Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moh Yuda Sudawan
"ABSTRAK
Adanya kebijakan penangguhan upah telah melahirkan suatu ketidakpastian
hukum, dimana Upah Minimum sebagai safety net yang ditetapkan pemerintah
menjadi tidak pasti karena dimungkinkan untuk menyimpangi ketentuan tersebut.
Dampak terhadap penetapan upah minimum tersebut biasanya dialami oleh
pekerja/buruh dan pengusaha. Pekerja/buruh menganggap bahwa besaran UMP
yang ditetapkan Gubernur terlalu kecil sehingga tidak mencukupi kebutuhan
hidup mereka. Tak jarang mereka melakukan usaha-usaha seperti mogok kerja
atau unjuk rasa agar Gubernur meninjau ulang besaran upah minimum. Di sisi
lain, banyak pengusaha menganggap UMP tersebut terlalu tinggi. Sehingga,
kesulitan untuk membayarnya. Namun, ada upaya lain yang dapat dilakukan
untuk mengantisipasi beban pengusaha tersebut, yaitu pengusaha dapat
mengajukan permohonan penangguhan kepada Gubernur sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.231/MEN/2003
tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum.
Dalam putusan PTUN Jakarta Nomor 62/G/2013/PTUN-JKT dan Putusan
Banding No. 10/B/2014/PT.TUN.JKT, terkait lingkup perburuhan, pengaturan
mengenai penangguhan UMP masih perlu ditinjau ulang, khususnya terkait batas
waktu kelengkapan berkas dalam mekanisme pengajuan penangguhan UMP.
Dalam hal kesepakatan antara pengusaha dengan serikat/pekerja sebagai
prasayarat kerap dilalui dengan upaya intimidasi yang dilakukan oleh pengusaha
yang bertentangan dengan hukum. Ada terobosan yang dikeluarkankan majelis
hakim. Salah satunya, serikat pekerja dianggap sebagai subjek hukum yang dapat
menggugat ke PTUN.
Penyelesaian hukum terhadap pembatalan penangguhan upah minimum, selain
memberikan kepastian hukum terhadap kelompok buruh/pekerja, juga
menimbulkan konsekuensi lain dan bentuk penyelesaian konsekuensi tersebut
akan melalui proses di Pengadilan Hubungan Industrial apabila pihak perusahaan
yang dinyatakan batal keputusan pelaksanaan penangguhan upah tidak
menjalankan kewajibannya yaitu untuk membayarkan upah sebesar UMP di tahun
2013

ABSTRACT
The policy for wage suspension bring out a legal insecuties, whereas the
minimum wage that sould act as a safety net set by the government becomes
uncertain because it is possible to rule out those law. The effect of minimum wage
act usually affect worker/labourer and business owner. Worker/labourer are
assuming that the amount of Provincial Minimum Wage (PMW) that set by
governor is too low comparing the cost of living they regularly spent. It is not
infrequently they make efforts to protest those such as act of strikes or
demonstrationsso that the Governor can review the amount of minimum wage. On
the other hand, many business owner considering that the PMW is too high and
that makes it hard to cover.But there is still a way to anticipate the business owner
load such as apply a suspension request addressed to the Governor in accordance
with the Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.231/MEN/2003 on Procedures for the Suspension of Minimum Wage
Implementation.
In a Jakarta Civil Court of Justice (PTUN) judgment No. 62/G/2013/PTUN-JKT
and its appeal on No. 10/B/2014/PT.TUN.JKT related to the scope of labor,
regulation for PMW suspension is still in need of reviewing, specifically on the
deadline for submission of the complete file in the mechanism of PMW
suspension. In the case of illegal business owner intimidation that often found on
worker/labour union and business owner agreement as a prerequisite, a
breakhtrough are issued by the judges, such as labour union is now considered as
a legal subject that have right to file a suit to PTUN.
Legal settlement against Suspension of Minimum Wage Implementation, not only
giving a legal security for worker/labour but also gives another consequencies and
those consequency settlement will be processed in Industrial Relations Court if
the business owner is declared void to cancel the suspension of minimum wage
implementation if business owner is not perform their duties to pay the
worker/labour wage according to PMW in 2013."
2016
T46179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krasni Rosa Pantrini Puji Rahayu
"Penulisan tesis ini secara umum memiliki tujuan untuk menganalisis faktor kenaikan upah minimum sebagai variabel utama yang dikontrol oleh pertumbuhan ekonomi, jumlah pekerja, dan partisipasi perempuan terhadap kesenjangan upah pada setiap provinsi di Indonesia. Penelitian ini juga akan menganalisis kesenjangan upah di sektor Pertanian, Manufaktur, dan Jasa, serta menganalisis kesenjangan upah di Tingkat Pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi. Menggunakan data panel, 33 provinsi di Indonesia selama periode tahun 2007 hingga 2013. Hasil estimasi dengan metode fixed effect yang memungkinkan adanya perbedaan kesenjangan upah pada setiap provinsi di Indonesia, menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum mempengaruhi kenaikan kesenjangan upah di seluruh model.

The thesis has generally the purpose to analyze the effect of the increase in the minimum wage on the wage gap in each province in Indonesia. It also analyzed other factors such as economic growth, employment, and the women's participation as control variable on the wage gap. Beside that the wage gap in Agriculture, Manufacturing, and Services and the wage gap in the Basic Education Level, Medium and High also to be analyzed. The data used is panel data of 33 provinces in Indonesia between 2007 to 2013. The estimation result with fixed effect model that allow for differences in the wage gap in every province in Indonesia indicates that the increase in minimum wage affects the increase in the wage gap in all models."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wening Ayu Sasmita
"Pemerintah Indonesia setiap tahunnya meningkatkan upah minimum pekerja. Akan tetapi, pada kenyataannya kebijakan tersebut hanya diimplementasikan di sektor formal sedangkan pasar tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh sektor informal. Menurut teori Welch, kenaikan upah minimum akan menyebabkan penurunan upah pekerja informal. Penelitian ini ingin membuktikan secara empiris apakah upah minimum menekan upah pekerja informal. Melalui rangkaian analisis deskriptif dan regresi fixed-effect yang dibandingkan dengan estimasi regresi lainnya bersama beberapa variabel kontrol, ditemukan bahwa kenaikan upah minimum tidak menekan upah pekerja informal di Indonesia secara keseluruhan dan signifikan bagi pekerja perempuan.

However, in reality these policies are implemented only in the formal sector, while the labor market in Indonesia is still dominated by the informal sector. According to Welch's theory, the increase in minimum wage will cause a decrease in wages of informal workers. This study wants to prove empirically whether minimum wages depress wages of informal workers. Through a series of descriptive analysis and fixed- effects regression compared to other regression estimation along with several control variables, found that minimum wage increases do not depress the wages of informal workers in Indonesia as a whole and significant for women workers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S65672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaitun Rohmah
"ABSTRAK
Tesis ini mengestimasi pengaruh kebijakan peningkatan upah minimum terhadap ketimpangan upah provinsi-provinsi di pulau Jawa tanpa mempertimbangkan dan dengan mempertimbangkan dampak employment. Dengan menggunakan metode semiparametrik diperoleh hasil bahwa meningkatnya upah minimum akan menurunkan ketimpangan upah di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Banten jika dampak employment tidak disertakan. Sebaliknya jika menyertakan dampak employment meningkatnya upah minimum akan meningkatkan ketimpangan upah dengan beberapa asumsi mengenai elastisitas employment dan tingkat upah pekerja yang berhenti bekerja akibat kebijakan upah minimum. Hasil yang berbeda terjadi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur, peningkatan upah minimum menyebabkan meningkatnya ketimpangan upah baik tanpa dan dengan menyertakan dampak employment. Hal ini diduga terjadi karena peningkatan upah minimum yang sangat rendah di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan tingkat kepatuhan akan kebijakan yang menurun cukup tinggi di provinsi Jawa Timur. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kebijakan penetapan upah minimum hendaknya dilakukan dengan hati-hati karena terdapat dampak sampingan berupa unemployment yang harus di pertimbangkan.

ABSTRACT
This thesis estimates the effect of the minimum wage policy on the wage inequality in Java Provinces by using semiparametric method. It is found that the increase in minimum wage will decrease the wage inequality in DKI Jakarta, West Java, Central Java and Banten Provinces by setting aside employment impact,. Conversely, the increase in minimum wage will increase wage inequality in those areas if we consider the employment impact under some assumption about the employment elasticity of minimum wage and wage rate of unemployed workers. Different results occur in the provinces of Yogyakarta Special Region and East Java. In these provinces the increase in minimum wages will lead to an increase in wage inequality, no matter of the inclusion or exclusion of the employment impact. This is due to the insignificant or very low increase of minimum wage in the province of Yogyakarta Special Region and the decrease of policy compliance level in East Java province. The finding suggests that the minimum wage policy should be constructed and implemented cautiously, since there is an unemployment impact needs to be considered that might have an adverse impact to wage inequality."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin Dwi Widyaningrum
"ABSTRACT
Pekerja merupakan aktor penting dalam hubungan industrial. Di dalam hubungan industrial tidak terlepas dari permasalahan tenaga kerja, salah satunya ialah masalah upah. Untuk itu, Pemerintah mengatasi permasalahan upah dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 tentang Pengupahan. Akan tetapi, setelah dikeluarkannya dan dilaksanakannya PP 78/2015 banyak dari serikat pekerja yang menolak karena ada perubahan metode dalam pembayaran upah yang merugikan pekerja. Skripsi ini membahas tentang bagaimana evaluasi atas pelaksanaan Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 78/2015 tentang Pengupahan dan apa permasalahan dan tantangan dalam penetapan upah minimum di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan dimensi-dimensi kriteria evaluasi kebijakan yang dikemukakan oleh Dunn yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, keadilan, responsivitas, dan ketepatan. Data diperoleh wawancara dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menujukkan bahwa evaluasi atas pelaksanaan Kebijakan PP 78/2015 belum memenuhi penghasilan kebutuhan hidup layak pekerja/buruh dimana bahwa dari enam dimensi dan indikator yang digunakan dalam evaluasi belum terlaksana dengan baik. Permasalahan dalam penetepan upah minimum di Provinsi DKI Jakarta yakni dikarenakan PP 78/2015 bertentangan dengan UU 13/2013 tentang Ketenagakerjaan, tidak melibatkan peran Dewan Pengupahan, intervensi politik, dan perbedaan kepentingan antara pekerja dan pengusaha. Disisi lain, terdapat tantangan dalam penetapan upah minimum Provinsi DKI Jakarta yakni harus sesuai dengan kebutuhan riil pekerja, dan mengembalikan konsep safety net.

ABSTRACT
Workers are the main factor in industrial relations. Industrial relations can not be separated from men power issues, one of which is wages. The Government works to resolve the following issue by formulating the Government Regulation No. 78 of 2015 on Wages. However, after being released and implemented, many labor unions decline the regulation since there is an amandment of method in wage payment that harms the workers. This study discusses the evaluation of implementations of Government Regulation No. 78 of 2015 on Wages and what are the issues in formulating the provincial minimum wage in Jakarta. This study uses post positivist approach with the dimensions of policy evaluation criteria proposed by Dunn that is effectiveness, effieciency, adequacy, fairness, responsiveness, and accuracy. The data is obtained from the interviews and the study of literature. The result of this study shows that the evaluation of the implementation of the following regulation has not yet reached the need of proper living of the workers based on the six dimensions and indicators that are used in this study. The issues in fomulation provincial minimum wage in Jakarta is because the regulation is not legally harmonized with Act No. 13 of 2003 on Manpower, in which the act does not involve any role from Wage Councils, political intervention, and distinction of interests between workers and entrepreneurs. On the other hand, there are also two obstacles along the way which must be in accordance with the real needs of workers and restore the concept of safety net. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Widarti
Jakarta: International Labour Office, 2006
331.215 DIA r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Sinar Grafika , 1991
348.025 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mainake, Gabriel F. S.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1995
S20651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>