Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58405 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"This study examines the issue realization greeting datu in expressive speech acts in Banjar language. Issues to be raised is how a form of greeting in the language Banjar datu and how the realization of politeness use datu greeting in expressive speech acts in Banjar people. The objective to be achieved is a form of greeting describe how datu in Banjar and the realization of politeness use datu greeting in expressive speech acts in public Banjar. Metode is descriptive qualitative research. engineering research record and record. Source data from public utterances sungai Nuts, Martapura. January data collection time 2015s / d in March 2015. The result of the discussion of datu greeting being unknown in Banjar language used in polite to call older people because of the kinship or blood, can also be due to the age factor alone, and therefore regarded as the "magical", meanwhile, the realization of politeness use datu greeting in expressive speech acts in Banjar community includes speech acts expressive praise, blame, grateful, and apologized"
Bebasan 2:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rissari Yayuk
"Masalah dalam penelitian, 1) Bagaimana penggunaan sapaan Uma dalam bahasa Banjar? 2) Bagaimana realisasi penggunaan sapaan Uma bahasa Banjar dalam tindak tutur ekspresif?. Tujuan penelitian, mendeskrepsikan 1) penggunaan sapaan Uma dalam bahasa Banjar 2) realisasi penggunaan sapaan Uma bahasa Banjar dalam tindak tutur ekspresif. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah teknik rekam dan dokumentasi. Data diambil di Kampung Jawa, Kabupaten Banjar dari bulan Maret sampai Agustus 2015. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan sapaan Uma dalam bahasa Banjar ditemukan dua hal. Pertama sapaan Uma karena faktor keturunan dan faktor hubungan perkawinan. Kedua. Sapaan Uma yang digunakan dalam tindak tutur ekspresif pada masyarakat Banjar bertujuan untuk menyanjung, mengeritik, menyalahkan, dan berterimakasih."
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2017
400 BEBASAN 4:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jahdiah
"Tindak tutur melarang adalah tindak tutur yang memerintahkan seseorang supaya tidak melakukan sesuatu, tidak memperbolehkan seseorang berbuah sesuatu. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan stategi melarang dalam bahasa Banjar dengan analisis kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Leech. Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif kualitatif. Sumber data bersifat lokasional, yaitu tempat data dibuat dan digunakan oleh penutur berupa bentuk tuturan melarang di lingkungan keluarga Banjar. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan angket. Teori yang digunakan untuk analisis data kesantutan berbahasa yang dikemukakan Leech. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada enam strategi melarang dalam bahasa Banjar.. yaitu melarang dengan terus terang, melarang dengan basa-basi, melarangan dengan tuturan tidak langsung, melarang dengan pujian, melarang dengan permintaan maaf, melarang dengan alasan. Keenam strategi yang digunakan tersebut merupakan menerapkan prinsip kesantunan dan melanggar prisip kesantunan.

Prohibition speech act is a speech act that asking someone not to do something, forbid someone to do something. This study aimed to describe prohibition strategy in Banjar language through language politeness analysis by Leech. The method used in this study was qualitative descriptive. The data were locational, it means that place where the data created and used by the speakers were in the form of prohibition speech in Banjarese family. Data collection is taken through observation, interview, and questionnaire. The theory used to analyze the data of politeness language was theory state by Leech. The result showed that there were six prohibition strategies in Banjar language, they were frank prohibition, politeness prohibition, indirect prohibition,prohibition with compliments, prohibition with apologize, prohibition with reason. Those six strategies were applying politeness principle and for bid the politeness principle."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 JIKKT 4:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asim Gunarwan
"ABSTRAK
Pandangan yang berterima di kalangan pakar pragmatik (dan juga di kalangan pakar sosiolinguistik) setakat ini ialah bahwa jika kita berbicara atau mengeluarkan ujaran (apakah ujaran itu berupa kalimat, frase atau kata), apa yang keluar dari mulut kita itu dapat dianggap sebagai tindakan. Tindakan itu dapat disebut sebagai tindakan berbicara, tindakan berujar atau tindakan bertutur. Istilah yang sekarang lazim dipakai untuk mengacu ke tindakan itu ialah tindak tutur, yang merupakan terjemahan dari istilah Inggris speech act. Yang lebih penting, yang juga berterima di kalangan pakar pragmatik, adalah pendapat bahwa di dalam melakukan tindak tutur itu, si penutur tidaklah asal buka mulut (kecuali jika ia memang abnormal, gila, sedang mabuk atau tidak radar). Artinya, sebelum melakukan meta tindak tutur, si penutur perlu mempertimbangkan beberapa hal, misalnya bagaimana hubungan sasial di antara si penutur dan si petutur, di mana peristiwa kominikasinya berlangsung, untuk apa tindak tutur itu dilakukan; tentang apa tindak tutur itu; dsb.
Faktor-faktor seperti mitra bicara dan latar komonikasi itulah yang perlu dipertimbangkan penutur sebelum bertutur. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan itu dapat juga bersumber dari prinsip kesantunan bertutur (kesopanan. berbahasa) yang berlaku di dalam masyarakat tutur atau masyarakat bahasa yang si penutur adalah anggotanya Prinsip kesantunan ini tentunya berkaitan dengan nilai-nilai budaya masyarakat itu, dan berdasarkan hal ini dapat kita sebutkan kesamaan pendapat di kalangan sosiolinguis bahwa perilaku berbahasa anggota -anggota suatu masyarakat tutur mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat itu. Dengan perkataan lain, ada hubungan di antara perilaku berbahasa dan nilai budaya atau kebudayaan itu sendiri. Walaupun ini bukan hal yang baru, tampaknya akan menarik untuk mengetahui seberapa jauh hal itu didukung oleh data empiric.
Setakat ini, tampakaya di Indonesia belum ada kajian yang membandingkan perilaku berbahasa dua (atau lebih) kelompok etnis dengan mengaitkannya dengan nosi kebudayaan. Ini dugaan. Yang tampaknya memang benar adalah bahwa setakat ini di Indonesia balum ada tulisan yang dipublikasikan yang melaporkan hasil penelitian mengenai topik tersebut (yakni perbandingan perilaku berbahasa sebagai cerminan perbedaan pandangan hidup) dengan pendekatan pragmatik. Jika asumsi ini benar, penelitian tampaknya mempunyai kemaknawian (significance) yang cukup.
Dipilihnya kelompok etnis Jawa dan Batak sebagai objek penelitian bukanlah tanpa alasan. Pemilihan itu berdasarkan pendapat awam bahwa, pada umumnya, di dalam perilaku berbahasa orang Batak itu lebih langsung (dalam anti lebih berterus terang) daripada orang Jawa Bahwa pendapat itu sudah "berterima" di kalangan masyarakat awam tidak berarti bahwa topik ini tidak boleh Jika kita bersikap ilmiah, pendapat itu perlu dibuktikan dengan mencari data empiris. Yang juga perlu didukung oleh data empiris ialah apakah perbedaan perilaku berbahasa orang Jawa dan orang Batak itu signifikan atau tidak dan, jika signifikan, berapakah derajat signifikansinya lagipula, perlu diketahui kemungkinan adanya keterpengaruhan budaya, yang dapat diinferensikan dengan membandingkan perilaku-perilaku berbahasa kelompok-kelompok Jawa Jakarta vs Batak Jakarta, Jawa Jakarta vs Jawa Semarang & Yogyakarta, Batak Jakarta vs Batak Medan, misalnya Di samping itu perlu dicari data empiris yang mungkin mendukung dugaan bahwa ada penibahan perilaku berbahasa menurut dimensi umur pada kedua kelompok etnis ini.
1.2 Permasalahan
Seperti halnya istilah perkampungan mengacu ke sejumlah kampung (jadi bukan satu kampung), istilah permasalahan di dalam penelitian ini diartikan sebagai merujuk ke sejumlah masalah, yakni sejumlah masalah penelitian. Di dalam hal ini, sesuai dengan uraian di dalam buku-buku penelitian yang baik, permasalahan dibagi menjadi beberapa masalah tambahan, yang kesemuanya berkaitan dengan masalah utama tersebut.
Masalah utama dalam penelitian ini, di dalam bentuk pertanyaan, ialah: adakah perbedaan realisasi tindak tutur melarang di antara orang Jawa dan orang Batak pada umuinnya seperti yang tersirat dari pendapat awam bahwa orang Batak cenderung lebih berterus terang dalam mengungkapkan pikiran mereka daripada orang Jawa? Dengan menggunakan istilah pragmatik, pertanyaan itu dapat diparafrasekan .menjadi: adakah perbedaan di dalam hal kelengkungan/kelurusan garis ilokusi melarang di kalangan orang Batak dan di kalangan orang Jawa?
Masalah (utama) itu dapat dijabarkan menjadi sub-submasalah, yaitu:
1. Jika memang ada, seberapa signifikankah perbedaan itu?
2. Di mana letak perbedaannya (dan juga kesamaannya, jika ada)?
3. Apakah perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan di dalam world view yang wujud di dalam perbedaan struktur sosial?
4. Adakah indikasi yang mengisyaratkan adanya pergeseran atau perubahan perilaku berbahasa? "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Titien Diah Soelistyarini
"ABSTRAK
Sehubungan dengan semakin pentingnya peran bahasa Inggris di dalam era globalisasi ini semakin banyak orang Indonesia mempelajari bahasa Inggris. Bahasa Inggris yang digunakan oleh para pembelajar ini menjadi fokus di dalam skripsi saya, yang khususnya membahas tentang tindak tutur permintaan maaf di dalam bahasa Inggris yang direalisasikan oieh penutur bahasa Indonesia sebagai pembelajar bahasa Inggris. Bentuk ujaran yang digunakan untuk merealisasikan tindak tutur ini akan dikaitkan dengan strategi-strategi tertentu (Olshtain dan Cohen, 1983) yang diterapkan sebagai sebuah upaya untuk melindungi keterancaman muka para peserta tutur serta dalam kaitannya dengan prinsip kesantunan dan prinsip keseimbangan dalam hubungan antarpeserta tutur (Brown and Levinson, 1992). Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Dipilih sebagai responden adalah para mahasiswa dari jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, yang sedang atau telah menempuh tahun ketiga. Berdasarkan hasil analisis dari data yang terkumpul, saya sampai pada kesimpulan bahwa para responden mempunyai kecenderungan untuk menggunakan IFID (Illocutionary Force Indicating Device) di dalam tindak tutur permintaan maaf yang mereka lakukan, atau dengan kata lain mereka cenderung untuk mengungkapkan permintaan maaf secara eksplisit dengan verba-verba tertentu yang menjadikan daya ilokusioner ujaran-ujaran tersebut jelas. Satu temuan yang menarik dari penelitian ini adalah munculnya sebuah strategi dalam meminta maaf secara tidak langsung yang tidak ada dalam penelitian Olshtain dan Cohen yang terdahulu, yakni penutur menyatakan harapannya agar petutur bersedia untuk menerima permintaan maafnya, seperti dalam ujaran I hope you're not angry with me. Hal ini tampaknya dipengaruhi oleh latar belakang budaya responden sebagai orang Indonesia yang cenderung untuk menjunjung norma-norma kesopanan. Miskinnya khazanah tutur (repertoire) yang tampak dari pilihan kata untuk mengungkapkan permintaan maaf dapat dikaitkan dengan kompetensi komunikatif yang dimiliki responden. Hal ini juga mengandung implikasi bahwa perlu adanya perbaikan dan peningkatan mutu pengajaran bahasa Inggris sehingga pengajaran bahasa Inggris pada masa-masa mendatang lebih berlandaskan pada aspek-aspek sosiologis dan komunikatif bahasa.

"
1996
S14229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rissari Yayuk
"Penelitian ini mengangkat materi tindak tutur ekspresif pujian pada masyarakat Banjar. Masalah yang dikaji 1) Bagaimana wujud tindak ekspresif pujian dalam bahasa Banjar, 2) Modus kalimat apa yang digunakan dalam tindak tutur ekspresif pujian, 3) Strategi kesantunan apa yang digunakan dalam tindak ekspresif bahasa Banjar. Tujuan penelitian meliputi pendeskripsian 1) wujud tindak ekspresif pujian dalam bahasa Banjar, 2) Modus kalimat yang digunakan dalam tindak tutur ekspresif pujian, 3) Strategi kesantunan yang digunakan dalam tindak ekspresif bahasa Banjar. Metode yang digunakan deskritif kualitatif. Teknik penelitian adalah rekam dan catat. Sumber data dari kota Martapura. Waktu pengambilan data Juni 2015 sampai dengan Januari 2016. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan Wujud tindak ekspresif pujian dalam bahasa Banjar ini ditandai dengan modalitas umayamboi, salutsalut, dan dasar dasar. Ujaran ini dituturkan dalam situasi santai. Pada umumnya tuturan memiliki modus kalimat berita atau deklaratif. Intonasi kalimat datar dengan disertai senyum ramah penutur. Penggunaan tindak pujian ini berpegang kepada prinsip kesantunan (maksim) kerendahantian. Kerendahatian ditandai dengan mengutamakan pujian kepada kelebihan yang dimiliki orang lain.

This research material in expressive speech acts compliment the Banjar people.The problem studied 1) How is the follow-expressive form of compliment in Banjar, 2) What sentence mode used in compliment speech acts expressive e,3) what politeness strategies used in the follow-expressive of Banjar language.The purpose of research included the description of 1) the form of the expressive act of compliment in Banjar, 2) sentence mode used in speech acts expressive of compliment,3) politeness strategies used in the follow-expressive Banjar language.. The method used descriptive qualitative.Research techniques were recorded and noted.Source data from Martapura city on June 2015 until January 2016. the research found that the expressive act of compliment in Banjar language was characterized by umay'amboi modalities', salut'salut', and the dasar of 'dasar'.This speech spoken in an enjoy situation. In generally utterances have news or declarative sentence mode.Flat intonation of sentences accompanied by a friendly smile of speakers.The use of this complimentacts of adhering to the principles of politeness (maxim) modesty. Humility is characterized by emphasizing the compliment of others advantages."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Nurhasanah
"ABSTRAK
Gita Nurhasanah. Tindak tutur mengeluh dalam bahasa Jepang. Skripsi ini menganalisis tindak tutur mengeluh dalam bahasa Jepang yang terdapat dalam drama seri Jepang yang berjudul Shokojo Seira. Tuturan mengeluh ini di teliti melalui pendekatan sosiolinguistik yang dikaitkan dengan konsep strategi mengeluh Anna Trosborg. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuai strategi-strategi yang digunakan oleh penutur jati bahasa Jepang dalam mengungkapkan keluhannya tersebut. Dari penelitian ini diperoleh tiga strategi mengeluh, yaitu keluhan dengan isyarat, keluhan dengan menyatakan kekesalan, dan keluhan dengan cara menyalahkan. Hasil analisis data menunjukkan hubungan sosial yang terjalin antar peserta tutur mempengaruhi strategi mengeluh yang digunakan.

Abstract
This Undergraduate thesis focuses on the Japanese Speech Act of Complaint that is used in dorama (Japanese soap operas) tittle Shokojo Seira. This complaining utterance is analyzed by using sociopragmatic approach which is connected of complaining strategies by Anna Trosborg. The aim of this Research is to know some strategies that are used by the native speaker of Japanese in expressing their complaining act. The result show that there are three strategies of complaining act which are giving hint, stating annoyance, and blaming. And this research show that the social relationship among the member of speakers influences the uses of complaining strategies."
2010
S13618
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ngusman Abdul Manaf
"This study discusses the relationship between indirect speech act and politeness in directive speech act. To get the data, questioners with personal indormastion of respondents and nine directive speech acts which must be assessed by these Indonesian speakers in Jakarta are employed. The analysis shows that there is a positive correlation between the indiirectness of a dierctive speech act and the degree of politeness. The more indirect a directive speech act, the more polite it is. Neverthless, the correlation is not absolute. There are other parameters that determine the degree of politeness such as intonation, choice of words, and cultural values of the speakers."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2002
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mayda Nurbaeti
"Skripsi ini membahas tindak tutur penolakan terhadap proposisi dalam bahasa Jepang. Sebelumnya, telah dilakukan penelitian tentang realisasi penolakan dalam bahasa Jepang terhadap permohonan, penawaran, undangan, dan saran. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa mayoritas orang Jepang mengguankan strategi secara tidak langsung atau dengan kesantunan negatif. Sementara itu, hasil analisis dalam tulisan ini, di mana penolakan dikaitkan dengan strategi kesantunan Brown dan Levinson, menunjukkan bahwa dalam bahasa Jepang dapat juga diungkapkan realisasi penolakan secara langsung meskipun hal tersebut dilakukan terhadap orang yang lebih tinggi statusnya (misalnya terhadap guru) atau orang yang lebih tua (misalnya terhadap kakak senior).

The focus of this study is the Japanese speech act of refusals of the proposition. Previously, there are many researches of refusals realization in Japanese about requests, offers, invitations, and suggestions. Those researches result is the majority of Japanese people choose to use indirect strategy or negative politeness strategy. While this research?s result, in which using Brown and Levinson?s politeness strategy, is that refusals realization in Japanese also can be done in direct strategy (bald on record), although that refusals are done toward the high status (teacher, for example) and toward the older person (such as the senior)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13614
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fachril Subhandian
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang tindak tutur persuasif untuk meyakinkan seseorang agar membeli produk yang ditawarkan, yang muncul dalam drama seri yang berjudul Yama Onna Kobe Onna. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana tuturan persuasif Bahasa Jepang yang dilakukan oleh pegawai toko dalam meyakinkan pengunjung. Penelitrian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuturanpersuasif pegawai toko, banyak dilakukan dengan cara memuji penampilan pengunjung, sesuai dengan prinsip persuasi Cialdini.

Abstract
The focus of this study is the Japanese speech act of persuasion in convincing someone to buy products which is used in Yama Onna Kabe Onna drama series. The purpose of this research is to know how the persuasive utterances be made by shop assistants to convince customers. This research_s result, in which using Cialdini_s principles of persuasion, showed that many of shop assistant_s persuasive utterances be made by praising customer."
2010
S13706
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>