Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 224565 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chory Angela Wijayanti
"Tesis ini membahas kontruksi realitas sosial penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak di Surabaya, melalui program talk show Primetime News di Metro TV, serta peran media massa sebagai ruang publik ideal pada realitas sosial berpotensi konflik tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan paradigma kritis, yang menggunakan metode analisis wacana kritis milik Norman Fairclough.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media membentuk representasi, relasi, dan identitas pihak-pihak yang terlibat dalam wacana. Selain itu, pekerja media, rutinitas media, organisasi media, dan extra media menjadi faktor yang mempengaruhi kontruksi realitas sosial.
Temuan lain adalah adanya pengaruh keberadaan waktu prime time dalam industri televisi, serta munculnya dehumanisasi dalam peliputan terkait prostitusi. Program ini menjadi upaya Metro TV dalam menciptakan ruang publik sebagai media untuk diskursif inklusif, untuk mencegah terjadinya konflik. Meski demikian, faktor ekonomi menjadi penghalang untuk membentuk ruang publik dengan kondisi yang ideal.

This thesis discusses construction of social reality, the closing of localozation "Dolly and Jarak" in Surabaya, through a talk show program "Primetime News" on Metro TV, as well as the role of mass media as an ideal public sphere related to that social reality potential conflict. This study is a qualitative research with a critical paradigm, which uses Norman Fairclough’s critical discourse analysis method.
The results showed that the media shape representations, relationships, and the identity of the parties involved in the discourse. In addition, media workers, media routines, media organizations, and extra-media are the factors that affect the construction of social reality.
Other findings, there is the influence of the existence of a prime time in the television industry, and the emergence of dehumanization in prostitution-related reporting. This program is a Metro TV efforts in creating a public space as a medium for discursive inclusive, to prevent conflict. However, economic factors become a barrier to form a public space with ideal conditions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Julianto
"Kendati rokok dan merokok adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius di dunia dan di Indonesia, namun sejatinya yang lebih utama adalah masalah pertarungan ekonomi politik yang bertali-temali dengan komunikasi dan media. Isu rokok telah membelah Indonesia dalam dua kubu, yaitu yang pro dan kontra terhadap regulasi terhadap komoditas yang adiktif dan membahayakan kesehatan ini.
Selama ini Indonesia tergolong dalam salah satu negara yang paling lemah dalam meregulasi tembakau dan rokok. Regulasi terhadap tembakau/rokok membutuhkan kemauan politik yang kuat, karena walaupun Konstitusi mengamanatkan negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa dan melindungi kelangsungan hidup warganya namun harus berhadapan dengan pragmatisme ekonomi politik yang berujung pada mesranya penyelenggara negara dengan industri rokok.
Argumen perlindungan kesehatan masyarakat dibenturkan dengan argumen ekonomi, karena dikontruksikan bahwa tembakau dan rokok adalah komoditas yang berjasa menyumbang cukai puluhan triliun rupiah serta menyangkut mata pencaharian jutaan petani tembakau dan buruh pabrik rokok. Padahal tembakau dan rokok yang berisfat adiktif dan membahayakan kesehatan walaupun legal namun tidak normal.
Kesadaran palsu dan mitos-mitos seputar tembakau dan rokok berkelindan dengan hegemoni oleh pemilik industri rokok . yang menampilkan diri sebagai dermawan dan warga negara yang baik lewat iklan, promosi dan sponsor yang massif. Akibatnya jumlah perokok di Indonesia terus meningkat menduduki peringkat ketiga di dunia setelah Tiongkok dan India. Dua dari tiga pria dewasa menjadi perokok. Industri rokok juga secara sistematik menjerat perokok-perokok di bawah umur. Semuanya ini menimbulkan dampak kesehatan yang amat dahsyat berupa kematian prematur lebih dari 200.000 jiwa per tahun, di antaranya 25.000 perokok pasif yang terutama di kalangan kaum perempuan dan anak-anak.
Penelitian ini mencoba membedah kontestasi wacana pro-kontra regulasi rokok di ruang publik media massa dan media sosial yang terdistorsi oleh aneka trik interferensi atau gangguan yang dilakukan industri rokok. Peneliti mencoba memadukan Teori Diskursus dan Ruang Publik Habermas, Teori Hegemoni Gramsci, dan Teori Habitus Bourdieu.

Eventhough cigarettes and smoking are serious public health problem in the world as well as in Indonesia, acatually it is more prominently a political economy contestation that intertwine with communication and the media. The issue of tobacco that has divided Indonesia into two sides, namely the pros and the contras towards regulation of this addictive and hazardous commodity.
So far Indonesia is considered as one of few countries that poorly regulate tobacco and cigarettes. Regulating tobacco/cigarettes needs a strong political will, since the Constitution entrusted that the State should nurture the Nation and protect the sustainabable life of its people, while on the other hand it has to confront with political economic pragmatism of tobacco-industrioState complex.
The arguments of public health protection is colliding with economic arguments, since it has been constructed that tobacco and cigarettes are commodities that collect trillions of Rupiah excise tax and considered as the life and blood of several million tobacco farmers and cigarette company workers. Eventhough tobacco and cigarettes are addictive and hazardous to health, they are legal yet abnormal.
False consciousness and myths that surround tobacco and cigarettes intertwining with the hegemony mastered by the owners of cigarettes companies who perform as philanthropists and good citizens through their massive tobacco advertising, promotion and sponsorship. Consequently the number of smokers in Indonesia is continuosly increasing and become the third highest after China and India. Two out of three adult males are smokers. The cigarettes companies are systematically entrap under age smokers. Due to this situation, a horrifying health impact implies with the premature deaths of more than 200,000 lives every year, including passive smokers, mostly among women and children.
This research is trying to analyze the discourse contestation of pro and contra towards tobacco regulation in the public sphere of mass media and social media that are distorted by many sly interferences practiced by the cigarette companies. The researcher is trying to synthesize Habermas’s Discourse and Public Sphere theories, Gramsci’s theory of Hegemony, and Bourdieu's concept of Habitus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1952
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlina Marga Ummu Aiman
"Skripsi ini membahas mengenai implikasi konflik antar elit lokal di Surabaya terhadap pelaksanaan penutupan lokalisasi Dolly-Jarak tahun 2014. Penelitian ini mengaplikasikan konsep divided government dan unified and consensual elites sebagai kerangka analisis. Pencalonan Tri Rismaharini sebagai calon Walikota yang diusung PDIP pada Pilkada tahun 2010 telah menjadi sumber konflik internal antar elit PDIP Surabaya. Konflik tersebut mengakibatkan munculnya berbagai hambatan yang dihadapi Walikota selama masa pemerintahannya. Penelitian dilakukan melalui metode studi kasus dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu studi literatur, observasi, dan wawancara secara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Walikota sempat mengalami kesulitan dalam menutup lokalisasi Dolly-Jarak tahun 2014. Namun, penutupan dapat tetap terlaksana karena Walikota dapat memperoleh dukungan di tingkat elit dengan cara melakukan konsolidasi dan konsensus antar elit. Dapat disimpulkan bahwa implikasi konflik antar elit lokal di Surabaya terhadap penutupan lokalisasi Dolly-Jarak dapat tercermin dalam dua kategori perdebatan yang timbul antar elit tersebut. Pertama, perdebatan terkait cara dan waktu pelaksanaan penutupan lokalisasi Dolly-Jarak. Kedua, perdebatan terkait kebijakan pasca penutupan, yakni nominal bantuan dana stimulant, upaya rehabilitasi, dan pembangunan di eks-lokalisasi Dolly-Jarak.

This thesis discusses the implication of local elites conflict towards the closure of Dolly-Jarak localization in 2014. This research applies divided government and unified and consensual elites concept as the analysis framework. The internal conflict of PDIP Surabaya?s elites is initially generated from Tri Rismaharini?s candidacy for Surabaya?s local leaders election in 2010 which is supported by PDIP. The conflict has raised all sorts of disturbances during Tri Rismaharini?s reign as the city?s mayor. This research uses case study method with literature observation study and in depth interview data collection technique.
The result shows that Tri Rismaharini has some difficulties in closing Dolly-Jarak localization in 2014. However, the closure is still executed because of the support from the elites which is gained by consolidation and consensus between elites. It concludes that the implication of local elites conflict towards the closure of Dolly-Jarak localization could be shown through the emergence of debates pertaining to the issue. The debates on the closure of Dolly-Jarak localization could be categorized into two types. First, the debate is about time and method of the Dolly-Jarak localization closure. Second, the debate is about post-closure policy which discusses nominal of the stimulant fund, rehabilitation, and the development of the ex-Dolly-Jarak localization.
"
2015
S62491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afgiansyah
"Berkaitan dengan pelaksanaan Pemilu 2004, RCTI menggunakan Aa Gym sebagai presenter talk show politik berjudul "Ada Aa Gym". Pemanfaatan Aa Gym dalam sebuah talk show politik memang bisa membawa dampak positif. Keberadaannya yang cukup dikenal oleh masyarakat dan bahasanya yang membumi bisa menjadi sarana efektif dalam pendidikan politik pada masa itu. Namun, apakah pemilihan Aa Gym dalam program tersebut murni sebagai sarana edukasi bagi masyarakat untuk pendidikan politik? Atau Aa Gym hanya dimanfaatkan untuk kepentingan industri agar program tersebut mampu meraih rating tinggi? Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji hal tersebut. Dalam studi ini penulis menggunakan metode Critical Discourse Analysis (CDA) model Norman Fairclough. Analisis ini menekankan pada konsep Communicative Events dan Order of Discourse yang akan dijalankan dengan menghubungkan tiga dimensi yang ada dalam communicative events, yaitu: teks, praktek wacana (discourse practice), dan praktek sosiokultural (sociocultural practice). Unit observasi penelitian ini adalah 2 episode Program "Ada Aa Gym" yang dipergunakan sebagai sampel. Pada level teks, peneliti menggunakan metode framing model Gamson dan Modigliani. Hasil kajian dari metodologi tersebut kemudian dikaitkan dengan beberapa teori antara lain: Wacana dan ldeologi, Politik Ekonomi Media, Teori Isi Media, Fungsi Sosial Media, Realitas Media, serta Teori Media Massa dalam Komunikasi Politik. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pemanfaatan Aa Gym sebagai tokoh agama oleh industri media tidak hanya menguntungkan satu pihak karena Aa Gym sebagai seorang ulama juga memerlukan media untuk menyampaikan pesan-pesannya. Hal tersebut menunjukkan satu interaksi timbal balik antara seorang tokoh agama sebagai penuntun umat islam dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan ajaran agama dan industri media yang memerlukan respon khalayak dalam jumlah besar untuk meraup keuntungan melalui pengiklan.

In the time when Indonesia held a General Election on 2004, TV stations in this country were competing to produce talk show related to politics and campaign. RCTI was one of them. This national TV station was using a popular Islamic figure to become a host in a political talk show. He was known as Aa Gym and the show called "Ada Aa Gym". Indeed it may bring a positive impact to the audience. His existence was really known by the community. He really knew how to speak to the nation. And we know that Indonesia has the largest Moslem Community in the world. For that reason, he may become an effective means in political education for Indonesian. The question is, did Aa Gym were purely used to educate the community for political education? Or, did Aa Gym become a "product" of TV industry to gain ratings? This research aimed to study those questions. The observation unit of this research is the "Ada Aa Gym" show. Two episodes of the show were taken as sample. The study is using the Critical Discourse Analysis (CDA) method from Norman Fairclough. CDA stressed on the patterns of access to discourse (order of discourse) and Communicative Events. The Method articulates a three-dimensional framework for studying discourse where the aim is to map three separate forms of analysis onto one another: analysis of language texts, discourse practice, and sociocultural practice. To analyze the text, this research is using a methodology called framing by Gamson and Modigliani. These methodology were afterwards connected with several theories in part: Discourse and Ideology, The Political Economy of The Mass Media, Media Contents, Social Function of the Media, Mass Media and The Construction of Meanings, and Mass Media in Political Communication. This research found that the using of Islamic figure by the media has given advantage for both side. TV Industry needs a charismatic religious figure to gain ratings, while Aa Gym as a Moslem scholar need the media to distribute the message as taught in Islam. It shows a reciprocal interaction between a religious figure as Moslem's guide to live the social life in the way of Islam and the media industry that need public response in large quantities to scoop up the profit through the advertiser.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronaldy Zefanya Telling
"Tujuan utama dibuatnya film dokumenter Toni Blank Show adalah untuk hiburan. Berdasarkan hasil pengamatan secara umum, penulis melihat ada sesuatu yang unik dan menarik dari film dokumenter tersebut. Di mana unsur-unsur 'kegilaan?'Toni Blank diekspos justru dari jawaban-jawaban yang dilontarkan atas pertanyaan yang diberikan sutradara. Jika mengacu pada konstruksi kegilaan menurut Foucault, maka kegilaan dapat dikonstruksikan berdasarkan perspektif medis dan sosiokultural. Yaitu kegilaan yang dibentuk berdasarkan lingkungan sosial di mana orang gila itu berada. Yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimana media melakukan komodifikasi terhadap 'kegilaan' Toni Blank di YouTube?
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, penulis menggunakan paradigma kritis dengan melakukan analisis CDA Fairclough melalui tiga level unit analisis. Khusus dari analisis teks dengan menggunakan metode semiotika Saussure, penulis menemukan bahwa jawaban-jawaban Toni Blank masuk kategori semantic errors, dan jika dirangkaikan secara tepat akan memiliki makna yang sesuai dengan konteks pertanyaan.
Dari keseluruhan hasil penelitan dengan mengkonfirmasikan hasil analisis tersebut dengan analisis pada level produksi teks dan praktik sosiokultural, dapat disimpulkan bahwa Toni Blank tidak sepenuhnya gila.

The main purpose of the making of Toni Blank Show Documentary is to entertain. Based on the result of general examination, there?s something unique and interesting from the documentary, where the elements of Toni Blank?s madness is exposed from the answers purpose based on the question given by the director. Referring to construction of madness according to Foucault, madness is seen to be constructed by medical and socio-cultural perspectives. It is the madness formed by social environment where the mad person exists. The question of the research is how media implement commodification toward Toni Blank's madness on YouTube?
To answer the research question, the writer choose to apply critical paradigm using Fairclough CDA?s through three levels analysis unit. In particular text analysis with Saussure's semiotics method, the writer found that Toni Blank's answers is categorized as semantic errors which will have the same meaning according to the context of the question if arranged correctly.
Throughout the result of the research and confirming the analysis with in production level and socio-cultural practice, it can be concluded that Toni Blank is not entirely mad.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Paska Lia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap representasi sosial yang dominan dan perubahan dari tahun ke tahun tentang disabilitas dalam pemberitaan di media Kompas.com dan Detik.com. Paradigma dalam penelitian ini adalah kritis dengan melihat tatanan bahasa dapat membangun ketidakseimbangan dan perbedaan kekuatan sosial. Penelitian ini menerapkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode penelitian corpus-assisted discourse study (CADS). Metode ini merupakan gabungan dari corpus linguistic dan analisis wacana kritis yang memanfaatkan data digital sebagai bagian dari jurnalisme data dengan analisis menggunakan perangkat lunak, serta mengelaborasikannya dengan analisis wacana kritis. Objek penelitian ini yaitu pemberitaan di Kompas.com dan Detik.com sejak 2004 hingga awal 2023 dengan kata kunci pencarian utama "disabilitas", "difabel", "cacat", dan "tuna". Hasil penelitian mengungkap terdapat empat representasi sosial yang dominan dalam pemberitaan tentang disabilitas. Pertama, disabilitas dipandang sebagai kelompok yang membebankan masyarakat dan pemerintah, sehingga layak memperoleh bantuan. Kedua, perempuan disabilitas sebagai kelompok yang terdiskriminasi (menjadi korban). Ketiga, representasi disabilitas supercrip dalam konteks paling dominan pada pemberitaan bertema olahraga, pendidikan, dan seni. Keempat, representasi sosial anak-anak dengan disabilitas sebagai kelompok lemah. Dari aspek diakronik, belum ada perubahan dalam representasi sosial disabilitas. Namun stigmatisasi dan stereotip disabilitas secara repetitif diberitakan oleh media dari tahun ke tahun.

This research aims to unveil the dominant social representations and their evolution over the years regarding disabilities in the reporting of Kompas.com and Detik.com. The paradigm employed in this research is critical, as it investigates how language structures can foster social imbalances and power disparities. The study utilizes both quantitative and qualitative approaches, employing the corpus-assisted discourse study (CADS) research method. CADS is an amalgamation of corpus linguistics and critical discourse analysis, leveraging digital data as part of data journalism and analyzed through software, while also subjecting it to critical discourse analysis. The research focuses on the reporting on Kompas.com and Detik.com from 2004 to early 2023, using keywords like "disabilities," "differently-abled," "disabled," and "handicap." The research findings reveal four dominant social representations in the reporting on disabilities. First, disabilities are perceived as a burden on both society and the government, thereby justifying the need for assistance. Second, women with disabilities are portrayed as a discriminated group (victims). Third, the supercrip representation of disabilities prevails in reports related to sports, education, and arts. Fourth, there is a social representation of disabled children as a vulnerable group. From a diachronic perspective, there have been no changes in the social representation of disabilities. However, media consistently reports stigmatization and perpetuates stereotypes of disabilities year after year."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Averil Khalisha Paramesti
"Tesis ini meneliti bagaimana liputan media tentang krisis imigran di Italia dan Spanyol memengaruhi proses decision-making kebijakan penanganan imigran kedua negara tersebut. Tesis ini memiliki dua tujuan penelitian: (1) menjelaskan bagaimana media Italia dan Spanyol melakukan representasi diskursif aktor-aktor politik dalam krisis imigran di negara mereka dan (2) menelaah hubungan antara representasi aktor-aktor politik tersebut dan proses pengambilan keputusan (decision-making) kebijakan penanganan imigran di negaranya masing-masing. Menerapkan teori analisis wacana kritis sosiosemantik Theo van Leeuwen dan pendekatan konstruktivisme Alexander Wendt, publikasi daring dua surat kabar terbesar Italia (Corriere della Sera, La Repubblica) dan Spanyol (El País, El Mundo) antara tahun 2014 dan 2016 dianalisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa representasi diskursif aktor-aktor politik dalam masing-masing surat kabar mencerminkan kecenderungan ideologis mereka, di mana pemberitaan cenderung menekankan perbedaan antara “kita” (Uni Eropa dan pemerintah) dan “mereka” (para pencari suaka) serta meniadakan kemanusiaan para pencari suaka. Kecenderungan ideologis dari representasi aktor-aktor politik keempat surat kabar itu sendiri merupakan cerminan bagaimana Italia dan Spanyol memandang krisis imigran Eropa sebagai ancaman terhadap identitas nasional mereka. Dengan bantuan media massa, Italia dan Spanyol melakukan sekuritisasi terhadap krisis imigran Eropa untuk “membujuk publik agar setuju” mengambil tindakan-tindakan yang tegas, ekstrem, dan terkadang melanggar hukum dalam menghadapi ketidakstabilan dan ketidakpastian krisis. Selain itu, dalam konteks integrasi Eropa, konflik “kita” versus “mereka” menjadi sebuah bukti akan kurangnya solidaritas di antara negara-negara anggota dan naiknya kepopuleran populisme serta nasionalisme individu, sehingga hal ini mengundang pertanyaan mengenai rapuhnya Uni Eropa sebagai proyek integrasi.

This thesis investigates how media coverage of the European refugee crisis in Italy and Spain influences policymakers’ decisions on how to deal with asylum seekers and refugees in both countries. Two research objectives are outlined as the foundation of the thesis: (1) to explain how political actors in the refugee crisis are represented in the Italian and Spanish press, and (2) to investigate the relationship between the political actors’ discursive representations and their countries’ immigration policy decision-making process. Online publications about the European refugee crisis from two mainstream news agencies in Italy (Corriere della Sera, La Repubblica) and Spain (El País, El Mundo) between 2014 and 2016 are analyzed using Theo van Leeuwen’s sociosemantic approach of critical discourse analysis and Alexander Wendt’s constructivist approach. The findings of the thesis reveal that each newspaper’s discursive representations of political actors are in accordance to their ideological tendencies, with the news emphasizing the divide between “us” (the European Union and the government) and “them” (asylum seekers) and erasing asylum seekers’ humanity. The ideological tendencies in the four newspapers’ representation of political actors reveal how Italy and Spain perceive the European refugee crisis as a danger to their national identity. With the help of mass media, Italy and Spain securitize the European refugee crisis in order to “persuade the public to consent” to take bold, radical, and sometimes law-breaking measures in dealing with the crisis’ instability and uncertainty. In addition, the “us” against “them” conflict in the context of European integration reflects a lack of cooperation among member states, as well as the rising appeal of populism and individual nationalism, creating concerns about the European Union’s viability as an integration project."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vani Pravita Yuliani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti akan maraknya konflik masyarakat yang terjadi di Indonesia pasca lengsernya rezim Orde Baru dan bagaimana pola pemberitaannya. Konflik yang terjadi di Desa Puger Kulon, Jawa Timur pada bulan September 2013 diberitakan oleh beberapa media tanah air.
Media menyebutnya sebagai konflik Puger, tidak terkecuali dalam media online.
Pemberitaan konflik tentu dianggap lebih menarik daripada berita mengenai kondisi yang harmonis. Media juga tentunya bisa memberitakan satu peristiwa yang sama secara berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk melihat framing konflik Puger dalam pemberitaan media online Republika dan Surya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, paradigma konstruktivisme, dan teknik
analisis framing dari Robert Entman. Republika Online mengkonstruk peristiwa konflik Puger sebagai konflik antara Sunni─Syiah. Sementara itu, Surya Online justru terlihat kontras dengan mengkonstruk bahwa sama seperti konflik-konflik pada umumnya di Indonesia, konflik Puger adalah konflik kepentingan antar elit karena adanya kecemburuan sosial. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi isi media yang tersusun secara hierarkis mulai dari faktor ideologis dan makrosistem lainnya hingga karakteristik individu pekerja media.

ABSTRAK
The background of this research came from the interest of the researcher to some conflicts happened in Indonesia after the end of Orde Baru regime and how their news pattern. Puger Kulon, East Java was one of conflict at September 2013 that reported by some media in Indonesia as conflict of Puger, included on online media. The news of conflict would be considered more interesting than the news about harmonious condition. One event could be reported differently among the media. This research wanted to see framing of Puger conflict on online media Republika and Surya. This research used qualitative approache, constructivism paradigm, and framing analysis from Robert Entman. Republika Online constructed conflict in Puger as a religion conflict between Sunni and Syiah.
While Surya Online constructed Puger as general conflict in Indonesia, due to social jealousy among the elites. There is a hierarci’s factor that influences the media content; from ideology, macrosystem to individual characteristic of media worker."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Ayu Pradipta Yudah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas representasi transgender dan transeksual dalam pemberitaan di media massa. Subyek penelitian adalah artikel berita dalam media massa Pos Kota berupa media cetak dan online selama tahun 2012-2013. Dalam menganalisis representasi berita digunakan metode kualitatif yaitu analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis yang digunakan dalam skripsi ini mengacu pada Michel Foucault karena dalam skripsi ini juga menggunakan pemikiran Michel Foucault mengenai kekuasaan dan seksualitas. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam representasi transgender dan transeksual dalam pemberitaan memiliki unsur transphobia yaitu ketakutan terhadap transgender dan transeksual, mengandung prasangka dan streotipe serta menampilkan adanya tindakan hate crime terhadap transgender dan transeksual. Hal ini dikarenakan adanya kekuasaan berupa konstruksi sosial yang mengkotak-kotakkan individu berdasar dua jenis kelamin sehingga transgender dan transeksual yang memiliki kepanjangan wanita pria dianggap sebagai individu yang sakit karena tidak berkonformitas sesuai jenis kelamin lahiriah.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the representation of transgender and transsexual over the mass media which is Pos Kota, both printed and online version of the news from 2012 to 2013. News articles of Pos Kota mass media through the years of 2012 and 2013 are the research subjects. This research uses qualitative method, which is discourse analysis, to analyze the news representation. Such method, refer to Michel Foucault as this undergraduate thesis also uses Michel Foucault theory about power and sexuality. The research found that transgender and transsexual news comprise transphobia in its content, containing prejudice and stereotype, as well as showing hate crime towards transgender and transsexual. That could happened by the cause of the power that classify person particularly based on their sex orientation so the transgender and transsexual who is different than those two sex (men and women) considered as an diseased individual, for not adjusting themselves to their natural sex orientation."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>