Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100074 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhilah Kurniati
"ABSTRAK
Meskipun pernikahan diketahui memberikan berbagai dampak positif bagi individu, kenyataan yang terjadi saat ini ialah meningginya tingkat kasus perceraian. Survei menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah ketidaksesuaian antara relationship beliefs individu dengan kenyataan. Akibatnya, individu cenderung mengalami burnout pernikahan dan lebih lanjut dapat berujung pada perceraian. Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan menunjukkan adanya perbedaan hasil. Selain itu, peneliti berniat mengetahui peran relationship beliefs pasangan terhadap hubungan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan individu. Hasil penelitian yang dilakukan kepada 162 pasangan suami-istri menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan yang dialami pasangan suami-istri. Selain itu, diketahui tidak terdapat moderasi relationship beliefs pasangan terhadap hubungan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan individu. Hal ini terjadi karena pengaruh tingkat pendidikan istri dan ideologi peran gender yang dianut oleh individu serta peran faktor lain yang turut memengaruhi hasil penelitian.

ABSTRACT
Despite the positive effects that marriage gives, the divorce rate is increasing. This is caused by the incongruency between individual‟s relationship beliefs and reality, resulting marital burnout. This research aimed to investigate deeper about the correlation between relationship beliefs and marital burnout among married couple owing to different results of the previous researches. Moreover, it also aimed to analyze the role of spouse‟s relationship beliefs to the correlation between individual relationship beliefs and marital burnout. Data from 162 marital couples shows a positive and significant correlation between relationship beliefs and marital burnout among married couple but shows no moderation of spouse‟s relationship beliefs to the correlation. It‟s explained by wives‟ educational background and individual gender role ideology as well as other various factors contributing to this result."
2016
S64295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Mayda Anggarini Artana
"ABSTRAK
Tak sedikit individu yang menaruh harapan besar bahwa pernikahan akan
membawa kebahagiaan pada dirinya. Namun seringkali terdapat
ketidaksesuaian pemikiran individu mengenai pernikahan dengan kenyataan
yang dihadapi, sehingga individu merasa tidak puas pada pernikahannya.
Pemikiran akan pernikahan tersebut berkembang menjadi beliefs atau yang
lebih dikenal sebagai relationship beliefs. Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa beliefs yang tidak realistis pada pasangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan yang dihadapi, akan menyebabkan penurunan kepuasan pernikahan
individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
relationship beliefs khususnya dysfunctional relationship beliefs dengan
kepuasan pernikahan pada suami atau istri. Sebanyak 174 suami dan 173 istri
berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara relationship beliefs suami atau
istri dengan kepuasan pernikahan suami atau istri. Selain itu, diketahui hasil
bahwa dimensi relationship beliefs yaitu sexes are different, merupakan
dimensi yang paling berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan. Hal ini terjadi
karena budaya kolektivis yang dianut masyarakat Indonesia serta faktor
demografis yaitu jumlah anak yang memengaruhi hasil penelitian.
ABSTRACT
Many individuals have high expectation that marriage will bring happiness to
them. But, sometimes what they think do not resemble the reality, and they tend
to feel dissatisfy with their marriage. Their thought can develop into beliefs or
commonly known as relationship beliefs. Previous studies showed that
unrealistic beliefs to their spouse or inconsistency between beliefs and reality,
will decrease their marital satissfaction. This study is aimed to investigate the
correlation between relationship beliefs and marital satisfaction among married
men and women. There are 174 husbands and 173 wives who participated in
this research. The results show that there is significant negative correlation
between relationship beliefs and marital satisfaction. The other results show that
relationship beliefs?s subscale ?sexes are different?, is significantly strongest
endorsement of marital satisfaction. This condition occurred because of
collectivism in Indonesia?s people and demographic factor is number of
children that contributed to this study results"
2016
S62867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Bilqisthi
"Di Indonesia, terdapat fenomena ta?aruf (perjodohan muslim Indonesia). Hal yang membedakan ta?aruf dengan perjodohan lainnya adalah landasan proses ini berdasarkan keyakinan agama, bukan budaya ataupun alasan ekonomi. Studi mengenai pasangan pernikahan yang melalui perjodohan, termasuk ta?aruf masih sedikit jika dibandingkan pernikahan romantic love. Berdasarkan studi literatur, komitmen dan kepuasan pernikahan merupakan prediktor kesuksesan pernikahan. Namun, belum ada penelitian yang melihat hubungan antara kedua variabel tersebut dalam konteks pernikahan ta?aruf. Maka peneliti melakukan penelitian yang melihat hubungan kepuasan pernikahan dan komitmen pernikahan pada 131 individu yang menikah melalui ta?aruf. Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan pernikahan dengan komitmen personal (r = 0,423, p < 0.01, one-tailed.) dan juga antara kepuasan pernikahan dengan komitmen moral (r =0.330, ,p < 0.01, one-tailed). Namun, ternyata tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen struktural dan kepuasan pernikahan (r = 0,074, p > 0.01)

In Indonesia , there are ta'aruf phenomenon ( Indonesian Muslim matchmaking ) . The differences between ta'aruf with other matchmaking is the cornerstone of this process is based on religious beliefs, not cultural or economic reasons. Studies with arranged marriage participant, including ta'aruf, are less when compared to romantic love marriage. Based on the literature study, commitment and marital satisfaction is a predictor of marriage success. However , no studies have looked at the relationship between the two variables in the context of ta'aruf. So the researcher conducted a study to see the relationship between marital satisfaction and commitment in 131 married individuals through ta'aruf. The results show that there is a positive and significant relationship between marital satisfaction with personal commitment ( r = 0.423 , p < 0.01 , one-tailed) And also between marital satisfaction with moral commitment ( r = 0.330 , p < 0.01 , one-tailed). However, it turns out there is no significant relationship between structural commitment and marital satisfaction ( r = 0.074 , p > 0.01)"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Yulita Endo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat. Pengukuran coping self-efficacy menggunakan alat ukur Coping Self-Efficacy Scale (Chesney dkk., 2006) yang memiliki tiga subskala, yaitu use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, dan get support from family and friends dengan total 26 item. Pengukuran terhadap burnout menggunakan alat ukur Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) yang memiliki tiga dimensi, yaitu emotional exhaustion, depersonalization, dan menurunnya sense of personal accomplishment dengan total 22 item. Jumlah partisipan yang diperoleh sebanyak 131 perawat. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat, yang berarti semakin tinggi coping self-efficacy perawat, semakin rendah burnout yang dirasakan.

The aim of this study is to investigate whether any relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses. Coping self-efficacy was measured by Coping Self-Efficacy Scale (Chesney et al., 2006) which has three subscales, namely use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, and get support from family and friends with a total of 26 items. Burnout was measured by Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) which has three dimensions, namely emotional exhaustion, depersonalization, and reduced sense of personal accomplihsment with a total of 22 items. Participants of this study were 131 nurses. The main result of the study shows that there is a significant negative relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses, in conclusion, the higher score of coping self-efficacy obtained by nurses, the lower they perceived burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Kartikasari
"Penggunaan teknologi memberikan dampak positif dan negatif pada digital workers. Salah satu dampak negatif yang muncul adalah burnout. Berdasarkan penelitian terdahulu, komitmen organisasi merupakan salah satu variabel yang berkorelasi secara negatif dengan burnout. Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara komitmen organisasi dan burnout pada digital workers. Komitmen organisasi merupakan variabel multidimensional yang memiliki tiga komponen, yaitu komitmen afektif, komitmen keberlanjutan, dan komitmen normatif. Burnout terdiri dari tiga dimensi, yaitu emotional exhaustion, cynicism, dan reduced personal efficacy. Pengumpulan data dilakukan secara online. Komitmen organisasi diukur dengan menggunakan Organizational Commitment Questionnaire (Allen & Meyer, 1990) yang telah digunakan oleh Aulia (2021) dan burnout yang diukur menggunakan Maslach Burnout Inventory – General Survey (Schaufeli et al., 1996) yang telah diadaptasi oleh Maldini (2018). Data penelitian ini berasal dari 163 digital workers yang bekerja fulltime. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara komitmen organisasi dan burnout. Komitmen afektif berkorelasi secara negatif dengan emotional exhaustion, cynicism, dan reduced professional efficacy. Komitmen normatif juga terbukti berkorelasi secara negatif dengan emotional exhaustion dan cynicism, tetapi tidak berkorelasi dengan reduced professional efficacy. Hasil penelitian tidak menemukan adanya korelasi antara komitmen berkelanjutan dengan emotional exhaustion, cynicism, dan reduced professional efficacy.

The use of technology has both positive and negative impacts on digital workers. One of the negative impacts is burnout. According to several studies, commitment is one of the variables that has a negative correlation with burnout. This study aims to examine the relationship between organizational commitment and burnout in digital workers. Organizational commitment is a multidimensional variable that has three components, namely affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. Burnout consists of three dimensions, namely emotional exhaustion, cynicism, and reduced professional efficacy. The study was conducted with online survey. Commitment was measured using the Organizational Commitment Questionnaire (Allen & Meyer, 1990) which was adapted by Aulia (2021) and burnout was measured using the Maslach Burnout Inventory – General Survey (Schaufeli et al., 1996) which was adapted by Maldini (2018). This research data comes from 163 digital workers who work full time. The results showed that there was a negative relationship between organizational commitment and burnout. Affective commitment is negatively correlated with emotional exhaustion, cynicism, and reduced professional efficacy. Normative commitment was also shown to be negatively correlated with emotional exhaustion and cynicism, but not with reduced professional efficacy. The results found no correlation between continuance commitment and emotional exhaustion, cynicism, and reduced professional efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Amalia
"One man lI1l crtujuan unluk melihal hubungan antara kepuasan pernikahan dengan kecenderungan berselingkuh pada kelompok suami dan istri yang bertempat linggal di Jabodetabek. Metode penelitian ini bcrupa Studi kuanlitatif yang menggunakan kuesioner Inventori Kcpuasan Pemikahan yang terdiri alas 1 1 domain yang disusun oleh Herfianti (2005) dan kucsioner Ir;/Edeliry Scale yang disusun olch Drigotas (1999), yang mengukur 3 _ienis persclingkuhan. Respondcn pcnelilian scbanyak 84 orang yang terdiri alas 43 laki-laki dan 41 pcrcmpuan yang berusia 27-56 tahun.
Hasil penclitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepuasan pemikahan dengan kecenderungan perselingkuhan emosional dan emosional fisik. Domain kepuasan pemikahan yang berkorelasi signifikan dengan kecenderungan pcrselingkuhan cmosional adalah hubungan interpersonal. kesamaan minat, kesesuaian pcran dan harapan, hubungan dengan mcrlua dan ipar. serla kekuasaan dan sikap terhadap pvzmikahan. Domain kepuasan pcmikahan yang berkorclasi signifikan dcngan perseiingkuluan cmosional fisik adalah kesamaan minat, hubungan dengan merlua dan ipar_ scrta kekuasaan dan sikap terhadap pemikahzm. Aspek hubungan dengan mcrtua dan ipar merupakan aspek yang memiliki kontribusi lebih besar mcmpengaruhi kccendcrungan seseorang untuk berselingkuh.

The purpose of this study is to iind out the relationship between marital satisfaction and tendency in infidelity among husbands and wives who live in Jabodetabek. This study is a quantitative approach using lnvcntori Kepuasan Pernikahan consists of ll domains which were constructed by Herfianti (2005) and infidelity Scale measuring 3 types of infidelity which was constructed by Drigotas (l999). The samples of this research are 43 males and 4| females between the ages of 27 and 56 years.
The results showed that there are a relationship between marital satisfaction and emotional, and emotional physical infidelity. Interpersonal relationship, mutual interest, Congruency between role and hope, relationship with in laws, and power and attitudes toward marriage are the domains of marital satisfaction which have a significant relationship with emotional infidelity. The domains mutual interest, relationship with in laws, and power and attitudes toward marriage found have a significant relationship with emostional physical infidelity. Among all those domains, relationship with in laws has more contribution affected tendency in infidelity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T34058
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rintis Mulyani
"ABSTRACT
Perceraian marak terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Data statistik dari Pengadilan Tinggi Agama PTA Jakarta, 72 kasus perceraian tersebut diajukan oleh istri. Isu utama yang diajukan para istri adalah karena mereka tidak puas secara ekonomi. Istri yang merasa tidak puas terhadap kondisi finansialnya menjadi pemicu banyaknya konflik yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara stres finansial dan kepuasan pernikahan pada istri bekerja di Jabodetabek. Pertanyaan utama pada penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara stres finansial dan kepuasan pernikahan pada istri bekerja di Jabodetabek. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dan termasuk cross-sectional study. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 133 istri yang bekerja dan tinggal di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner InCharge Financial Distress/Financial Well-Being Scale untuk mengukur stres finansial dan Couple Satisfaction Index untuk mengukur kepuasan pernikahan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara stres finansial dan kepuasan pernikahan. Artinya, semakin tinggi stres finansial berkorelasi dengan semakin rendahnya kepuasan pernikahan. Hal ini dapat terjadi karena stres finansial yang tinggi memicu masalah dan kesehatan mental yang buruk. Kesehatan mental yang buruk membuat interaksi dengan pasangan menjadi terganggu, memicu marital distress, dan berujung pada rendahnya kepuasan pernikahan.

ABSTRACT
Divorce is much happens in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. Statistical data from Pengadilan Tinggi Agama PTA Jakarta, 72 divorce cases filed by wife. The main issue that wives propose is because they are not economically satisfied. Wives who are not satisfied with the financial condition become the triggers many conflicts that can affect marital satisfaction. This study was conducted to determine the relationship between financial stress and marital satisfaction among working wives in Jabodetabek. The main question in this study is whether there is a significant negative relationship between financial stress and marital satisfaction among working wives in Jabodetabek. The design of this study was quantitative and included a cross sectional study. Participants in this study were 133 working wives who lived in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. Methods of data collection using InCharge Financial Distress Financial Well Being Scale to measure financial stress and Couple Satisfaction Index to measure marital satisfaction. The results showed a significant negative relationship between financial stress and marital satisfaction. That is, the higher the stress correlates with the lower the satisfaction of marriage. This can happen because high financial stress leads to problems and poor mental health. Poor mental health makes interaction with spouse disturbed, triggering marital distress, and resulting low marital satisfaction."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cempaka Ayu Diana
"Pada saat seorang suami menderita suatu penyakit, maka istrinyalah yang akan berperan sebagai primary caregiver (Magai, 1996). Sebagai spouse caregiver, seorang istri lebih berisiko untuk mengalami caregiver strain, dimana strain yang dapat ia rasakan adalah akibat dari permasalahan fisik, emosional, kognitif atau sosial yang dialami oleh suaminya. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan kepuasan pernikahan pada istri yang berperan sebagai spouse caregiver dari penderita stroke. Caregiver strain merupakan persepsi atau perasaan kesulitan atas tugas dan tanggung jawab dalam memenuhi peran sebagai caregiver (Oncology Nursing Society, 2008; Factor & Weiner, 2008). Kepuasan pernikahan didefinisikan sebagai sikap sejauh mana seseorang menilai hubungan pernikahannya menyenangkan (Roach, Frazier & Bowden, 1981). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Modified Caregiver Strain Index (MCSI) yang dikembangkan oleh Robinson pada tahun 1983 dan telah dimodifikasi oleh Thornton & Travis pada tahun 2003 serta Marital Satisfaction Scale yang dikembangkan oleh Roach, Frazier & Bowden pada tahun 1981. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara caregiver strain dan kepuasan pernikahan pada istri sebagai spouse caregiver dari penderita stroke

When a husband suffering from an illness, then his wife will serve as the primary caregiver (Magai, 1996). As spouse caregiver, a wife is more at risk for experiencing caregiver strain, where she can feel the strain as the result of physical, emotional, cognitive or social development problem experienced by her husband. This study is a correlational study aimed to determine the relationship between caregiver strain and marital satisfaction among wives as spouse caregiver of stroke patients. Caregiver strain is a perception or a feeling of difficulty on the task and responsibility in fulfilling the role as caregiver (Oncology Nursing Society, 2008; Factor & Weiner, 2008). Marital satisfaction is defined as attitude of greater or lesser favorability toward one’s own marital relationship (Roach, Frazier & Bowden, 1981). Instrument which used in this study are The Modified Caregiver Strain Index (MCSI) developed by Robinson in 1983 and has been modified by Thornton & Travis in 2003 and Marital Satisfaction Scale developed by Roach, Frazier & Bowden in 1981. Participants who were included in this study is 30 people. The results showed that there is no significant relationship between caregiver strain and marital satisfaction among wives as spouse caregiver of stroke patients.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Ribka Uli Feodora
"Pada masa pandemi Covid-19, kurir diduga rentan mengalami burnout. Berdasarkan teori Job Demands-Resources (JD-R), burnout disebabkan oleh berbagai macam tuntutan kerja, salah satunya tuntutan kerja emosional. Sebaliknya, modal psikologis dapat menurunkan tingkat burnout. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tuntutan kerja emosional dan burnout, serta hubungan antara modal psikologis dan burnout pada kurir. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tipe korelasional. Pengambilan data dilakukan dengan metode convenience sampling pada 251 partisipan kurir yang memiliki rentang usia 18-55 tahun dengan kriteria waktu bekerja minimal satu tahun dan pernah melayani pelanggan dengan sistem COD. Adapun, alat ukur yang digunakan bagian IQWiQ untuk mengukur burnout, bagian COPSOQ-II untuk mengukur tuntutan kerja emosional, dan PCQ-12 untuk mengukur modal psikologis. Hasil analisis Pearson’s Correlation menunjukkan bahwa tuntutan kerja emosional memiliki hubungan positif yang signifikan dengan burnout r(251) = 0.48, p< 0.05. Selain itu, ditemukan pula bahwa modal psikologis memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan burnout r(251) = -0.43, p< 0.05. Dengan demikian, temuan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan jasa pengiriman untuk memberikan coaching dan dukungan sosial serta membantu kurir untuk mengembangkan modal psikologisnya secara mandiri.

During the Covid-19 pandemic, couriers were presumed to be susceptible to burnout. According to the Job Demands-Resources (JD-R) theory, burnout is caused by various job demands, including emotional job demands. In contrast, psychological capital can reduce burnout levels. This study aims to examine the relationship between emotional job demands and burnout, as well as the relationship between psychological capital and burnout among couriers. This research was quantitative research with a correlational design. The convenience sampling method was used to collect data from 251 couriers as participants aged 18 to 55, with experience servicing clients using the COD system and working for at least a year. Meanwhile, the measurement tools used were part of IQWiQ to measure burnout, part of the COPSOQ-II to measure emotional job demands, and PCQ- 12 to measure psychological capital. Pearson's Correlation analysis results showed that emotional job demands have a significant positive relationship with burnout r(251) = 0.48, p< 0.05. On the other hand, a significant negative relationship was discovered between psychological capital and burnout r(251) = -0.43, p< 0.05. Thus, these findings are expected to be used as evaluation materials for delivery companies to provide coaching and social support and help couriers develop psychological capital independently."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Zara Islami
"Tuntutan perkuliahan yang tinggi terutama dalam konteks pembelajaran daring dapat
menyebabkan academic burnout pada mahasiswa. Academic burnout dapat berdampak
pada kesejahteraan psikologis dan kelancaran perkuliahan mahasiswa, sehingga selfcompassion
diprediksi dapat menjadi strategi coping yang efektif. Penelitian ini menguji
hubungan antara self-compassion dan academic burnout pada mahasiswa program
sarjana, dengan menggunakan Self-Compassion Scale versi adaptasi bahasa Indonesia
(Sugianto dkk., 2020) dan Oldenburg Burnout Inventory Student Version (Reis dkk.,
2015). Partisipan berasal dari Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan
Universitas Gadjah Mada (N=291). Hasil penelitian mendukung hipotesis penelitian ini.
Ditemukan bahwa self-compassion memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan
academic burnout (r = -0,43, p <0,01). Artinya, mahasiswa yang memiliki selfcompassion
yang tinggi, akan memiliki kecenderungan yang rendah untuk mengalami
academic burnout. Mahasiswa pada penelitian ini termasuk pada kategori kelompok yang
burnout (M=2,79, SD=0,45), dimana metode pembelajaran daring berperan pada hal
tersebut.

High study demands at college especially in online learning can make an impact on
academic burnout for the students. Academic burnout can affect the psychological wellbeing
and the smoothness journey of student's college life, thus self-compassion is
predicted to be the effective coping strategies for them. This study examines the
relationship between self-compassion and academic burnout in undergraduate students,
using Self-Compassion Scale Indonesian adaptation version (Sugianto et al., 2020) and
Oldenburg Burnout Inventory Student Version (Reis et al., 2015). The participants were
from Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, and Universitas Gadjah Mada
(N=291). The result of this study supports the hypothesis of this study. Namely, selfcompassion
has the negatively significant relationship with academic burnout (r = -0,43,
p <0,01). That means, student who have high self-compassion, would likely have a low
tendency of academic burnout. The students in this study is categorized in burnout group
(M=2,79, SD=0,45), whereas online learning method could take a role in this.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>