Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180885 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Widyastuti Handayani
"ABSTRAK
Pekerja merupakan salah satu agregat yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang dapat dialami oleh pekerja adalah gangguan muskuloskeletal akibat kerja. Strategi intervensi keperawatan komunitas yang dapat dilakukan adalah pendidikan kesehatan, pemberdayaan, kemitraan, proses kelompok, dan intervensi keperawatan profesional langsung. Salah satu bentuk intervensi yang dilakukan sebagai inovasi dalam upaya mencegah dan menurunkan angka keluhan gangguan muskuloskeletal akibat kerja adalah model intervensi Dentervalon. Model ini terdiri dari kegiatan identifikasi, intervensi, dan evaluasi ergonomi. Sasaran pelaksanaan model intervensi ini adalah pihak manajemen, individu pekerja, kelompok pekerja, dan keluarga pekerja. Evaluasi dari model ini dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tim ergonomi, petugas kesehatan klinik, kelompok pekerja, serta keluarga pekerja tentang ergonomi. Model ini juga dapat meningkatkan kemandirian keluarga, menurunkan angka keluhan gangguan muskuloskeletal akibat kerja, dan menurunkan jumlah kunjungan pekerja yang mengalami keluhan ke klinik perusahaan. Model intervensi ini diharapkan dapat dilanjutkan dan dijadikan program rutin perusahaan dalam upaya meningkatkan status kesehatan pekerja.

ABSTRACT
Workers area the the aggregate in the communitythat are profoundly at risk of work related musculosceletal disorders. Community nurses has significant role to address this problem. The strategies can be used by the nurses may include health education, empowerment, partnership, group process, and direct professional nursing interventions. Dentervalon intervention model was introduced as an innovative strategy to prevent and reduce the incidence of work related musculosceletal disorders. Comprising of the activities of ergonomics hazard identification, intervention, and evaluation. The targets of the implementation of this intervention were managers, ergonomics teams, union, workers and workers? family members. The evaluation results demonstrated an increase in knowledge, attitude, and skills of the targeted participants. In addition, the model improved the family autonomy, reduced the incidence of work related musculosceletal disorders and increased the number of visits to the company clinic. It is strongly recommended to continue the implementation of Dentervalon intervention model in regular basis to enhance the workers health status.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Moch Aspihan
"Pekerja merupakan kelompok berisiko mengalami masalah kesehatan yakni gangguan muskuloskeletal. Perawat Spesialis Komunitas mempunyai peran untuk mencegah terjadinya masalah tersebut. Karya Ilmiah Akhir ini membahas penerapan intervensi inovatif Ergonomik Partisipatif Berjenjang pada kelompok pekerja di PT X. Hasil intervensi menunjukkan peningkatan pengetahuan kader kesehatan kerja dari rata-rata 60 (SD: 8,16) menjadi 85,0; peningkatan keterampilan ergonomik dari 55 (SD=5,77) menjadi 77,50; peningkatan kemampuan supervisi dan umpan balik dari rata-rata 52 (kurang) menjadi 67,5 (cukup). Terjadi peningkatan pengetahuan pekerja dari rata- rata 67,9 (SD = 8,73) menjadi 87,7; sikap pekerja dalam kategori sedang, peningkatan keterampilan ergonomik pekerja dari rata-rata 49,3 (SD = 8,28) menjadi 71,4; peningkatan kelenturan otot dan fleksibilitas sendi pekerja dari rata-rata 64,5 (SD=9,29) menjadi 85, 92. Terjadi peningkatan perilaku keluarga pekerja (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) dalam mencegah gangguan muskuloskeletal. Intervensi ini disarankan menjadi program pengembangan upaya kesehatan bagi pihak dinas kesehatan, puskesmas dan perusahaan.

Population of workers are at risk of musculoskeletal health problems. Community nurses specialist have a role to prevent such problems. This final scientific discusses the application of innovative interventions Levelling Participatory Ergonomics in the group of workers at PT X. Intervention results showed an increase in knowledge of occupational health workers from an average of 60 (SD: 8.16) to 85.0; improved ergonomics skills of 55 (SD = 5.77) to 77.50, an increase ability of supervision and feedback from an average 52 (less off attitude) to 67.5 (enough attitude). An increase in knowledge of workers from en average 67.9 (SD = 8.73) to 87.7; attitudes of workers in the medium category, improved ergonomics skills of workers on average 49.3 (SD = 8.28) to 71, 4; increased muscle and joint flexibility of worker from the average 64.5 (SD = 9.29) to 85, 92. An increase in workers' family behavior (knowledge, attitude and skills) in preventing musculoskeletal disorders. This intervention is recommended to program development efforts for the company's health, public health and health services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fajri
"Skripsi ini membahas tentang faktor risiko keluhan gangguan otot dan tulang rangka (Gotrak) akibat kerja di industri manufaktur PT Croda Indonesia tahun 2022. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor individu, faktor pekerjaan, dan keluhan Gotrak, dilakukan pada buan Februari – Mei 2022 dengan menggunakan kuesioner SNI 9901;2011, RULA, REBA, dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Desain studi cross-sectional dengan melibatkan seluruh pekerja sebanyak 58 orang. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian mendapatkan 41% pekerja memiliki tingkat risiko Gotrak sedang, dengan keluhan paling banyak dirasakan berturut-turut pada bagian leher (52%), punggung bawah (45%), dan punggung atas (43%). Terdapat hubungan antara faktor individu yaitu indeks massa tubuh, faktor kerja yaitu postur kerja, gerakan berulang, dan kejadian Gotrak. Pola hidup sehat utamanya menerapkan pola makan sehat, gizi seimbang dan menu bijak sesuai kondisi kesehatan dan pola kerja sehat utamanya postur tubuh tidak menyimpang dari garis tubuh, perlu ditingkatkan untuk meminimalisir keluhan Gotrak.

This thesis discusses the risk factors for Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) on Manufacturing Workers at PT Croda Indonesia in 2022. The study aimed to analyze the relationship between individual factors, work factors, and work-related musculoskeletal, conducted in February – May 2022 using the SNI 9901;2011 questionnaire, RULA, REBA, and secondary data obtained from the previous study. The design of the study was cross-sectional involving all 58 workers. Data analysis using chi- square test. The results of this study found that 41% of workers had a moderate risk level of Gotrak, with the most complaints felt consecutively in neck (52%), lower back (45%), and upper back (43%). There is a relationship between individual factors, namely body mass index, work factors, namely work posture, repetitive movements, and Gotrak incident. A healthy lifestyle mainly applies a healthy diet, balanced nutrition, and a wise menu according to health conditions and healthy work patterns, especially posture does not deviate from the body line, needs to be improved to minimize Gotrak complaints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Sulastri
"ABSTRAK
Kualitas kehidupan kerja perawat pelaksana dipengaruhi oleh faktor lingkungan pekerjaan, hubungan dengan kepala ruangan, kondisi pekerjaan, persepsi pekerjaan, serta layanan pendukung keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas kehidupan kerja perawat pelaksana dengan gangguan muskuloskeletal akibat kerja. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan desain cross sectional dan memakai teknik consecutive sampling yang melibatkan 80 orang perawat pelaksana. Data dikumpulkan dengan cara membagikan tiga kuesioner kepada responden, yaitu kuesioner karakteristik perawat pelaksana, kuesioner kualitas kehidupan kerja perawat, dan kuesioner Nordic Body Map. Hasil penelitian menemukan 51,3 perawat pelaksana memiliki kualitas kehidupan kerja tinggi, 91,3 perawat pelaksana mengalami gangguan muskuloskeletal kategori rendah, dan tidak ada hubungan antara kualitas kehidupan kerja perawat pelaksana dengan gangguan muskuloskeletal akibat kerja =0,47,=0,05 . Saran untuk peneliti selanjutnya untuk mempertimbangkan jumlah sampel yang lebih besar dan terdiri dari beberapa institusi pelayanan kesehatan. Kualitas kehidupan kerja perawat pelaksana perlu ditingkatkan dengan mengoptimalkan faktor lingkungan pekerjaan, hubungan dengan kepala ruangan, kondisi pekerjaan, persepsi pekerjaan, serta layanan pendukung keperawatan. Kata kunci: gangguan muskuloskeletal akibat kerja, kualitas kehidupan kerja perawat, perawat pelaksana.

ABSTRACT
Quality of nursing work life of associate nurses is influenced by work environment, relationship with manager, work condition, job perception, and support service of nursing care. The aim of study is to identify the relationship between quality of nursing work life with work related musculoskeletal disorders among 80 associate nurses. This study was a cross sectional design and used a consecutive sampling technique. Data were collected by distributing the three questionnaires were characteristic associate nurses questionnaire, a Brooks 39 Quality of Nursing Work Life Questionnaire, and the Nordic Body Map questionnaire. This study resulted that 51.3 of associate nurses had a high quality of nursing work life, 91.3 of associate nurses experienced low musculoskeletal disorders, and there was no correlation between the quality of nursing work life with work related musculoskeletal disorders 0.47, 0.05 . This study also suggests for future researchers to consider with larger sample quantities and consist of several health care institutions. Quality of nursing work life can be increased by optimalizing the factors of work environment, relationship with manager, work condition, job perception, and support service. Keywords work related musculoskeletal disorders, quality of nursing work life, associate nurse."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiah Khoiriah
"Pekerjaan dengan komputer melibatkan gerakan repetitif, postur statis, dan dalam durasi yang panjang. Kondisi workstation mempengaruhi postur tubuh yang dibentuk oleh pekerja. Ketidaksesuaian antara pekerja dan workstation memperbesar risiko terjadinya work-related musculoskeletal disorders (WMSDs). Skripsi ini bertujuan untuk membahas keluhan subjektif WMSDs pada pekerja yang menggunakan komputer di PT Relife Property tahun 2013dan faktor risiko dari postur serta workstation.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Tingkat risiko ergonomi postur kerja dinilai menggunakan metode RULA dan didapatkan rentang tingkat risiko tinggi dan sangat tinggi. Tingkat risiko ergonomi computer workstation dinilai menggunakan metode ROSA dan didapatkan tingkat risiko ergonomi tinggi.
Berdasarkan hasil nordic body map, sebanyak 29 dari 30 responden (96,7%) memiliki keluhan gejala WMSDs dengan keluhan terbanyak pada leher bagian atas (58,6%), punggung (55,2%), leher bagian bawah (44,8%), pinggang (41,8), dan pinggul (38%). Terdapat hasil yang berkaitan antara tingkat risiko ergonomi dengan keluhan subjektif WMSDs. Hasil penelitian menyarankan, antara lain adanya rancang ulang pada dimensi meja kerja, perubahan tata letak dan penggunaan peralatan kerja, dan adanya istirahat minimal setiap 2 jam dengan durasi 5—10 menit.

Work with computers involves repetitive movements, static postures, and long in duration. Conditions of workstation affect posture workers. Mismatch between workers and workstations increases the risk of work-related musculoskeletal disorders (WMSDs). This thesis aims to discuss subjective complaints WMSDs in workers who use computers at PT Relife Property in 2013 and risk factors of posture and workstation.
This research is descriptive quantitative research design. Working posture ergonomic risk level assessed using RULA method and obtained a high level of risk and the ranges are very high. Computer workstation ergonomics risk level assessed using the ROSA and obtained a high level of ergonomic risk.
Based on the results of nordic body map, as many as 29 of the 30 respondents (96.7%) had symptoms of WMSDs complaint with most complaints in the upper neck (58.6%), back (55.2%), lower neck (44.8 %), waist (41.8), and hip (38%). There are results on the association between the level of ergonomic risk with subjective complaints WMSDs. The results suggest, among others, the redesign work on the dimensions of the table, change the layout and use of work equipment, and the rest at least every 2 hours with a duration of 5-10 minutes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Afifah Hijami
"Gangguan otot dan tulang rangka akibat kerja (Gotrak) tersebar di seluruh dunia dan meningkatkan masalah kesehatan di tempat kerja serta menurunkan efisiensi fisiologis tubuh manusia, sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Selain terjadi pada pekerja yang menggunakan fisik, Gotrak juga umum terjadi pada pekerja di perkantoran karena terlibat dalam pekerjaan statis dan gerakan berulang dengan durasi yang lama dan monoton. Pada sektor kesehatan, kejadian Gotrak pada tenaga kesehatan telah banyak dilakukan penelitian dan pengendalian, namun sedikit referensinya pada pekerja perkantoran di RS, sehingga perlu dilakukan kajian faktor risiko ergonomi perkantoran di RS. Tujuan penelitian ini menganalisis faktor risiko Gotrak pada pekerja perkantoran di RS. X. Desain penelitian ini cross sectional dengan pendekatan semikuantitatif. Teknik total samping mendapatkan 50 orang responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, lembar periksa ROSA untuk postur kerja, dan alat ukur antropometri. Analisis data menggunakan uji chisquare. Hasil telitian mendapatkan 70% pekerja ada keluhan Gotrak. Terdapat hubungan antara faktor pekerjaan yaitu postur kerja, faktor individu yaitu jenis kelamin dan aktivitas fisik, faktor psikososial yaitu stres kerja dan kecemasan serta faktor pelayanan kesehatan kerja, dan kejadian Gotrak. Pelayanan kesehatan kerja pada Gotrak perlu ditingkatkan agar pekerja mengetahui dan mampu mengendalikan faktor risiko Gotrak di tempat kerja.

Work-related musculoskeletal disorders (WMSDS) are widespread throughout the world and increase health problem in the workplace and reduce the physiological efficiency of human body and becomes serious public health problem. Besides occurring in blue collar workers, wmsds is also common in office workers because involved in static work and repetitive movement with a long and monotonous duration. In health sector, the incidence of WMSDs in
health workers has been widely stidied and controlled, but there are few references to office workers in hospitals, so it is necessary tostudy ergonomic risk factors in hospitals. The purpose of this study was to analyze the risk factors for WMSDs in office worker at the hospital. The design of this study was cross sectional with a semi-quantitative approach. Total technique aside to get 50 respondents. The research instrument used was a questionnaire, ROSA check sheets for work posture, and anthropometric measuring instruments. Data analysis using chisquare test. The results of this study found that 70% of workers had WMSDS complaints. There is a relationship between work factor, namely work posture, individual factors, namely gender
and physical activity, psychosocial factors, namely work stress and anxiety, and organization factor, namely occupational health service. Occupational health services in hospital for WMSDs need to be improved so that workers understand WMSDs risk factors and able to control WMSDS in workplace
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifanti Dynan Azahra
"Meningkatnya angka konsumsi perlengkapan rumah tangga berdampak pada angka  permintaan terkait produk furnitur meningkat serta nilai persentase PDB industri furnitur di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 8,16% pada tahun 2021. Peluang yang baik terkait pertumbuhan di industri furnitur ini mendukung Kementrian Perindustrian dan HIMKI untuk mengembangkan pertumbuhan pasar industri furnitur dalam negeri dengan membuka toko-toko yang terklasifikasi ke dalam UMKM.  Namun, terdapat masalah yang dialami oleh UMKM industri furnitur yaitu proses produksi masih dilakukan dengan teknologi sederhana dan manual yang berdampak pada postur canggung yang dimiliki pekerja. Oleh karena itu, pekerja UMKM industri furnitur memiliki risiko terkena gangguan work-related musculoskeletal disorders yang berdampak negative pada tubuh pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan perancangan stasiun kerja yang dapat memperbaiki postur pekerja serta menurunkan risiko gangguan WMSD pada tubuh pekerja. Dengan menggunakan metode human-centred design (HCD) tahapan perancangan yang dilakukan akan mencari solusi pengembangan produk yang akan berfokus pada kebutuhan pengguna. Evaluasi terkait perancangan akan dibantu oleh digital human modeling untuk melakukan penilaian REBA dan PEI. Hasil perancangan stasiun kerja berupa penambahan ketinggian serta komponen meja potong, pembuatan kursi kerja, dan meja adjustable mampu memperbaiki postur pekerja serta mengurangi risiko gangguan WMSD pada tubuh pekerja furnitur

The increase in the consumption rate of household appliances has an impact on the high demand of furniture products and the percentage value of the GDP of furniture industry in Indonesia has increased by 8.16% on 2021. This growth opportunity in the furniture industry supports the Ministry of Industry and HIMKI to develop the domestic market by opening stores that are classified as SMEs.  However, the production process is still carried out by simple and manual technologies, which has an impacted the workers to have awkward posture. Therefore, SME workers in the furniture industry have a risk of work-related musculoskeletal disorders which have a negative impact on the health of the workers. This research aims to provide a work station designs that can improve workers posture and reduce the risk of WMSD. By using the human-centred design (HCD) method, designing product will focus on improving the product, based on user's needs. Evaluation related to the design will be assisted by digital human modeling to conduct REBA and PEI assessments. The results of the work station design such as adding height and components of the cutting table, ergonomic work chair and adjustable table are able to improve the posture of workers and reduce the risk of WMSD among furniture industry SMEs workers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Melly Fadhilah
"Latar belakang: Di era revolusi industri 4.0 dimana teknologi sangat berkembang, manusia masih berperan penting dalam menghasilkan produksi di beberapa sektor. Namun manusia juga memiliki keterbatasan baik dari segi fisik, fisiologis maupun psikologis. Dengan adanya ketidakseimbangan tersebut dapat menimbulkan suatu masalah pada tubuh, yaitu timbulnya gangguan pada otot dan tulang rangka. Permasalahan tersebut dapat mengganggu produktivitas pekerja, salah satunya pada sektor manufacturing. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor individu, pekerjaan dan psikososial terhadap terjadinya gangguan otot rangka akibat kerja pada pekerja di area pengepakan PT AS.
Metode: Jenis penelitian adalah potong lintang dengan responden sebanyak 172 orang pekerja yang bekerja di area pengepakan PT AS. Pada penilaian risiko ergonomi dilakukan berdasarkan fungsi kerja yaitu administrator/supervisor menggunakan Rapid Office Strain Assessment (ROSA), operator pengepakan menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA), helper menggunakan Ovako Working Analysis System (OWAS).
Hasil: Hasil kuesioner Nordic Body Map didapatkan bahwa prevalensi tertinggi pada gotrak 7 hari yaitu leher (48.3%), bahu (45.9%) dan punggung atas (45.9%), sedangkan pada gotrak 12 bulan terakhir, prevalensi tertinggi yaitu leher (44.8%) dan bahu (23.3%). Analisis penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan antara gotrak 7 hari dengan sikap kerja membungkuk 1-4 jam dengan nilai OR 2.07 (1.00-4.32), frekuensi angkut beban 21-30 kali/jam dengan nilai OR 8.33 (1.13-61.50) dan tingkat stres ringan dengan nilai OR 2.48 (1.10-5.59). Sedangkan pada gotrak 12 bulan, hanya tuntutan kerja tinggi yang memiliki hubungan signifikan terhadap terjadinya gotrak pada pekerja area pengepakan PT AS dengan nilai OR 2.67 (1.19-5.99).
Kesimpulan: Keluhan gangguan otot rangka pada pekerja di area pengepakan PT AS cukup tinggi (>60%), untuk itu perlu dilakukan perbaikan segera untuk mengurangi keluhan gotrak bagi pekerjanya.

Background: In the era of the industrial revolution 4.0 when technology is very developed, humans still being an important role in production in several sectors. However, humans also have limitations in terms of physical, physiological, and psychological. With the imbalance can cause a problem in the body, namely musculoskeletal disorders. These problems can interfere with worker productivity, one of this is manufacturing sector. The purpose of this study was to analyze individual, occupational, and psychosocial factors on work musculoskeletal disorders in workers in the packing area of ​​PT AS.
Method: This type of research is cross-sectional with 172 respondents working in the packing area of ​​PT AS. Ergonomics risk assessment is carried out based on work functions, namely administrator/supervisor using Rapid Office Strain Assessment (ROSA), packing operators use Rapid Upper Limb Assessment (RULA), helpers use Ovako Working Analysis System (OWAS).
Result: The results of the Nordic Body Map questionnaire showed that the 3 highest 7-day WMSDs prevalences were neck (48.3%), shoulder (45.9%) and upper back (45.9%), while in the last 12 months, the highest prevalence was neck (44.8%) and shoulder (23.3%). The analysis of this study found that there was a relationship between 7-day WMSDS with a stooping attitude for 1-4 hours with an OR value of 2.07 (1.00-4.32), the frequency of carrying loads 21-30 times/hour with an OR value of 8.33 (1.13-61.50) and mild level of stress with an OR value of 2.48 (1.10-5.59). Meanwhile, at 12 months of gotrak, only high work demands had a significant relationship to the occurrence of gotrak in packing area workers of PT AS with an OR value of 2.67 (1.19-5.99).
Conclusion: Symptoms of musculoskeletal disorders among workers in the packing area of PT AS are quite high (>60%), so it is necessary to make immediate repair to decrease WMSDs for workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Widyastuti Handayani
"ABSTRAK
Prevalensi gangguan muskuloskeletal akibat kerja masih tinggi. Salah satu cara mengatasinya dengan latihan peregangan otot (stretching). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan peregangan otot atau stretching pada pekerja. Metode penelitian menggunakan quasi eksperiment dengan rancangan pre dan post test group design with control group sebanyak 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh latihan peregangan otot terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal akibat kerja (pvalue 0,007). Faktor yang berkontribusi terhadap keluhan muskuloskeletal akibat kerja adalah lama kerja, IMT, dan latihan peregangan otot. Hasil penelitian merekomendasikan perlu dilakukan latihan peregangan otot sebanyak 5 kali sehari pada pekerja untuk mencegah keluhan ganggguan muskuloskeletal akibat kerja.

ABSTRACT
The prevalence of work related musculoskeletal disorders is still high. One strategy to overcome the problem is by the muscle exercise (stretching). The purpose of this research was to examine the influence of stretching on workers. The method used was quasi experiment pre and post test group with control that involved 60 respondents. The result of this research showed that there was significant influence of stretching on work related musculoskeletal disorders (pvalue 0,007). Factors contributed to this disturbance were work length period, body mass index, and stretching exercise. This research recommended that stretching of five times a day is important to prevent work related musculoskeletal disorders among workers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Deswita
"ABSTRAK
Permasalahan DM bersifat kompleks dan berbagai intervensi telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian komplikasi namun hasilnya belum optimal. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengidentifikasi pengaruh pelaksanaan intervensi budaya keperawatan diabetes dalam pencegahan dan pengendalian komplikasi pada agregat dewasa di Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan metode praktik keperawatan berbasis fakta EBNP dengan inovasi intervensi budaya keperawatan. Studi ini dilakukan pada 44 responden dewasa DM, 10 keluarga dan 30 kader kesehatan yang berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan inovasi ini. Hasil diperoleh ada perbedaan yang bermakna kadar gula darah dan kemandirian dengan pendekatan budaya setelah diberikan intervensi. Intervensi budaya keperawatan berpengaruh terhadap kadar gula darah dan kemandirian dewasa DM dalam pengelolaan penyakitnya. Disimpulkan bahwa intervensi budaya keperawatan menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan kemandirian dewasa DM serta memberi peluang perawat mengembangkan upaya promotif maupun preventif. Direkomendasikan perlunya kebijakan yang mengintegrasikan intervensi budaya keperawatan dalam program pencegahan PTM atau posbindu PTM.Kata kunci : Dewasa, Intervensi Budaya Keperawatan, Kadar gula Darah, Kemandirian dan metode praktik keperawatan berbasis fakta EBNP ABSTRACT
Diabetes problem is complex and various interventions have been done in the prevention and control of complications but the results are not optimal. Based on this, the study to know implementation of integrated nursing culture intervention model with COSEHI coaching and self-hypnosis to prevention and control of diabetes complications in adult aggregate in Curug, Cimanggis, Depok with the evidence based nursing practice EBNP as a method inovation nursing culture intervention. This study was done to 44 diabetes adult respondents, 10 families and 30 social workers that participate in intervention. The results were significant differences in blood sugar level and independence with a cultural approach after being given this intervention. Nursing Intervention culture was affect the blood sugar and adult DM independence in the management of the disease. It was concluded that nursing cultural intervention decreased blood sugar level and increased adult with diabetes independence and gave nurse opportunity to develop promotion and preventive effort. It is recommended that policies that integrate nursing culture interventions in prevention programs of PTM or posbindu.Keywords : Adult, nursing culture intervention model glicemic control, independence and the evidence based nursing practice EBNP "
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>