Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172765 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinda Gupitararas
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara work-life balance terhadap komitmen perubahan karyawan pada perusahaan rintisan berbasis digital. Work-life balance terdiri atas dimensi work interference with personal life (WIPL), personal life interference with work (PLIW), work enhancement of personal life (WEPL), dan personal life enhancement of work (PLEW). Komitmen perubahan terdiri atas dimensi komitmen perubahan afektif, kontinu, dan normatif. Penelitian menggunakan alat ukur Commitment to Change Inventory (Herscovitch & Meyer, 2002) dan Work/Nonwork Scale (Fisher et al., 2009) yang diadaptasi oleh Khairan (2015) dan Askandar (2011). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 112 karyawan yang bekerja dalam perusahaan rintisan berbasis digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi WEPL terhadap komitmen perubahan normatif (r = 0,24, p < 0,05). Hasil penelitian dapat berkontribusi bagi perusahaan sebagai pertimbangan untuk memerhatikan work-life balance karena berkaitan dengan komitmen perubahan karyawan.

ABSTRACT
The purpose of this study is to identify the relationship between work-life balance and employee commitment to change in digital-based startup company. Work-life balance was comprised of work interference with personal life (WIPL), personal life interference with work (PLIW), work enhancement of personal life (WEPL), and personal life enhancement of work (PLEW) dimensions. Commitment to change comprised of affective commitment to change, continuance commitment to change, and normative commitment to change dimensions. This study used Commitment to Change Inventory (Herscovitch & Meyer, 2002) and Work/Nonwork Scale (Fisher et al., 2009) that had been adapted by Khairan (2015) and Askandar (2011). This study used 112 employees who work at digital-based startup company as a sample. Results indicated there was a significant relationship between WEPL and normative commitment to change (r = 0,24, p < 0,05). Results of this study could contribute to company as a consideration to attend to work-life balance, since it was related to employee commitment to change."
2016
S63297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung Ismail
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah job insecurity berhubungan dengan komitmen perubahan dan dimensi komitmen perubahan pada karyawan perusahaan rintisan berbasis digital. Partisipan penelitian meliputi 112 karyawan yang bekerja pada perusahaan rintisan (startup) berbasis digital (web, aplikasi, dll) yang berasal dari Indonesia dan sudah berdiri antara satu hingga lima tahun. Komitmen perubahan diukur menggunakan kuesioner yang diadaptasi berdasarkan Commitment to Change Inventory. Job insecurity diukur dengan menggunakan adaptasi Job Insecurity Scale. Hasil perhitungan Pearson correlation menunjukkan bahwa job insecurity tidak berhubungan signifikan terhadap komitmen perubahan (r= -0,02, p>0,05) dan komitmen perubahan normatif (r= -0,09, p>0,05). Selain itu job insecurity ditemukan berhubungan negatif signifikan dengan komitmen perubahan afektif (r= -0,29, p<0,01) dan positif signifikan dengan komitmen perubahan kontinuans (r= 0,29, p<0,01). Hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan rintisan berbasis digital untuk memerhatikan job insecurity sebagai faktor yang berkaitan dengan komitmen perubahan afektif dan kontinuans.

This study aimed to see whether job insecurity was related to commitment to change and commitment to change dimensions in digital-based startup company employees. Study participants was comprised of 112 employees who worked in a digital-based startup company (web, application, etc.) that originated from Indonesia and was established between one to five years. Commitment to change was measured using questionnaire adapted based on Commitment to Change Inventory. Job insecurity was measured using the adaptation of Job Insecurity Scale). Pearson Correlation calculation results showed that job insecurity were not significantly related to commitment to change (r= -0,02, p>0,05) and normative commitment to change (r = -0,09, p> 0,05). Furthermore, job insecurity was found significantly negatively related with affective commitment to change (r = -0,29, p <0,01) and significantly positive with continuance commitment to change (r = 0,29, p <0,01). The results of the study could give digital-based startups consideration to give attention to job insecurity as one of the factors that related to affective and continuance commitment to change."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diajeng Tri Padya, athor
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi saat ini tidak hanya berisi informasi positif, informasi yang negatif pun mudah diperoleh melalui media internet. Untuk mengatasi dampak negatif yaitu gambar pornografi, salah satunya adalah pemfilteran gambar porno. Disini penulis mencoba menerapkan pengenalan pola untuk mengklasifikasi apakah gambar itu termasuk porno atau non porno. Proses klasifikasi konten gambar porno dilakukan melalui tiga tahapan utama. Pada tahap awal dilakukan pra-proses untuk memodifikasi resolusi data kualitas citra dilanjutkan dengan ekstraksi fitur menggunakan dekomposisi wavelet haar bertingkat tiga dan empat agar ukuran citra tidak terlalu besar. Setelah itu dilakukan proses reduksi dimensi menggunakan Principal Component Analysis (PCA). PCA menentukan komponen penting dari citra dengan melihat dari varians yang direpresentasikan oleh nilai eigen, sehingga jumlah komponen yang akan dimasukkan ke proses pembelajaran tidak terlalu banyak, untuk menghindari curse of dimentionality. Baru setelah itu dilakukan proses klasifikasi. Pada penelitian ini telah dilakukan perbandingan algoritma SVM dengan BP untuk klasifikasi konten gambar porno. Untuk proses ekstraksi ciri digunakan metode wavelet pada masing-masing kedua metode tersebut. Pada penelitian ini digunakan 60 data uji, masing-masing 30 citra untuk kelas porno dan non porno. Tingkat akurasi yang diperoleh dengan menggunakan metode SVM lebih tinggi dibandingkan BP, yaitu 88,33% dan 86,67%.

ABSTRACT
Nowadays the development of technology is not only containing positive information, but also negative information that has easy accesses through the Internet. To overcome the negative impact of images of pornography, one of which is the filtering of pornographic images. By this writing, the author tries to apply recognition patterns to classify whether an image is pornography or not. Pornographyc image content classification process is going through four main step. First is pre-processing to modify resolution the image quality then is feature extraction using level 3 and 4 haar wavelet decomposition, so that the image is not too big. Second is dimentionality reduction using Principal Component Analysis (PCA). PCA determine the principal component of the image from variances, which represented by eigen value. So the component that will be used in learning step is much fewer, to avoid the curse of dimentionality. And the last step is classification process. This study was performed to compare SVM method with BP method for classification of image is pornography or not. For feature extraction uses wavelet method, and each of the two methods. This study made use of 60 test data, each of 30 images for porn and non-porn class. The accuracy obtained by SVM higher than BP, with 88,33% and 86,77%."
2016
S63224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Novelia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara work/life balance dan komitmen berorganisasi pada pegawai perempuan. Partisipan dalam penelitian ini adalah pegawai perempuan tetap yang sudah bekerja minimal 1 tahun pada perusahaan X. Untuk melihat hubungan antara dua variabel, peneliti menggunakan teknik multiple correlation. Sampel dari penelitian ini berjumlah 87 pegawai perempuan dengan menggunakan accidental sampling. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara work/life balance dan komitmen berorganisasi pada pegawai perempuan (r=0.274, p>0.05).

This study investigated the correlation between work/life balance and organizational commitment among women employee. Participants were women employee with at least one year working in the X Company. The samples of this study were 87 women employee by accidental sampling. To see the correlation, researcher using multiple correlation. The result show that there is no significant correlation between work/life balance and organizational commitment among women employee (r=0.274, p>0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Fudia Hanamici
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gaya kepemimpinan otentik dengan komitmen afektif dan normatif terhadap perubahan pada karyawan perusahaan rintisan berbasis digital. Pengukuran gaya kepemimpinan otentik dilakukan dengan menggunakan Authentic Leadership Questionnaire (ALQ). Pada variabel komitmen afektif dan normatif terhadap perubahan, pengukuran dilakukan dengan mengambil dimensi komitmen afektif terhadap perubahan dan dimensi komitmen normatif terhadap perubahan pada alat ukur Commitment to Change inventory (CCI). Studi ini diikuti oleh 113 partisipan dari berbagai perusahaan rintisan berbasis digital di Indonesia. Melalui teknik pearson correlation hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan otentik dengan komitmen afektif terhadap perubahan (r = 0,46, p < 0,05, two-tailed) dan komitmen normatif terhadap perubahan (r = 0,35, p < 0,05, two-tailed) pada karyawan perusahaan rintisan berbasis digital. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan rintisan berbasis digital di Indonesia untuk mengembangkan gaya kepemimpinan otentik untuk meningkatkan komitmen afektif dan normatif terhadap perubahan.

This study was conducted to see the relationship between authentic leadership style with affective commitment to change and the normative commitment to change in start-up digital based?s employee. Authentic leadership style measured with Authentic Leadership Questionnaire (ALQ). The variable of affective commitment to change and normative commitment to change measured by taking the dimensions of affective commitment to change and normative of commitment to change from Commitment to Change inventory. Participants of this study consist of 113 employees from a variety of start-up digital based in Indonesia. Using the Pearson correlation technique results from this study showed that there is a positive and significant relationship between authentic leadership with affective commitment to change (r = 0,46, p < 0,05, two-tailed) and normative commitment to change (r = 0,35, p < 0,05, two-tailed) in start-up digital based?s employees. The results of this study could give consideration for digital-based startup in Indonesia to develop authentic leadership style to increase affective and normative commitment to change."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katiandagho, Charen Nataly
"Kemampuan digital workers dalam mengerjakan pekerjaan kapan pun dan di mana pun memiliki dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah masalah keseimbangan antarperan (lack of work-life balance). Menurut beberapa penelitian, salah satu variabel yang berkorelasi positif dengan work-life balance adalah trait mindfulness. Akan tetapi, sebagian besar penelitian sebelumnya hanya meneliti mindfulness dengan work-family balance saja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara trait mindfulness dengan work-life balance, sebagai bentuk lebih luas dari work-family balance, pada digital workers. Work-life balance adalah variabel multidimensional yang memiliki empat dimensi, yaitu Work Interference with Personal Life (WIPL), Personal Life Interference with Work (PLIW), Work Enhancement of Personal Life (WEPL), dan Personal Life Enhancement of Work (PLEW). Alat ukur yang digunakan adalah Mindfulness Attention Awareness Scale (Brown & Ryan, 2003) yang telah diadaptasi oleh Rizky (2018) dan Work/Nonwork Scale (Fisher, 2001; Fisher et al., 2009) yang telah digunakan oleh Gupitararas (2016). Data penelitian ini berasal dari 155 digital workers yang bekerja secara full time. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara trait mindfulness dengan WIPL, PLIW, PLEW, tetapi tidak menunjukkan hubungan antara trait mindfulness dengan WEPL. Berdasarkan hasil ini, baik perusahaan maupun digital workers dapat mempertimbangkan trait mindfulness sebagai cara untuk mencapai work-life balance.

The ability of digital workers to work anytime and anywhere has positive and negative impacts. One of the negative impacts is lack of work-life balance. According to several studies, one of the variables that is positively correlated with work-life balance is trait mindfulness. However, most previous studies have only examined mindfulness with work-family balance. Therefore, this study aims to examine the relationship between trait mindfulness and work-life balance, as a broader variable than work-family balance, in digital workers. Work-life balance is a multidimensional variable that has four dimensions, namely Work Interference with Personal Life (WIPL), Personal Life Interference with Work (PLIW), Work Enhancement of Personal Life (WEPL), and Personal Life Enhancement of Work (PLEW). Instruments used in this study are Mindfulness Attention Awareness Scale (Brown & Ryan, 2003) which had been adapted by Rizky (2018) and the Work/Nonwork Scale (Fisher, 2001; Fisher et al., 2009) which had been adapted by Gupitararas (2016). This research data comes from 155 digital workers who work full time. The results of this study indicate that there is a significant relationship between trait mindfulness and WIPL, PLIW, PLEW, but did not show a relationship between the trait mindfulness and WEPL. Based on these results, both companies and digital workers can consider trait mindfulness as a way to achieve work-life balance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Febri Koriyani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Budaya dalam Organisasi
dengan Komitmen Afektif terhadap Perubahan pada Perusahaan Rintisan Berbasis
Digital. 113 responden dari berbagai perusahaan rintisan berbasis digital terlibat dalam
penelitian ini. Alat ukur yang digunakan untuk Budaya dalam Organisasi adalah
Organizational Culture Survey (OCS) yang dikembangkan oleh Glaser, Zamanou, dan
Hacker (1987), sementara Komitmen Afektif terhadap Perubahan Commitmen To Change Inventory (CTC Inventory) yang dikembangk anm eonleghg uMnaekyaenr
dan Herscovitch (2002) dengan hanya mengambil dimensi dari Komitmen Afektif
terhadap Perubahan. Kedua alat ukur tersebut sebelumnya telah di adaptasi ke dalam
aBnathaaras aa Inntadroan eBsuiad.a Hyaa sdial ldaamri Opergnaenliitsiaansi mdeennguannju Kkkoamni atmdaenny Aa fheukbtuifn tgearnh aydaanpg Pseigrunbifaihkaann
(r= 0,440, p<0,01). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara setiap 6 komponen Budaya dalam Organisasi (Kerja tim & Konflik,
Nuansa dan Moral, Alur Informasi, Keterlibatan, Supervisi, dan Rapat) dengan
Komitmen Afektif terhadap Perubahan. Penelitian ini diharapkan akan membantu
perusahan-perusahaan rintisan berbasis digital untuk memahami variabel Budaya
dalam organisasi maupun komponen-komponennya yang berhubungan dengan
Komitmen Afektif, sehingga implementasi perubahan akan berhasil.

ABSTRACT
Commitment to Change in Digital Based Start-up. 113 Participants were involved in
thi study. The measurement tools used in this study is the Organizational Culture
Siurvey developed by Glaser, Zamanou, and Hacker (1987) Change Inventory (CTC Inventory) developed by Meyer and H earnsdc otvhietc hC (o2m0m02i)t.m Feonrt
the purpose of measuring Affective Commitment to Change, only items from this
dimension are used to measure Affective Commitment to Change. The Measurement
tools were adapted into Bahasa Indonesia for better understanding. This study showed
that there is a significant relationship between Organizational Culture and Affective
Commitment to Change (r= 0,440, p<0,01).. Furthermore, this study also found that
every component form Organizational Culture (Teamwork & Conflict, Climate &
aMnodr aslieg,n Iifnivcoanlvtleym ceonrtr, eIlnaftoedrm taot iAonff eFclotiwve, SCuopmermviitsmioenn, ta tnod Cmheaentgineg. sF) raorme atlhl ep roessiutilvt eolyf
this study, hopefully start-up companies can understand more about Organizational
culture or it
of change implementations."
2016
S63246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa`atul Mahmudah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara work-life balance dan career advancement potential pada perempuan bekerja. Pengukuran work-life balance menggunakan alat ukur work-life balance yang dikembangkan oleh Fisher, Bulger, dan Smith (2009) dan pengukuran career advancement potential menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Heimler (2010). Berdasarkan data dari 87 perempuan bekerja di PT.XYZ, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara work-life balance dan career advancement potential (r=0,50, p< 0,05).

This research was conducted to find the relationship between work-life balance and career advancement potential among employed women. Work-life balance among employed women was measured by work-life balance measurement that developed by Fisher, Bulger, and Smith (2009), while career advancement potential among employed women was measured by career advancement potential scale that developed by Heimler (2010). Based on data from a sample of 87 employed women at PT. XYZ, result of this research revealed that work-life balance was positively significantly related to career advancement potential (r=0,50, p<0,05)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haloho, Felicia Juliana
"Tingginya angka turnover pada suatu organisasi adalah salah satu isu yang krusial. Turnover dapat mengganggu stabilitas perusahaan dan memengaruhi produktivitas perusahaan. PT X yang bergerak dalam bidang agribisnis kelapa sawit saat ini sedang mengalami penurunan laba sebesar 1,3% yang diakibatkan oleh tingginya tingkat turnover yang terjadi pada perusahaan tersebut. Tingkat turnover pada karyawan PT X mencapai angka 15,2% dimana angka ini lebih tinggi dari rata-rata turnover pada industri sejenis yang hanya berkisar 9,89 %. Adapun turnover yang terjadi tampaknya dipengaruhi oleh kondisi work-life balance dan job embeddedness. Penelitian ini menggunakan teori COR untuk melihat peran job embeddedness sebagai mediator pada hubungan antara work-life balance dan turnover intention. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara daring dengan total responden sebesar 117 orang. Metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Data dianalisis dengan analisis regresi menggunakan PROCESS macro for SPSS dan SAS. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa work-life balance memiliki hubungan yang signifikan dengan turnover intention, dan hubungan work-life balance dengan turnover intention dimediasi secara penuh oleh job embeddedness. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi industri agribisnis kelapa sawit lainnya karena tingkat turnover intention dapat dikurangi dengan mendorong work-life balance untuk meningkatkan job embeddedness
The high turnover rate in an organization is one of the crucial issues. Turnover can disrupt company stability and affect company productivity. PT X, which is engaged in the palm oil agribusiness sector, is currently experiencing a decline in profits of 1.3% due to the high turnover rate that occurred at the company. The turnover rate for PT X employees reached 15.2%, which is higher than the average turnover in similar industries, which was only 9.89%. The turnover that occurs seems to be influenced by conditions of work-life balance and job embeddedness. This study uses the COR theory to see the role of job embeddedness as a mediator on the relationship between work-life balance and turnover intention. The data were collected using a questionnaire distributed online with a total of 117 respondents. The sampling method used was convenience sampling. Data were analyzed by regression analysis using PROCESS macro for SPSS and SAS. The results of this study indicate that work-life balance has a significant relationship with turnover intention, and that the relationship between work-life balance and turnover intention is fully mediated by job embeddedness. The results of this study are expected to be useful for other palm oil agribusiness industries because the level of turnover intention can be reduced by encouraging work-life balance to increase job embeddedness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asiah Cantika
"Kepuasan hidup karyawan Generasi Y merupakan hal yang penting untuk dijaga karena banyaknya jumlah karyawan Generasi Y di angkatan kerja Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara work-life balance dengan kepuasan hidup pada karyawan Generasi Y. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat ukur Satisfaction with Life Scale untuk mengukur kepuasan hidup, dan Work / Non Work Scale untuk mengukur work-life balance. . Penelitian ini dilakukan pada 109 karyawan Generasi Y yang saat ini bekerja minimal enam bulan di perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan hidup karyawan Generasi Y akan meningkat jika dua dimensi work-life balance, peningkatan kehidupan pribadi kerja dan peningkatan kehidupan pribadi peningkatan pekerjaan meningkat. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa kepuasan hidup pada karyawan Generasi Y tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan dua dimensi work-life balance, gangguan kerja dengan kehidupan pribadi dan gangguan kehidupan pribadi dengan pekerjaan.

The life satisfaction of Generation Y employees is an important thing to maintain because of the large number of Generation Y employees in the Indonesian workforce. This study aims to see the relationship between work-life balance and life satisfaction in Generation Y employees. This research is a quantitative study that uses the Satisfaction with Life Scale measurement tool to measure life satisfaction, and the Work / Non Work Scale to measure work-life balance. . This research was conducted on 109 Generation Y employees who currently work for at least six months at the company. The results of this study indicate that the life satisfaction of Generation Y employees will increase if the two dimensions of work-life balance, an increase in personal work life and an increase in personal life increase in work. The results of this study also found that life satisfaction among Generation Y employees did not have a significant relationship with the two dimensions of work-life balance, disruption of work with personal life and disruption of personal life with work."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>