Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novita Permatasari
"Makalah ini menganalisis representasi hubungan kekuasaan dan isu-isu rasial pada film : Bruce Almighty dan Evan Almighty. Dua model analisis dari artikel oleh Gerster (2005) yang membahas mengenai isu-isu rasial dan rasisme institusional yang terdapat pada film Crash, dan juga artikel oleh Nugroho (2012) yang menjelaskan tentang hubungan kekuasaan pada film V for Vendetta. Makalah ini menganalisis penggambaran dari figur Tuhan Hollywood, hubungan kekuasaan, dan isu-isu rasial pada kedua film tersebut. Konsep Relasi Kekuasaan oleh Foucault dan Rasisme Institutional oleh Carmichael digunakan untuk menginvestigasi kedua film tersebut. Dengan menganalisis dialog-dialog dan elemen-elemen visual pada adegan-adegan, temuan penelitian mengungkapkan bahwa film-film Hollywood ini menciptakan gagasan ambivalen pada tingkah laku orang kulit putih terhadap orang Afrika Amerika.
This research paper analyzes the representation of power relation and racial issues in movies : Bruce Almighty and Evan Almighty. The two model of analysis are Gerster’s article (2005), which talked about racial issue and institutional racism depicted in the movie Crash and also Nugroho’s article (2012) which explained the power relation in the movie V for Vendetta. This research paper analyzes the portrayal of Hollywood Christ Figure, power relation, and racial issues in both movies. The concept of power relation by Foucault and institutional racism by Carmichael are used to investigate both movies. By analyzing the dialogues and visual elements in the scenes, research findings revealed that these Hollywood movies create ambivalent notion on White people’s attitude toward African American people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Khanza Defeorenzia Salsabila
"Tesis sarjana ini difokuskan pada studi supremasi kulit putih sebagai salah satu dari banyak manifestasi hegemonik budaya, yaitu kelas dominan yang berhasil makmur dengan bantuan doktrin yang konstan dan halus dari media yang dikonsumsi masyarakat umum dan tanpa sadar menerima. Studi ini membahas tentang bagaimana franchise film terbesar dan paling menguntungkan dalam sejarah sinematik, Marvel Cinematic Universe, adalah salah satu agen yang bertanggung jawab untuk menyebarkan doktrin supremasi kulit putih dengan cara mereka memilih untuk membingkai ulang poin plot, narasi, dan pilihan casting mereka.

This undergraduate thesis is focused on the study of white supremacy as one of the many hegemonic manifestations of culture, namely the dominant class that prospered with the help of constant and subtle doctrine from the media consumed by the general public and unconsciously accepting. This study discusses how the biggest and most profitable film franchise in cinematic history, the Marvel Cinematic Universe, is one of the agents responsible for spreading the doctrine of white supremacy by the way they choose to reframe their plot points, narratives, and casting choices."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inaka Sabilla
"Dalam menyusun subtitle bahasa sasaran, tahap tahap yang tepat harus dipertimbangkan untuk menjaga orisinalitas dan keterbacaan film. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengidentifikasi strategi subtitle dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia yang digunakan dalam Frozen 2 (2019) dan menentukan bagaimana penerjemah menghindari pelanggaran batasan teknis media audiovisual. Studi ini melaporkan dengan melakukan analisis kualitatif deskriptif pada strategi subtitling dengan total data 300 layar. Kerangka teoritis dari penelitian ini didasarkan pada klasifikasi Henrik Gottlieb tentang strategi subtitling antarbahasa dan dimensi teknis media audiovisual yang dikemukakan oleh Cintas dan Ramael. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari sepuluh strategi, terdapat tujuh kriteria Gottlieb yang ada pada subtitle bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dari Frozen 2 dan strategi yang paling sering digunakan adalah transfer. Sementara itu, strategi jarang digunakan adalah strategi resignation dan strategi dislocation. Selain itu, penerjemah mempertahankan maksimal dua baris, 57 karakter dalam satu layar dan setiap layar memiliki durasi rata-rata tiga detik. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerjemah menjaga orisinalitas dan keterbacaan subtitle bahasa Indonesia Frozen 2 dengan menggunakan strategi yang tepat dan memperhatikan batasan teknis pada subtitle Frozen 2.

In constructing the subtitle of the target language, a proper measure should be considered in order to maintain the originality and the readability of the movie. This study was an attempt to identify the subtitling strategies from English into Indonesian employed in Frozen 2 (2019) and determine how the translator avoided breaching the technical limitation of audiovisual media. The study reports on a descriptive qualitative analysis of subtitling strategies with 300 screens. The theoretical framework of the present study was based on Henrik Gottlieb's classifications of interlingual subtitling strategies and Cintas and Ramael's technical dimensions of audiovisual media. The result of the present study showed that out of 10, seven Gottlieb's criteria are applicable to English into Indonesian subtitling of Frozen 2 and the most frequent strategy is transfer, and the inapplicable strategies are resignation and dislocation. In addition, the translator maintained the maximum of two lines, 57 characters in one screen and each screen had an average of three seconds to appear. From this research, it can be concluded that the translator maintained the originality and readability of the Indonesian subtitle of Frozen 2 by heeding to the technical limitation of Frozen 2."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meinita Rizky Syahputri
"Rasisme telah menjadi salah satu masalah utama yang ditelisik dalam banyak budaya  populer, tak terkecuali dalam novel Mudbound baru-baru ini oleh Hillary Jordan (2008). Makalah ini menganalisis lapisan rasisme dan menyelidiki peran interaksi pribadi dalam mendekonstruksi prasangka rasial. Dengan menggunakan metode analisis tekstual yang berfokus pada tokoh utama kulit putih dalam novel, makalah ini berpendapat bahwa lapisan rasisme dari setiap tokoh utama kulit putih bervariasi karena latar belakang sosial-historis mereka. Makalah ini selanjutnya meneliti interaksi antara tokoh kulit putih dan kulit hitam dalam novel ini dengan menggunakan teori hipotesis kontak oleh Gordon Allport (1954) yang dimotivasi oleh konsep Kelley & Thibaut tentang saling ketergantungan rasial (1959). Hasil dari makalah ini menunjukkan bahwa tokoh utama kulit putih dalam novel menjadi berkurang tingkah laku rasisnya karena mereka memiliki lebih banyak interaksi pribadi dan tujuan bersama dengan tokoh kulit hitam.

Racism has been one of prominent issues explored in many popular cultures, not least in the recent novel Mudbound by Hillary Jordan (2008). This paper analyses the layers of racism  and investigates the role of personal interactions in deconstructing racial prejudice. Using the method of textual analysis focusing on the white characters in the novel, the paper argues that layers of racism of each white character vary due to their socio-historical background. The paper further examines the interactions between white and black characters in this novel by using the contact hypothesis theory by Gordon Allport (1954) motivated by Kelley & Thibaut’s concept of racial interdependence (1959). The findings suggest that the white characters in the novel become ‘less’ racist as they have more personal interactions and common goals with the black characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aura Pijar Matahati
"Ketimpangan sosial menjadi suatu permasalahan sosial yang terjadi di Rusia pada abad ke-19 dan abad ke-21. Penelitian ini menganalisis representasi ketimpangan sosial yang terdapat dalam film Холоп (Budak) karya Klim Shipenko tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan tanda-tanda adanya ketimpangan sosial di Rusia pada abad ke-19 dan abad ke-21 yang digambarkan pada film ini melalui cuplikan-cuplikan dan dialog. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif analisis representasi Stuart Hall. Teori representasi dari Stuart Hall membantu mengidentifikasi dan mengeksplorasi bukti adanya ketimpangan sosial di Rusia melalui analisis encoding dan decoding. Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui tanda-tanda ketimpangan sosial dalam film dapat dikategorikan berdasarkan kelas sosial, status sosial, dan kekuasaan sesuai tiga aspek utama ketimpangan sosial dari Max Weber. Penelitian ini mengungkapkan kritik sosial yang mencakup konflik antarkelas dan status sosial, ketidaksetaraan, dan penyimpangan kekuasaan di Rusia abad ke-19 dan abad ke-21. Selain itu, penelitian ini juga memberikan wawasan mengenai film melalui penyampaian kritik sosial dengan memperlihatkan tanda-tanda ketimpangan sosial di Rusia yang dapat memengaruhi pandangan penonton terhadap kondisi sosial di Rusia.

Social inequality has been a persistent social issue in Russia in the 19th century and 21st centuries. This research analyzes the representation of social inequality in the movie Холоп (Slave) by Klim Shipenko in 2019. This research aims to explore and describe the signs of social inequality in Russia in the 19th and 21st centuries which are portrayed in this film through scenes and dialog. The method used in this research is qualitative representation analysis of Stuart Hall. The Representation Theory of Stuart Hall helps to identify and explore the evidence of social inequality in Russia by analyzing encoding and decoding. Based on this research, the signs of social inequality in the movie can be categorized based on social class, social status, and power, based on Max Weber's aspects of social inequality. This research examines the social critique of social class and social status conflicts, inequality, and the irregularities of power in Russia in the 19th and 21st centuries. Furthermore, this research also gives insight into the movie through the delivery of social criticism by showing signs of social inequality in Russia that can influence the audience's point of view of social conditions in Russia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yania Humaira
"Rasisme merupakan salah satu masalah yang sempat terjadi dalam waktu yang lama di Prancis. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperlihatkan gambaran rasisme dalam film Agathe Clèry karya Étienne Chatiliez serta kemunculan anti-rasisme dalam film tersebut. Penelitian dianalisis menggunakan teori rasisme M.J. Maher dan teori pengkajian film Joseph M. Boggs dan Dennis W. Petrie. Rasisme pada tokoh utama dalam film didasari oleh dua sudut pandang yaitu, pelaku tindakan rasisme dan korban tindakan rasisme secara bersamaan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kemunculan anti-rasisme yang disebabkan oleh efek rasisme dalam kehidupan sosial sehari-hari serta dunia pekerjaan.

Racism is one of the problems that had occurred for a long time in France. This study has the objective to present a picture of racism in the movie Agathe Clery by Étienne Chatiliez as well as the emergence of antiracism in the film. The study was analyzed using the racism theory of M.J. Maher and film analysis theory Joseph M. Boggs and Dennis W. Petrie. Racism on the main character in the film is based on two perspectives, as the doer of racism and also the victim of racism. The results obtained in this study is the emergence of antiracism caused by the effects of racism in social life and work."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Widyawati
"Media merupakan institusi yang ikut bertanggung jawab terhadap kerusuhan Mei 1998. Karena media merupakan institusi yang bertanggung jawab mentransformasikan simbol-simbol rasis kecinaan. Simbol rasis tersebut antara lain dalam bentuk wacana peminggiran etnis Cina yang dibentuk melalui bahasa bersifat meminggirkan. Selain itu penggambaran tentang etnis Cina sering kali dihubungkan dengan persoalan ideologi pemerataan dimana Cina yang sebenarnya merupakan kelompok subordinat justru memiliki kekuasaan ekonomi yang tinggi. Representasi yang menggambarkan etnis Cina sebagai kelompok yang senang kolusi dan tidak jujur dalam berusaha telah membawa kebencian pribumi terhadap etnis Cina. Oleh karena itu penelitian ini ingin melihat bagaimana Kompas, Media Indonesia dan Republika mengartikulasikan jalannya kerusuhan Mei 1998 serta memetakan penyebab kerusuhan. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat bagaimana media memproduksi dan mereproduksi simbol-simbol rasisme baru dan bagaimanakah hubungan dominasi--subordinasi antara pribumi dan etnis Cina. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 3 surat kabar yang dijadikan sampel memaknai kerusuhan dengan cara yang berbeda. Kompas memaknai kerusuhan ini sebagai kerusuhan antara rakyat dan penguasa ekonomi, oleh karena itu yang dijadikan sasaran adalah simbol kekuasaan ekonomi. Media Indonesia melihat kerusuhan Mei sebagai kerusuhan antara rakyat dengan penguasa, oleh karena itu sasaran kerusuhan adalah kekuasaan negara dan kekuasaan ekonomi. Republika membaca kerusuhan Mei sebagai perseteruan antara rakyat dan penguasa sebagai kelanjutan dari tragedi Trisakti. Penyebab kerusuhan juga dibaca secara berbeda oleh 3 surat kabar yang dijadikan sampel. Kompas menilai penyebab kerusuhan adalah masalah ekonomi, etnis dan agama. Media Indonesia lebih menitik beratkan pada keadilan ekonomi dan masalah etnis. Sedangkan Republika hampir sama dengan Kompas yaitu masalah keadilan ekonomi, etnis dan agama. Mekanisme produksi dan reproduksi simbol rasis pada Kompas, Media Indonesia dan Republika memiliki pola yang hampir sama. Media melakukan konstruksi sosial yang menampilkan imaji bahwa etnis Cina merupakan kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan kultural dengan pribumi. Dalam konstruksi tersebut nilai-nilai yang dianut pribumi selain dianggap baik sebaliknya nilai yana dianut etnis Cina dianggap kurang baik. Konstruksi yang dilakukan media disini adalah bahwa Cina adalah etnis yang memiliki nilai menyimpang atau dengan kata lain tidak waras. Selain itu etnis Cina bersifat tamak. Citra lain yang dibangun media kelompok masyarakat yang bersikap eksklusif, tidak mau berbaur dengan kelompok lain. Etnis Cina juga digambarkan memiliki nilai yang senang berkolusi, tidak jujur. Etnis Cina jarang ditampilkan sebagai narasumber. Dalam kasus perkosaan narasumber saksi dari etnis Cina dari masalah perkosaan hanya ada di Media Indonesia, teknik rasis dalam pemberitaan media juga dilakukan melalui lambatnya pemberitaan. Dalam kasus perkosaan pemberitaan media sangat terlambat. Sebutan yang diberikan oleh media merupakan sebutan-sebutan yang bermakna meminggirkan.. Sebutan non-piribumi atau warga keturunan memiliki makna bahwa etnis Cina merupakan "the others''. Hubungan dominasi-sub ordinasi yang digambarkan Kompas, Media Indonesia dan Republika juga memiliki pola yang hampir sama. Pribumi merupakan kelompok dominan (karena dari segi jumlah memang dominan) yang mampu memproduksi wacana rasis dalam konteks kultural. Wacana bahwa etnis Cina memiliki nilai yang kurang jujur, kolutif lebih banyak diproduksi oieh kelompok pribumi. Dilain pihak, etnis Cina walaupun jumlahnya minoritas, tetapi penguasaan asetnya bersifat mayoritas. Karena kemampuannya dibidang perdagangan lebih tinggi etnis Cina merasa superior dalam bidang perdagangan dan menganggap rendah kemampian pribumi. Wacana ini muncul dalam sebutan ?mampukan pribumi menggantikan peran etnis Cina dalam jalur distribusi'. Aplikasi teori yang disumbangkan dari penelitian ini adalah bahwa penggambaran yang berbeda tentang kerusuhan Mei tersebut diatas berbeda dengan teori yang dibangun oieh penganut strukturalis tentang proses pembentukan makna. Penganut strukturalis percaya bahwa makna yang menang adalah makna yang diproduksi oleh kelompok dominan. Dalam potret kerusuhan Mei 1998, 3 surat kabar sampeI ada dibawah sistem dominasi yang sama, tetapi kenyataannya makna yang ditampilkan oleh 3 surat kabar sampel tentang kerusuhan Mei 1998 berbeda. Oleh karena itu peneliti ingin mengajukan asumsi yang berbeda dengan pengikut strukturalis, bahwa dalam memproduksi makna terdapat hal lain yang mempengaruhi pembentukan makna selain ideologi dari kelompok dominan yang menguasai wacana. Ideologi yang dianut oleh organisasi media (yang tentunya berpengaruh pada pekerja media) memberi peran dalam pembentukan makna."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariana Devi Saraswati
"Gerakan Black Lives Matter yang digalakkan pada tahun 2020 menjadi salah satu bukti bahwa upaya masyarakat untuk menghapus rasisme sangat tinggi. Keberadaan rasisme hingga saat ini masih dirasakan dan kerap dijumpai dalam media, salah satunya media iklan. Dalam media iklan, rasisme biasanya disisipkan dalam interpretasi yang dapat dipahami penontonnya. Iklan Der neue Golf dari Volkswagen serta iklan Der Sixt WM-Tipp dari Sixt merupakan contoh dari iklan asal Jerman yang mengandung rasisme dan akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana identitas orang kulit hitam digambarkan dalam kedua iklan tersebut melalui elemen-elemen yang mencakup audio, visual, dan sinematografi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif, di mana penulis akan memaparkan unsur rasisme yang muncul pada sumber data dan menggunakan teori sebagai pendukung. Untuk melakukan penelitian ini penulis menggunakan teori Representasi dari Stuart Hall. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa dalam iklan Der neue Golf dari Volkswagen terdapat adanya penggambaran subordinasi terhadap orang kulit hitam. Sementara itu, dalam iklan Der Sixt WM-Tipp dari Sixt terdapat stereotip negatif yang diberikan terhadap orang kulit hitam Ghana. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggambaran identitas orang kulit hitam dalam kedua iklan Jerman tersebut tidak lepas dari kelompok masyarakat yang inferior bila dibandingkan dengan orang kulit putih.

The Black Lives Matter movement that took place in 2020 is one of the proofs of how high the society’s attempts to end racism are. To this day, the existence of racism can be seen and often found in the media, such as advertisements. In advertisements, racism is usually inserted in interpretations that can be acknowledged by the
viewers. The Der neue Golf commercial from Volkswagen and the Der Sixt WM-Tipp ad from Sixt are examples of German advertisements that contain racism. These advertisements will be discussed further throughout this research. This research aims to find out how the identity of black people is depicted in both Volkswagen and Sixt
advertisements through their elements, including audio, visual, and cinematography. The method used in this research is qualitative descriptive, which is utilized by the author to explain the racism shown in the data sources with the help of a theory. To conduct the research, the author used Stuart Hall’s theory of representation. This
study finds that in Volkswagen’s Der neue Golf commercial there is a depiction of black people subordination. Meanwhile, Sixt’s Der Sixt WM-Tipp advertisement carries negative stereotypes given to black Ghanaians. In conclusion, black people’s identity in those two german advertisements is depicted as an inferior group in comparison to white people.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
Unggah4  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rayhan Addawa
"Penelitian ini membahas religi Jawa pada representasi sosial masyarakat Jawa dalam film pendek Nyumbang karya dari Montase Production yang disutradarai oleh Rahma Nurlinda Sari (2016). Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi pesan yang terdapat pada film Nyumbang, (2) menganalisis nilai religi Jawa dalam film Nyumbang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang mengutamakan penyelidikan karya sastra berdasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri (Hasanudin dalam Abidin, 2010:75). Data penelitian menggunakan studi kepustakaan serta transkripsi teks dari film Nyumbang. Analisis dalam penelitian ini menggunakan teori analisis isi teks kualitatif dengan teori representasi, serta diperkuat dengan teori prososial dan dikaitkan dengan beberapa proposisi Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Nyumbang diciptakan sebagai bentuk pengingat bahwa sejatinya proposisi Jawa yang terdapat di dalam keseharian masyarakat Jawa adalah sebagai pedoman hidup yang harus dipegang dalam hidup sehari-hari. Film pendek Nyumbang turut berperan dalam menjaga serta mengingatkan tradisi atau budaya dari para leluhur kepada masyarakat Jawa khususnya.

This study discusses Javanese religion on the social representation of Javanese society in the short film Nyumbang by Montase Production directed by Rahma Nurlinda Sari (2016). This study aims to (1) identify the message contained in the film Nyumbang, (2) analyze the value of Javanese religion in the film Nyumbang. This study uses a descriptive qualitative method with an objective approach. An objective approach is an approach that prioritizes the investigation of literary works based on the reality of the literary text itself (Hasanudin in Abidin, 2010: 75). The research data use literature study and text transcription from the film Nyumbang. The analysis in this study uses qualitative text content analysis theory with representation theory, and is strengthened by prosocial theory, and is associated with several Javanese propositions. The results showed that the film Nyumbang was created as a form of a reminder that the true Javanese proposition contained in the daily life of the Javanese people is a way of life that must be adhered to in everyday life. The short film Nyumbang plays a role in maintaining and reminding the traditions or culture of the ancestors to the Javanese people in particular."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deanna Aisha Nurcahya
"Film merupakan sebuah karya seni yang digunakan sebagai sarana penyampaian pesan sosial atau moral. Film juga seringkali mengangkat tema-tema universal. Isu yang dapat dijadikan tema yaitu isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan sosial, salah satunya tema persahabatan. Sahabat adalah ikatan antara satu sama lain yang saling membutuhkan dan berkontribusi secara positif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi persahabatan antara tokoh Anne Frank dan Hannah Goslar dalam film Mijn Beste Vriendin Anne Frank menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teori persahabatan Rowland S. Miller serta teori Seligman sebagai kerangka analisis. Data analisis diperoleh dari pemutaran film secara berulang serta pencatatan adegan yang mencerminkan persahabatan sesuai dengan aspek yang digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima indikator atau aspek persahabatan dalam hubungan antara Anne dan Hannah yaitu respect, trust, capitalization, social support, dan responsiveness. Terdapat juga aspek optimism dari Seligman yang ditemukan dalam film ini. Temuan ini memberikan kontribusi mengenai bagaimana indikator persahabatan Miller dan teori Seligman dapat diterapkan dalam film.
Film is a work of art that is used as a means of conveying social or moral messages. Movies also often raise universal themes. Issues that can be used as themes are issues related to social life, one of which is the theme of friendship. Friends are bonds between each other that need each other and contribute positively. This study aims to analyze the representation of friendship between the characters Anne Frank and Hannah Goslar in the film Mijn Beste Vriendin Anne Frank using a qualitative descriptive method and Rowland S. Miller's friendship theory and Seligman's theory as an analytical framework. The analysis data was obtained from repeated screenings of the movie and recording scenes that reflect friendship in accordance with the aspects used. The results of this study show that there are five indicators or aspects of friendship in the relationship between Anne and Hannah, namely respect, trust, capitalization, social support, and responsiveness. There are also aspects of Seligman's optimism found in this movie. These findings contribute to how Miller's friendship indicators and Seligman's theory can be applied in movies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>