualitative methods such as descriptive explanation of data research based on literature. From the data obtained, the results shows that the symbols and images contained in this poetry strongly implies the meaning of life and believes that freedom desired by Shin Dong Yup is a sign of the revival of Korean literature after crash in 1950."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Widari
"Korea Selatan pada tahun 1968 di bawah kepemimpinan Jenderal Park Chung-hee masih berada dalam bayang-bayang pemerintahan militer yang diktator. Penyair Korea Selatan bernama Shin Dong-yup menuliskan puisi prosais berjudul Sanmunsi 1 sebagai media  tidak langsung untuk mengkritisi pemerintahan. Ia menuliskannya dengan menggambarkan situasi sosial-politik yang berkebalikan dari situasi di Korea Selatan pada masa itu. Penelitian ini menganalisis puisi prosais berjudul Samunsi 1 karya Shin Dong-yup dengan menggunakan teori egalitarianisme dan kritik sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analisis. Prosedur penelitian yang digunakan untuk menganalisis karya puisi prosais ini adalah pendekatan sosiologi sastra dengan teori strukturalisme genetik. Metode dan prosedur ini diikuti dengan data-data referensi untuk mengelaborasi kritik sosial yang terwujud melalui hadirnya paham egalitarianisme dalam puisi prosais yang memiliki keterkaitan sosial-histori Korea Selatan pada tahun 1968. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa puisi prosais Sanmunsi 1 adalah sebuah bentuk kritik terhadap Park Chung-hee dengan menggunakan penggambaran egalitarianisme yang hadir sebagai ironi atas realitas sosial Korea Selatan pada masa itu. 

In 1968, South Korean under Park Chunghee regime still live under dictatorship and military government. Shin Dong-yup, one of South Korean writer who is contrived a prose poetry entitled Sanmunsi 1 as a criticism platform by describing an ideal social-politic condition which contradictive with South Korea’s condition at that time. This research aim to analyzed prose poetry by require take of egalitarianism theory and social criticism theory. Methode that applied in this research is descriptive analysis. Procedure that applied for analyzing Shin Dong-yup’s Sanmunsi 1 prose poetry is sociology of literature with theeory of genetic structuralism. This methode and procedure are followed by data and variant reference to elaborate the emerge of egalitarianism which related to South Korea’s social-historical aspect in 1968 to prove the form of social criticism in it. Through this research it found that Sanmunsi 1 prose poetry is a form of social criticism to Park Chung-hee regime by emerging egalitarianism as an irony of South Korea reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Rochmatul Ummah
"Skripsi ini membahas mengenai tokoh-tokoh dalam film Bandhobi arahan Shin Dong Il dan kaitannya dengan tema utama pada film ini yaitu multikulturalisme di Korea. Metode yang digunakan dalam menganalisis tokoh dan tema dalam skripsi ini adalah metode kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori-teori mengenai tokoh dan penokohan, tema, dan multikulturalisme. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa tokoh dan penokohan memperkuat tema dalam film, yaitu multikulturalisme dan diskrimasi. Selain itu juga terlihat bahwa sikap yang diperlihatkan tokoh utama dalam menghadapi diskriminasi dalam masyarakat multikultural adalah dengan keterbukaan hati.

This thesis explains about the characters in the movie Bandhobi directed by Shin Dong Il and its relation to the main theme, that is multiculturalism in Korea. Qualitative methodology is used to analyze the character and characterization, theme, and multiculturalism in this thesis. The result of this analysis proves that the characters in this movie reinforce the theme of the movie, that is race discrimination. Beside that, the way of the main characters facing discrimination in multicultural is living with the openness of heart."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Yudiarta Swadanta Eman
"Jurnal ini membahas tentang introspeksi diri sebagai upaya perlawanan terhadap Jepang yang tersirat dalam tiga puisi karya Yun Dong Ju yaitu 자화상 (jahwasang , Potret Diri), 참회록 (chamhoerok, Pengakuan), dan 소시 (sosi, Prolog). Seperti kita ketahui, Korea merupakan negara yang pernah mengalami penjajahan Jepang dan sastra di zaman tersebut merupakan salah satu sarana untuk memahami lebih dalam mengenai situasi dan kondisi Korea dalam penjajahan Jepang.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui imaji dan simbol apa yang digunakan dalam tiga puisi karya Yun Dong Ju dan bentuk perlawanan Jepang seperti apa yang tersirat dalam karya tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik puisi.
Hasil dari penelitian ini adalah ketiga puisi karya Yun Dong Ju menekankan pada penggunaan imaji pengelihatan dan perasaan dengan fokus dari imaji pengelihatan adalah kepada diri sendiri. Selain itu, dengan analisis simbol dapat diketahui bahwa Yun Dong Ju menekankan pada introspeksi dan menjaga kesucian diri dengan tidak melupakan identitas dan harga diri sebagai rakyat Korea sebagai bentuk perlawanan terhadap Jepang.

This journal is about self introspection as a form of resistance against Japan that knotted in three Yun Dong Ju`s poems entitled 자화상 (jahwasang, Self Potrait), 참회록 (chamhoerok, Confession), and 소시 (sosi, Prologue). As we know, Korea is one of the nation that had ruled under Japan Colonialization and literature in that era is a good tools to understand more deeply about situation in Korea at that period.
This research aimed to know image and symbol that used ini three Yun Dong Ju?s poems and what kind of resistance that knotted in these poems. This research applied a qualitative method.
The result of this study are three Yun Dong Ju?s poems emphasize the usage of view and feeling image with the main focus in the view image is the main character itself. Beside that, with symbol analysis knowed that Yun Dong Ju emphasized about self introspection and purity as a people of a nation as a form of resistance against Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Handoyo
"ean-Paul Sartre menyatakan kebebasan sebagai ciri manusia bereksistensi. Kebebasan manusia dicirikan melalui cara mengadanya. Meskipun ada kefaktaan-kefaktaan yang dapat mengurangi penghayatan kebebasannya, Sartre berpendapat bahwa manusia tetap dapat memilih untuk menghayati kebebasannya secara maksimal, tanpa menghiraukan kefaktaan-kefaktaan tersebut. Penyair Na Tae-ju melalui puisi “Pulkkot 1-2-3” mengajak para pembacanya untuk menghayati kebebasannya secara penuh tanpa memperhatikan kefaktaan-kefaktaan yang dihadapinya. Sehubungan dengan itu, penelitian ini berfokus pada analisis puisi “Pulkkot 1”, “Pulkkot 2”, dan “Pulkkot 3” yang diterbitkan pada kumpulan buku puisinya yang berjudul “Kkocheul Bodeut Neoreul Bonda”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna kebebasan dari ketiga puisi melalui teori eksistensialisme Jean Paul Sartre dengan pendekatan semiotik Michael Riffaterre. Penulis menggunakan metode deskriptif-kualitatif untuk mengumpulkan data dan menggunakan metode studi pustaka untuk menemukan referensi relevan guna mendukung penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapatnya makna kebebasan Sartre pada puisi “Pulkkot 1-2-3” melalui ajakan tokoh aku kepada tokoh kamu untuk menghayati kebebasannya secara penuh dengan tidak menyerah pada hidupnya dan tidak menghiraukan kefaktaan yang mengikatnya.

Jean-Paul Sartre stated that freedom is a characteristic of existing humans. Human freedom is characterized by the way it creates itself. Even though there are facts, which can reduce the appreciation of freedom, Sartre argues that humans can still choose to live their freedom to the fullest regardless of these facts. The poet Na Tae-Ju through his poems “Pulkkot 1-2-3” invites his readers to experience freedom to the fullest regardless of the facts they face. This study focuses on analyzing the poetry of “Pulkkot 1, Pulkkot 2, and Pulkkot 3” published in his collection of poetry books entitled “Kkocheul Bodeut Neoreul Bonda”. This study aims to analyze the meaning of freedom in the three poems through the existentialism theory of Jean-Paul Sartre with Michael Riffaterre's semiotic approach. The author uses a descriptive qualitative method to collect data and the literature study method to find relevant references to support this research. The results of this study indicate that there's Sartre's meaning of freedom in “Pulkkot 1-2-3” poetry through the invitation of the 'I' character to the 'You' character to live his freedom to the fullest by not giving up on his life and ignoring the facts that bind him."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfatul Mulki
"Penelitian ini menganalisis puisi Yun Dong-ju 1917-1945 dalam buku kumpulan puisinya, Haneulgwa Baramgwa Byeolgwa Si, ldquo;Langit, Angin, Bintang, dan Puisi rdquo; . Makna yang terkandung dalam puisi diperoleh melalui analisis intrinsik dan dilanjutkan dengan analisis ekstrinsik yang menggunakan sosiologi sastra sebagai pendekatannya. Penulis menjabarkan keterkaitan makna puisi dengan latar belakang dibuatnya karya tersebut. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk membuktikan bahwa puisi karya Yun Dong-ju, sebagai dokumen sosial, mampu merefleksikan situasi sosial ketika karya tersebut dibuat, seperi kebijakan pemerintah Jepang, pandangan penganut Kristen mengenai Tuhan, dan harapan orang Korea akan kemerdekaan.

This research analyze Yun Dong ju 1917 1945's poetry in his poetry collection book, Haneulgwa Baramgwa Byeolgwa Si, ldquo Sky, Wind, Star, and Poetry rdquo . The meaning of poetry gained through intrinsic analysis and extrinsic analysis followed by using the sociology literature as its approach. Writer is verified the interrelatedness between the meaning of poetry and the background when the poetry was composed. Sociology literature approach used to prove Yun Dong ju's poetry as social document able to reflect the social situation, such as Japanese rule policy, God in Christian's view, and Korean's hope for independent.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S66669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoshe Maharani
"Pada akhir tahun 1970-an, dunia kesusastraan Cina mulai memasuki era baru. Muncul aliran puisi Menglong yang merupakan aliran puisi paling penting dan berpengaruh dalam dunia kesusastraan Cina di era modern. Menglongshi, atau dalam bahasa Indonesia berarti “Puisi Samar” merujuk pada aliran puisi baru yang muncul dan berkembang pada periode mulai dari akhir 1970-an hingga awal 1980-an di Cina. Aliran puisi ini dipopulerkan oleh majalah literatur kritis yang mengkritik pemerintahan berjudul Jintian yang beredar di masyarakat pada masa Gerakan Dinding Reformasi, sebuah gerakan di tahun 1978-1979 dimana pemimpin tertinggi di Cina pada tahun-tahun itu memperbolehkan adanya demokrasi kebebasan berpendapat dalam masyarakat. Gu Cheng (顾城) merupakan salah satu penyair ternama di Cina yang namanya dikenal lewat kelompok penyair aliran puisi Menglongshi. Karya-karyanyanya yang beraliran Menglongshi memiliki ciri khas penggambaran alam yang nyata dan penggunaan simbol-simbol pribadi untuk menulis tentang tentang manusia, sosial dan masyarakat khususnya mengenai peristiwa Revolusi Kebudayaan yang merupakan sebuah tragedi menyakitkan yang terjadi selama 10 tahun di Cina. Dalam tulisan ini, dipilih 8 puisi Menglongshi oleh Gu Cheng untuk dikaji aspek simbol dan imajinya sehingga dapat ditelaah makna dari puisi-puisi tersebut. Hasilnya, puisi Menglongshi yang ditulis oleh Gu Cheng memiliki makna yang secara umum merupakan ungkapan sikap Gu Cheng terhadap peristiwa Revolusi Kebudayaan masa lalu dan harapan positif terhadap masa depan walaupun telah terdampak oleh peristiwa Revolusi Kebudayaan.

As the 1970s nears its end, Chinese literature began a new era. A new poetry genre called Menglong emerged and became the most important genre in modern Chinese literature. Menglong developed itself in the late 70s to early 80s and was popularized by a critical literary magazine called Jintian. The magazine was published during the Wall Reform Movement (1978-1979) where the supreme leader of China allowed democracy and freedom of speech. In this genre of poetry, one of the most prominent poets in the Menglong genre was Gu Cheng. His Menglong poetry is characterized by the usage of vivid imagery of nature, and the usage of symbols to represent people, social issues, and the society that has been impacted by the nation-wide catastrophe; the Cultural Revolution that happened 10 years prior. In this writing, 8 Menglong poems by Gu Cheng are selected to analyze their meanings through its symbolic and imagery aspects in the poem. The result is generally Gu Cheng’s Menglong poems signify Gu Cheng’s expression towards his traumatic past caused by the Cultural Revolution and his positive outlook towards the future despite the things that has happened in the past."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajrina Nurul Fallah
"Saat ini penerjemahan telah menjadi kegiatan sehari-hari. Selain teks-teks dan artikel ilmiah, penerjemahan puisi berbahasa asing juga sering dilakukan oleh banyak penerjemah. Namun, penerjemahan puisi tidak sama dengan penerjemahan teks-teks bahasa asing lain. Puisi merupakan karya sastra yang unik, saat menerjemahkan penerjemah tidak hanya harus mempertahankan makna puisi namun juga harus mempertahankan bentuknya. Dalam tulisan ini akan membahas tentang pergeseran struktur dan makna dalam puisi terjemahan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi kepustakaan terhadap buku yang relevan dengan topik ini.

Nowadays, translation already become a daily activity. Beside science texts and articles, foreign-language poetry translation often done by many translators. However , poetry translation is different with other foreign-language texts translation. Poetry is an unique literature work, translator have to maintain not only structure but also poetry's meaning. This paper will discuss about structural and meaning shift in translated poetry. The method used is qualitative method with a literature study of the book which relevant with the topic."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Iza Radeska
"[ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang analisis makna ?nim? dalam dua puisi karya Kim Sowol yang berjudul 님의
노래(Nimeui Norae, Nyanyian Kekasih) dan 님에게(Nimege,Untuk Kekasih). Kedua puisi ini menarik untuk diteliti
karena keduanya mengandung kata ?nim? yang dapat diinterpretasikan berbeda. Akan tetapi, jika ditelaah lebih
dalam, makna ?kekasih? dalam kedua puisi ini dapat memiliki makna yang berbeda dengan makna ?nim? yang
sebenarnya. Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah close reading dengan pendekatan struktural
dan semiotik. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengetahui latar belakang sosial masyarakat Korea dan penyair
saat kedua puisi ini ditulis. Analisis dalam jurnal ini dikaitkan dengan hakikat puisi, yaitu tema, perasaan penyair,
nada, dan amanat puisi, lalu menerjemahkan keseluruhan kedua puisi ini dengan berfokus pada makna ?nim?. Hasil
dari penelitian ini adalah makna ?nim? dalam puisi yang berjudul Nimeui Norae memiliki makna "negara" dimana
yang dimaksud di sini adalah Korea, sedangkan makna ?nim? dalam puisi yang berjudul Nimege memiliki makna
?kekasih?.ABSTRAK
This journal discusses about the analysis of ?nim??s meaning in two Kim Sowol?s poetries entitled 님의
노래(Nimeui Norae, Lover?s Song) and 님에게(Nimege, For Lover). Both of them are appropriate to study because
the contain of word ?nim? that could be interpreted differently. However, when they examined more deeply, the
word lover in both poetry?s can have different meaning to the"nim? in the real meaning which is interesting to study.
The method used in this journal is closed reading with structural and semiotic approaches. Literature study used to
determine the social background of the Korean and the poets when both them were written. Analysis in this journal
related to the theory of basic of poetry, which is the poetry?s theme, poet?s feeling, tone, and the message of the
poetry. Then, translate both of those poetries with more focus to the meaning of the "nim?. The results of this study
is ?nim? in Nimeui Norae means "country" or Korea. Meanwhile, ?nim? in Nimege means "lover"., This journal discusses about the analysis of “nim”’s meaning in two Kim Sowol’s poetries entitled 님의
노래(Nimeui Norae, Lover’s Song) and 님에게(Nimege, For Lover). Both of them are appropriate to study because
the contain of word “nim” that could be interpreted differently. However, when they examined more deeply, the
word lover in both poetry’s can have different meaning to the"nim” in the real meaning which is interesting to study.
The method used in this journal is closed reading with structural and semiotic approaches. Literature study used to
determine the social background of the Korean and the poets when both them were written. Analysis in this journal
related to the theory of basic of poetry, which is the poetry’s theme, poet’s feeling, tone, and the message of the
poetry. Then, translate both of those poetries with more focus to the meaning of the "nim”. The results of this study
is “nim” in Nimeui Norae means "country" or Korea. Meanwhile, “nim” in Nimege means "lover".]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farwah Sofwatun Nida
"Diketahui peribahasa munculnya sudah sangat lampau, namun di zaman sekarang peneliti menemukan banyak sekali peribahasa terutama yang menggunakan simbol binatang dan dipublikasikan kembali di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna dan bagaimana asal-usul terbentuknya peribahasa tersebut sehingga dapat mengetahui konteks penggunaannya saat ini di media sosial. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan semantik inkuisitif. Adapun data diperoleh dengan teknik social media research yang bersumber dari Youtube, X, Facebook, dan Instagram. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa simbol binatang dalam peribahasa Arab ada yang mengandung unsur negatif dan unsur positif. Adapun penggunaan simbol binatang dalam peribahasa Arab di media sosial, kebanyakan ditujukan untuk memberikan nasihat, dan lainnya juga menggambarkan tingkah laku manusia, konteks sindiran, teguran, pujian, dan ejekan.

Knowing about the emergence of proverbs has been around for a very long time, but nowadays researchers have found lots of proverbs, especially those that use animal symbols and are republished on social media. This research aims to analyze the meaning and origins of these proverbs so that we can understand the current context of use on social media. The research was conducted using qualitative methods using an inquisitive semantic approach. The data was obtained using social media research techniques sourced from Youtube, X, Facebook and Instagram. This research shows that animal symbols in Arabic proverbs contain negative and positive elements. Like the use of animal symbols in Arabic proverbs on social media, most of them are intended to provide advice, and others also describe human behavior, the context of sarcasm, reprimand, praise and praise."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>