Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140961 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yeni Yulia Saputri
"Loneliness (kesepian) merupakan salah satu persepsi subjektif yang dialami seseorang akibat kurangnya kontak sosial dengan orang lain. Lansia merupakan salah satu kelompok usia yang berisiko tinggi mengalami loneliness (kesepian) akibat berbagai penurunan dan kehilangan yang dialami baik secara fisik, psikologis, dan lingkungan sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran loneliness (kesepian) pada lansia di kelurahan Depok dengan sampel sebanyak 103 responden. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif yaitu teknik random sampling dengan cluster sampling. Instrumen penelitian menggunakan UCLA loneliness scale untuk mengetahui kejadian loneliness (kesepian) pada lansia.
Hasil analisis deskriptif menyatakan bahwa sebanyak 52% lansia di kelurahan Depok tidak mengalami loneliness (kesepian). Mempertahankan dan meningkatkan aktivitas rutin secara individu maupun kelompok di komunitas perlu diperhatikan oleh keluarga dan perawat komunitas untuk menghindari terjadinya loneliness (kesepian) pada lansia.

Loneliness is one of the subjective perception that being experienced by individual as result of the lack of social interaction with others. Elderly is groups of certain age who has certain quite high number at risk of loneliness. It happens due to degrading physical, psychological ability and social environment.
The purpose of study was to describe the loneliness among elderly in certain area of Depok, with 103 respondents sample. Descriptive method of random sampling with cluster was being chosen as design research methodology. And UCLA loneliness scale was being used as the research instrument.
The result of this research stated that 52% of elderly people in certain area of Depok did not experience loneliness. Maintaining and improving routine activities in both individual level and community can be one of suggestion and need to being considered by family and community nurse to avoid loneliness in the elderly groups.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Setiawan Borman
"Kesepian pada lanjut usia dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kesehatan dan kesejahteraan mental, penurunan kognitif dan depresi.Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memahami proses kesepian yang dialami oleh para lanjut usia dan bagaimana mereka mengatasinnya.Metode yang digunakan adalah mixed method, dimana, kuantitatif untuk mengetahui gambaran umum karakteristik populasi sampel terdiri dari 47 lansia, dan kualitatif untuk mendalami kesepian yang dialami oleh dua belas informan. Partisipan terdiri dari dua belas orang, lima laki-laki dan enam perempuan ,dengan memanfaatkan beberapa alat pengumpul data seperti UCLA Loneliness Scale, dan dua macam pedoman wawancara.
Temuan kritis dalam penelitian ini adalah sebagian besar partisipan mengami kesepian dikarenakan terganggunya hubungan sosial mereka yang diakibatkan oleh beberapa penyebab diantarannya penurunan kualitas kesehatan,kematian orang yang mereka cintai, memasuki masa pensiun. Sedangkan upaya yang mereka lakukan untuk mengatasi kesepian yang dialami adalah mencoba untuk mendatangi orang baru atau komunitas membantu orang yang membutuhkan dan memiliki hewan peliharaan. Para praktisi kesejahteraan sosial bisa melihat ini sebagai bahan untuk mendeteksi kesepian pada lansia lebih dini dan mengintervensinnya.

Loneliness among elderly can causes decresing health fisical and mentaly, decrease cognitive ability and depresion. The purpose of this mixed study was to explore the meaning of loneliness in community older adults and to understand their daily practices in coping with loneliness. The sample consisted of 47 older adults in RT 01 RW 04 Kelurahan Manukan Kulon Kecamatan Tandes. Interviews were conducted with the 12 participants utilizing several tools, including 2 separate interview guides and the UCLA Loneliness Scale, Version 3 Russell, 1996.
A critical finding was that many participants experienced loneliness as a result of disrupted meaningful engagement, due to age related changes, as well as other losses, including death of spouse, retirement, and access to transportation as results of giving up the motor cycle. Participant coping practices with loneliness included reaching out to others, helping those in need, and seeking companionship with pets. Many older adults are at risk for loneliness because of declining health and other age related losses that prevent them from remaining engaged in meaningful relationships. Family as a caregiver and social welfare practioner can screen for loneliness to identify those at risk and can intervene to help older adults maintain connections.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T49381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jundi Afif Utomo
"Penelitian ini membahas hubungan antara partisipasi di Posbindu Lansia dengan tingkat kesepian lansia di kelurahan Depok Jaya Kota Depok. Hasil penelitian menemukan bahwa pengaruh partisipasi lansia dalam kegiatan posbindu sebesar hampir 5 kali terhadap tingkat kesepian lansia. Sementara dukungan keluarga dan partisipasi hanya sebesar 2 kali pengaruhnya terhadap kesepian lansia. Hal ini disebabkan kegiatan posbindu lansia yang sangat banyak dan bervariasi. saran saya selaku peneliti adalah sebagai berikut: (1) pengembangan lebih lanjut kegiatan posbindu yang sudah ada (2) partisipasi pemerintah dalam penyelanggaraan dan pengembangan kegiatan sosial-keagamaan (3) pengembangan program pemberdayaan lansia dengan sasaran keluarga lansia.

This study examines the relationship between Elderly participation in Posbindu with elderly loneliness levels at urban kelurahan Depok Jaya, Kota Depok. The study found that the effects of participation in the activities Posbindu elderly by almost 5 times the rate of lonely elderly. While family support and participation by only 2 times the effect on the lonely elderly. This is due to the activities Posbindu elderly are many and varied, such as the activities of theatre or music. Based on the findings above, my advice as a researcher is as follows: (1) develop further government Posbindu activities that have been held in each kelurahan. (2) participate in development of socio-religious activities. (3) develop empowerment programs targeting elderly seniors family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Sari
"Masa lanjut usia, hampir selalu identik dengan berbagai macam perubahan yang mengarah pada kemunduran. Perubahan-perubahan yang dialami lansia pada aspek fisik, kognitif, sosial dan emosional sering berpengaruh terhadap kehidupan pribadi mereka. Keadaan kesehatan yang buruk, ingatan yang makin berkurang, kehilangan peran dalam pekerjaan; kehilangan pasangan hidup atau teman sejawat, merupakan contoh-contoh perubahan yang membuat mereka sering merasa tidak berharga, tidak berguna dan kurang menghargai diri sendiri. Lebih jauh lagi hal ini mempengaruhi keterlibatan dan pola interaksi mereka dengan lingkungan sekitarnya.
Selain itu masalah kesenjangan pengalaman antar generasi muda dan tua sekarang ini, tampaknya membuat kedudukan lansia yang pada masyarakat tradisional dulu merupakan sumber berkat dan restu, menjadi memudar. Menurut penelitian Berg dkk,1981 (dalam Schultz & Moore, 1982) keadaan ini sering menyebabkan lansia mengalami kehilangan 'kepercayaan diri serta lebih jauh lagi mengalami keterasingan dari teman-teman dan keluarga. Keadaan-keadaan tersebut diatas, menurut Schultz & Moore (1984) menimbulkan keterasingan sosial (social isolation) diantara para lansia sehingga mereka mengalami kesepian.
Dari poll pendapat yang dilakukan Haris dkk (dalam Schlutz & Moore, 1984) diperoleh hasil bahwa kesepian merupakan "masalah yang serius" menurut para lansia 65 tahun keatas. Demikian pula penelitian Schultz & Moore (1984) menunjukkan bahwa hampir seluruh subyek penelitian berusia 55-75 tahun mengalami kesepian (taraf sedang) dan hanya 10% yang mengatakan tidak pernah mengalami kesepian. Dengan berasumsi bahwa penelitian-penelitian tersebut dilakukan di Barat dengan kondisi budaya yang berbeda dengan di Indonesia, timbul keinginan penulis untuk meneliti keadaan tersebut di Indonesia, khususnya Jakarta. Adanya pergeseran pola keluarga (dari keluarga luas ke keluarga batih) yang banyak melanda kota-kota besar termasuk Jakarta, menimbulkan berbagai pilihan tempat tinggal bagi para lansia yang tinggal di kota-kota besar. Walaupun sebagian besar lansia di Indonesia tinggal bersama keluarga mereka dirumah, namun penyediaan sarana panti werdha yang memenuhi berbagai fasilitas memungkinkan lansia memilih tempat tinggal bagi mereka sendiri.
Dalam usaha mengetahui gambaran kesepian pada lansia di Jakarta, penulis akan membandingkan variabel tersebut pada kondisi lingkungan tempat tinggal lansia, yaitu lansia yang tinggal di rumah (dengan keluarga) dan lansia yang tinggal di panti werdha. Adapun subyek penelitian yang diambil berusia 60-80 tahun dan masih sehat, dalam arti belum mengalami senilitas, mengingat pengambilan data dilakukan dengan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua kelompok tidak terdapat ?lansia yang mengalami kesepian tingkat tinggi (chronic loneliness). Sedangkan gambaran kesepian pada lansia yang tinggal di panti werdha menunjukkan sebagian besar mengalami kesepian tingkat sedang (situational loneliness) dan hanya sebagian kecil tergolong tingkat rendah (transient loneliness). Sementara lansia yang tinggal di rumah lebih banyak yang tergolong tingkat rendah (transient loneliness) dibandingkan tingkat sedang (situational loneliness).
Hasil ini menunjukkan bahwa pada kondisi masyarakat Indonesia, hubungan dan interaksi yang terjalin dalam keluarga masih belum dapat digantikan dengan hubungan sesama teman sebaya sehingga mereka yang tinggal di panti lebih merasa kesepian walaupun mereka berkumpul dengan teman seusia yang cenderung memiliki minat dan ide yang sama. Demikian juga tidak adanya lansia yang tergolong chronic loneliness menunjukkan bahwa rasa penghargaan dan penghormatan terhadap lansia yang dianggap "sesepuh" tampaknya masih berpengaruh sehinqqa dimanapun mereka berada kebutuhan akan hal-hal tersebut cukup terpenuhi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavia Risna Damayanti
"Dalam dunia ini, manusia diciptakan sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, seperti yang dikatakan oleh Turner dan Helms (1995) bahwa mencari dan menjalin hubungan dengan orang lain adalah naluri seorang manusia. Jalaludin Rakhmat (1988) dalam bukunya Psikologi Komunikasi menyebutkan pula bahwa manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sehingga selalu ingin berhubungan dengan orang lain secara positif.
Ternyata, tidak semua orang dapat memiliki kehidupan sosial yang mulus. Cutrona (dalam Peplau dan Perlman, 1982) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa keadaan loneliness, merupakan keadaan yang dapat dihasilkan akibat ketidakterpenuhinya kebutuhan interaksi seorang individu. Loneliness, dapat menyebabkan akibat yang buruk seperti alkoholisme, bunuh diri dan berbagai gejala penyakit (Perlman dan Peplau, 1982).
Kebutuhan interaksi yang intim seorang individu dapat dipenuhi lewat lembaga perkawinan, dimana disebutkan oleh Cox (dalam Brehm, 1992) bahwa interaksi sosial dalam perkawinan merupakan bentuk interaksi yang mempunyai sifat paling intim bila dibandingkan dengan bentuk interaksi lain. Menurut penelitian Freedman (dalam Brehm, 1992), dalam suatu perkawinan para istri mengalami loneliness lebih besar daripada para suami.
Menurut Fischer dn Philip (dalam Brehm, 1992), wanitalah yang rentan terhadap loneliness apabila ikatan intim atau pernikahan tersebut mengurangi akses mereka pada jaringan sosial yang lebih luas. lnilah yang disebut sebagai isolasi sosial, dimana salah satu kelompok istri yang mengalaminya adalah mereka yang tidak bekerja atau yang lazim disebut ibu rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran loneliness pada ibu rumah tangga tengah baya yang tidak bekerja. Subyek yang dipilih adalah mereka dengan usia 40-60 tahun atau pada masa middle adulthood dan tidak bekerja atau tidak memiliki penghasilan sendiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan menggunakan alat Revised UCLA Loneliness Scale yang terdiri dari 20 item. Alat ini mengandalkan penilaian subyek terhadap dirinya sendiri yang berarti memiliki kelemahan dapat terjadi kemungkinan faking good atau subyek berusaha terlihat baik di mata orang lain.
Hasil penelitian yang didapatkan ternyata, rata-rata dari 80 orang ibu rumah tangga tengah baya yang tidak bekerja tersebut mengalami loneliness, hanya saja pada tingkat yang rendah atau kadar loneliness-nya rendah. Ada beberapa kemungkinan yang dapat menjelaskan hasil penelitian ini, tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang relevan.
Penjelasan pertama, wanita memfokuskan perkembangan dirinya pada perkembangan keluarganya (Kelly & Noen dalam Turner & Helms, 1995), sehingga kesuksesan anggota keluarganya merupakan kesuksesan bagi dirinya, hal tersebut dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat loneliness pada rata-rata subyek. Penjelasan kedua, seperti diungkapkan Frieze (1978), wanita masih menilai sumber kepuasannya adalah perkawinan dan anak-anaknya sehingga tanpa bekerjapun mereka telah memperoleh kepuasan hidup. Memiliki anak, dapat menjadi penjelasan selanjutnya, dengan demikian salah satu tugas perkembangannya, yaitu membantu anak-anaknya yang sedang bertumbuh menjadi orang dewasa yang matang secara sosial (Duvall dalarn Pikunas, 1976) dapat terlaksana dengan baik.
Peningkatan kualitas dalam pernikahan yang umumnya terjadi pada masa ini seperti yang diungkapkan oleh Pikunas (1976), merupakan penjelasan selanjutnya, sebab dengan demikian perasaan lonely seseorang cenderung dapat terobati. 80 % subyek mengikuti aktivitas di luar rumah juga dapat menjadi penjelasan terhadap hasil penelitian, sebab, aktivitas tersebut dapat membantu subyek menjaga jaringan sosialnya dengan masyarakat di sekitarnya. Hal selanjutnya yang dapat pula menjadi penjelasan adalah tingkat pendidikan subyek yang mayoritas atau 61.25 % adalah lulusan SLTA, karena menurut Peplau dan Perlman (1982) seseorang yang berpendidikan rendah akan cenderung terisolir."
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Herawati
"Kesepian pada lanjut usia merupakan masalah yang dapat terjadi akibat kurangnya dukungan dan keterlibatan sosial. Kurangnya dukungan dan keterlibatan sosial salah satunya dipengaruhi oleh karakteristik kehidupan di perkotaan. Kesepian pada lansia dengan demensia menjadi lebih berat karena penurunan fungsi kognitif sehingga meningkatkan risiko munculnya masalah kesehatan fisik dan psikologis lainnya. Karya ilmiah ini memaparkan tentang gambaran asuhan keperawatan pada tiga lansia demensia dengan risiko kesepian di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 1 Ciracas. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah terapi aktivitas bermain yang terdiri dari delapan sesi dengan jenis permainan yang berbeda-beda setiap sesi. Intervensi dilakukan dua kali dalam satu minggu dengan durasi setiap sesi 40 menit. Evaluasi keperawatan didapat bahwa kesepian pada klien berkurang yang ditandai dengan klien dapat mempertahankan interaksi dengan orang lain, kebahagiaan meningkat, dan masalah psikologis depresi menurun. Terapi aktivitas bermain sebagai salah satu intervensi keperawatan efektif mengatasi masalah kesepian pada lansia.

Loneliness in elderly is a problem that can occur due to lack of socials support and involvement. The lack of socials support and involvement is influenced by the characteristics of life in urban areas. Loneliness in elderly with dementia is more severe due to decrease cognitive function which increases the risk of the other physical and psychological health problems. This paper explained about nursing care for three elderly with dementia with the risk of loneliness in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 1 Ciracas. Nursing intervention have been done especially play activities therapy which consist of 8 sessions with various games. The intervention were performed twice in one week for 40 minutes for each sessions. Nursing evaluation have been obtained that the loneliness in client was reduced which was marked by client being can be maintained interaction with others, happiness increased, psychological problems which is depression decreased. Play activities therapy as one of the nursing intervention can be decreased loneliness in elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Afdanty Ferkin
"Kesendirian tanpa adanya anggota keluarga yang merawat dan mendampingi menjadi ketakutan besar ketika menghadapi masa tua nanti. Akan tetapi, kondisi ini yang harus dirasakan oleh banyaknya lansia di Desa Tengku Lese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sosok anak-anak yang idealnya memiliki kapabilitas sebagai pendamping terdekat lansia tidak ada di sisi mereka karena bermigrasi ke kota dan bahkan ke luar pulau akibat terhimpit kondisi perekonomian. Kondisi ini mendorong lansia dalam kondisi kian rentan, yang sejatinya memerlukan pendamping, harus juga berperan menjadi pendamping untuk merawat cucu yang ditinggalkan oleh anak-anak mereka. Di sisi lain, fenomena migrasi membentuk sebuah relasi kepedulian antara lansia dan tenaga kesehatan utama di desa, yaitu perawat dan bidan, sebagai pihak yang bertanggung jawab demi keberlangsungan kesehatan masyarakat Desa Tengku Lese, termasuk lansia. Walaupun dilihat sebagai sosok yang memiliki tanggung jawab atas kesehatan lansia, perawat dan bidan juga berada dalam kondisi rentan dengan kesulitan-kesulitan yang dirasakan ketika mengemban tugasnya. Penelitian ini dilakukan dengan observasi partisipan dan wawancara para lansia serta perawat dan bidan. Tulisan ini mencoba menganalisis relasi kepedulian yang terbentuk dari sebuah rasa kerentanan, dengan melihat contoh kasus lansia yang tidak memiliki pendamping dan harus menjadi pendamping bagi cucunya, serta tenaga kesehatan yang berperan dalam merawat lansia.

Loneliness without family members to care for and accompany them becomes a great fear when facing old age. However, this is the reality experienced by many elderly people in Desa Tengku Lese, Manggarai Regency, East Nusa Tenggara. The ideal figure of children who could serve as close companions for the elderly is absent because they have migrated to cities or even off the island due to economic pressures. This situation leaves the elderly more vulnerable, as they not only need companionship but also often find themselves taking on the role of caregivers for their grandchildren, left behind by their children. On the other hand, the phenomenon of migration has forged a relationship of care between the elderly and the primary healthcare providers in the village—nurses and midwives—who are responsible for the community's health, including that of the elderly in Desa Tengku Lese. Despite being seen as responsible for the elderly's health, nurses and midwives themselves face vulnerabilities and challenges in carrying out their duties. This research was conducted through participant observation and interviews with the elderly and healthcare workers. This paper try to analyze the caregiving relationships formed from a sense of vulnerability, examining cases where the elderly lack companionship and must care for their grandchildren, as well as the role of healthcare workers in elderly care."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Melinda
"Kesepian merupakan perasaan yang umum terjadi pada lansia yang tinggal di suatu institusi. Kesepian adalah perasaan yang bersifat subjektif. Tujuan dari literatur review ini yaitu untuk mengetahui kesepian yang terjadi pada lansia yang tinggal di institusi perawatan lansia. Literature review ini dicari dengan menggunakan 4 database (Scholar, Ebsco, ProQuest, Science Direct). Penelusuran literatur dilakukan pada bulan Juni-Juli 2020. Metode PRISMA digunakan dalam literature review ini untuk menilai judul, abstrak, full-text, juga metodologi. Terdapat 10 studi dari literatur yang ditemukan yang sesuai dengan kriteria inklusi. Studi dilakukan diberbagai negara. Sampel pada penelitian ini minimal 11 dan maksimal 250. Lansia yang tinggal di Panti merasa kesepian. Kesepian digambarkan sebagai perasaan sedih, sendiri, bosan, tidak menyenangkan. Faktor yang mempengaruhi kesepian terdiri dari usia, jenis kelamin, tempat tinggal, status pernikahan, kontak sosial, keterlibatan sosial, kepuasan hidup, status pekerjaan, penyakit atau gangguan fungsional, serta dukungan sosial.

Loneliness is a feeling that is common in the elderly who live in nursing homes, feelings that are subjective. The purpose of this review literature is to find out the loneliness that occurs in the elderly who live in the nursing homes. This literature review was searched four online databases (Scholar, Ebsco, ProQuest, Science Direct). Literature search was conducted in June-July 2020. The PRISMA method guided review, title, abstract, full-text, and methodology. There are 10 studies from the literature found which met inclusion criteria. Studies conducted in various countries. The sample in this study is a minimum of 11 and a maxium of 227. Elderly describes loneliness as feeling sad, alone, bored, not a lot of fun. Factors affecting loneliness include age, sex, residence, marital status, social contact, social involvement, life satisfaction, work status, illness or functional impairment, and social support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Jefri Hasurungan
"Hipertensi merupakan penyakit kronik akibat gangguan sistem sirkulasi darah telah menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menyebutkan bahwa penyakit sirkulasi ini pada kelompok umur 45-60 tahun mencapai 20.9%, sedang pada umur diatas 60 tahun angka ini mencapai 29.5%. Demikian juga pada tahun 1995 penyakit sirkulasi menduduki urutan pertama-penyebab kematian pada lansia, yakni sebesar 18.9%.
Penelitian pendahuluan terhadap 90 lansia di Kota Depok pada tahun 2001 didapatkan proporsi hipertensi sebesar 50.0%, dan berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki sebesar 41.9%, sedang pada perempuan 57.4%, dan angka ini jauh lebih besar dari prevalensi hipertensi yang ditetapkan oleh Depkes RI (20-30%) untuk lansia di tahun 2000.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan hipertensi pada lansia di Kota Depok. Sampel dalam penelitian sebanyak 310 orang lansia (181 perempuan dan 129 laki-laki) berumur 55-93 tahun, dimana pengambilan sampel dilakukan secara rancangan stratifikasi proporsional di 4 wilayah puskesmas dari 24 puskesmas yang ada di Kota Depok.
Penelitian ini melihat hubungan antara umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi natrium, konsumsi lemak, konsumsi kalsium, IMT, merokok, stress, aktivitas fisik, dan faktor sosial ekonomi (status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, dan penghasilan keluarga), dengan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada responden di Kota Depok sebesar 57.4%. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian sebelumnya.
Berdasarkan analisis multivariat didapatkan hasil sebagai berikut: responden yang berumur 70 tahun berpeluang mendapat hipertensi 2.97 kali (95% CI: 1.3640-6.4610; p=0.0061) dibandingkan yang berumur 55-59 tahun, responden yang berumur 65-69 tahun berpeluang mendapat hipertensi 2.45 kali (95% CI: 1.2517-4.8134; p=0.0090) dibandingkan yang berumur 55-59 tahun dan responden yang berumur 60-64 tahun berpeluang mendapat hipertensi 2.18 kali (95% CI: I.0971-4.3350; p=0.0261) dibandingkan yang berumur 55-59 tahun. Responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi berpeluang mendapat hipertensi 1.97 kali (95% CI: 1.0816-3.5997) dibandingkan yang tidak punya riwayat keluarga hipertensi. Responden dengan derajat stres tinggi berpeluang mendapat hipertensi 3.02 kali (95% CI: 1.5262-6.0087; p=0.0015) dibandingkan yang derajat stres rendah, dan responden dengan derajat stres sedang berpeluang mendapat hipertensi 2.47 kali (95% CI: 1.3594-4.4900; p=0.0030) dibandingkan yang derajat stres rendah. Responden dengan aktivitas kurang berpeluang mendapat hipertensi 2.73 kali (95% CI: 1.6296-4.5649; p=0.0001) dibandingkan yang aktivitas cukup. Dan responden yang tidak kawin berpeluang mendapat hipertensi 2.07 kali (95% CI: 1.1414-3.7561;p=0.0166) dibandingkan yang kawin. Selanjutnya disimpulkan bahwa dari kelima variabel tersebut, derajat stres tinggi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan hipertensi.
Berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan hipertensi, pada penelitian di atas, maka faktor yang dapat diintervensi adalah aktivitas fisik dan stres.
Oleh karenanya sehubungan dengan faktor di atas, serta tingginya angka kejadian hipertensi pada lansia, maka saran yang dapat diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota Depok serta jajaran di bawahnya, adalah meningkatkan program promosi penanggulangan hipertensi pada lansia melalui kegiatan latihan fisik berupa senam terapi 2 kali seminggu dan gerak jalan pagi, serta melakukan pembinaan mental/ kerohanian. Perlu diperhatikan untuk membentuk kelompok-kelompok lansia baru, terutama untuk komunitas yang sosial-ekonominya rendah.

Hypertension is a chronic disease, it caused to the problem on blood circulation system, and it has become a big problem to public health. Based on the Household Health Survey (SKRT) in 1995 mentioned that this disease at age group 45-60 years reach 20.9%, while at age over than 60 years this number reach 29.5%. It was also in 1995; this disease lies at the first line of death on elderly, i.e. 18.9%. The previous study to 90 elderly at Depok City in 2001, it was found that the proportion was 50.0%, and based on male it was 41,9%, while on female 57,4%, and this number was bigger than hypertension prevalence that stated by MOH RI (20-30%) for elderly in 2000.
The objective of this study was to determine the factors that estimated related to hypertension on elderly at Depok City. The number of sample in this study was 310 elderly (181 females and 129 males) their age 55-93 years, where the sample took proportionally in four areas of Health Centers out of 24 Health Centers that available at Depok City. This study see the relationship among age, sex, family history, sodium consume, fatty consume, calcium consume, IMT, smoking, stress, physic activity, and social economy factors (marital status, education status, profession status, and family income), with hypertension. The result of this study shows that hypertension prevalence on respondent at Depok City was 57.4%. This presentation was higher than the previous study.
Based on multivariate analysis it was found that the result as the followings: the respondent whose age z 70 years having tendency of hypertension 2.97 times (95% CI: 1.3640-6.4610; p=0.0061) compared to whose age 55-59 years. The respondent whose age 65-69 having tendency of hypertension 2.45 times (95% CI: 1.2517-4,8134; p=0.0090) compared with whose age 55-59 years. And the respondent whose age 60-64 having tendency of hypertension 2.18 times (95% Cl: 1.0971-4.3350; p=0.0261) compared with whose age 55-59 years. Respondent whose having family history on hypertension tend to have hypertension 1.97 times (95% CI: 1.0816-3.5997) compared to whose not having hypertension on family history. Respondent with higher stress tend to have hypertension 3.02 times (95% CI: 1.522622-6.0087; p=0.0015) compared whose is lower stress, and respondent with moderate stress tend to have hypertension 2.47 times (95% CI: 1,3594-4900; p=0.0030) compared to whose lower stress. Respondent with lack of activity tend to have hypertension 2.73 times (95% CI: 1.6296-4.5649; pO.0001) compared to whose enough activity. And respondent whose unmarried tend to have hypertension 2.07 times (95% CI: 1.1414-3756I;p=0.0166) compared with whose married. Then it concluded that from the fifth variables, the degree of high stress is a variable that the most dominant related to hypertension.
Based on the factors that related significantly to hypertension in this study, so the factors that can be intervention, i.e. stress and physical activity. Therefore, referring the factors above, also the high rate of hypertension on elderly, so the recommendation that can be given to the Local Health Service of Depok City also it?s related. They are improving the program on promotion to overcome the hypertension for elderly through physical exercise in the form of gymnastic therapy, twice a week and morning jogging, also doing mental management/spiritual. It is considering establishing the new groups of elderly, especially to community with lower social economy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusdiah Eny Subekti
"ABSTRAK
Lansia merupakan kelompok rentan yang memiliki penyakit kronik karena
menurunnya kemampuan fisik, psikologis dan sosialnya. Prevalensi lansia DM di
Jawa Barat mengalami peningkatan dari 1,3% menjadi 2% di tahun 2013. Lansia
memerlukan dukungan dari masyarakat sekitarnya, terutama kader dalam
memberikan pelayanan kesehatan terkait DM. Salah satu jenis pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada kelompok lansia di posbindu PTM diantaranya
pemeriksaan adanya gula dalam urine sebagai deteksi awal adanya penyakit
diabetes mellitus, pemeriksaan aktivitas sehari ? hari, pemeriksaan status gizi, dan
kegiatan olah raga. Dukungan dari keluarga, teman, dan kader kesehatan sangat
penting untuk membuat perubahan gaya hidup dalam hal diet dan pola aktivitas.
Praktik residensi bertujuan memberi gambaran pemantauan diet dan aktivitas
sebagai bentuk pemberdayaan kader dalam mempertahankan kadar gula darah
pada lansia DM. Hasil evaluasi kegiatan didapatkan : terjadi peningkatan
pengetahuan kader dari rata-rata 3,29 menjadi 9,84; peningkatan sikap kader dari
rata-rata 33,29 menjadi 36,50; peningkatan keterampilan kader dari rata-rata 29,29
menjadi 32,50, dan penurunan kadar gula setelah dilakukan pemantauan diet dan
aktivitas sebesar 63%. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individual
maupun berkelompok oleh petugas kesehatan atau kader yang telah mendapat
pelatihan. Pemberdayaan kader dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan kader. Puskesmas perlu memberikan bimbingan dan pembinaan bagi
kader kesehatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan lansia DM. ABSTRACT
Elderly who is vulnerable groups have the disease chronicle because declines in physical
performance, social and psychological. The prevalence of seniors dm in west java has increased
from 1.3 % to 2 percent in 2013. Elderly requiring support from the community surrounding,
especially kaders in providing health services associated dm on elderly. One of the health
services provided for the elderly in posbindu PTM examination of the sugar in urine as the
detection of the beginning of disease diabetes mellitus, the daily activities investigation day, a
nutrition status, and activities sports. Support of the family, friends, and healthcare very
important to make lifestyle change in the diet and the activity. The research aims to give a sense
of monitoring of diet and activity as a form of cadres in empowerment maintain blood sugar
concentration on elderly dm. The evaluation of these activities : increased cadre of knowledge
than average 3,29 become 9,84. Increased cadre of attitude than average 33,29 become 36,50.
Cadres increasing skill than average 29,29 become 32,50. The decline in a sugar after monitoring
diet and activity of 63 %. Health education can be carried out individual and groups for health
workers or cadres have received the training. Empowerment cadres can increase of knowledge ,
attitudes and skill cadres. Puskesmas needs to give guidance and flanking for health cadres to
increase the care of nursing elderly dm. ;Elderly who is vulnerable groups have the disease chronicle because declines in physical
performance, social and psychological. The prevalence of seniors dm in west java has increased
from 1.3 % to 2 percent in 2013. Elderly requiring support from the community surrounding,
especially kaders in providing health services associated dm on elderly. One of the health
services provided for the elderly in posbindu PTM examination of the sugar in urine as the
detection of the beginning of disease diabetes mellitus, the daily activities investigation day, a
nutrition status, and activities sports. Support of the family, friends, and healthcare very
important to make lifestyle change in the diet and the activity. The research aims to give a sense
of monitoring of diet and activity as a form of cadres in empowerment maintain blood sugar
concentration on elderly dm. The evaluation of these activities : increased cadre of knowledge
than average 3,29 become 9,84. Increased cadre of attitude than average 33,29 become 36,50.
Cadres increasing skill than average 29,29 become 32,50. The decline in a sugar after monitoring
diet and activity of 63 %. Health education can be carried out individual and groups for health
workers or cadres have received the training. Empowerment cadres can increase of knowledge ,
attitudes and skill cadres. Puskesmas needs to give guidance and flanking for health cadres to
increase the care of nursing elderly dm. ;Elderly who is vulnerable groups have the disease chronicle because declines in physical
performance, social and psychological. The prevalence of seniors dm in west java has increased
from 1.3 % to 2 percent in 2013. Elderly requiring support from the community surrounding,
especially kaders in providing health services associated dm on elderly. One of the health
services provided for the elderly in posbindu PTM examination of the sugar in urine as the
detection of the beginning of disease diabetes mellitus, the daily activities investigation day, a
nutrition status, and activities sports. Support of the family, friends, and healthcare very
important to make lifestyle change in the diet and the activity. The research aims to give a sense
of monitoring of diet and activity as a form of cadres in empowerment maintain blood sugar
concentration on elderly dm. The evaluation of these activities : increased cadre of knowledge
than average 3,29 become 9,84. Increased cadre of attitude than average 33,29 become 36,50.
Cadres increasing skill than average 29,29 become 32,50. The decline in a sugar after monitoring
diet and activity of 63 %. Health education can be carried out individual and groups for health
workers or cadres have received the training. Empowerment cadres can increase of knowledge ,
attitudes and skill cadres. Puskesmas needs to give guidance and flanking for health cadres to
increase the care of nursing elderly dm. ;Elderly who is vulnerable groups have the disease chronicle because declines in physical
performance, social and psychological. The prevalence of seniors dm in west java has increased
from 1.3 % to 2 percent in 2013. Elderly requiring support from the community surrounding,
especially kaders in providing health services associated dm on elderly. One of the health
services provided for the elderly in posbindu PTM examination of the sugar in urine as the
detection of the beginning of disease diabetes mellitus, the daily activities investigation day, a
nutrition status, and activities sports. Support of the family, friends, and healthcare very
important to make lifestyle change in the diet and the activity. The research aims to give a sense
of monitoring of diet and activity as a form of cadres in empowerment maintain blood sugar
concentration on elderly dm. The evaluation of these activities : increased cadre of knowledge
than average 3,29 become 9,84. Increased cadre of attitude than average 33,29 become 36,50.
Cadres increasing skill than average 29,29 become 32,50. The decline in a sugar after monitoring
diet and activity of 63 %. Health education can be carried out individual and groups for health
workers or cadres have received the training. Empowerment cadres can increase of knowledge ,
attitudes and skill cadres. Puskesmas needs to give guidance and flanking for health cadres to
increase the care of nursing elderly dm. ;Elderly who is vulnerable groups have the disease chronicle because declines in physical
performance, social and psychological. The prevalence of seniors dm in west java has increased
from 1.3 % to 2 percent in 2013. Elderly requiring support from the community surrounding,
especially kaders in providing health services associated dm on elderly. One of the health
services provided for the elderly in posbindu PTM examination of the sugar in urine as the
detection of the beginning of disease diabetes mellitus, the daily activities investigation day, a
nutrition status, and activities sports. Support of the family, friends, and healthcare very
important to make lifestyle change in the diet and the activity. The research aims to give a sense
of monitoring of diet and activity as a form of cadres in empowerment maintain blood sugar
concentration on elderly dm. The evaluation of these activities : increased cadre of knowledge
than average 3,29 become 9,84. Increased cadre of attitude than average 33,29 become 36,50.
Cadres increasing skill than average 29,29 become 32,50. The decline in a sugar after monitoring
diet and activity of 63 %. Health education can be carried out individual and groups for health
workers or cadres have received the training. Empowerment cadres can increase of knowledge ,
attitudes and skill cadres. Puskesmas needs to give guidance and flanking for health cadres to
increase the care of nursing elderly dm. "
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>