Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendar Nugrahadi Priambodo
"ABSTRAK
Latar Belakang. Uji biomekanik konstruksi instrumentasi posterior untuk koreksi
skoliosis diperlukan untuk menilai reliabilitas dan performa instrumentasi. Studi
biomekanik terkini telah memvalidasi tulang buatan merupakan pengganti yang
cocok. Densitas sekrup yang rendah dapat mencapai hasil koreksi yang baik tanpa
komplikasi. Penelitian ini membandingkan biomekanik model konstruksi tiga
instrumentasi posterior yaitu : Sekrup Pedikel Bilateral (SPB), sekrup pedikel
pada ujung proksimal, apex, ujung distal end sisi konkaf (PAD), dan PAD
ditambah kawat sublaminar pada sisi konkaf (PAD+SW).
Metode. Tiga kelompok model tulang belakang scoliosis Lenke I Synbone®
dipasang instrumentasi posterior konfigurasi SPB, PAD, PAD+SW dengan
masing masing 5 buah sampel. Setiap kelompok dilakukan uji static test dengan
diberikan gaya aksial secara gradual 50N, 100N, 150N, 200N dengan alat
Tensilon® AMD RTF-1310 buatan Jepang dengan pencatat dial indicator
Mitutoyo buatan Jepang, lalu diukur pergeseran seluruh segmen yang terpasang
instrumentasi posterior secara keseluruhan. Kekakuan yang ditandai dengan loaddisplacment
di ukur dan dianalisa.
Hasil. Kelompok SPB sebagai standar emas menunjukan pergeseran paling kecil,
diikuti dengan PAD+SW dan PAD. Didapatkan perbedaan yang bermakna dalam
hal pergeseran antara kelompok SPB, PAD dan PAD+SW pada gaya 50N
(p<0.001), 100N (p<0.001), dan 200N (p<0.001), dan tidak bermakna pad agaya
150N (p=0.086). Didapatkan pula perbedaan yang bermakna dalam hal kekakuan
antara kelompok SPB, PAD dan PAD+SW pada gaya 50N (p=0.002), 100N
(p<0.001), dan 200N (p<0.001), dan gaya 150N (p<0.001).
Simpulan. Pada uji biomekanik dengan static test menunjukan terdapat hubungan
yang signifikan antara displacement dan kekakuan pada instrumentasi posterior.
Kelompok SPB memberikan hasil paling kaku dibanding PAD+SW dan PAD.
Densitas sekrup pedikel yang rendah berakibat berkurangnya kekakuan dari
instrumentasi posterior. Penambahan kawat sublaminar dapat secara signifikan
meningkatkan kekuatan.

ABSTRACT
Introduction. Biomechanical construction test of posterior instrumentation for
scoliosis correction is needed to evaluate the reliability and instrumentation
performance. Latest biomechanical testings have validated bone model as a
suitable substitute. Low sekrup pedikel density can correct without significant
complication. This study compared biomechanics of three posterior
instrumentations: Bilateral pedicle screw (BPS), pedicle screw on proximal end,
apex, distal end concave side (PAD), and PAD with sublaminar wire at the
concave side (PAD+SW).
Method. Three groups of vertebral model of Scoliosis Lenke I Synbone® is
equipped with configurations of 15 samples posterior instrumentations divided
into three groups of BPS, PAD, PAD+SAW. Each of the static test is given axial
force gradually from 50N, 100N, 150N, and 200N using Tensilon® AMD RTF-
1310 from Japan, with dial indicator Mitutoyo, Japan,. Total displacement were
measured for each groups. Stiffness were also analyzed using load-displacement
ratio.
Result. BPS as the current gold standard showed minimal displacement, followed
by BPS, PAD and PAD+SAW for 50N (p<0.001), 100N (p<0.001), and 200N
(p<0.001) force, and was not significant for 150N (p=0.086). There was also
significant difference between the stiffness of BPS, PAD and PAD+SW for 50N
(p=0.002), 100N (p<0.001), 150N (p<0.001) and 200N (p<0.001)
Consclusion. For biomechanical testing with static test, type of posterior
intrumentations showed significance relationship with displacement and stiffness.
BPS groups were more rigid compared to PAD+SW and PAD. Low density of
sekrup pedikel resulted in the decrease of stiffness and posterior instrumentation.
Kawat sublaminar addition significantly added the strength."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Rachmawati
"

ABSTRAK

 

Nama                   : Yenny Rachmawati

Program studi      : Dermatologi dan Venereologi

Judul                    : Perbandingan Efektivitas serta Keamanan antara Krim Pelembap Niasinamid 4% dan Virgin Coconut Oil 30% untuk Pencegahan Sekunder Dermatitis Tangan Akibat Kerja pada Perawat Intensive Care Unit : Uji Klinis Acak Tersamar Ganda

 

Latar belakang:  Dermatitis tangan akibat kerja (DTAK) sering terjadi pada perawat Intensive Care Unit (ICU) terutama pada individu yang rentan akibat pajanan iritan berupa hand rub alcohol dan aktivitas cuci tangan berulang. Penggunaan pelembap adalah salah satu rekomendasi untuk perawatan kulit pada DTAK. Niasinamid memiliki efek antiinflamasi dan dapat memperbaiki fungsi sawar kulit. Vigin coconut oil (VCO) kaya akan kandungan lipid dan asam laurat, serta memiliki efek oklusif. Sampai saat ini belum ada panduan dan referensi jenis pelembap untuk pencegahan sekunder pada DTAK.

 

Tujuan: Mengetahui perbandingan efektivitas serta keamanan antara krim pelembap niasinamid 4% dan VCO 30% untuk pencegahan sekunder dermatitis tangan akibat kerja pada perawat ICU.

 

Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda terhadap perawat ICU dengan DTAK pada bulan September hingga Oktober 2019. Pasien yang memenuhi kriteria penerimaan dan bersedia mengikuti penelitian, mendapat niasinamid 4% atau VCO 30% sesuai dengan randomisasi blok. Pengolesan pelembap dilakukan dua kali sehari selama 28 hari. Perbaikan klinis dinilai dengan parameter skor Hand Eczema Scoring Index (HECSI) dan penilaian sawar kulit dinilai dengan transepidermal water loss (TEWL) serta hidrasi kulit dengan skin capasitance (SCap) pada hari ke-14 dan hari ke-28. Keamanan dinilai berdasarkan efek samping selama penelitian.

 

Hasil: Didapatkan 46 SP pada masing-masing kelompok niasinamid 4% dan VCO 30%. Terdapat penurunan skor HECSI pada kedua kelompok perlakuan di hari ke-14 dan hari ke-28. Median skor HECSI  di kelompok niasinamid 4% dan VCO 30%  pada hari ke-14 yaitu 6,5 dan 6 (p 0,160), serta pada hari ke-28 yaitu 4 dan 3 (p 0,046). Pada hari ke-28, perbedaan skor HECSI kedua kelompok secara statistik bermakna, namun secara klinis tidak bermakna. Terdapat penurunan nilai TEWL pada kedua kelompok perlakuan di hari ke-14 dan hari ke-28 dibandingkan baseline, namun pada area palmar di kelompok niasinamid 4% terdapat sedikit peningkatan nilai TEWL pada hari ke-28. Terdapat peningkatan nilai SCap pada kedua kelompok perlakuan di hari ke-14 dan hari ke-28 dibandingkan baseline. Kedua pelembap dapat ditoleransi dengan baik dengan efek samping minimal.

 

Kesimpulan: Niasinamid dan VCO efektif memperbaiki klinis DTAK pada perawat ICU, walaupun tidak terdapat perbedaan bermakna antara krim pelembap niasinamid 4% dengan VCO 30% untuk pencegahan sekunder dermatitis tangan akibat kerja pada perawat ICU

 

Kata kunci: dermatitis tangan akibat kerja, efektivitas, keamanan, pelembap, niasinamid 4%, VCO 30%

 


ABSTRACT

 

Name                 : Yenny Rachmawati

Study Program : Dermatologi dan Venereologi

Title                   : Comparison of the Effectiveness and Safety between Moisturizing Cream Containing Niacinamide 4% and Virgin Coconut Oil 30% for Secondary Prevention of Occupational Hand Dermatitis in Intensive Care Unit Nurses: a Double Blind Randomized Clinical Trial

 

Background:  Occupational hand dermatitis (OHD) often occurs in intensive care unit (ICU) nurses, especially in individuals who are vulnerable due to irritant exposure e.g. hand rub alcohol and repeated hand washing activities. The use of moisturizer is one of the recommendations for skin care in OHD. Niacinamide which has anti-inflammatory effects and can improve the skin sawar function. Virgin coconut oil (VCO) is rich in lipids and lauric acid, and has an occlusive effect. Until now there are no guidelines and reference types of moisturizers for secondary prevention in OHD.

 

Objective: To assess the difference of effectiveness and safety between moisturizing cream containing niacinamide 4% and VCO 30%  for secondary prevention of occupational hand dermatitis in ICU nurses

 

Methods: A double blind randomized controled trial was performed in ICU nurses with OHD during September–October 2019. Patients who fulfilled inclusion criteria and willing to be involved in the study were allocated to niacinamide 4% or VCO 30% based on block randomization.  Moisturizer were applied twice daily for 28 days. Measurement of Hand Eczema Scoring Index (HECSI) scores were conducted to evaluate the clinical improvement . Measurement of transepidermal water loss (TEWL) were conducted to evaluate the barrier skin and skin capacitance (SCap) values were conducted to evaluate skin hydration on 14th and 28th day. Safety were assessed based on side effects during research.

 

Results: There were 46 subjects in each arms of intention, the niacinamide 4% arm and in the VCO 30% arm. There were a decrease in HECSI scores in both treatment groups on 14th and 28th  day. The median score of HECSI in niacinamide 4% and VCO 30% on 14th day were 6.5 and 6 (p 0.160), and on 28th day were 4 and 3 (p 0.046). On 28th day, the difference in HECSI scores of the two groups were statistically significant, but clinically not significant. There were a decrease in TEWL values in both treatment groups on 14th and  28th day compared to baseline, but there were a slight increase in TEWL values in the palmar area in the niacinamide group on 28th day. There were an increase in SCap values in both treatment groups on 14th and 28th day compared to baseline. Both moisturizers were well tolerated with minimal side effects.

 

Conclusion: Niacinamide 4% and VCO 30% were effective in improving clinical OHD in ICU nurses, although there were no significant difference between moisturizing cream containing niacinamide 4% and virgin coconut oil 30% for secondary prevention of occupational hand dermatitis in ICU nurses.

 

Keywords: occupational hand dermatitis, effectiveness, safety, moisturizer, niacinamide 4%, VCO 30%

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Mestika Diza
"ABSTRAK
Karakteristik produksi industri kertas berbeda dengan industri lainnya, sehingga risiko K3 yang dihadapi juga akan berbeda. Risiko K3 yang berbeda, maka acuan penilaian risikonya juga akan berbeda setiap jenis industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko K3 selama proses produksi kertas dan pengendalian yang telah dilakukan industri kertas, kemudian penelitian ini akan merumuskan tool untuk penilaian tingkat risiko K3 dan model pengendalian risiko K3 yang sesuai dengan karakteristik produksi industri kertas. Metode yang digunakan adalah Job Safety Analysis JSA dan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri kertas memiliki 3 tahapan utama proses produksi, yaitu penyediaan bubur kertas, pembentukan lembaran kertas, dan penyempurnaan produk. Setiap tahap memiliki risiko secara berurutan sebanyak 15 risiko, 13 risiko, dan 16 risiko. Setiap risiko memiliki tingkat kemungkinan terjadi dan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Perpaduan antara kemungkinan terjadinya risiko per periode dan keparahan konsekuensi menghasilkan besarnya skor risiko. Risiko yang mendapat skor 1-7 termasuk kategori rendah, risiko dengan skor 8-16 termasuk kategori sedang, dan risiko dengan skor 17-25 termasuk kategori tinggi. Penilaian risiko yang tepat membutuhkan matriks dengan kriteria risiko yang sesuai dengan karakteristik risiko di industri kertas. Pemahaman karakteristik produksi pada suatu industri diperlukan agar pengendalian risiko yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan industri tersebut, sehingga risiko dapat diminimalkan, produktivitas semakin meningkat, dan keberlanjutan industri kertas tetap terjaga.

ABSTRACT
Paper industry production characteristic is different from other industries, that the OSH risks faced are different as well. Different OSH risks, therefore evaluation standard of the risks and how to control will also be different on every kind of industry. This study aims to know OSH risk during production process and evaluate OSH risk control which has been applied by the company, then determine the tools of OSH risk assessment and determine model of OSH risk control which is suitable for paper industry. The method used is Job Safety Analysis and content analysis. The result of the research shows that paper industry has 3 main phases pulp preparation phase, paper making phase, and finishing product phase. There are 15 kinds of risk on pulp preparation phase , 13 kinds of risk on paper making phase, and 16 kinds of risk on finishing product phase. Each risk has a different level of probability and severity. The combinations of probability and the severity of incident results in risk score. Score 1 7 for Low category, score 8 16 for Middle category, and score 17 25 for High category. Appropriate risk assessment requires a matrix with risk criteria that match the risk characteristics in the paper industry. Understanding the characteristic of production on industry is very important, that the risk control set is suitable for the needs of that industry, so that risks can be reduced, productivity increases, and the sustainability of the paper industry is maintained. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Marlina Sari
"Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan sehari-hari selain udara. PT XYZ merupakan salah satu perusahaan yang mengolah air baku menjadi air bersih. Dalam pengolahannya menggunakan peralatan dan teknologi yang canggih. Oleh sebab itu, banyaknya bahaya yang ada sangat memungkinkan untuk terjadi kecelakaan. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan ialah dengan melakukan identifikasi bahaya dan risiko serta penilaian risiko. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahaya dan risiko yang ada di PT XYZ dengan menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dan dilakukan pengukuran semi kuantitatif. Dari hasil identifikasi bahaya dan risiko yang dilakukan terdapat 71 jenis bahaya dan risiko. Lima diantaranya memiliki nilai risiko tertinggi, yaitu kegagalan sistem netralisasi saat kebocoran klorin, tertimpa benda dari crane, kebocoran pada atap trafo, jatuh dari ketinggian, dan confined space. Bahaya tersebut termasuk dalam level risiko high risk dan medium risk. Konsekuensi yang ditimbulkan dari bahaya tersebut adalah cedera memar dan punggung, patah tulang, ledakan, pingsan hingga menyebabkan kematian. Berbagai macam upaya pengendalian dilakukan sehingga tingkat risiko menjadi medium dan low risk.

Water is one of the components required humans in everyday life than air. XYZ is one of the companies that process raw water into clean water. In the processing using advanced equipment and technology. Therefore, there are many dangers that it is possible for an accident. One effort to prevent accidents is to identify the hazards and risks as well as risk assessment. Therefore, this study was conducted to determine the hazards and risks that exist in XYZ by using descriptive analysis and semi-quantitative measurement. From the results of hazard identification and risk undertaken are 71 types of hazards and risks. Five of them have the highest risk values, namely the failure of the current system of neutralization of chlorine leaks, falling objects from cranes, leaks in the roof of the transformer, falls from height, and confined space. The dangers include the risk level of high risk and medium risk. Consequences arising from the dangers are bruises and back injuries, broken bones, explosion, fainting to death. Various kinds of control measures carried out so that the level of risk into the medium and low risk."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Setyowati
"PT X adalah salah satu anak perusahaan manufaktur Astra Group dengan kegiatan dan produksinya memiliki potensi menimbulkan dampak terhadap aspek K3 yang dapat mengakibatkan kecelakaan, kebakaran dan penyakit akibat kerja. Dari data Frequency Rate & Severity Rate di Divisi Agrobussiness & Divisi Heavy Equipment - Astra Group masih cenderung mengalami peningkatan, maka perlu dilakukan perbaikan dan evaluasi Pedoman Sistem Manajemen LK3 (SMLK3) atau disebut juga Astra Green Company.
Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik. Data kualitatif Elemen SMLK3 yang telah dikembangkan oleh PT Astra International Tbk Korporat dalam bentuk tabel dan narasi dianalis dengan membandingkan Sistem Manajemen K3LL yang telah dikembangkan PT Pertamina Korporat yang mengacu pada persyaratan OHSAS 18001, OHSMS Australian/ New Zealand Standard 4801:2001 dan ISO 14001. Data kualitatif kondisi eksisting implementasi SMLK3 didapatkan dari hasil asesmen, wawancara, verifikasi dokumen dan tinjauan lapangan, kemudian dianalisis dengan membandingkan Pedoman SMK3LL PT Pertamina Korporat.
Hasil penelitian perbandingan SMLK3 yang dikembangkan oleh PT Astra International Tbk dengan SMK3LL PT Pertamina Korporat secara substansi sama, namun ada 4 (empat) Elemen yang belum dikembangkan PT Astra International Tbk yaitu tahap 2 - Perencanaan (Planning) Elemen 1 - Penilaian Awal (initial review), Elemen 7 - Manajemen Perubahan, ELemen 10 - Dokumentasi dan Elemen 11 - Penyelidikan Kejadian. Untuk evaluasi penerapan SMLK3 di PT X diketahui bahwa status akhir pencapaian adalah Hijau (76 - 89 %).
Untuk memperkaya SMLK3 AI, disarankan perlu mengembangkan 4 (empat) elemen dalam SMLK3 yaitu pada tahap 2 - Perencanaan (Planning) Elemen 1 - Penilaian Awal (initial review), tahap 3 - Penerapan Elemen 7 - Manajemen Perubahan, ELemen 10 - Dokumentasi dan Elemen 11 - Penyelidikan Kejadian. Dengan mengacu pada usulan perbaikan, setelah dievaluasi penerapan SMLK3 di PT X seyogyanya diperhatikan pada pilar 1 - Green Strategy mengenai updating identifikasi peraturan perundangan dan persyaratan lainnya dan pengendalian dokumen eksternal; pilar 2 - Green Process mengenai pengendalian operasional yang mencakup instalasi listrik, alat pelindung diri, alat proteksi kebakaran, housekeeping, bejana tekan dan instalasi petir; pilar 3 - Green Product mengenai penetapan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghasilkan Green Product sesuai program-program yang sudah ditetapkan, termasuk jadwal waktu pelaksanaannya; pilar 4 - Green Employee tentang pelaksanaan rencana pelatihan yang telah ditetapkan, sesuai jadual yang ada dan dilakukan evaluasi pelatihan sesuai kompetensinya. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annete Kusuma Wardani
"Kecelakaan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan Iereng penambangan akan berdampak kepada pekerja, peralatan dan lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan kerugian bagi pemsahaan dan menghambat proses produksi. Kestabilan Iereng dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor ekstemai maupun faktor intemal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa terhadap faktor-faktor yang menyebabkan longsoran untuk mengurangi tingkat keparahan akibat keoelakaan yang disebabkan oleh ketidakstabilan Iereng penambangan. Penelitian ini berupa deskriptif kualitatif karena penelitian ini memberikan gambaran tentang faktor»faktor yang mempengaruhi kestabilan Iereng pada PT. XY. Analisa risiko dilakukan dengan perhitungan faktor probabilitas dan konsekuensi. Kemudian dilakukan analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.
Lokasi A memiliki kondisi geologi dengan faktor muka air tanah basah dan bidang diskontinyu I bidang lemah sangat dekat. Geometn lereng (ketinggian dan kemiringan) 10 m dengan sudut keminngan antara 20° - 45°, dan pada lokasi ini tidak diiakukan kegiatan pemboran dan peledakan. Probabilitas lereng longsor pada lokasi A sebesar 21.77 x 10? atau probabilitas sedang (tingkat 2) atau terjadi iererig Iongsor sebanyak 21,77 kali dalam 1000 bulan. Dengan range konsekuensi yang disebabkan oleh lereng Iongsor mengakibatkan kerugian financial terendah sebesar Rp. 2.177.000 (>Rp. 1oo.ooo A Rp. 100.000.000) dan kemgian financial teninggi sebesar Rp. 217.700.000.000 (> Rp. 10.000.000.000) dalam 1000 bulan. Maka didapat nilai risiko 4 (untuk konsekuensi sedang) atau termasuk kedalam low risk dan niiai risiko 8 (untuk konsekuensi sangat tinggi) atau termasuk kedaiam medium risk.
Lokasi B memiliki kondisi geologi dengan faktor muka air tanah basah dan bidang diskontinyu I bidang lemah sangat dekat. Geometri lereng (ketinggian dan kemiringan) 10 m dengan sudut kemiringan antara 20° - 45°, dan pada lokasi B diiakukan kegiatan pemboran dan peiedakan dalam aktivitas penambangannya. Probabilitas iereng Iongsor pada lokasi B sebesar 23.29 X 10° atau probabilitas sedang (tingkat 2) atau terjadi iereng longsor sebanyak 23.29 kali dalam 1000 bulan. Dengan range konsekuensi yang disebabkan oleh lereng Iongsor mengakibatkan kerugian inancial terendah sebesar Rp. 2.329.000 (>Rp. 100.000 - Rp. 100.000.000) dan kerugian tinancial tertinggi sebesar Rp. 232.900.000.000 (> Rp. 10.000.000.000) dalam 1000 bulan. Maka didapat nilai risiko 4 (untuk konsekuensi sedang) atau termasuk ke-dalam low risk dan nilai risiko 8 (untuk konsekuensi sangat tinggi) atau termasuk kedalam medium risk.

The accident cause by the instability of mining slope will have an impact to the worker, tools and environment which can cause financial loss to the company, and slowing down the production process. The slope's stability influenced by many internal and extemal factors. Thus further study to analyze these factors are needed, to reduce This research method is using qualitative descriptive, to give an illustration about which factors influence the slope stability at PT. XY. Risk analysis is using probability factor and consequences. Further analysis is taken to analyze which factors have the most influence in slope stability.
Location A have a wet soil surface and discontinue geological condition factors. Slope geometry 10 m, angle between 20° - 45°, no activities of blasting and drilling in this location. Landslide probability in this location is 21.77 x 10`3 or medium probability (grade 2) or landslide will occur in 21.77 times in 1000 months. With this consequences range cause by the landslide will have an impact to the lowest financial loss for about Rp. 2.177.000 (>Rp. 100.000 - Rp. 100.000.000) and tl1e highest 'financial loss for about Rp. 217.700.000.000) Rp. 10.000.000.000) in 1000 months, Grade risk 4 (for medium consequences) or low risk and grade risk 8 (for very high consequences) or medium risk.
Location B have a wet soil surface and discontinue geological condition factors. Slope geometry 10 m, angle between 20° - 45°, several activities of blasting and drilling in this location is in progress. Landslide probability in this location is 23.29 x 10'° or medium probability (grade 2) or landslide will occur in 23.29 times in 1000 months. With this consequences range cause by the landslide will have an impact to the lowest nnancial loss for about Rp. 2.329.000 |[>Rp. 100.000 - Rp. 100.000.000) and the highest financial loss for about Rp. 232.900.000.000 (> Rp. 10.000.000.000) in 1000 months. Grade risk 4 (for medium consequences) or low risk and grade risk 8 (for very high consequences) or medium risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34484
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandita Tonyka Maharani
"UNESCO telah mengakui batik Indonesia sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia pada tahun 2009. Industri batik sangat berkembang dan mempekerjakan banyak orang. Hasil penelitian sebelumnya di perusahaan X menunjukkan bahaya tertinggi adalah kimia dan ergonomik, mereka bekerja dengan statis selama 6-8 jam/hari dalam posisi janggal dan banyak yang mengeluhkan pegal di seluruh bagian tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prototipe kursi dan gawangan yang disesuaikan dengan data antropometri pekerja dan menguji coba prototipe yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pengukuran antropometri. Hasilnya menunjukkan prototipe memperkecil risiko ergonomi pada bagian punggung, tangan/pergelangan tangan, dan leher tanpa mempertimbangkan keluhan MSDs.

UNESCO recognized batik Indonesia as Intangible Cultural Heritage of Humanity at 2009. Batik is a widespread industry and employed many workers. The previous study in the company stated that chemical and ergonomical are the highest hazards, work for 6 8 hours day in awkward position and complaint about the weariness.
The purpose of the study was to develop the prototypes according to the workers rsquo anthropometry data and to test them. The study was conducted by observation, interview, and anthropometry measurement. The result stated that the prototypes decrease the ergonomic risks on the back, wrist hand, and the neck without considering the MSDs complaints.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Desyariani
"Kelelahan merupakan suatu bentuk mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara central oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibasi (bersifat parasimpatis). Kondisi lelah biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, namun semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh seseorang. PT. X adalah perusahaan penghasil beton campuran pertama dan terbesar di Indonesia. PT. X menggunakan Truk Mixer dalam proses pengiriman beton campuran ke lokasi-lokasi yang melakukan pemesanan. Maka dari itu proses kerja lebih banyak dilakukan dalam perjalanan.
Berdasarkan proses kerja yang terjadi pada di PT. X, dapat diketahui bahwa angka kecelakaan kerja yang terjadi lebih banyak di jalan. Itu artinya pekerja yang memiliki potensi kecelakaan lebih besar adalah pekerja yang mengendalikan alat transport/truk di jalan, yaitu pengemudi truk mixer. Hasil dari data sekunder yang diperoleh di dapatkan bahwa tingkat pengalaman, jumlah Over time dan jumlah waktu tempuh perjalanan pada pengemudi truk mixer di PT. X sangat bervariasi dan melampaui batas over time yang di izinkan menurut UU Tenaga Kerja Tahun 2003 Pasal 78 ayat 2. Dimana ketiga variabel tersebut termasuk salah satu faktor yang memberi kontribusi terjadinya kelelahan yang mengakibatkan suatu kecelakaan, yaitu dalam kelompok klasifikasi intensitas dan lamanya kerja fisik.
Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah relasi atau hubungan antara waktu tempuh dan Over Time pengemudi PT. X dengan frekuensi kelelahan pada tahun 2008 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.
Dari hasil analisis data dan wawancara mendalam pada pengemudi, Senior Driver, dan beberapa staff yang terkait dalam Departement Trasnportasi di PT. X, diperoleh hasil bahwa tingkat pengalaman pengemudi kurang dari 2 tahun yang mengalami kelelahan dengan frekuensi kadang-kadang sebesar 76,5 %, rata-rata waktu tempuh lebih dari atau sama dengan 2 jam yang mengalami kelelahan dengan frekuensi munculnya kadang-kadang 65,2 %, dan rata-rata waktu over time lebih dari atau sama dengan 3 jam mengalami kelelahan dengan frekuensi munculnya kadangkadang sebanyak 59, 1 %.
Kesimpulan diperoleh bahwa rata-rata over time sudah melampaui batas yang ditentukan, namun memang kelelahan muncul dengan frekuensi kadang-kadang, artinya kelelahan itu muncul 1-2 hari dalam seminggu pada pengemudi truck mixer PT. X.
Dalam rangka mengurangi frekuensi munculnya gejala kelelahan, sebaiknya perusahaan membatasi jumlah over time pada pengemudi, memberikan sosialisasi perlunya peregangan otot dilakukan saat pengemudi sedang proses kerja di Proyek konsumen, membuat shift kerja yang lebih teratur, dan menyediakan pompa yang dapat disewakan pada Proyek yang memindahkan campuran beton secara manual."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Ismail
"Ruang Lingkup dan Metodologi Penelitian
Basemen adalah suatu bangunan di bawah tanah yang digunakan sebagai tempat parkir atau tempat pemberhentian kendaraan bermotor. Petugas parkir terpajan emisi mobil seperti timbal dll. Penggunaan masker hidung untuk melindungi karyawan tersebut selama bekerja tidak pernah diterapkan. Emisi timbal adalah zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Studi ini mengidentifikasi kegunaan masker karbon aktif untuk mengurangi konsentrasi timbal dalam tubuh manusia yang diukur dengan konsentrasi timbal di dalam urin. Bermacam literatur menyebutkan bahwa masker karbon aktif dapat mengurangi konsentrasi timbal melalui inhalasi. Studi ini adalah studi eksperimental secara random. Duapuluh-dua karyawan dipilih, terdiri dari 11 sebagai kelompok studi dan 11 sebagai kelompok kontrol. Kelompok studi memakai masker hidung karbon-aktif sedangkan kelompok kontrol memakai masker hidung biasa. Lama intervensi satu bulan. Jenis data yang dikumpulkan adalah konsentrasi timbal di dalam urin, umur, lama kerja, tingkat pendidikan, status gizi, kebiasaan merokok, dan lama pemakaian masker hidung. Survei lingkungan dilakukan pads 13 lokasi di basemen.
Resit dan Kesimpulan
Hasil studi ini menunjukkan bahwa konsentrasi timbal di udara basemen 0,008 mg/m3. Nilai ini masih dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-01IMEN/1997 : 0,05 mg/lm3 (50 µ/m3). Data ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara umur, lama kerja, tingkat pendidikan, status gizi, kebiasaan merokok, dan lama pemakaian masker hidung antara kelompok studi dan kontrol. Konsentrasi timbal di dalam urin setelah pengamatan 15 hari dan 30 hari menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok studi dan kontrol yang memakai masker hidung dan terpajan emisi timbal.

The Correlation Between The Use of Masks with Plumbum Concentration in Urine among the Parking Attendants Exposed to Lead Emission at a Company at a Mall Basement in Jakarta, 2004 The Scope and Methodology
The basement is an underground construction either used as car park or car stopping area. The parking attendants were exposed by vehicle emission such as lead etc.The use of masks to protect employees while working has never been applied. Lead is an agent which may cause serious hazard human health. This study was designed to identify the effectiveness of carbon active mask to reduce lead concentration in human body by measuring urinary lead concentration in urine. Various literatures described that carbon active mask could reduce lead concentration through inhalation. This study was an experimental study with randomization. Twenty-two employees were recruited, consisting of 1 1 as the study group and 1 1 as the control group. The study group used carbon-active masks while the control group used regular masks. The duration of intervention was one month. Types of data collected were lead concentration in urine, age, duration of work, level of education, nutritional status, smoking habit, and duration of using masks. The environmental survey was carried out in 13 locations at the basement.
Results and Conclusions
The results showed that lead concentration in the air at the basement was 0,008 mg/m3. It is still below the threshold limit value according to the standard as described in the letter of Labor Minister No.SE-0I/MEN11997 which is 0,05 mg/lm3 (50 µ/m3). These data indicated that considering the urinary lead content, there were no significant differences among age, duration of work, level of education, nutritional status, smoking habit, and duration of using masks between the study and the control groups. The lead concentration in urine after 15 days and 30 days of observation showed significant differences between the study and control groups who used masks and were exposed to Iead emission.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T12383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamungkas Rinengku
"ABSTRAK
Tesis ini menggali gambaran melalui wawancara terkait dengan komitmen
terhadap Kebijakan K3LL yang dimiliki para Manajer SBU Industri PT. A dalam
3 dimensi komitmen, yaitu Afektif, Berkesinambungan, dan Normatif. Penelitian
ini merupakan studi kualitatif dengan desain studi deskriptif. Dari hasil penelitian
ini didapatkan bahwa komitmen afektif yang dimiliki oleh para manajemen
ditunjukkan dari pemahaman mengenai Kebijakan K3LL yang telah ada dan
kesesuaian nilai yang diyakini dengan point-point kebijakan K3LL. Komitmen
berkesinambungan dirasakan oleh manajemen dikarenakan perusahaan telah
mendukung dari penerapan Kebijakan K3LL dan manajemen merasakan manfaat
dari pertimbangan untung rugi dalam menjalankan Kebijakan K3LL. Komitmen
normatif dirasakan dalam bentuk keterikatan daripada manajemen terhadap
penerapan Kebijakan K3LL di perusahaan. Secara umum manajemen telah
memiliki komitmen untuk menjalankan Kebijakan K3LL yang dimiliki oleh
perusahaan walapun komitmen yang dimiliki tersebut masih lebih dipengaruhi
oleh kebutuhan bisnis perusahaan.

ABSTRACT
This thesis explores the profile through interviews related to the commitment to
the K3LL Policy owned by the Industrial SBU Manager of PT. A in 3 dimensions
of commitment, ie Affective, Continuous, and Normative. This research is a
qualitative study with descriptive study design. From the results of this study
found that Affective commitment owned by the management is shown from the
understanding of the existing K3LL Policy and the conformity of values believed
by the K3LL policy points. Continuance commitment is felt by management as
the company has supported the implementation of K3LL Policy and management
has benefited from the consideration of profit and loss in implementing K3LL
Policy. Normative commitment is felt in the form of attachment rather than
management to the implementation of K3LL Policy in the company. In general,
management has a commitment to run K3LL policies owned by the company even
the commitment was more influenced by the company business needs."
2017
T48314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>