Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158947 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutahaean, Viana
"ABSTRAK
Temporal term merupakan jenis kosakata yang menunjukkan jarak dan urutan waktu terjadinya peristiwa. Melalui pemahaman temporal term, dapat diketahui pemahaman konsep waktu seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbedaan pemahaman temporal term pada anak bilingual dan monolingual anak usia 4 hingga 5 tahun. Pengukuran pemahaman temporal term menggunakan alat ukur yang telah dikembangkan oleh peneliti berdasarkan penelitian Grant dan Suddendorf (2011) serta Utami (2014). Karakteristik bilingual dan monolingual dikontrol dengan self-report dari orangtua. Responden penelitian sebanyak 81 anak yang terdiri dari 40 anak bilingual dan 41 anak monolingual. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis null penelitian ditolak (t=-3,499, p < 0.05) pada temporal term yang mengarah ke masa depan, yang berarti terdapat perbedaan antara pemahaman temporal term yang mengarah ke masa depan pada anak bilingual dan monolingual. Penelitian ini juga menunjukan bahwa faktor usia merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling kuat dalam pemahaman temporal term. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kemampuan anak bilingual dan monolingual dalam memahami konsep waktu.

ABSTRACT
Temporal term refers to group of words that describe distance and sequence of an event. Someone?s concept of time can be determined through temporal term. This study aimed to find if there is also a difference in temporal term between bilingual and monolingual children age 4-5 years old. In present study, temporal term measured by an instrument that already improved from previous studies (Grant and Suddendorf (2011) and Utami (2014). Bilingual and monolingual characteristic is determined from parent?s self-report. Total 81 children, 40 bilingual children and 41 monolingual children, participate in this study. Null hypothesis is rejected (t=-3,499, p < 0.05) for temporal term that refer to the future. This study also find that age is a dominant factor in children to understand the temporal term. The study result can provide information regarding bilingual and monolingual children?s ability to understand the concept of time"
2016
S64886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listiyani Wahyuningsih
"ABSTRAK
Theory of Mind merupakan dasar yang penting untuk perkembangan kompetensi sosial anak.Selain itu, Theory of Mind juga dibutuhkan dalam pencapaian prestasi akademik anak di sekolah. Seiring dengan adanya globalisasi, di Indonesia banyak berdiri sekolah dengan program bilingual (sekolah yang menggunakan dua bahasa), dan banyak diberikan kepada anak bahkan sejak usia dini. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa bahasa merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap Theory of Mind anak. Perbedaan jumlah bahasa juga dianggap berpengaruh terhadap perolehan Theory of Mind anak, karena ada perbedaan kemampuan pemahaman kosakata dan kemampuan metalinguistic antara anak monolingual dan bilingual. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan perolehan Theory of Mind anak monolingual (Indonesia) dan bilingual (Indonesia-Inggris). Lima konsep Theory of Mind task diujikan kepada 55 anak monolingual dan 55 anak bilingual usia prasekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada perolehan skor keseluruhan antara anak monolingual dan bilingual (t = 1,210, p<0,05). Akan tetapi, pada pengukuran lima konsep Theory of Mind, terdapat perbedaan yang signifikan pada konsep hidden emotion antara anak monolingual dan bilingual, dimana anak monolingual lebih unggul dalam konsep hidden emotion dibandingkan anak bilingual (t =2,726, p<0,05).

ABSTRACT
Theory of Mind is an important fundamental for the development of social competence of children. In addition, Theory of Mind is also needed in the academic achievement of children in school. Along with globalization, in Indonesia established schools with bilingual programs (schools using two languages), and given to children even at an early age. Previous research states that language is one of the factors that influence children's Theory of Mind. Differences in the number of languages ​​is also considered influential on the acquisition of Theory of Mind children, because there are differences in the ability of understanding the vocabulary and metalinguistic ability between monolingual and bilingual children. Therefore, this study was conducted to see the difference of acquisition Theory of Mind between monolingual children (Indonesia) and bilingual children (Indonesian-English). Five Theory of Mind concept of task tested on 55 children 55 children monolingual and bilingual preschool. The results showed that there was no significant difference in the overall score gains between monolingual and bilingual children (t = 1.210, p <0.05). However, the measurement of five concepts Theory of Mind, there are significant differences in the concept of hidden emotion between monolingual and bilingual children, monolingual children superior in the concept of hidden emotion than the bilingual children (t = 2.726, p <0.05)."
2016
S62973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aufira Utami
"[ABSTRAK
Perkembangan kognitif manusia mengalami perkembangan yang pesat pada usia 3-5 tahun. Perkembangan kognitif yang terjadi pada rentang usia tersebut antara lain adalah pemahaman mengenai konsep waktu. Dalam kehidupan manusia, perkembangan pemahaman konsep waktu termanifestasi dalam dua bentuk yaitu kemampuan mengingat masa lalu dan memprediksi masa depan, yang disebut dengan Mental Time Travel, dan kemampuan Bahasa khususnya pada pemahaman terhadap temporal term. Kedua kemampuan ini berkembang secara bersamaan sehingga diduga terdapat hubungan antara perkembangan keduanya pada rentang usia 3-5 tahun. Untuk melihat hubungan perkembangan mental time travel dan pemahaman temporal term, dilakukan eksperimen menggunakan box task dan puppet task sebagai alat ukur mental time travel dan empat pertanyaan yang masing-masing memuat 1 jenis temporal term. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kemampuan mental time travel berhubungan positif dengan pemahaman temporal term ke masa depan, khususnya kata ?nanti? dengan nilai korelasi sebesar 0,232.

ABSTRACT
Human cognition develops rapidly between the age of 3-5. One of the cognitive ability that develops in that age is the understanding of temporal dimension. In daily life, developmental of temporal dimension understanding manifested in two things, mental time travel ability and language ability especially comprehension of temporal term. Both ability are develop altogether is this developmental period, therefore their development are assumed to be correlated to each other. In order to see how mental time travel ability correlated to comprehension of temporal term, researcher did experiment using box task and puppet task to asses mental time travel ability, and four questions each consists one kind of temporal term. Data analysis shown that mental time travel ability positively correlated to comprehension of temporal term to the future, especially term ?nanti? (later today) with correlation value 0,232.;Human cognition develops rapidly between the age of 3-5. One of the cognitive ability that develops in that age is the understanding of temporal dimension. In daily life, developmental of temporal dimension understanding manifested in two things, mental time travel ability and language ability especially comprehension of temporal term. Both ability are develop altogether is this developmental period, therefore their development are assumed to be correlated to each other. In order to see how mental time travel ability correlated to comprehension of temporal term, researcher did experiment using box task and puppet task to asses mental time travel ability, and four questions each consists one kind of temporal term. Data analysis shown that mental time travel ability positively correlated to comprehension of temporal term to the future, especially term ?nanti? (later today) with correlation value 0,232., Human cognition develops rapidly between the age of 3-5. One of the cognitive ability that develops in that age is the understanding of temporal dimension. In daily life, developmental of temporal dimension understanding manifested in two things, mental time travel ability and language ability especially comprehension of temporal term. Both ability are develop altogether is this developmental period, therefore their development are assumed to be correlated to each other. In order to see how mental time travel ability correlated to comprehension of temporal term, researcher did experiment using box task and puppet task to asses mental time travel ability, and four questions each consists one kind of temporal term. Data analysis shown that mental time travel ability positively correlated to comprehension of temporal term to the future, especially term “nanti” (later today) with correlation value 0,232.]"
2015
T43158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ratna Dewi Tunjung Puspasari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai hubungan antara bilingual dan metalinguistic awareness terhadap kemampuan pemahaman bacaan anak kelas dua sekolah dasar. Penelitian ini dilaksanakan pada dua SD di Bintaro, yaitu SD Global Jaya dan SD Pembangunan Jaya. Diteliti pula mengenai kemungkinan adanya perbedaan metalinguistic awareness dan pemahaman bacaan antara anak bilingual dan monolingual.
Subyek penelitian di pilih dengan menggunakan teknik Incidental Sampling yaitu memilih anak bilingual berdasarkan skor hasil observasi English as A Second Language Scale ( 105 - 140 ) dan skala observasi kemampuan
bahasa Indonesia ( 140 - 175 ). Dari 155 anak kelas ll Sekolah Dasar, jumlah subyek bilingual dominan bahasa Indonesia adalah 60 orang dan 60 orang monolingual.
Kemampuan bilingual diukur dengan instrumen English as A Second Language Scale dan skor Skala Observasi Kemampuan Bahasa Indonesia, sedangkan Metalinguistic Awareness siswa diukur dengan Tes Melalinguistic Awareness yang disusun sendiri, Serta Language Objeclivigv Test konstruksi
Cummins yang dimodifikasi. Tes Kemampuan metlinguistic awareness meliputi dimensi metefonology awareness dan melasyntactic awareness, dimensi metasemanric awareness. Data kemampuan pemahaman bacaan didapat dari skor
hasil tes pemahaman bacaan yang disusun oleh C.Thorne kemudian dimodifikasi untuk kesesuaian penelitian. Tes pemahaman bacaan meliputi dimensi pemahaman kata pemahaman kalimat, pemahaman literal dan pemahaman inferensial.
Sebelum digunakan , alat ukur penelitian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan Teknik Korelasi Pearson Product Moment dan Teknik Alpha Cronbach. Analisa data menggunakan Teknik Korelasi Pearson Product
Moment Regresi Berganda dan Uji T.
Hasil penelitian menunjukkan adanyl hubungan pusitif antara kemampuan bilingual dan Metalinguistic Awareness terhadap kemampuan pemahaman bacaan baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Besar sumbangan efektif dari
kedua variabel bebas tersebut adalah 73,5 % . Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa ada perbedaan metalinguiszic awarenes dan kernampuan pemahaman bacaan antara siswa bilingual dominan bahasa Indonesia dengan siswa monolingual bahasa Indonesia. Anak bilingual memiliki kemampuan yang lebih tinggi pada metalinguistic awarenes dan pemahaman hacaan dari pada anak monolingual.
Berikutnya ditemukan pula bahwa pada anak yang memiliki metalinguistic awarenes di atas rata-ata tampak adanya perbedaan pemahaman bacaan yang tinggi antara anak bilingual dari anak monolingual. Tidak demikian halnya bila pemahaman bacaan dilihat dari kemampuan metalinguistic awarenes dibawah rata-rata tidak didapat adanya perbedaan yang signifikan.
Ditemukan perbedaan pemahaman bacaan puda anak bilingual bila dilihat dari kadar metalinguistic awarenes yang berbeda dimana pemahaman bacaan anak bilingual lebih tinggi dibandingkan monolingual.
Pada anak bilingual tcerlihat perbedaan yang cukup besar jika dibandingkan berdasarkan tingkat. kemampuan metalinguistic awarenes. Namun pada anak monolingual tidak terdapat perbedaan pemahaman bacaan yang signifikan bila kemampuan metalinguistic awarenes di atas rata-rata diperbandingkan dengan anak berkemampuan metalinguistic awarenes di bawah rata-rata.
Untuk penelitian selanjutnya perlu diupayakan antara lain pengambilan subyek yang lebih luas, penyusunan instrumen yang lebih baik, serta pengukuran aspek-aspek lain yang mungkin mempengaruhi kemampuan pemahaman bacaan
anak bilingual. Dapat pula dilakukan perbandingan antra kemampuan metalinguistic awareness anak monolingual bahasa Indonesia, monolingual bahasa Inggris, bilingual dominansi bahasa Indonesia, bilingual dominan bahasa Inggris dan bilingual seimbang. Serta bagaimana pengaruhnya pada kemampuan pemahaman bacaan mereka.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Akbar Syahputra
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran pemahaman terhadap konsep dasar dari Ann Boehm pada anak-anak dengan usia 4 tahun 0 bulan – 5 tahun 11 bulan. Partisipan penelitian ini terdiri dari 100 anak dengan tingkat pendidikan TK A dan TK B dengan rentang usia 4 tahun 0 bulan - 5 tahun 11 bulan di TKIT Darul Ma’arif dan TKIT Al Manar. Penelitian menggunakan alat ukur BOEHM-3 Preschool yang dikembangkan oleh Ann Boehm dan dilakukan adatasi kedalam bahasa Indonesia oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada usia 4 tahun 0 bulan - 5 tahun 11 bulan tersebut berada pada tingkat 2, yaitu anak-anak pada usia ini sudah memiliki pemahaman terhadap konsep dasar yang baik, tetapi masih terdapat beberapa konsep kunci yang masih perlu dikembangkan. Selain itu, ditemukan juga bahwa semakin tinggi usia anak maka semakin baik pemahaman terhadap konsep dasarnya tersebut.

The research was conducted to see the description of understanding of Ann Boehm basic concepts on children age 4 years and 0 months old – 5 years and 11 months old. The participants in this research were 100 children with a level of education at TK A and TK B with age from 4 years and 0 months old - 5 years and 11 months old in Darul Ma’arif Islamic Kindergarten and Al Manar Islamic Kindergarten. The research used BOEHM-3 Preschool which is developed by Ann Boehm herself as the instrument, and adapted to Indonesian language. The result show that children at age 4 years and 0 months old - 5 years and 11 months old are at level 2, which means that the children on this age knows many of the basic concepts, but lacks understanding of some key concepts. It is also found that the older the age of the children, the better the understanding of the basic concept."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korifanny Petrisia
"ABSTRAK
Meningkatnya jumlah anak-anak sebagai pelaku beberapa tindak kejahatan memperlihatkan bahwa anak membutuhkan empati sebagai penyangga perilaku. Pemahaman empati akan membantu anak memahami apa yang dirasakan oleh orang lain sehingga akan peka saat melakukan sebuah perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program pembacaan buku cerita bergambar untuk meningkatkan pemahaman empati anak usia 3-4 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Empathy Scale for Children ESC . Disain penelitian ini adalah one group pre-test-post-test design. Metode pembacaan yang digunakan adalah dialogic reading, yang merupakan metode pembacaan cerita interaktif dengan tanya jawab antara pembaca cerita dengan anak. Pembacaan cerita menggunakan 4 buku cerita bergambar yang bercerita mengenai perasaan senang, sedih, marah dan takut. Pembacaan cerita dilakukan selama 4 hari pada TK XY, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat dengan total partisipan sebanyak 29. Analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan buku cerita bergambar dengan dialogic reading secara signifikan meningkatkan pemahaman empati anak usia 3-4 tahun. Untuk penelitian selanjutnya, dapat melakukan checklist perilaku sebelum dan sesudah intervensi atau melakukan pembacaan buku cerita secara individu dengan orang tua atau guru.

ABSTRACT
The increasing number of children as offenders shows that children need empathy as buffer for their behavior. Empathy understanding will help children to have perspectives of what other people feel, hence children will have some consideration before act. The aim of this research is to test the effectiveness of picture storybook with dialogic reading to develop empathy understanding of children age 3 4 years old. The effectiveness of picture storybook with dialogic reading is measured using Empathy Scale for Children ESC . The Research design is one group pre test post test design. This research using dialogic reading as the reading method, which is interactive reading method between the storyteller and children. The storytelling use 4 picture storybooks each about happy, sad, anger and scare that conducted for 4 days at XY Kindergarten, Payakumbuh, West Sumatra. The statistical results demonstrate that there is significant difference at children rsquo s empathy understanding score before and after the book reading. For further research, can do the behavior checklist before and after the intervention or do one to one book reading with teacher or parent."
2017
T49688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarrah Hasyim Abdullah
"ABSTRAK
Pengembangan empati merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi munculnya masalah perilaku sosial seperti perilaku agresif. Penelitian ini membahas mengenai program intervensi kegiatan bercerita menggunakan puppetry untuk meningkatkan pemahaman empati anak usia 5-6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas dari kegiatan bercerita dengan menggunakan puppetrydalam meningkatkan pemahaman empati pada anak usia 5-6 tahun. Partisipan pada penelitian ini terdiri dari 11 siswa di PAUD X. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Emosi Dasar-Anak Usia Dini (ED-AUD) yang di adaptasi dari alat ukur Bryant Empathy Scales for Children (Bryant, 1982) dan sistem skoring yang digunakan adalah Empathy Scoring System yang dikembangkan oleh Strayer (1993). Desain penelitian ini adalah One Group Pre-Test-Post Test Design. Kegiatan bercerita dilakukan dengan hand puppet dan stick puppet yang dilakukan selama 5 sesi. Pembuatan cerita dilakukan dengan mempertimbangkan aspek empati mengenai 4 emosi dasar, yaitu senang, marah, sedih, dan takut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan bercerita dengan puppetry secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman empati anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan mengukur tingkah laku empati ataupun dengan menggunakan kelompok kontrol.

ABSTRACT
Empathy development is a program that can be done to overcome the emergence of social behavior problems such as aggressive behavior. This study discusses the intervention program of storytelling activities using puppetry to increase empathy understanding of children aged 5-6 years. The purpose of this study is to look at the effectiveness of storytelling activities using puppetry in increasing empathy understanding in children aged 5-6 years. Participants in this study consisted of 11 students in PAUD X. Measuring instruments used in this study were Basic Emotions-Early Childhood (ED-AUD) adapted from the Bryant Empathy Scales for Children (Bryant, 1982) and the scoring system used is the Empathy Scoring System developed by Strayer (1993). The design of this research is One Group Pre-Test-Post Test Design. Storytelling activities were carried out with hand puppets and stick puppets conducted for 5 sessions. The making of the story is done by considering aspects of empathy regarding the 4 basic emotions, which are happy, angry, sad, and afraid. The results showed that storytelling activities with puppetry could significantly increase empathy understanding for children aged 5-6 years. This research can be developed by measuring empathy behavior or by using a control group."
2019
T55323
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sistha Widyaresmi
"Mental-state yang dipergunakan oleh ibu merupakan faktor yang penting dalam perkembangan theory of mind pada anak. Meskipun demikian, penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai mental-state dan theory of mind, hanya berfokus pada komponen false belief. Padahal dalam theory of mind, false belief hanyalah salah satu dari enam komponen yang ada. Selain itu, komunikasi tidak hanya terjadi antara ibu dan anak, melainkan juga komunikasi juga terjadi dalam sistem keluarga. Sejauh ini, masih sedikit penelitian yang mempelajari peran pola komunikasi keluarga dan penggunaan mental-state term ibu secara bersamaan dalam kaitan pemahaman theory of mind anak usia 5-6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi kontribusi mental-state term dan pola komunikasi keluarga terhadap pemahaman theory of mind anak usia 5-6 tahun. Sebanyak 104 ibu dan anak mengikutikegiatan penelitian ini. Kemampuan theory of mind anak diukur melalui 6 komponen theory of mind dengan metode tanya jawab, sedangkan penggunaan mental state term ibu dan pola komunikasi keluarga diukur menggunakan kuesioner. Mental-state term ibu dan pola komunikasi keluarga conversation orientation memprediksi pemahaman theory of mind anak, dengan mengontrol variabel usia anak dan interval pendidikan ibu. Di sisi lain pola komunikasi keluarga conformity orientation tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman theory of mind anak. Penelitian ini memberikan informasi penting mengenai pentingnya penggunaan mental-state term dan menerapkan pola komunikasi keluarga yang tepat terhadap pemahaman theory of mind anak di periode usia 5-6 tahun.

Mother rsquo s mental state is one of crucial factors in the children rsquo s theory of mind understanding. Nonetheless, numerous research related to children rsquo s theory of mind understanding, had focused only on the false belief domain. Whereas in theory of mind, false belief is one of six component. Other than that communication not only between mother and children interaction, but also in family system. On top of that, there is still a limited number of studies covering the up rearing of both family communication pattern and mother rsquo s mental state term in relation to the children rsquo s theory of mind understanding. The current study investigated the contribution of mother rsquo s mental state term and family communication pattern to theory of mind understanding among 5 6 years old children. 104 mothers and children are participated in this study. Children rsquo s theory of mind understanding were measuring using 6 component of theory of mind, while mother rsquo s mental state term and family communication pattern was measuring by questionnaire. It was revealed that mother rsquo s mental state term and family communication pattern conversation orientation could predict children rsquo s theory of mind understanding, taking into account their age and mother rsquo s interval of education. On the other hand, family communication pattern conformity orientation had no significant contribution to children rsquo s theory of mind understanding. This study gave new insight regarding the importance of using mental state term and applying an appropriate pattern to theory of mind understanding at 5 6 years old children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>