Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Egi Priyenti Andreani
"ABSTRAK
Angka kejadian sindrom pramenstruasi pada perempuan usia reproduksi cukup tinggi. Namun, penyebab pasti dari sindrom pramenstruasi masih belum diketahui secara pasti. Salah satu faktor yang dikatakan berpengaruh terhadap sindrom pramenstruasi adalah diet. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pola diet dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Desain penelitian adalah cross sectional dengan 101 sampel yang merupakan mahasiswi program sarjana reguler perwakilan dari setiap rumpun keilmuan di UI. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswi memiliki pola diet kurang dan tidak ada hubungan antara pola diet dengan kejadian sindrom pramenstruasi (p=0,320). Diharapkan perawat dapat memberikan edukasi tentang pola diet sehat dan mahasiswi dapat meningkatkan derajat kesehatan dengan menerapkan pola diet sehat.

ABSTRAK
Prevalence of premenstrual syndrome (PMS) in women of reproductive age is quite high. The exact aetiology of PMS is not known precisely. One of the factors that may contribute to PMS is dietary pattern. This study aims to determine the correlation between dietary pattern and PMS incident. The study design was cross sectional with 101 regular undergraduate program students that representing each group of science in UI, using consecutive sampling method. The result showed that most of the students have poor diet and no relationship between dietary pattern and PMS incident (p=0,320). Hopely, nurses can provide education about healthy diet and student can improve health status by applying a healthy diet"
2016
S64995
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destyana
"Siswa perempuan cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi, selain itu sebagian besar siswa perempuan juga mengalami gejala premenstrual syndrome (PMS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan hubungan antara stres akademik dan PMS pada mahasiswa tingkat akhir di Universitas Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel 356 mahasiswi melalui pengumpulan data online dengan angket Student-life Stress Inventory (SSI) dan Premenstrual Syndrome Scales (PMSS) serta analisis data kategorik. Stres akademik pada mahasiswi pada tahun terakhir cenderung memiliki tingkat stres atau derajat berat yang tinggi. Selain itu, sebagian besar siswi mengalami PMS sedang dan berat. Ada hubungan positif yang kuat antara stres akademik dan sindrom pramenstruasi pada mahasiswa program sarjana reguler di Universitas Indonesia (r = 0,765) (p <0,05). Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang stres akademik dan gejala sindrom pramenstruasi serta cara menanganinya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres dan PMS seperti latar belakang keluarga, tingkat ekonomi, religiusitas, dan koping pada mahasiswi.

Female students tend to have high stress levels, besides that most female students also experience symptoms of premenstrual syndrome (PMS). This study aims to determine the prevalence and relationship between academic stress and PMS in final year students at the University of Indonesia. The research design was cross sectional with a sample of 356 female students through online data collection using a Student-life Stress Inventory (SSI) questionnaire and Premenstrual Syndrome Scales (PMSS) and categorical data analysis. Academic stress in female students in the last year tends to have a high level of stress or degree of weight. In addition, most of the students experienced moderate and severe PMS. There is a strong positive relationship between academic stress and premenstrual syndrome in regular undergraduate students at the University of Indonesia (r = 0.765) (p <0.05). Students can increase knowledge about academic stress and symptoms of premenstrual syndrome and how to deal with it. Future research is expected to measure other factors that influence stress and PMS such as family background, economic level, religiosity, and coping in female students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Devita
"Sindrom pramenstruasi merupakan kumpulan gejala yang muncul pada fase luteal yang menyebabkan ketidaknyamanan serta penurunan kualitas hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi keluhan sindrom pramenstruasi adalah aktivitas fisik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan skor aktivitas fisik dengan keluhan sindrom pramenstruasi. Sampel penelitian adalah 104 anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Indonesia. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik Baecke dan Shortened Premenstrual Assessment Form. Hasil penelitian menunjukkan sebagian kecil mahasiswi mengalami sindrom pramenstruasi serta tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik total dan sindrom pramenstruasi, namun terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik olahraga dan sindrom pramenstruasi (r=- 0,230, p=0,019). Mahasiswi disarankan untuk melakukan aktivitas olahraga yang cukup dan teratur untuk mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi.

Premenstrual syndrome is the symptom which occurs in the luteal phase and cause discomfort and decrease life quality. One of the factors which contribute to premenstrual syndrome is physical activity. The purpose of this study was to determine the correlation between physical activities score and premenstrual syndrome. A sample of this study was 104 members of Unit of Student Activities. Data were collected using Shortened Premenstrual Assessment Form and Baecke physical activity questionnaire. The result showed a small number of students had premenstrual syndrome and there were no significant correlation between total physical activities and premenstrual syndrome, but there was a significant correlation between sport and premenstrual syndrome (r=-0,230; p=0,019). This study encourages students to do sport regularly and sufficiently to decrease premenstrual syndrome.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Setiawati Rahayu
"[ABSTRAK
Sindrom pramenstruasi merupakan sekumpulan gejala yang dirasakan 7-10 hari sebelum siklus
menstruasi, gejala yang sering dirasakan adalah perubahan mood, nyeri sendi atau otot, food
carving. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik sampling yang
digunakan adalah sensus, sehingga responden dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswi yang
terdaftar di program studi gizi dari angkatan 2011?2013. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa
sebagian besar mahasiswi Gizi FKM UI mengalami defisiensi zat gizi mikro, sedangkan hasil uji
hubungan antara asupan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi menyatakan beberapa asupan zat
gizi memiliki hasil yang signifikan dengan sindrom pramenstruasi yaitu, Protein (0.047),
Vitamin A (0.014), Vitamin B1 (0.000), Vitamin B2 (0.002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium
(0.000) dan Kalsium (0.000). adapun asupan zat gizi yang paling dominan memengaruhi sindrom
pramenstruasi adalah vitamin B1, mahasiswi yang memiliki asupan vitamin B1 yang cukup
memiliki resiko 61 kali lebih kecil mengalami sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan
mahasiswi yang mengalami defisiensi.

ABSTRACT
Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle,
which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many
more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the
census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of
force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student
Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient
intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with
premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000),
Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the
nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student
who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual
syndrome compared with students who are deficient;Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle,
which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many
more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the
census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of
force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student
Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient
intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with
premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000),
Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the
nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student
who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual
syndrome compared with students who are deficient, Premenstrual syndrome is a group of symptoms that is felt 7-10 days before the menstrual cycle,
which is often perceived symptoms are changes in mood, muscle pain, food carving and many
more. Design study in this research used cross-sectional with sampling technique used is the
census, so the respondents of this study are all female students enrolled in the course nutrition of
force from 2011 to 2013. From this study it can be seen that most of the FKM UI student
Nutritional deficiency of micronutrients, while the test results the relationship between nutrient
intake with premenstrual syndrome reveals some nutrient intake had significant results with
premenstrual syndrome, namely, Proteins (0047), Vitamin A (0014), Vitamin B1 (0.000),
Vitamin B2 (0002), Vitamin B6 (0.000), Magnesium (0000) and Calcium (0000). As for the
nutrient intake of the most dominant influence of premenstrual syndrome is vitamin B1, a student
who has a sufficient intake of vitamin B1 has a 61 times lower risk of experiencing premenstrual
syndrome compared with students who are deficient]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayatun Fil Ilmi
"ABSTRAK
Nama : Ayatun Fil IlmiProgram studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Faktor Dominan Gejala Premenstrual Syndrome padaMahasiswi Universitas IndonesiaPremenstrual syndrome merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi,yang dialami wanita pada 7-14 hari sebelum mentruasi akibat perubahanhormonal yang berhubungan dengan siklus ovulasi. Tujuan penelitian ini adalahmengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan gejala premenstrualsyndrome. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan tekniksampling consecutive sampling. Sampel penelitian berjumlah 130 mahasiswi yangberasal dari S1 reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Departemen ArsitekFakultas Teknik angkatan 2015/2016. Variabel yang diteliti terdiri dari gejalapremenstrual syndrome, tingkat stres, aktivitas fisik, asupan gizi mikro piridoksin, vitamin D, kalsium dan magnesium , pola tidur, dan status gizi. Hasilpenelitian menunjukan sebanyak 36,9 mahasiswi mengalami premenstrualsyndrome gejala sedang hingga berat. Terdapat hubungan yang signifikan antaratingkat stres p=0,001 , asupan piridoksin p=0,003 , asupan magnesium p=0,044 , pola tidur p=0,006 dengan gejala premenstrual syndrome. Faktoryang paling dominan terhadap premenstrual syndrome adalah pola tidur OR=3,580 , diikuti tingkat stres dan asupan piridoksin. Mahasiswi dengan polatidur yang buruk berisiko mengalami premenstrual syndrome 3,580 kali lebihtinggi dibandingkan dengan mahasiswi yang memiliki pola tidur yang baik.Disarankan pihak kampus dapat memberikan promosi kesehatan yangberhubungan dengan gejala premenstrual syndrome, pentingnya pola tidur yangbaik dan cukup, pengendalian stress, dan pentingnya asupan gizi mikro.Kata kunci : premenstrual syndrome, tingkat stress, aktivitas fisik, asupan gizimikro, pola tidur, status gizi

ABSTRACT
Name Ayatun Fil IlmiStudy Program Public HealthTitle The Dominant Factor of Premenstrual Syndrome Symptomin Female Student of Universitas IndonesiaPremenstrual syndrome is a complex of symptoms, including physic, phsycology,and emotion that is experienced by some women, 7 14 days before women rsquo speriod, it is cause by hormonal changes related to ovulation. The purpose of thisstudy was to determine the risk factors related to PMS. The research used crosssectional study design with sampling technique used consecutive sampling. Asample of this study was 130 student at FKM and Architecture Departement ofUniversitas Indonesia. Data collected include PMS occurrence, stress level,phsycal activities, intake of micronutrient pyridoxine, vitamin D, Ca, Mg , sleeppattern and nutritional status. The result showed 36,9 of subject had moderat tosevere PMS level. There was relationship between stress level p 0,001 ,pyridoxine intake p 0,003 , Mg intake p 0,044 , sleep patern p 0,006 withPMS. Sleep pattern OR 3,580 was the most dominant influence of premenstrualsyndrome followed by stress level and pyridoxine intake. Student with poor sleeppattern had experience PMS 3,580 higher than student with good sleep pattern.Researcher recommend to The University able to give health promotion related toPMS, the importance of good sleeping pattern, stress management, the importanceof micronutrient intake.Keyword premenstrual syndrome, stress level, phsycal activity, micronutrientintake, sleep pattern, nutritional status"
2017
T48646
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiya Ulya Fawnia
"Mahasiswa memiliki aktivitas akademis dan beban tugas tinggi dan cenderung mengadopsi perilaku gaya hidup yang kurang baik, seperti diet tidak sehat, penurunan aktivitas fisik rutin, dan peningkatan aktivitas sedentari sehingga menyebabkan kualitas tidur buruk disertai gangguan tidur ringan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran diet, aktivitas fisik, dan kualitas tidur pada mahasiswa beserta hubungannya terhadap kualitas tidur menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire, Global Physical Activity Questionnaire, dan Pittsburgh Sleep Quality Index dengan desain penelitian cross-sectional. Terdapat hubungan antara frekuensi diet mahasiswa dengan kualitas tidurnya (p < 0,05), sedangkan pada aktivitas fisik dan kualitas tidur tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan (p > 0,05). Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk, diet rendah serat, serta aktivitas fisik yang tidak rutin. Strategi diperlukan untuk meningkatkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi diet tinggi serat dan aktivitas fisik rutin setiap harinya serta meningkatkan kesadaran mengenai kualitas tidur untuk memenuhi kebutuhan dasar mahasiswa.

University students, burdened with high academic activities, often adopt unhealthy lifestyles, including poor diets and reduced physical activity, leading to compromised sleep quality. This cross-sectional study investigated the dietary habits, physical activity, and sleep quality of 378 students from 14 faculties at the University of Indonesia. Data were collected using the Food Frequency Questionnaire, Global Physical Activity Questionnaire, and Pittsburgh Sleep Quality Index. A significant correlation was found between dietary frequency and sleep quality (p < 0.05), while no significant link was observed between physical activity and sleep quality (p > 0.05). This study concluded that students have poor sleep quality, a low-fiber diet, and irregular performed physical activity. Strategies are needed to improve a healthy lifestyle by consuming a high-fiber diet, engaging in regular physical activity every day, and increasing awareness of the quality of sleep to meet the basic needs of students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Estiani
"Premenstrual Syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosional yang terkait dengan siklus menstruasi yang biasanya terjadi 7-14 hari sebelum periode menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. Gejala yang muncul dapat mengganggu aktivitas. Salah satu faktor penyebab Premenstrual Syndrome adalah usia menarche dan asupan zat gizi mikro. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis data sekunder terkait hubungan antara usia menarche dan asupan zat gizi mikro dengan kejadian Premenstrual Syndrome pada remaja putri di SMAN 4 Surabaya tahun 2017. Penelitian ini menggunakan studi Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data dianalisis secara multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zink (0,014), dan kolesterol (0,001) dengan kejadian Premenstrual Syndrome. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan natrium merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Premenstrual Syndrome dengan OR=5,787 artinya remaja putri yang memiliki asupan natrium tinggi berisiko mengalami kejadian Premenstrual Syndrome 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan remaja putri yang tidak mengonsumsi natrium secara berlebih, setelah dikontrol usia menarche, vitamin B1, vitamin B2, zink, dan kolesterol

Premenstrual Syndrome (PMS) consists of physical, psychological, and emotional symptoms associated with menstrual cycle which usually occurs 7-14 days before the menstrual period and disappears when menstruation begins. The symptoms can even cause interference activities. Menarche and micronutrition intake are the factors causing PMS. The purpose of this study was to analyze the relationship between menarche and micronutrition intake with PMS in adolescent girls at SMAN 4 Surabaya in 2017. This study uses a ross sectional study with a quantitative approach. Data analyzed by logistic regression. The result of bivariate analysis found correlation between menarche (p=0,0005), vitamin B1 (p=0,033), vitamin B2 (p=0,011), vitamin B6 (p=0,023), vitamin E (p=0,045), zinc (0,014), dan cholesterol (0,001) with Premenstrual Syndrome. The results of multivariate analysis found that sodium intake is the dominant variable in the correlation with Premenstrual Syndrome, OR=5,787 means that adolescent girls with high sodium intake will increase the risk of Premenstrual Syndrome 5,8 times higher than adolescent girls with normal sodium intake, after controlled by menarche, vitamin B1, vitamin B2, zinc, dan cholesterol"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Kalani Firdaus
"Sindrom prahaid dan gangguan siklus haid merupakan masalah yang kerap mengganggu perempuan. Patofisiologi dari keduanya berkaitan dengan faktor hormonal sehingga dihipotesiskan berkaitan. Penelitian cross-sectional analitik observasional ini dilakukan terhadap 106 mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan menggunakan kuesioner yang sudah divalidasi sebelumnya. Pengolahan data secara statistik dengan uji Chi Square dan Uji Kolgmorov-Smirnov dan didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sindrom prahaid dan gangguan siklus haid (p=0,507). Pravalensi sampel yang mengalami sindrom prahaid dan gangguan siklus cukup besar yaitu 62.2% dan 63.2%. Diantara yang mengalami gangguan siklus haid, sebagian besar (59.7%) juga mengalami sindrom prahaid. Jenis gangguan siklus haid paling banyak diantaranya menorrhagia (56.6%) dan oligomenorrhea (20.7%).

Premenstrual syndrome (PMS) and menstrual disorders are problems that are usually complained by women, especially in adolescence. The pathophysiology behind them both, the hormonal factor, are the reason behind the hypothesis of them related. This cross-sectional observasional analitic research is done on 106 college students on Faculty of Medicine University of Indonesia using a questionnaire that has been validated. Statistical process is done with Chi Square and Kolgmorov-Smirnov test and concluded that there is no significant relation between PMS (p=0.507) and menstrual disorder with prevalence of PMS and menstrual disorder are 62.2% and 63.2%. Among the samples diagnosed postive for menstrual disorders, most (59.7%) were also diagnosed with premenstrual syndrome. The most common types of menstrual disorders are menorrhagia (56.6%) and oligomenorrhea (20.7%)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wachdiyaningsih
"Latar belakang : Pada gadis praremaja yang belum pernah diberi tahu dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan ketika darah keluar dari vaginanya. Penelitian di Afrika Amerika sikap terhadap menstruasi diukur dengan menggunakan tiga sub-skala yaitu senang, marah, dan dirahasiakan. Dari hasil penelitan dapat digambarkan bahwa wanita dalam penelitian ini memiliki berbagai sumber informasi menstruasi, tetapi ibu adalah sumber yang paling utama, rata-rata wanita Afrika Amerika tidak setuju dengan sikap bahwa menstruasi bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan atau positif, pembelajaran biologi dari guru dan perilaku dari keluarga, membaca berkorelasi dengan sikap positif terhadap menstruasi kurang berpengaruh dibanding mendapat pengetahuan langsung dari ibunya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap ibu sebelum dilakukan Penyuluhan Program Rani Remen dan setelah dilakukan Penyuluhan Program Rani Remen.
Metode yang di gunakan adalah metode Praeksperimen. Dengan jumlah responden 80 orang di SD Negeri 1 Karangkobar dan SD Negeri 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara. Dari penelitian ini didaptkan hasil bahwa ada perbedaan pengetahuan dan sikap responden sebelum dilakukan Penyuluhan Program Rani Remen dan setelah dilakukan Penyuluhan Program Rani Remen. Sebelum dilakukan Penyuluhan Program Rani Remen rata-rata pengetahuan responden 6,11 dan setelah dilakukan Penyuluhan Program Rani Remen pengetahuan responden rata-rata 8, 94, artinya program Penyuluhan Program Rani Remen berhasil meningkatkan pengetahuan responden. Sebelum dilakukan Penyuluhan Program Rani Remen sikap responden rata-rata 7,76 dan sikap setelah dilakukan Penyuluhan Program Rani Remen 11,1O, artinya program Penyuluhan Program Rani Remen berhasil meningkatkan sikap responden.
Dengan demikian bagi ibu-ibu yang punya remaja putri supaya meningkatkan pengetahuan tentang seputar menstruasi supaya ibu dapat menjelaskan kepada putrinya dan menjawab pertanyaan yang diajukan putrinya. Ibu-ibu yang punya remaja putri supaya sering berdiskusi dengan putrinya sehingga ibu bisa lebih dekat dengan putrinya dan anak lebih dapat terkontrol.

Background: In the pre-adolescent girls who have never been told it may cause anxiety and fear when the blood out of her vagina. Research in African American attitudes toward menstruation were measured using three sub-scales are excited, angry, and kept secret. Prom the research results can be drawn that the women in this study has a number of sources, menstruation, but the mother is the ultimate source, the average African American women do not agree with the attitude that menstruation can be a pleasant or positive experience, leaRaning from a teacher of biology and behavior of the family, reading correlated with a positive attitude towards menstruation less influential than had direct knowledge of his mother. The study was conducted to determine differences in knowledge and attitudes of mothers before and after counseling counseling.
The method used is a method Praeksperimen. With the number of respondents 80 people in SD Negeri 1 Karangkobar and SD Negeri 2 Slatri Karangkobar District Banjarnegara. Be obtained results from this study that there are differences in knowledge and attitudes of respondents before counseling and after counseling. Prior to the extension of knowledge of respondents on average 6.11 and after the extension of knowledge of respondents on average 8.94, mean education program succeeded in increasing the knowledge of respondents. Prior to counseling attitudes of respondents on average 7.76 and attitudes after counseling 11.10, mean education program succeeded in improving the attitude of the respondent.
Thus for mothers who have young women in order to increase knowledge about menstruation so that she can explain to her daughter and answered questions posed daughter. Mothers who had a teenage daughter that is often discussed with her daughter so she could be closer to her daughter and the children can be controlled.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Williams, Sue Rodwell
St. Louis: Mosby, 1999
613.2 WIL e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>