Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128148 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Laksono Abdhillah
"Kualitas hubungan antara orang tua dengan anak menjadi faktor yang penting bagi keterlibatan anak kelas VI sekolah dasar dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal tersebut menjadi dasar tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara Kualitas hubungan orang tua-anak (parent-child relationship) dengan keterlibatan anak dengan sekolah (school engagement). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 77 siswa dan 77 orang tua siswa tersebut di sekolah dasar negeri, Kelurahan Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Pianta, parent-child relationship berdasarkan persepsi orang tua dan kuesioner Child Trends, school engagement berdasarkan persepsi siswa terhadap sekolah.
Hasil analisis menunjukan bahwa ada hubungan antara kualitas hubungan orang tua-anak dengan keterlibatan anak dengan sekolah dengan R : 0,52 (hubungan orang tua-anak (kedekatan) dengan keterlibatan anak di sekolah) dan 0,39 (hubungan orang tua-anak (konflik) dengan keterlibatan anak di sekolah). Rekomendasi bagi penelitian selanjutnya yaitu untuk lebih memperdalam komponen yang berpengaruh pada kualitas hubungan antara orang tua-anak kaitannya dengan keterlibatan anak dengan sekolah seperti interaksi, keterlibatan orang tua dalam kegiatan anak di sekolah dan status perkawinan orang tua.

The quality of relationship between parent and child is an important factor to primary school children engagement. This reason underlies of this study to identify the relationship between quality of parent-child relationships with school engagement. This study used a descriptive correlation design with cross sectional approach. Samples of this study were 77 students and 77 parents of sixth grade students (2014/2015) in public elementary schools, Gunung, Kebayoran Baru, South Jakarta. The instruments used in this study are Pianta (parent-child relationship questionnaire), based on the parent perceptions towards their children and Child Trends (school engagement questionnaire), based on student perceptions of their school activities.
Results showed that there is a strong relationship between quality of parent-child relationship (closeness variable) with school engagement, with R-pearson: 0,52 and an adequate relationship between quality of parent-child relationship (conflict variable) with school engagement, with R-pearson: 0,39. Recommendation for future researchis : widening the components that affect the quality of the relationship between parent-child relation such as interaction, parents involvement in school and parents marital status.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhi Cintaka
"Pada terapi anak, terdapat peran orang tua yang biasanya mengambil keputusan terkait terapi. Ekspektasi orang tua terhadap terapi anak merupakan salah satu faktor yang ditemukan berkontribusi pada hambatan dalam terapi, kehadiran, dan terminasi dini, sehingga berpotensi juga berkaitan dengan hasil terapi anak. Namun, penelitian terkait hal tersebut masih sangat terbatas, khususnya di Indonesia. Ekspektasi orang tua dapat berkaitan dengan karakteristik yang dimiliki mereka, salah satunya adalah bagaimana cara mereka mengasuh anak. Gaya pengasuhan sendiri merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan terapi anak. Dengan demikian, ekspektasi dan gaya pengasuhan orang tua dapat menjadi penunjang atau sebaliknya, hambatan dalam mengoptimalkan hasil terapi anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspektasi orang tua dan hasil terapi anak, serta peran gaya pengasuhan terhadap hubungan tersebut. Terdapat 97 partisipan orang tua dari anak yang mengikuti terapi di Klinik Tumbuh Kembang atau Biro Psikologi di Jabodetabek, yang diukur ekspektasinya dengan Parents Expectancies for Therapy Scale (PETS, Nock & Kazdin, 2001), hasil terapi anak dengan Outcome Rating Scale (ORS, Miller & Duncan, 2000), dan gaya pengasuhannya dengan The Parenting Styles and Dimensions Questionnaire-Short Version (PSDQ-Short Version, Robinson, Mandleco, Olsen, & Hart, 2001). Hasil penelitian tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara ekspektasi orang tua dan hasil terapi anak, r(97) = .040, p > .05, dan gaya pengasuhan tidak memoderasi hubungan tersebut. Meskipun demikian, ekspektasi orang tua ditemukan memiliki hubungan positif yang signifikan dengan gaya pengasuhan authoritative, r(97) = .28, p < .01, dan permissive, r(97) = .22, p < .05. Selanjutnya, hasil terapi anak ditemukan memiliki hubungan positif yang signifikan dengan salah satu dimensi gaya pengasuhan authoritative, yaitu autonomy granting, r(97) = .25, p < .05. Hasil yang tidak signifikan dapat berkaitan dengan kekurangan pada penelitian ini, yaitu durasi dan waktu pengambilan data, pemilihan alat ukur, dan partisipan yang sangat bervariasi. Hasil penelitian dapat memberikan manfaat bagi peneliti selanjutnya, khususnya dalam memberikan saran terkait metodologi. Selain itu, hasil penelitian juga dapat bermanfaat secara praktis bagi praktisi anak dan orang tua dalam mengoptimalkan hasil terapi anak.

Parent expectancy and parenting styles can support or become an obstacle in optimizing outcome therapy. The purpose of this quantitative correlational study is to examine the relationship between parent expectancy and outcome therapy, also the role of parenting style as a moderator. Participants were 97 parents of children who participated in therapy located in Jabodetabek. Parent expectancy was measured with Parents Expectancies for Therapy Scale, outcome therapy with Outcome Rating Scale, and parenting style with The Parenting Styles and Dimensions Questionnaire. Results show no significant correlation between parent expectancies and outcome therapy, and parenting style does not moderate the relationship. Although, parent expectancies have a positive significant correlation with authoritative and permissive parenting. Furthermore, outcome therapy has a positive significant correlation with one of the authoritative dimensions, which is autonomy granting. The insignificant result could be related to the limitations in this study, such as duration and time of data collection, selection of measuring tools, and different criteria of participants. However, this study has implications for research and practice, regarding methodology and what practitioners and parents can do to optimize outcome therapy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Syahidatul Wafa
"Ibu bekerja pada umumnya memiliki waktu yang terbatas untuk berinteraksi dengan anaknya padahal anak usia prasekolah sedang mengalami puncak perkembangan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan arah hubungan antara pola asuh ibu bekerja dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional yang melibatkan 45 responden ibu bekerja beserta anaknya di dua TK di Kelurahan Cipayung Jakarta Timur dengan teknik Cluster Sampling.
Hasil uji Korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang lemah dan negatif antara pola asuh otoriter (r= -0,071) dan permisif (r= -0,164) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah, namun terdapat hubungan yang lemah dan positif antara pola asuh demokratis (r= 0,036) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Penelitian ini merekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk memberikan informasi kepada ibu yang bekerja tentang jenis pola asuh yang dapat mendukung perkembangan kognitif anak.

Most of working mothers have limited time to interact with their children while preschool-aged children reach their peak cognitive development. This research is aimed to identify the power and the linear relationship between parenting styles and cognitive development of preschool-aged children. Design used in this research is Cross Sectional which took 45 respondents of working mothers and their children in kindergartens at administrative village of Cipayung East Jakarta as the sample of the study who were chosen by using Cluster Sampling technique.
The result of Spearman’s Rank Correlation test showed there were weak and negative correlation between authoritarian parenting (r= -0,071) and permissive parenting (r= -0,164) with the cognitive development of preschool-aged children, however there were weak and positive correlation between authoritative parenting (r= 0,036) and the cognitive development of preschool-aged children. This research is recommended to the health practitioner to give information to working mothers about the type of parenting styles that can support children’s cognitive development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affi Fatunnisa
"1000 hari pertama kehidupan anak merupakan masa dimana tumbuh kembang berjalan sangat optimal. Sehingga peran orang tua sebagai pembimbing anak saat tumbuh kembangnya sejak kecil sangatlah penting. Orang tua harus dapat menjalankan perannya dengan sadar untuk memenuhi dan menyeimbangkan pengasuhan yang kadang dapat mewujudkan stres pengasuhan pada mereka. Oleh karena itu, penting untuk tepat menilai stres pengasuhan yang merupakan hambatan perkembangan kesehatan anak. Instrumen Parenting Stress Index diperlukan untuk mengidentifikasi stres pengasuhan orang tua dengan anak usia 6-23 bulan. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah instrumen PSI merupakan instrumen yang valid dan reliabel. Penelitian deskriptif dilakukan pada 200 responden dengan pengambilan data secara online dengan pendekatan cross sectional dan teknik purposive sampling. Uji validitas menunjukkan 19 butir item valid. Uji reliabilitas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,605 yang menunjukan instrument reliabel untuk digunakan. Sehingga instrument PSI dapat digunakan untuk mengidentifikasi stres pengasuhan orang tua pada anak usia 6-23 bulan.

The first 1000 days of a child's life are a period of optimal growth and development. So that the role of parents as a guide for children when growing and developing since childhood is crucial. Parents must be able to carry out their role intentionally to fulfill and balance parenting which can sometimes manifest parenting stress on them. Therefore, it is important to properly assess parenting stress which is a developmental obstacle to a child's health. The Parenting Stress Index instrument is required to identify the stress of parenting with children aged 6-23 months. The purpose of the study was to determine whether the PSI instrument was valid and reliable. Descriptive research was conducted on 200 respondents with online data collection with a cross-sectional approach and purposive sampling technique. The validity test showed that 19 items were valid. The reliability test reveals the Cronbach's Alpha value of 0.605 which implies a reliable instrument to use. So the PSI instrument can be used to identify parenting stress in children aged 6-23 months.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Anisa Maharani
"Hubungan dengan teman sebaya merupakan aspek penting dalam perkembangan remaja. Sejak adanya pandemi COVID-19, keterbatasan interaksi sosial secara langsung menyebabkan menjalin pertemanan bagi remaja terasa melelahkan. Salah satu faktor kunci dalam hubungan teman sebaya adalah relasi anak dengan orang tuanya. Relasi orang tua-anak yang positif dinilai dapat membantu remaja dalam menghadapi situasi pandemi dan meningkatkan kualitas hubungan teman sebaya. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan relasi orang tua-anak dalam memprediksi kualitas hubungan teman sebaya pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan tipe studi cross-sectional. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 651 partisipan dan merupakan remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16,33, SD = 0,74), berjenis kelamin perempuan (n = 390) dan laki-laki yang berdomisili di Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui penyebaran kuesioner Parent-Adolescent Relationship Scale dan Peer Friendship Scale. Hasil analisis statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa relasi orang tua-anak secara positif signifikan mampu memprediksi kualitas hubungan teman sebaya (p < 0,01) dengan nilai  = 0,41. Disarankan perlunya membangun iklim keluarga yang positif melalui penguatan relasi orang tua-anak untuk meningkatkan kualitas hubungan teman sebaya pada remaja, khususnya pada masa pandemi COVID-19.

Peer relationship is an important aspect of adolescents’ development. Since the COVID-19 pandemic outbreak, the limited social interactions have made friendships for adolescents feel tiring. One of the key factors in peer relationships quality is child’s relationship with their parents. Positive parent-child relationship is considered to be able to help adolescents in dealing with pandemic situations and improve the quality of peer relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting peer relationship quality among middle adolescents during the COVID-19 pandemic. This research is a correlational study with cross-sectional design and was conducted on 651 participants who are middle adolescents aged 15-18 years (M = 16,33, SD = 0,74), females (n = 390) and males who live in Indonesia. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires Parent-Adolescent Relationship Scale and Peer Friendship Scale. The result of the simple linear regression shows that parent-child relationship positively significant predicted peer relationship quality (p < 0,01) with  = 0,41. It is suggested the need to build a positive family climate through strengthening parent-child relationships to improve the quality of peer relationships in adolescent, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnaning Kurniawati
"Orang tua dengan anak berkebutuhan khusus cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi akibat peningkatan beban pengasuhan. Kondisi tersebut cenderung dilampiaskan kepada anak, berupa perilaku menyakiti anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres pengasuhan pada orang tua anak berkebutuhan khusus dengan peluang melakukan abuse pada anaknya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Parental Stress Scale (PSS) dan kuesioner Peluang Abuse yang valid dan reliabel. Sampel penelitian berjumlah 75 orang yang dipilih dengan teknik total sampling. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres pengasuhan dengan peluang melakukan abuse (p value= 0,028;α= 0,05). Perempuan berpeluang lebih besar untuk melakukan abuse dibandingkan laki-laki. Orang tua yang pernah mendapatkan pengetahuan tentang metode pengasuhan berpeluang lebih rendah untuk melakukan abuse. Maka, perawat perlu mengedukasi orang tua terutama ibu mengenai metode pengasuhan dan manajemen stres untuk mengurangi peluang mereka melakukan abuse.

Parents of children with special needs tend to experience higher levels of stress due to increased burden of care. This condition tends to be directed at children, such as child-injurious behavior. This study examines the relationship between parenting stress in parents of children with special needs and the opportunity to abuse his/her children. This study use descriptive method with cross sectional approach. Collecting data using Parental Stress Scale (PSS) and Opportunity Abuse questionnaires. These samples included 75 individuals who have been selected with a total sampling technique. Data were analyzed using Kruskal Wallis test.
The results showed a correlation between levels of parenting stress with a chance to abuse (p value=0.028; α=0.05). Women are higher potentially to commit abuse than men. Parents who have got knowledge about parenting are lower potentially to commit abuse. Thus, nurses need to educate parents, especially mothers about parenting and stress management to reduce their chances to commit abuse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Nadinda
"Regulasi emosi merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan untuk mencegah masalah dalam aspek sosial emosional anak seperti perilaku internalizing dan externalizing. Usia prasekolah merupakan masa yang kritikal untuk mengembangkan regulasi emosi yang optimal. Orang tua memiliki peranan penting dalam perkembangan regulasi emosi anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah kualitas hubungan orang tua-anak dapat memprediksi regulasi emosi anak usia prasekolah. Partisipan penelitian ini adalah 133 partisipan orang tua dengan anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Indonesia. Pengukuran regulasi emosi anak dilakukan menggunakan alat ukur Emotion Regulation Checklist (ERC), sementara pengukuran kualitas hubungan orang tua-anak dilakukan menggunakan alat ukur Child-Parent Relationship Scale (CPRS). Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hubungan orang tua-anak secara signifikan memprediksi regulasi emosi anak usia prasekolah.

Emotion regulation is one of the skills needed to prevent problems in children’s socio-emotional aspects such as internalizing and externalizing behavior. Preschool is considered to be a critical period for the optimal emotional regulation development. Parents have an important role in the development of children's emotional regulation. This study aims to see whether the quality of parent-child relationship can predict the emotional regulation of preschoolers. There were 133 Indonesian parents of 3-6 years old children involved in the study. Children's emotion regulation was measured using the Emotion Regulation Checklist (ERC), and the quality of the parent-child relationship was measured using the Child-Parent Relationship Scale (CPRS). Data processing is done by linear regression analysis. The results showed that the quality of the parent-child relationship significantly predicted the emotional regulation of preschoolers. It was also shown that both conflict and closeness significantly predicted emotion regulation of preschoolers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Olivia Isabella
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara
konflik orang tua-anak dan kenakalan remaja di Jakarta. Variabel konflik orang
tua-anak diukur dengan alat ukur Parent Environmental Questionnaire dari
Elkins, McGue, & Iacono (1997) yang diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia,
sedangkan variabel kenakalan remaja diukur dengan alat ukur The Self-Report
Delinquency Scale dari Elliott & Ageton (1980) yang telah diadaptasi ke dalam
bahasa Indonesia. Penelitian dilakukan pada 372 remaja laki-laki dan perempuan
di Jakarta berusia 15-17 tahun yang tinggal serumah dengan orangtuanya.
Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan positif yang signifikan antara konflik
orang tua-anak dengan kenakalan remaja dengan koefisien korelasi sebesar
r=0.166, p=0.000, signifikan pada LOS 0.01 (one-tailed). Dari hasil tersebut,
didapatkan berbagai analisis yang akan dijelaskan lebih lanjut.

ABSTRACT
This reserach aims to find the correlation between parent-child conflict
and juvenile delinquency in Jakarta. The parent-child conflict variable is measured
by Parent Environmental Questionnaire from Elkins, McGue, & Iacono (1997)
which has been translated to Indonesian language meanwhile the juvenile
delinquency variable is measured by The Self-Report Delinquency Scale from
Elliott & Ageton (1980) which also has been translated to Indonesian language.
This research is being conducted to 372 adolescents in Jakarta from 15-17 years
old who live under one roof with their parents. Based on the correlation test, there
is a significant positive correlation between parent-child conflict and juvenile
delinquency with r =0.166, p=0.000, significant on LOS 0.01 (one-tailed). Based
on the result, there will be further analyses that will be explained."
2016
S66470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Herwanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara kesehatan mental orang tua terhadap gaya pengasuhan pada anak usia sekolah di Kabupaten Tangerang pada tahun 2024. Metodologi menggunakan pendekatan cross-sectional survey yang melibatkan 110 orang tua anak usia sekolah di Kabupaten Tangerang yang berperan sebagai pengasuh utama anak sebagai syarat untuk penelitian ini. Mereka dipilih dengan menggunakan metode clustur random sampling dan purposive sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah divalidasi dan diuji menggunakan Self-Reporting Quisioner 29 (SRQ-29) untuk kesehatan mental dan Parenting Styles And Dimensions Questionnaire (PSDQ) untuk gaya pengasuhan. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara kesehatan mental orang tua dengan gaya pengasuhan pada anak usia sekolah dengan p-value 0.025 melalui uji Chi-Square dan korelasi positif sebesar 0.213 sehingga hubungan kedua variabel bersifat searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin baik kualitas kesehatan mental orang tua maka gaya pengasuhan kepada anak akan lebih baik.

This research aims to explore the relationship between parents' mental health and parenting styles in school-aged children in Tangerang Regency in 2024. The methodology employs a cross-sectional survey approach involving 110 parents of school-aged children in Tangerang Regency who act as the primary caregivers for their children as a requirement for this research. They were selected using a combination of cluster random sampling and purposive sampling methods. Data were collected through validated questionnaires and tested using the Self Reporting Questionnaire 29 (SRQ-29) for mental health and the Parenting Styles and Dimensions Questionnaire (PSDQ) for parenting styles. Data were analyzed using IBM SPSS version 25. The research results indicate a significant relationship between parental mental health and parenting styles in school-aged children, with a p-value of 0.025 through the Chi-Square test and a positive correlation of 0.213. This suggests that the relationship between the two variables is direct, meaning that the better the quality of the parents' mental health, the better their parenting style will be."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Arieza Fitrizqa
"Pandemi COVID-19 terbukti meningkatkan tingkat distres psikologis pada remaja. Kondisi emosi remaja cenderung mudah terguncang ketika menghadapi situasi yang tidak biasa, seperti situasi pandemi. Salah satu faktor protektif terhadap terjadinya distres psikologis pada remaja adalah hubungan orang tua-anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini yaitu kelompok remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16.33, SD = 0,742), berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner secara daring kepada 651 partisipan. Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan, untuk mengukur distres psikologis pada remaja digunakan alat ukur Kessler Psychological Distress Scale (K10) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya dengan nilai R2 = 6,3% dan β =-0,254 yang berarti setiap kenaikan 1% nilai hubungan orang tua-anak maka nilai distres psikologis berkurang sebesar 0,254. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat hubungan orang tua-anak, maka akan menurunkan tingkat distress psikologis. Maka disarankan untuk meningkatkan relasi hubungan orang tua- anak agar dapat menurunkan tingkat distres psikologis pada remaja, khususnya selama masa pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic has been shown to increase the level of psychological distress in adolescents. The condition of adolescents tends to be unstable when faced with unusual situations, such as a pandemic. One of the protective factors against adolescent distress is the parent-child relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting psychological distress among adolescents during the COVID-19 pandemic. Participants in this study were middle adolescents aged 15-18 years (M = 16.33, SD = 0,742) males and females who lived in Indonesia. This research is a non-experimental study. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires online to 651 participants. The questionnaires used include Parent-Adolescent Relationship Scale to measure the level of Parent-child relationship, Kessler Psychological Distress Scale (K10) to measure the level of psychological distress. In addition, the results of simple linear regression analysis shows that parent-child relationships negatively significant predicted adolescents psychological distress with R2 = 6.3% and β =-0,254 which means that for every 1% increase in the value of the parent-child relationship, the psychological distress value decreases by 0.254. Therefore, it can be said that the higher the parent-child relationship, the lower the level of psychological difficulties. Thus, it is suggested the need to develop the parent-child relationship to reduce psychological distress in middle adolescents, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>