Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118365 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Allin Hendalin Mahdaniar
"Keberhasilan suatu program berhubungan dengan kinerja petugasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja petugas Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan hubungan antara variabel indepeden yang terdiri dari faktor individu (umur, masa kerja, pengetahuan dan motivasi), dan faktor organisasi (pelatihan, fasilitas, kepemimpinan) dengan variabel dependen yaitu kinerja petugas MTBS.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 50 responden petugas MTBS.Pengumpulan data dilakukan dengan pengisisan kuesioner dan wawancara serta observasi.Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak computer, analisis data dengan univariat, bivariat dengan uji statistik chi-square dan multivariat dengan uji statistik multipel regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62% petugas MTBS mempunyai kinerja baik. Terdapat hubungan antara umur, masa kerja, pengetahuan, motivasi, fasilitas dan kepemimpinan dengan kinerja petugas MTBS. Faktor dominan yang mempengaruhi kinerja petugas MTBS adalah masa kerja dan kepemimpinan.

The success of a program related to the performance of its officers This study aims to determine the performance of Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) officers and determine the relationship between the independent variables consisting of individual factors (age,length of work, knowledge and motivation) and organizational factors (training, facilities, leadership) with the dependent variable which is the performance of IMCI officer.
This type of research is quantitative with cross sectional study design. The sample of 50 respondents IMCI officer.Collecting data by filling the questionnaire and interviewing and observation.Processing data using computer software, data analysis with univariate, bivariate statistical test chi-square and multivariate multiple logistic regression statistical test.
The results of this study showed that 62% good performance of IMCI officer. There was correlation between age, length of work,knowledge, motivation, training and leadership with performance of IMCI officer. The dominant factor affecting performance is the IMCI officers working life and leadership.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Handayani
"Salah satu parameter derajat kesehatan suatu negara adalah kematian bayi dan balita. Dalam Setiap tahun terdapat 12 juta anak meninggal sebelum usia 5 tahun karena pneumonia, diare, malaria, campak, malnutrisi dan kombinasi dari penyakit tersebut. Untuk mencegah kematian tersebut terdapat cara efektif berupa perawatan anak yang menderita penyakit tersebut di fasilitas rawat jalan yaitu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang dikembangkan oleh Departemen Kesehatan bekerjasama dengan WHO dan UNICEF. Setiap balita sakit harus dilakukan pendekatan MTBS. Pencapaian MTBS Kabupaten Kulon Progo 2011 55,6% dimana pencapaian cakupan MTBS merupakan gambaran kinerja petugas MTBS.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas MTBS. Penelitian ini menggunakan metode Survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
Hasil penelitan persentase kinerja baik dan kinerja kurang hampir sama. Variabel individu yang berhubungan dengan kinerja petugas MTBS adalah masa kerja dan motivasi, variabel organisasi yang berhubungan adalah kepemimpinan dan fasilitas.
Saran bagi Dinas Kesehatan adalah meningkatkan pembinaan dan pengawasan melalui supervisi, bagi kepala Puskesmas untuk mendukung pelaksanaan MTBS dan bagi petugas MTBS untuk melaksanakan MTBS pada setiap kunjungan balita sakit.

One of health degree parameter of country is infant mortality. For every year 12 milions of infant died before 5 years old due to pneumonia, diarrhea, malaria, measles, malnutrition, and it?s combination. To preven of death, there is an affective way by treating infant in outpatient facility by Integrated Management Of Childhood Illness (MTBS) developed by Health Department in collaboration with WHO and UNICEF. Each of infant illness must be treated by MTBS approach. MTBS achievement of Kulon Progo Regency 2011 was 55,6% at which of it was description of MTBS officer performance.
This study aims to find out factors related to MTBS officer performance. It used analytic survey method by Cross Sectional approach.
Study result for percentage of good and poor performance is almost equal. Individual variabel related to MTBS officer performance is length of work and motivation, while related organization variable is leadership and facility.
Suggestion for Health Departemen is to improve development and monitoring by supervision, for head of Public Health Center to support MTBS implementation and for MTBS officer to apply MTBS to every childhood illness.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Octaviani Dyah Puspita Rini
"Kementerian Kesehatan melaksanakan program peningkatan kinerja sumber dayakesehatan melalui pendidikan dan pelatihan; khususnya pelatihan tenaga pelayanankesehatan tradisional; melalui pelatihan pelayanan akupresur bagi Puskesmas; namunpelayanan akupresur belum berjalan di Puskesmas. Di Kota Jakarta Selatan Puskesmasyang sudah menyelenggarakan pelayanan akupresur hanya dua 2 . Penelitian ini adalahpenelitian kualitatif; dan bertujuan untuk menganalisis kebijakan dan implementasipelaksanaan pelayanan akupresur di Puskesmas serta hambatannya. Informan dalampenelitian berjumlah 11 orang; yaitu Kementerian Kesehatan; Sudinkes Jakarta Selatan;Kepala Puskesmas; Dokter poli; pelaksana program. Metode pengumpulan data melaluiWM dan telaah dokumen.
Hasil penelitian dari komponen input sudah berjalan; adanyadukungan Kepala Puskesmas; SOP pelayanan; dan SK penugasan namun belum optimalrotasi staf menjadi salah satu kendala; komponen output dan outcome belum optimal.Aspek komunikasi kejelasan dan konsistensi belum efektif tentang informasi regulasikebijakan yang ada dari penentu kebijakan kepada pelaksana; aspek pembiayaan belumdidukung peraturan daerah; aspek birokrasi masih kurang koordinasi dan sosialisasikebijakan dari Dinas Kesehatan ke Sudinkes dan Puskesmas.

The Ministry of Health is implementing programs to improve the performance of healthresources through education and training; especially training of traditional health careworkers; through the training of acupressure services for Primary Health Care; butacupressure service has not been run in Primary Health Care. In South Jakarta; PrimaryHealth Care that have been providing acupressure service are only two 2. Thisresearch is a qualitative research; and aims to analyze the policy and implementation ofacupressure service in Primary Health Care and its obstacles. Informants in the studyamounted to 11 people; namely the Ministry of Health; Sudinkes South Jakarta; Head ofPrimary Health Care; Doctor; program implementer. Methods of data collection throughWM and document review.
The result of research of input component have beenrunning; existence of support of Head of Puskesmas; service SOP; and SK ofassignment but not optimal rotation of staff become one of obstacle; component ofoutput and outcome not yet optimally. The communication aspect clarity andconsistency has not been effective about the existing policy regulation informationfrom the policy makers to the implementers; the financing aspect has not been supportedby local regulations; the bureaucratic aspects are still lacking coordination and thepolicy socialization from the Health Service to tribe of health service and PrimaryHealth Care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiyah Rizky
"Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan terintegrasi dalam tatalaksana balita sakit secara menyeluruh. Bidan sebagai salah satu tenaga pelaksana MTBS sangat berperan dalam keberhasilan program MTBS, kinerja bidan dipengaruhi oleh faktor individu, psikologik dan organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinerja bidan dalam pelaksanaan MTBS di puskesmas Kabupaten OKU tahun 2013 dengan menggunakan metode kualitatif dan desain RAP (Rapid Assesment Procedure). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada informan menggunakan pedoman wawancara. Hasil penelitian menyarankan kepada bidan untuk semakin meningkatkan kinerja dengan mengacu kepada standar baku MTBS.

Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) is an integrated approach to the overall management of childhood illness. Midwives as one of the executive power is very instrumental in the success of IMCI IMCI program, midwives' work is influenced by individual factors, psychological and organizational. This study was conducted to analyze the performance of midwives in IMCI implementation in district health centers in 2013 OKU using qualitative methods and designs RAP (Rapid Assessment Procedure). Data was collected through in-depth interviews using an interview guide to the informant. The results suggest the midwives to further improve the performance with respect to the gold standard IMCI."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adeline Sthevany Agus
"ABSTRAK
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan terpadu tatalaksana balita sakit di pelayanan kesehatan dasar, meliputi upaya kuratif, promotif dan preventif. MTBS bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran pasien (usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi/panjang badan, kunjungan, keluhan) dan menilai pelaksanaan MTBS sesuai bagan MTBS. Subjek penelitian ini berasal dari sumber sekunder yaitu format MTBS pasien yang berkunjung ke poli MTBS berjumlah 96 sampel, ditentukan berdasarkan simple random sampling. Instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan algoritma MTBS. Hasil penelitian ini menunjukkan keseluruhan pasien yang berkunjung merupakan kategori balita, sebagian besar perempuan dengan kunjungan pertama lebih banyak, dan sebagian besar memiliki tingkat keluhan sedang (≥2 - <5). Gambaran pelaksanaan MTBS untuk penilaian MTBS sebagian besar ?tidak lengkap?, klasifikasi ?sesuai?, tindakan/pengobatan ?sesuai lengkap?, dan untuk konseling keseluruhan ?ada namun tidak lengkap?. Ketersediaan sarana dan prasarana didapatkan tidak lengkap. Monitoring, evaluasi dan supervisi perlu ditingkatkan untuk memberikan pelayanan MTBS yang berkualitas.

ABSTRACT
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) is an integrated implementation for chilldhood illness in the primary care, included curative, promotive, and preventive efforts. IMCI aims to reduce mortality of children under five years old. The research is descriptive and it's aim is to know the patients description (age, sex, weight, height, visits, grievance) and to assess the IMCI implementation according the IMCI chart. Subject of this research is derived from secondary sources that is patient IMCI format who visits IMCI polyclinic, amounted to 96 samples, and determined by simple random sampling. The used Instrument is made by the researcher based IMCI algorithm. Results of this research show that the overall of patients who visit are children under five years old, most are female, first visit, and most of them have middle grievance (≥2-<5). Description of IMCI implementation by IMCI assess, most of them are ?not complete?, clasification ?congruent?, action/medication ?appropriate and complete?, and overall of counseling ?existing but incomplete?. The availability of facilities and infrastructur is incomplete. Monitoring, evaluation, and supervision need to enhanced to give the best quality care of IMCI.
"
2016
S64328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Hanif
"Tesis ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kompetensi dengan kinerja petugas promosi kesehatan di Puskesmas se-Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan survey analitik cross sectional dengan metode peneltian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel semua variabel yaitukompetensi intelektual, kompetensi emosional dan kompetensi sosial berhubungan dengan kinerja petugas promosi kesehatan. Untuk pengaruh dari variabel kompetensi dengan kinerja, variabel yang sangat berpengaruh adalah kompetensi emosional. Hasil penelitian diharapkan Dinas Kesehatan Kota Tangerang membuat kebijakan untuk meningkatkan kompetensi dari petugas promosi kesehatan dengan memberikan pelatihan, pembinaan petugas promkesenam bulan sekali atau setahun sekali dan petugas dan pimpinan puskesmas maudan mampu berkoordinasi dengan dinas kesehatan untuk mengajukan usulan diadakannya pendidikan dan latihan sehingga petugas promosi kesehatan terampil.

This thesis aims to analyze the relationship of competence with the performance of health promotion officers at the Health Center of Tangerang City. This research use cross sectional analytic survey with quantitative research method. The results showed that the variables of all variables, namely intellectual competence, emotional competence and social competence related to the performance of health promotion officers. For the influence of competence variable with performance, highly influential variable is emotional competence. The result of the research is expected by Tangerang City Health Office to make policy to increase the competence of Health Promotion Officer by giving training, guidance of six monthly or once a year promotion officer and officer and leader of puskesmas willing and able to coordinate with health department to propose education and training skilled promotion. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48257
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tin Elasari
"Untuk dapat mewujudkan Misi Indonesia Sehat 2010, ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan dan salah satu misi tersebut adalah memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Pelayanan kesehatan hendaknya dikerjakan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan yang berlaku dan dilakukan secara benar dengan segera. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan upaya pembangunan kesehatan guna mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan meningkatkan pemerataan dan mutu pelayanan secara terus menerus.
Sesuai dengan hal diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji alasan-alasan yang mempengaruhi tingkat kepatuhan petugas dalam menggunakan standar penatalaksanaan ISPA pada Balita di Puskesmas Dempo Kota Palembang, dimana tingkat kepatuhan petugas terhadap standar penatalaksanaan di Puskesmas tersebut masih rendah.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam dengan 5 prang informan di Puskesmas Dempo. Sebagai informan adalah petugas kesehatan yang melayani balita penderita ISPA dengan mengadakan observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview), sedangkan kepala Puskesmas dilakukan wawancara mendalam. Untuk petugas kesehatan yang dilihat adalah pengetahuan, sikap, motivasi, pengalaman, sarana dan imbalan, untuk kepala Puskesmas yang dilihat adalah pengawasan atau supervisi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menyebabkan ketidakpatuhan petugas menggunakan daftar tilik ISPA pada balita adalah karena rendahnya pengetahuan petugas terhadap standar pengetahuan yang ada di daftar tilik, terbatasnya waktu yang ada untuk melayani balita ISPA, kurangnya penghargaan pembinaan pada petugas, kurangnya pengawasan dan kepala Puskesmas dan kurangnya j umlah petugas yang diperlukan untuk melayani penderita ISPA.
Melihat dari hasil penelitian ini disarankan kepada Dines Kesehatan agar mengadakan pelatihan kembali untuk meningkatkan pengetahuan petugas, menyediakan dana khusus untuk pembinaan, meningkatkan pengawasan, menyediakan dan memperbaiki sarana, dan lebih memperhatikan pelaksanaan program ISPA. Bagi kepala Puskesmas agar meningkatkan pembinaan dan pengawasan, mengadakan diseminasi, memotivasi petugas ISPA dengan memberikan penghargaan, menyediakan ruang periksa khusus, menambah jumlah petugas ISPA, memberikan perhatian yang cukup terhadap program ISPA dan melakukan pengawasan terhadap rekam medik dan sistem pencatatan dan pelaporan ISPA. Bagi petugas kesehatan adalah agar dalam memberikan pelayanan kepada pasien tetap berpedoman pada standar yang telah ditetapkan, apabila menemukan kesulitan atau hambatan melapor ke pimpinan dan agar setiap petugas ISPA terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menangani pasien ISPA dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan. Bagi peneliti lain agar meneliti variabel-variabel lain diluar variabel yang sudah diteliti dan meneliti lebih lanjut mengenai periunya daftar tilik yang ada sekarang untuk diperbaiki.

Qualitative Analysis of Personnel Compliance In Using ARI Check List in Infants: Case Study in Dempo Community Health Center, Palembang, South Sumatera Year 2001In order to realize the vision of Healthy Indonesia 2010, four health development missions have been set and one of such mission is to maintain and improve high quality, well-distributed and affordable health service. The health service must be done according to the prevailing health standard and shall be done correctly and immediately. Various efforts have been done in an attempt to improve health developments in order to give health service to the people and improve its distribution and quality continuously.
According to the above matters, this research in intended to study the reasons that affect the level of personnel compliance in using the ARI administration standard in infants in Community Health Center in Dempo, Palembang, where the level of compliance of the personnel towards administration standard in such Community Health Center is still low.
This research is a case study by using qualitative approach. The data is obtained through observation and in-depth interview with 5 informants in Dempo Community Health Center. The informants are health personnel that serve the infants ARI patients by performing observation and in-depth interview, while the Head of Community Health Center perform in-depth interview. The health personnel observed are knowledge, attitude, motivation, experience, facilities and rewards, while for the Head of Community Health Center the characteristics observed are supervision or control.
Results of study shows that the cause of incompliance of personnel in using the ARl Check List in infants is the low level of such personnel knowledge toward the knowledge in such check list, the limitation of the available time to serve the ARI infants, the lack of incentive for guidance in such personnel, the lack of supervision from Head of Community Health Center and the lack of personnel needed to serve the ARI patients.
Having observed this research it is suggested that the Health Office to perform retraining to increase knowledge of such personnel, provide special fund for development, increase supervision, provide and improve facilities, and pay more attention to the ART program implementation. For the Head of Community Health Center, they must improve development and supervision, dissemination, motivating the ARI personnel by giving rewards, provide special check room, increase the number of ARI personnel, provide sufficient attention to ARI program and perform supervision towards medical records and recording and reporting system of ARi. For the health personnel, in providing service to the patients they must stick to the standard that has been set, in case they have difficulties or obstacles they must report supervisor and each ARI personnel must continue to increase their knowledge and skill in handling ARI patients by following training. For other researchers, the variables other than that have been to studied can examined and further research regarding the need to improve the existing checklist.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Aryawati
"Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu salah satu hal yang dinilai dalam Quality assurance adalah tingkat kepatuhan petugas. Tingkat kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan pasien ISPA merupakan penilaian terhadap kinerja petugas. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah proyek penerapan QA. Dan Laporan Puskesmas uji coba tingkat kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan masih rendah yaitu 56,0 %.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan petugas standar pemeriksaan ISPA di Puskesmas Kota Bandar Lampung tahun 2002. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan jumlah sampel total populasi sebanyak 102 petugas pemeriksa di Balai Pengobatan. Pengumpulan data untuk memperoleh gambaran faktor yang berhubungan dengan kepatuhan, petugas diminta mengisi kuesioner, sedangkan untuk memperoleh tingkat kepatuhan petugas dengan mengamati petugas selama memeriksa pasien ISPA dengan menggunakan daftar tilik.
Hasil penelitian memperlihatkan dari 102 petugas pemeriksa pasien di BP yang diteliti maka hanya 30,4 % petugas yang patuh, pendidikan berlatar belakang medis 28,4 %, yang memiliki beban kerja ringan hanya 19,6 %, kepala Puskesmas yang mempunyai kepemimpinan kondusif hanya 59,8 %, pengetahuan tentang program ISPA 55,9 % pengetahuan baik, 62,7 % petugas mempunyai motivasi baik, 40,2 % pernah mengikuti pelatihan, 40,2 % petugas mengatakan pernah memperoleh pembinaan dan sarana minimal pemeriksaan dipuskesmas yang lengkap 27,5 %. Dari 8 variabel yang diuji stastististik dengan kai kuadrat diperoleh hubungan yang bermakna antara kepatuhan dengan kepemimpinan, pengetahuan petugas, motivasi, pelatihan, pembinaan dan sarana minimal dengan nilai P < 0,05. Sedangkan untuk analisis multivariat dengan regresi logistik ganda hanya tiga variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan yaitu kepemimpinan, pelatihan dan sarana minimal, dengan nilai P<0,05. Kepemimpinan merupakan variabel yang paling dominan dengan OR 19,8361 kali. Untuk uji interaksi antara ketiga variabel dipemleh hasil yaitu tidak ada hubungan interaksi antara ketiga variabel tersebut.
Kesimpulan secara umum kepatuhan petugas terhadap standar pemeriksaan pasien ISPA di Puskesmas Seluruh Kota Bandar Lampung masih rendah, disarankan kepada Depkes untuk menyederhanakan daftar tilik agar dalam penerapan dilapangan lebih operasional. Kepada Dinas Kesehatan hendaknya dalam penempatan kepala puskesmas harus benar-benar kepala puskesmas mempunyai visi untuk kemajuan puskesmas dan dalam melakukan pembinaan kepada puskesmas secara rutin dan terstruktur dan untuk semua petugas harus membudayakan budaya mutu dalam setiap kegiatannya.

In order to improve the quality of health service the one that should be examined in quality assurance is the level of the health worker compliance. The level of health worker compliance to the examining standard of ARI patient is assessment to health worker?s performance. Lampung City is one of the rural projects in implementing the QA. Based on the report of Health Center model to the standard of examining is still low, that was 56,0%.
The objective of this study is to obtain the information on the factors that related with the level compliance of the health worker, who giving the examining standard of ARI patient at the Health Center of Bandar Lampung in 2002. This study design used cross-sectional, with qualitative and quantitative approaches. The number of sample and population was 102 examiner workers at the Health Center. The data were collected to obtain the description of factor that related with the compliance, the worker asked to fill-out the questionnaire, while to obtain the level of worker compliance by observation to the worker during the examining of ARI patient, the observation used checklist.
The result of this study shows that out of 102 patients who examining by the workers at the Health Center which studied, it was only 30,4% whose compliance. Their education background in medical was 28.4%. The ones who having light work loading are 19,6%. Head of the Health Center who's having conducive leadership only 59.8%, the knowledge on ARI program was good 55,9%. The workers who having good motivation was 62,7%, 40,2% ever followed the training, 40,2% workers said that they ever obtained the development and minimal utility of full examining at the Health Center was 27,5%.
Four variables, that are education, staffs knowledge, the facility of examining, leadership, work load, supervision, training, and motivation statistically significant associated with compliance, and minimum equipment with p<0,05. While for multivariate analysis by double logistic regression, only three variables that significantly having relationship to compliance, i.e. leadership, training and minimal utility, with p<0,05. The leadership was variable those the most dominant with OR 19,8361 times. For interaction test among the three variables, it obtained the result; i.e. there was not any relation among those three variables.
The conclusion in general, the health worker compliance to the examining standard of ARI patient at the Health Center throughout Bandar Lampung City was still low, It is suggested to the MOH to make simple the examining list in order the implementation at the field more professional. To Local Health Office, when he placed the head of Health Center should be the real of head of Health Center who's having vision to the development of the Health Center and in doing the development to Health Center routinely and structurally. For entire of the health workers should be socialized the quality in each activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Elida Hairunida Br.
"Posyandu berguna untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku kunjungan ke posyandu pada ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Dengan sampel 298 ibu balita yang dipilih secara acak di 20 posyandu. Hasil penelitian didapatkan ibu balita yang berperilaku baik berkunjung ke posyandu masih rendah sebanyak 39,9%. Ada 5 variabel yang secara statistik berhubungan dengan perilaku kunjungan ke posyandu yaitu lebih banyak pada ibu yang berpendidikan dibawah SMP, berpengetahuan baik, bersikap positif, memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) serta membutuhkan pelayanan posyandu. Disarankan untuk melakukan dan meningkatkan monitoring upaya promosi kesehatan dengan supervisi langsung ke posyandu dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kegiatan yang ada di Posyandu.

Posyandu is useful to empower communities and to provide the easiest of obtaining basic health services. The objectives of this study was conducted to determine the related factors with the behavior visits to posyandu on toddlers mothers in the working area of health center Depok Pancoran Mas in 2012. This study was a descriptive with cross sectional design. There were 298 samples of toddlers mothers randomly chosen in 20 posyandu. The results obtained are wellbehaved toddler mothers as much as 39.9%. There are five variables that were statistically related with the behavior visits to posyandu namely: there were more on educated mothers under Junior School, good knowledge, positive thinking, the ownership of Health Child Card (KMS) and the needs to posyandu. It is further recommended to perform and improve the monitoring of health promotion efforts with direct supervision to posyandu and provide counseling to the public about the existing activities in posyandu."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiah Resti
"Meningkatnya Usia Harapan Hidup UHH di Indonesia telah meningkatkan jumlah populasi lansia. Pada 2016, jumlah lansia di Indonesia mencapai lebih dari 7 total penduduk. Meningkatnya UHH menyebabkan angka kesakitan karena penyakit degeneratif semakin tinggi. Akses lansia terhadap pelayanan kesehatan penting untuk diperhatikan karena lansia rentan menderita sakit dan disabilitas. Angka kesakitan lansia tahun 2015 sebesar 25,05 , meningkat dari 24,8 pada tahun 2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan pada lansia. Penelitian ini merupakan analisis kuantitatif menggunakan data sekunder Susenas 2016 dengan desain potong lintang terhadap 48.971 lansia yang mengalami keluhan kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa 58,32 lansia sakit memanfaatkan pelayanan rawat jalan ke FKTP, FKTL, dan fasilitas kesehatan formal lainnya. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan rawat jalan pada lansia adalah usia lebih dari 90 tahun, kepemilikan jaminan, regional, status ekonomi, rasio puskesmas, jarak ke FKTP, jarak ke FKTL, riwayat rawat inap, status rokok, gangguan aktivitas, dan keparahan keluhan. Gangguan aktivitas merupakan faktor yang paling berhungan dengan pemanfaatan rawat jalan lansia. Saran dari studi ini adalah menerapkan strategi jemput bola agar banyak lansia memanfaatkan Posyandu lansia, memperkuat program home care bagi lansia renta maupun lansia tidak mandiri. Selain itu, memperluas cakupan jaminan kesehatan untuk lansia miskin, meningkatkan jumlah Puskesmas santun lansia, serta meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam menciptakan lingkungan yang ramah lansia dan mendukung program kesehatan lansia.

Life expectancy in Indonesia has improved, consequently it increased number of elderly population in Indonesia. In 2016, the number of elderly people reached more than 7 of the total population. In addition, the number of morbidity due to degenerative diseases is increase. In 2015, the morbidity rate of elderly people in Indonesia was 25.05 , increased from 24.8 in 2014. Health conditions of the elderly and their access to care are important for policy makers to develop a better plan This study was conducted to determine the use of outpatient health services among elderly. This research was using secondary data from Susenas 2016. The study design was cross sectional covering 48,971 elderly in Indonesia who experienced perceived health symptom. The results of the study showed that 58.32 of sick elderly used outpatient services to the primary care FKTP , secondary care FKTL , and other formal health facilities. Factors related to the utilization of outpatient health services by elderly were age more than 90 years , health insurance, regional, economic status, availability of health centers, distance to health facilities, history of hospitalization, smoking status, activity disorder and perceived severity of illness. Disorder in doing daily activity is the dominant factor that related to the use of outpatient care among the elderly. This study suggests to initiate effort that proactively involve elderly to utilize Posyandu, strengthen home care program, increase number of elderly friendly health center, expand health insurance coverage for poor elderly, and improve cross sectoral coordination in creating elderly friendly environment as well as supporting elderly health program."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>