Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifki Fadhlillah
"ABSTRAK
Skripsi ini mengangkat permasalahan diskriminasi gender, dimana diskriminasi gender seringkali dipahami masyarakat sebagai hal yang hanya dapat dialami oleh perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana diskriminasi gender dapat terjadi pada siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan gagasan diskriminasi gender kedua dari David Benatar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki pun bisa menjadi korban dari diskriminasi gender dan diskriminasi gender adalah permasalahan yang dapat terjadi pada semua orang, baik laki-laki maupun perempuan.

ABSTRACT
This thesis raises the issue of gender discrimination, where gender discrimination is often understood as something that can only be experienced by women. This research aims to show how gender discrimination can happen to anyone, both women and men. This research is a qualitative research using the concept of second sexism by David Benatar. The results of this study indicate that men can also be victims of gender discrimination and gender discrimination are problems that can occur in all people, both men and women."
Lengkap +
2016
S64598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pongtuluran, Nalia Intan
"Tulisan ini diawali dari rasa kekhawatiran penulis akan berbagai kejadian kekerasan yang dialami perempuan. Dalam era dimana perempuan sudah demikian majunya, baik dalam pendidikan maupun profesi, namun kekerasan yang dialami perempuan seakan tidak pandang bulu. Fenomena tersebut memunculkan pertanyaan penulis: "Sejauh mana muatan muatan diskriminasi gender secara tersirat ada dalam peraturan dan kebijakan Pemerintah dan swasta ?" Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai sumber, baik dar nedia maupun peraturan terkait. Hasil analisis menemukan bahwa secara tersirat memang ditemukan adanya diskriminasi gender. Namun apakah berimplikasi pada kekerasan atau tidak, sangat tergantung pada bagaimana pihak terkait menginterpretasikannya.

This journal begins with my concern on various kind of violence against women. In the era of women empowerment had reached significant improvements both in education and professional work field, however violence remains to threaten women indiscriminately. This phenomenon raises my attention on "how far contents of gender discrimination are reflected in policies or regulations of government and private sectors?" Data gathering are collected from various sources, including medias and related regulations. Result of analysis reflects that there is an implicit gender discrimination. However on whether it would implicate to violence or not, shall highly be dependent on how the related party would interpreted the regulations.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salwa Kholifah
"Faktanya, kebutuhan pasar pasti meningkat dari tahun ke tahun, begitu pula dengan peluang dan risiko yang menyertainya. Seperti perusahaan yang melakukan ekspansi global dan menjadi perusahaan multinasional untuk memperluas pasarnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak mungkin, mereka akan dihadapkan pada kompleksitas manajemen yang mungkin berbeda secara signifikan antara negara asal mereka dan negara tujuan akibat perbedaan budaya dan sistem regulasi. Salah satu kompleksitas manajemen dalam menangani sumber daya manusia secara global adalah mengenai kompensasi. India yang menyandang predikat sebagai negara dengan populasi ekspatriat terbesar di dunia juga menduduki peringkat keenam dengan populasi ekspatriat perempuan di antara beberapa negara Asia. Terkenal dengan biaya tenaga kerja yang rendah bagi penduduk lokalnya, sayangnya India juga terkenal dengan disparitas kesenjangan upah gender yang sangat besar yang terjadi karena budaya patriarkinya. Diperkirakan 67 persen perempuan lokal di India ditemukan mendapat upah lebih rendah dari pria dikarenakan adanya diskriminasi gender. Lingkungan kerja yang tidak nyaman tidak dapat disangkal akan terjadi antara perempuan ekspatriat dan perempuan lokal karena upah ekspatriat yang mungkin lebih tinggi daripada penduduk lokal sehingga menyebabkan kepuasan kerja yang rendah, kinerja yang buruk, dan berakhir dengan tingginya turnover rate. Dengan biaya tenaga kerja yang rendah di India dan seksisme di tempat kerja yang memperburuk disparitas upah antara perempuan ekspatriat dan penduduk lokal, lingkungan kerja yang beragam dan inklusif serta pencarian pendekatan kompensasi yang sesuai diperlukan bagi perusahaan multinasional di India dan begitu pula dukungan dari keterlibatan pemerintah India dalam mengatasi diskriminasi gender di tempat kerja.

In a point of fact, market needs inevitably increase throughout the years and so do the opportunities and the risks that follow. In the same way as companies going global and becoming a multinational enterprise to enhance their market size for they gain as much profit as possible, they are posed to the management complexities that might differ significantly between their home country and the host countries due to the difference of culture and system regulations. One of the management complexities in dealing with human resources globally is regarding compensation. India and its title as the world’s largest expatriate population also ranked in the sixth place with its female expatriate population among several Asian countries. Famous for its low labour costs for its locals, unfortunately, India is also famous for its huge disparity of the gender pay gap that occurs due to its well-known patriarchal culture. An estimation of 67 percent of local females in India found to get a lower wage compared to male due to gender discrimination. An uncomfortable work environment will undeniably occur between the female expatriates and locals as the expats wages might be higher than the locals for it leads to a low job satisfaction, poor performance, and subsequently results in high turnover rate. With India’s low labour cost and sexism in the workplace worsening the wage disparity between female expatriates and locals, a diverse and inclusive work environment along with seeking for an appropriate compensation approach are needed for MNEs in India and so do the support from India's government involvement in addressing gender discrimination in the workplace."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Maharani Ekaningtyas
"ABSTRAK
Teori diskriminasi Becker (1957) memprediksi bahwa peningkatan persaingan di pasar
barang akan mengurangi diskriminasi. Untuk menguji teori tersebut, penelitian ini
mengestimasi dampak peningkatan penetrasi impor pada diskriminasi upah gender di
Industri manufaktur Indonesia dari 2000 sampai 2014. Diskriminasi upah gender diukur
dengan perubahan residual gender wage gap. Hasil uji empiris menggunakan
menunjukkan bahwa diskriminasi upah gender cenderung menjadi lebih rendah di sektor
yang mengalami peningkatan penetrasi impor lebih tinggi dan pada awalnya memiliki
market power lebih besar.

ABSTRACT
Beckers discrimination theory (1957) predicts that the rise of competition in final goods
will drive out discrimination. To test this theory, this study estimates the impact of rising
import penetration on gender wage discrimination in Indonesian manufacturing
industries from 2000 to 2014. Gender wage discrimination is proxied by change in
residual gender wage gap. Empirical result suggests that the bigger market power, the
bigger impact of rising import penetration on narrowing residual gender wage gap. This
result can be interpreted as lower gender wage discrimination in sector which is more
exposed to import penetration and initially has bigger market power.
"
Lengkap +
2019
T53768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadjematul Faizah
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan keadilan gender dalam perkara perdata bidang perkawinan. Pada pertimbangan hukum yang terdapat dalam putusan hakim yang menunjukkan posisi perempuan dalam sistem hukum. Sumber data terdiri dari empat perkara dan mencakup dua belas putusan hakim dari tiga tingkatan pengadilan. Data siap pakai ini diolah dengan teknik analisis isi. Alat analisis isi yang digunakan (1) peraturan perundang-undangan yang berlaku dan (2) perspektif hukum feminis.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peraturan perundang-undangan yang berpihak pada perempuan dan pertimbangan hakim juga berpihak pada perempuan menghasilkan putusan hakim yang berkeadilan gender. Selain itu, ada peraturan yang tidak berpihak pada perempuan, tetapi pertimbangan hukum berpihak pada perempuan sehingga putusan berkeadilan gender. Kemudian, ada juga peraturan perundang-undangan yang berpihak pada perempuan, namun pertimbangan hukum hakim tidak berpihak, maka putusan hakim tidak berkeadilan gender. Dalam perkara perdata, terungkap peristiwa pidana yaitu kekerasan fisik, psikis, ekonomis, dan seksual.
Oleh karena itu, disarankan agar dilakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang melindungi perempuan dan metode hukum berperspektif gender. Kemudian, mengingatkan aparat hukum akan keberadaan Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kehakiman pasal 4 (2) "Peradilan cepat, biaya ringan". untuk mendapatkan kepastian hukum yang berkeadilan gender.

This thesis is focused on legal reasoning in the jurisprudence demonstrating women's position in the legal sytem. In this study, judge's verdicts in civil cases of marriage are scrutinized against current legislation and feminist legal theory.
The analysis shows that if both legislation and jurisprudence favor women, it results in producing a gender-perspective verdict. If the jurisprudence favors women but legislation does not, the result is likewise. However, if the legislation does favor women but the jurisprudence does not, the verdict lacks of gender perspectives. In addition, in the civil cases, criminal cases such as physical, psychic, economic and sexual violence are exposed as well.
Therefore it is suggested that socialization on legislation protecting women and gender perspective legal methods be implemented.
"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Busman D.S.
"BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merasa puas ketika memperoleh pembenaran atas peminggiran jenis kelamin tertentu. Namun, pada saat yang hampir bersamaan muncul kecemasan dan kekecewaan dalam hidup. Manusia belajar bahwa begitu banyak perbuatan jahat yang ada di dunia, tidak ada gunanya menambah daftar kejahatan yang mereka lakukan sendiri atas dasar dengki dari prasangka terhadap satu sama lainnya. Karena itu buatlah hidup bernilai untuk setiap individu. "... makes life valuable to the individual human being." Kurang lebih demikian ungkapan John Stuart Mill (1988, h. 108-109) yang sarat muatan filosofis tentang pandangannya mengenai keberadaan manusia jika dikaitkan dengan manusia lain. Pandangannya ini menyiratkan suatu kegalauan bahwa tidak semestinya terjadi diskriminasi antara satu jenis kelamin dengan jenis kelamin tertentu.
Argumen supremasi atas perempuan boleh dikata berlaku di berbagai belahan dunia ini, yaitu keyakinan bahwa kaum laki-laki lebih superior dari kaum perempuan. Kondisi itu lambat laun menjadi alasan klasik atas penindasan hak-hak perempuan. Berbagai upaya ditempuh untuk keluar dari masalah itu, baik oleh kalangan feminis maupun pemerhati masalah-masalah perempuan lainnya. Upaya yang dilakukan bukanlah untuk menyamai laki-laki dalam anti biologis, psikologis, dan sosiologis, melainkan untuk memungkinkan perempuan bertindak atas pilihan bebas dan sadar sebagaimana dimiliki kaum laki-laki. Bahwa perempuan tersebut kemudian memilih peran tradisionalnya atau malah peran baru bukanlah menjadi persoalan. Yang penting ialah bahwa perempuan mempunyai kekerasan untuk menentukan pilihan dan putusannya sendiri.
Pengalaman saat melahirkan, memberikan kehidupan bagi makhluk-makhluk kecil yang amat mereka sayangi, dan ketakutan akan kekerasan menurut Arivia (1996, h. 3) barangkali merupakan pengalaman yang betul-betul dirasakan perempuan secara universal. Pengalaman ini berlangsung dalam sejarah perkembangan budaya dan pemikiran manusia. Diskriminasi dalam bentuk kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan bukanlah hal yang baru. Berabad-abad lamanya perempuan telah terbiasa diperlakukan kasar, tidak berguna, dan inferior oleh keluarganya, masyarakat, sekelilingnya, kekasih maupun suaminya.
Celakanya, para ilmuwan atau filsuf sekalipun banyak berteori membenarkan alasan mereka mengapa perempuan harus ditindas. Aristoteles misalnya yang mengatakan bahwa perempuan itu setengah manusia, dikategorikan sebagai anak-anak, belum dewasa sehingga tidak mungkin menjadi pemimpin. Demikian halnya Sigmund Freud yang mengatakan bahwa perempuan secara psikologis tidak matang, karena mempunyai kecemburuan terhadap penis (penis envy), dan masih banyak lagi ilmuwan yang berusaha lewat teori-teori baru sebisa mereka menyepelekan perempuan. Jadi secara historis memang perempuan telah diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua.
Gagasan John Stuart Mill (selanjutnya disingkat Mill) sebagai filsuf sekaligus feminis laki-laki tentang keberadaan perempuan khususnya mengenai persamaan hak bagi perempuan dan laki-laki merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti. Pada gagasan tersebut kita akan melihat bahwa dasar pemikiran feminisme liberal yang dianut Mill adalah semua manusia, laki-laki dan perempuan, diciptakan seimbang dan serasi sehingga mestinya tidak terjadi penindasan antara satu dengan lainnya.
Penulisan tentang filsuf terkenal seperti John Stuart Mill sebagai laki-laki pertama yang menuangkan karya besarnya tentang teori-teori feminis yang secara umum diperhitungkan sebagai teori besar dalam tradisi politik Barat terasa masih kurang. Umumnya hanya melihat dari aspek kepentingan sosial dan politik bagi kaum laki-laki, padahal Mill dan karyanya memainkan peran penting dalam memajukan persamaan hak perempuan di Inggris pada abad ke-19. The Subjection of Women, sebagai bentuk penuangan gagasan Mill dianggap sebagai salah satu karya terbesarnya. Dalam karyanya ini terwakili argumen-argumen Mill yang ada pada karya sebelumya seperti On Liberty, Utilitarianism, Considerations on Representative Government, dan teori-teori sosial-politik lainnya.
Menuliskan gagasan tentang persamaan hak bagi perempuan dan laki-laki tergolong berat, karena tidak semudah menuangkan gagasan tentang politik. Mill mengungkapkan bahwa bagaimana perempuan direndahkan dan didiskriminasikan telah lama mengganggu pikirannya tetapi baru sekarang ia mempunyai perasaan kuat?."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T14592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Grace Berliana
"Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa saat pintu terbuka bagi perempuan untuk memasuki semua sektor publik, saat itu pula perempuan merasakan ketidakadilan jender dalam sistem dan struktur organisasi serta lingkungan kerja sektor publik terutama sektor publik yang maskulin. Demikian pula pada penelitian yang menganalisis perempuan yang bekerja di bidang konstruksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan mengalami hambatan-hambatan yang mempengaruhi mereka dalam memilih bidang ilmu serta bekerja di bidang konstruksi.
Memiliki bidang keahlian tertentu terutama untuk menunjang kerja dan karir dapat dimulai saat seseorang memasuki bidang ilmu yang akan ditekuni di Perguruan Tinggi. Ketertarikan terhadap konstruksi bangunan dan profesi konstruksi yang dinamis mendasari keinginan sebagian perempuan dalam penelitian ini untuk memilih Fakultas Teknik jurusan Sipil sebagai kelanjutan dari pendidikan mereka. Namun, pada dasamya perempuan sulit untuk menentukan sendiri masa depannya. Dalam menentukan pilihannya suka atau tidak suka, perempuan selalu dipengaruhi lingkungannya. Lebih tidak menyenangkan, bila budaya yang bias jender mempengaruhi lingkungan tempat perempuan tinggal. Perempuan yang pilihannya tidak disenangi lingkungannya lebih merasakan hambatan-hambatan budaya tersebut dibandingkan dengan perempuan yang pilihannya didukung lingkungannya.
Dalam dunia kerja konstruksi, perempuan mengalami ketidakadilan jender yang menghambat kerja mereka. Dalam sistem kerja, dan struktur organisasi bidang konstruksi yang dipengaruhi budaya rekayasa memberi dampak pada ketidakadilan jender melalui kebijakan-kebijakan perusahaan. Pertama, ketidakadilan dalam penempatan kerja; ke-dua ketidakadilan dalam peningkatan karir; ke-tiga ketidakadilan dalam kesempatan memimpin proyek. Tentu saja ketidakadilan jender tersebut sangat terkait satu sama lain."
Lengkap +
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Summary:
This meticulous book examines how gender inequalities in contemporary societies are changing and how further changes towards greater gender equality might be achieved."
Cheltenham: Edward Elgar, 2012
305.3 GEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arsy Salsabila
"Penelitian ini membahas terjadinya diskriminasi terhadap perempuan yang terdapat dalam sebuah film Arab Saudi, berjudul ‘Al Murasyahah al Mitsaliyah’ yang rilis pada tahun 2019. Film yang disutradarai oleh Haifaa Al-Mansour dibintangi oleh Mila Alzahrani sebagai tokoh utama. Film ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam karena menggambarkan keadaan diskriminasi terhadap perempuan yang mana terjadinya pembatasan kebebasan berekspresi bagi perempuan di Arab Saudi, dengan membawa pesan yang mengkritik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pesan dibalik terjadinya diskriminasi terhadap perempuan yang dianggap kontroversial yang diperoleh di dalam adegan-adegan film tersebut. Untuk menjelaskan makna dan pesan yang disampaikan, film Al Murasyahah al Mitsaliyah ini menggunakan analisis teori semiotika Roland Barthes dan teori kebebasan bereskpresi di ruang sosial milik Bonaventure Rutinwa. Hasil dari penelitian ini adalah terdapatnya diskriminasi terhadap perempuan dalam kebebasan berekspresi di ruang publik, seperti adanya stereotip merendahkan terhadap perempuan di ruang sosial dan serta terdapatnya pembatasan ruang gerak bagi kaum perempuan.

This research discusses the occurrence of discrimination against women contained in a Saudi Arabian film, entitled ‘Al Murasyahah Al Mitsaliyah’ which was released in 2019. The film, directed by Haifaa al-Mansour starring Mila Alzahrani as the main character of the film, is very interesting to study further. in because it describes the situation of discrimination against women in which there are restrictions on freedom of expression for women in Saudi Arabia, by carrying messages that criticize. This research is a qualitative research with a descriptive design. The purpose of this study is to explain the message behind the occurrence of discrimination against women which is considered controversial which is obtained in film scenes. To explain the meaning and message conveyed, Al Murasyahah al Mitsaliyah uses an analysis of Roland Barthes' semiotic theory and Bonaventure Rutinwa's theory of freedom of expression in social space. The results of this study are that there is discrimination against women in the freedom of expression in the public space, such as stereotypes that demean women in the social space and restrictions on women's movement."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liestya Stefani
"ABSTRAK
Setelah perang kemerdekaan dari Prancis (1954 ? 1962), Aljazair
mengalami perang saudara pada tahun 1990an antara agama dan pemerintah yang
menyebabkan perempuan menjadi korban dengan pembatasan aktivitas mereka.
Beberapa perempuan tidak menerima keadaan tersebut dan melakukan
emansipasi, salah satunya dengan menulis. Salah satu penulis perempuan feminis
Aljazair adalah Maïssa Bey dengan karya pertamanya, yaitu Au commencement
était la mer. Di dalam novel ini, Bey mendeskripsikan diskriminasi gender yang
dialami oleh perempuan Aljazair pada masa tersebut serta perlawanan terhadap
diskriminasi yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Melalui analisis unsur
intrinsik yang menggunakan teori struktural Roland Barthes mengenai hubungan
sintagmatik dan paradigmatik dan teori sekuen M. P. Schmitt dan Alain Viala,
ditemukan tiga bentuk diskriminasi gender dalam novel ini, yaitu stereotip,
marginalisasi, dan subordinasi. Selain itu, diketahui pula bahwa laki-laki ataupun
perempuan dapat menjadi pelaku ataupun penentang diskriminasi. Perlawanan
yang dilakukan terhadap diskriminasi gender berupa penggugatan stereotip serta
dukungan terhadap emansipasi perempuan untuk menghilangkan marginalisasi,
sedangkan subordinasi masih belum dapat dihindari karena berkaitan dengan
budaya patriarkal yang dianut oleh masyarakat. Kepala keluarga memiliki peran penting dalam diskriminasi gender ini.ABSTRACT
After the war of independence from France (1954 ? 1962), Algeria
experienced a civil war in the 1990s between religion and the government that led
to women becoming victims to restrictions on their activities. Some women did
not accept this situation and did the emancipation, by writing. One of Algerian
feminist writers is Maïssa Bey with her first work, named Au commencement était
la mer. In this novel, Bey describes gender discrimination experienced by
Algerian women in the era as well as the fight against it done by women and men.
Through analysis of the intrinsic unsure which use the structural theory of Roland
Barthes syntagmatic and paradigmatic relations and M. P. Schmitt and Alain
Viala theory of sequences, found three forms of gender discrimination in this
novel, such as stereotypes, marginalization, and subordination. In addition, also
known that men and women could be perpetrators or opposing discrimination.
The resistance to gender discriminations could be criticizing stereotypes as well as
supporting the women emancipation to eliminate marginalization, whereas
subordination still cannot be avoided because it is associated with patriarchal
culture embraced by the community. The head of family has an important role in this gender discrimination.;After the war of independence from France (1954 ? 1962), Algeria
experienced a civil war in the 1990s between religion and the government that led
to women becoming victims to restrictions on their activities. Some women did
not accept this situation and did the emancipation, by writing. One of Algerian
feminist writers is Maïssa Bey with her first work, named Au commencement était
la mer. In this novel, Bey describes gender discrimination experienced by
Algerian women in the era as well as the fight against it done by women and men.
Through analysis of the intrinsic unsure which use the structural theory of Roland
Barthes syntagmatic and paradigmatic relations and M. P. Schmitt and Alain
Viala theory of sequences, found three forms of gender discrimination in this
novel, such as stereotypes, marginalization, and subordination. In addition, also
known that men and women could be perpetrators or opposing discrimination.
The resistance to gender discriminations could be criticizing stereotypes as well as
supporting the women emancipation to eliminate marginalization, whereas
subordination still cannot be avoided because it is associated with patriarchal
culture embraced by the community. The head of family has an important role in this gender discrimination.;After the war of independence from France (1954 ? 1962), Algeria
experienced a civil war in the 1990s between religion and the government that led
to women becoming victims to restrictions on their activities. Some women did
not accept this situation and did the emancipation, by writing. One of Algerian
feminist writers is Maïssa Bey with her first work, named Au commencement était
la mer. In this novel, Bey describes gender discrimination experienced by
Algerian women in the era as well as the fight against it done by women and men.
Through analysis of the intrinsic unsure which use the structural theory of Roland
Barthes syntagmatic and paradigmatic relations and M. P. Schmitt and Alain
Viala theory of sequences, found three forms of gender discrimination in this
novel, such as stereotypes, marginalization, and subordination. In addition, also
known that men and women could be perpetrators or opposing discrimination.
The resistance to gender discriminations could be criticizing stereotypes as well as
supporting the women emancipation to eliminate marginalization, whereas
subordination still cannot be avoided because it is associated with patriarchal
culture embraced by the community. The head of family has an important role in this gender discrimination."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>