Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48386 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susan Herawaty
"PT. "X" adalah salah satu Produsen vaksin hewan Indonesia yang menganut pola manajemen yang sederhana dan kekeluargaan. Produk yang dihasilkan adaìah vaksin untuk unggas, anjing dan hewan besar seperti sapi dan sebagainya. Adapun pemagaran produk PT. "X" adalah untuk konsumsi dalam negeri. Masih yang dihadapi oleh PT. "X" adaiah bagaimana pangsa pasar di dalam negeri dalam menghadapi persaingan yang tajam dengan produk-produk impor. Untuk mengatasi masalah yang ada harus segera dibentuk pola manajemen yang profesional.
PT. "X" dari sejak berdiri masih sangat tergantung pada pihak penyalur dana yaitu pihak perbankan dalam operasionalnya., berhubung dari hasil operasional belum dapat mengembalikan semua hutang-hutangnya, malah hutangnya bertambah terus. Perusahaan ini merencanakan program penyehatan perusahaan sekaligus dengan program peningkatan aktivitas pemasaran agar volume penjualan dapat meningkat dan mencapai tingkat di mana dengan laba yang diperoleh dapat membayar hutang-hutang, sehingga break even point dapat lekas tercapai.
Kebijakan uang ketat yang dilaksanakan pemerintah Indonesia sejak tahun 1991 juga berpengaruh terhadap aektor peternakan. Akibatnya secara tidak langsung volume penjualan PT."X" juga ikut terpengaruh. Hal ini menjadi hambatan bagi pihak pemasaran untuk mendapatkan hal yang lebih balk. Berarti PT. "X" harus memiliki strategi bersaing yang unggul untuk menghadapi pesalng-pesaIngnya. Tekad untuk meningkatkan penjualan produk harus diimbangi dengan perbaikan di segala hal yang berkaitan dengan produk tersebut. Ada beberapa metode analisis guna pengambilan keputusan untuk membentuk strategi bersaing dalam menghadapi pesaing. Metode analisis yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis lingkungan remut, analisis industri, analisis internal perusahaan, analisis SWOT, analisis matriks BCG.
Dari analisis industri terlihat bahwa dari 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri, yang terutama berperanan besar terhadap PT.?X? adalah : persaingan antar perusahaan dalam industri, kekuatan tawar menawar pembeli dan ancaman pendatang baru. Persaingan antar perusahaan dalam industri, terutama dari perusahaan vaksin impor yang jumlahnya cukup banyak dan masing-masing mempunyai strategi pemasaran yang cukup berhasil merebut pangsa pasar tertentu.
Kekuatan tawar menawar pembeli dan golongan pembeli menengah ke atas
adalah cukup besar mengingat bahwa:
  • Produk vaksin merupakan produk yang termasuk relatif standar (diferensiasi tidak terlalu nyata).
  • Pembeli menghadapi biaya pengalihan yang kecil (kecuall bila terjadi wabah).
  • Pembeli seri gkali termasuk dalam suatu kelompok peruasahaan yang melakukan integresi vertikal, sehingga ada keterbataaan dalam memilih.
  • Produk yang akan digunakan, biasanya Iebih mengutamakan untuk memakai produk dari perusahaan yang termasuk kelompok sendiri. Integrasi vertikal dapat terdiri dari usaha peternakan, usaha pakan ternak, usaha impor dan distribusi obat hewan, termasuk vaksin.
    Ancaman pendatang baru perlu diantisipasi mengingat barrier to entry yang kecil dan kelompok perusahaan di Indonesia untuk melakukan integrasi vertikai maupun horizontal. dengan melihat bahwa persaingan dalam industri adalah cukup tajam dan dengan meflhat sifat?sifat produksi maka pilihan strategi generik bagi PT. "X" adalah strategi biaya rendah-pasar luas.
    Dari hasil analisis SWOT terlihat bahwasanya sekalipun PT. "X" menghadapi ancaman lingkungan yang tidak kecil, tapi peluangnya adalah cukup besar, sedangkan PT.?X? sendiri belum sepenuhnya dapat memanfaatkan peluang yang ada berhubung dengan kelemahan internalnya yang perlu ditangani segera. Dengan demikian strategi yang sesuai adalah strategi turn around, yaitu dengan fokus perbaikan fungsional internal secara terkonsolidasi.
    Dari hasil analisis BCG dapat diambil kesimpulan bahwasanya PT."X" sebagai SBU harus berhati-hati, karena dilihat dari pertumbuhan pasar vaksin (yang relatif tumbuh rata-rata 15 %/tahun) dan pangsa pasar relatif PT.?X? terhadap para pesaingnya (rendah), waka PT. "X" dapat dikategorikan sebagai SBU question mark. SBU seperti ini mempunyai dua kemungkinan, yaltu tumbuh menjadi SBU star atau turun menjadi SBU dog. Bila PT.?X? berhasil membenahi kekuatan ínternalnya, dan perekonomlan Indonesia terus membaik, maka pertumbuhan pasar akan Ieblh dari 10 %, ini memberikan kesempatan kepada PT. "X" untuk tumbuh menjadi star.
    Dari segi pemasaran PT. "X" perlu memiliki strategi pemasaran yang kompetitif baik dalam menghadapl produk-produk impor maupun Lokal. Untuk menghadapi produk impor, PT. "X" pentu memperbaiki kualitas Produk-produknya baik dalam hal efektivitas maupun kenyamanan Pemakaiannya (misalnya : setelah vaksinasi tidak terjadi pembengkakarn di tempat penyuntikan). Selain itu yang perlu diperhatikan lagi adalah masalah harga. PT. "X" harus dapat mencapai skala ekonomi dalam Produksinya, sehingga dari segi harga dapat Iebih kompetitif lagi. Hal ini mengingat akhir-akhir ini produk pesaing dapat menurunkan harganya hingga dapat menurunkan harga produk PT. "X", bahkan ada yang lebih murah dari harga PT. "X". Untuk menumbuhkan brand awareness dan brand image yang balk, promosi yang tepat guna sangat diperlukan. Dengan brand image yang baik akan mempermudah PT "X" dalam usaha memperbesar jumlah permintaan melindungi pangsa pasar dan memperbesar pangsa pasar. Sedangkan distribusi yang perlu diperhatikan adalah Indonesia bagian timur yang belum dicover dengan intensif. Jadi strategi pemasaran kompetitif yang dapat dijalankan antara lain : strategi mutu, efisiensi manufaktur, armada penjual yang agresif, promosi penjualan yang optimal dan efektif, distribusi yang Iuas. Strategi tersebut disesuaikan dengan tujuan dan sumber daya perusahaan."
    Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Abdul Halim Hamid
    "PT-X Metal Industry sebaga perusahaan anak dari PT XX Group (holding company) adalah salah Satu perusahaan yang berkecimpung di bidang industri baja konstruksi, dengan spesiaisasi pembentukan baja corrugated yang berlapis bahan anti karat. Beroperasi sejak tahun 1981, perusahaan mengalami pertumbuhan yang baik, dan selanjutnya perusahaan melakukan ekspansi dan diversifikasi usaha dengan membuka operasi manufaktur peti kemas pada tahun 1990. Kegiatan usaha peti kemas ini ternyata merugi, sehìngga harus ditutup pada tahun 1992. Beban bunga pinjaman dan pokok pinjaman membuat perusahaan secara keseluruhan goyah karena terus menerus rugi. Holding company PT XX Group merencanakan akan menutup seluruh operasi perusahaan. PT X-Metal Industry masih mempunyai produk-produk unggulan seperti E-1001M-Plate, guardrail dan jasa galvanizing.
    Pertumbuhan ekonomi yang baik (6%-7% per tahun), khususnya pertumbuhan sektor manufaktur, transportasi/komunikasi dan perdagangan/hotel/restoran (7.57%-l 0.82% per tahun, proyeksi FE-UI) memberi peluang bagi industri baja untuk tumbuh, Melihat hal-hal ini, maka holding company memberii kesempatan bagi PT X-Metal Industry untuk tetap melanjutkan bisnisnya, sambil mengevaluasi berbagai kemungkinan untuk mernulihkan kondisi perusahaan.
    Prospek masa depan PT X-Metal Industry dievaluasi Penelitian dilakukan untuk mengerti kompleksitas bisnis baja konstruksi, sehingga bisa menjetaskan peluang pasar yang ada, mengenal faktor-faktor yang niempengaruhi persaingan dan posisi bersaing bagi pcrusnhann dan menyusun alternatif trategi dan rekomendaiì mengenai strategì pemasnran yang cocok.
    Penelitian kepustakaan menunjukkan bahwa masalah bisa didekati dengan analisis manajemen strategis. Penelitian lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data Iangsung dari perusahaan yang dibahas, seperti laporan keuangan, proses produksi, struktur organisasi dan wawancara staff perusahaan. Metode (Analytic Hierarchy Process)/Expert Choice program digunakan untuk mengkuantifikasi prioritas terhadap faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan.
    Hasil analisis memberi gambaran mengenai SWOT (peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan) perusahaan di dalam lingkungan bisnis yang bergejolak saat ini. Studi menunjukkan bahwa kelemahan utama perusahaan adalah di bidang pemasaran, sehingga volume penjualan terus turun. Dengan peluang pasar yang cerah dan keunggulan produk yang dimiliki, strategi utama bisnis perusahaan dirumuskan, lalu díterjemahkan dalam strategi dan rencana operasional pemasaran.
    Dengan target pasar proyek-proyek pemerintah (75%) dan pihak swasta (25%), perusahaan harus melakukan market development dan market peneration. Dengan strategi the lowest cosi producer disemua fungsi manajemen operasional, perusahaan harus membangun jaringan distribusi regional dengan skema insentif yang menarik buat para distributor. Dalam mengelola divisi pemasarannya, perusahaan harus memberi perhatian khusus pada masalah SDM, membangun sistem informasi pasar, dan mencakup ke empat dimensi pemasaran meriurut fungsinya, geografinya, produknya dan segmen pasarnya."
    Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Sutanto D. Gunawan
    "Industri pharmasi adalah industri obat yang memproduksi obat obatan melalui pengolah secara kimia. Pengertian ini penting disebutkan karena untuk membedakannya dari industri obat tradisional yang lebih dikenal dengan industri jamu. Kalau industri jamu telah dikenal hampir seabad lalu tetapi kalau industri pharmasi masih relatip baru untuk Indonesia. Sejak Pemerintah mengundanga uu No 1/67 tentang penanaman modal asing, mulailah industri pharmasi asing menanamkan modalnya dalam bidang ini. Sampai dengan tahun 1990 tercatat sejumlah 40 buah pabrik pharmasi asing/joint ventures (PMA) yang beroperasi di Indonesia. Peluang untuk berusaha dibidang pharmasi juga tidak disia siakan para pemilik modal dalam negeri, lebih lebih setelah adanya UU PMDN sehingga bermunculanlah pabrik pabrik pharmasi dalam negeri (PMDN). Jumlah pabrik PMA dan PMDN akhirnya mencapai 285 buah.
    Dengan makin banyaknya pabrik pharmasi maka persairigan untuk mendapatkan pangsa pasar menjadi semakin sengit. Hal ini disebabkan pertumbuhan daya beli masyarakat tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah pabrik obat. PT Dumex Indonesia (PTDI) yang diamati dalam karya akhir ini adalah salah satu perusahaan pharmasi yang pertama kali menanamkan modalnya sejak UU No 1/67 diundangkan sehingga menjadi perusahaan pharmasi asing tertua di Indonesia. Perusahaan ini pernah mencapai rekor sebagai perusahaan nomor satu dalam jumlah penjualan di Indonesia ditahun 1974.
    Departemen Kesehatan dalam hal ini diwakili oleh Direktorat jendral Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) sejak akhir tahun 70an mulai melaksanakan kebijaksanaan dimana untuk PMA menjadi sulit untuk membuat obat baru. Karena obat baru yang formulasinya sederhana adalah untuk perusahaan PMDN. Hal ini menyebabkan tidak adanya produk baru yang dapat diperkenalkan untuk nienggantikan produk yang telah habis daur hidupnya. untuk menghadapi hal tersebut dìataslah perusahaan dituntut untuk dapat bertahan dengan menerapkan strategi yang tepat supaya perusahaan tidak sampai merugi karena tidak tercapainya jumlah penjualan yang diperlukan.
    Dengan keadaan dimana pangsa pasar PTDI terus merosot dan kedudukan nomor satu pada tahun 1974 menjadi nomor dua puluh lima saat ini perlu diterangkan apa yang telah dilakukan PTDI selama ini. Sasaran yang dikejar adalah keuntungan jangka pendek. Dengan sasaran ini berarti bahwa apabila target penjualan tidak tercapai mengakibatkan target pendapatan yang telah direncanakanpun tidak akan tercapai, pimpinan memutuskan untuk mengurangi biaya promosi. Padahal dalam keadaan penjualan yang tidak menggembira kan justru promosi perlu lebih ditingkatkan, apabila perusahaan berpikiran untuk meraih pangsa pasar jangka panjang.
    Kecenderungan untuk meraih keuntungan jangka pendek telah berjalan agak lama disebabkan tekanan dan kantor pusat, hal ini menyebabkan terbatasnya biaya promosi dan berakibat alat promosi yang berupa hadiah (gimmick) yang dibagikan kepada para dokter bermutu rendah. Dengan hadiah yang bermutu rendah dikhawatirkan para dokter menganggap mutu produk PTDI pun rendah. Sedangkan Strategi yang seharusnya diterapkan PTDI adalah differensiasi.
    Telah pula dilakukan differerisiasi produk dengan memasuki bidang makanan untuk bayi (susu bayi) dan hal ini kembali terbentur pada sasaran keuntungan jangka pendek tersebut dimana produk baru ini tidak memperoleh persetujuan dalam mendapatkan jatah promosi yang layak. Akibatnya sulit melawan persaingan di pasar sehingga pangsa pasar produk ini juga terus menurun.
    Dapat disimpulkan bahwa: (1) PTDI tidak menerapkan strategi generik sesuai teori Porter dengan differensiasi melalui mutu yang tinggi secara konsisten. (2) PTDI menghadapi kendala dalam mendapatkan ijin memasarkan obat baru. (3) Untuk menghindari kerugian PTDI terjebak dalam keadaan meraih keuntungan jangka pendek. Untuk mengatasi hal yang telah disimpulkan, disarankan agar PTDI perlu melaksanakan perencanaan strategi secara resmi agar semua bagian mengetahui strategi apa yang dianut. Merubah status PMA menjadi PMDN dengan menjual sahamnya kepada investor dalam negeri sehingga menghilangkan kendala untuk memasarkan produk baru. Secara sungguh sungguh menerapkan sasaran jangka panjang dengan tujuan merebut kembali pangsa pasar dibandingkan dengan sasaran keuntungan jangka pendek."
    Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Marakarna
    Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
    T4142
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Tatok Prijobodo
    "ABSTRAK
    Industri rollformer untuk amp dan dinding belakangan ini sudah menjadi industri
    dengan tingkat halangan masuk /entry barrier yang cukup rendah. Hal ini ditandai beberapa
    hal : teknologi perangkat keras yang tidak begitu tinggi (mesin), bahan baku dan tenaga
    kerja yang rnelimpah, investasi awal yang tidak tergolong besar, Industri ini menawarkan
    jenis barang yang serupa satu sama lain.
    Akibat dari tingkat ?halangan masuk? yang demikian rendah adalah anis ?pendatang
    haru? rol Iformer yang tenis bertambah dan tahun ke tahun. hingga saat ini tercatat paling
    sedikit ada 30 pemain yang berkecimpung dalam industri ini. Diperkirakan jumlah tersebut
    masih akan terus bertambah pada tahun tahun yang akan datang.
    Reaksi alamiah yang selalu akan terjadi untuk Industri yang sudah cukup jenuh
    adalah terbentuknya price driven market, hal ini dapat dicermati dan tingkat margin rata -
    rata industri yang tidak pernah membaik bahkan terus menurun darii tahun ke tahun.
    PT X yang sudah beroperasi sejak tahun 1973 di Indonesia mempunyai target market
    Top End Industrial market. Kelebihan dan segmen ini adalah pada faktor harga yang relatif
    Iebih baik dibanding dengan dua segmen pasar yang lain yaitu Middle and Low End
    industrial Market. Kelebihan ini disebabkan karena dukungan teknis dan kualitas produk
    menjadi faktor penentu untuk mendapatkan order pekerjaan dari segmen tersebut. PT X
    adalah satu dari sangat sedikit pemain industri ini yang sangat menguasai kedua hal tersebut
    diatas. Kelemahan dari industri ini ada pada volumenya yang kecil (hanya 30 % dari jumlah
    total pasar yang tersedia), dimana untuk pasar ini PT X telab mampu menggaet 25 % market
    share. Sementara pasar terbesar untuk industri ini adalah Middle dan Low End
    Industrial Market yang mencakup 70 % dari total volume pasar, dimana PT X hanya mampu
    Meraih 9,5% dari total vlume pasar yangtersedia, Ciri utama dari market ini adalah Price Driven Market, pasar dimana faktor harga menjadi penentu yang sangat dominan. PT X
    secara alamiah kurang cocok untuk bertarung dipasar ini karena standard Roc yang sangat
    tinggi sebagai persyaratan dari para pemegang sahamnya (20 %). Sementara margin rata -
    rata industri untuk middle and Low end Industrial Market berkisar antara 5- 12.5%. Keadaan
    ini sangat memberatkan PT X untuk mengbadapi persaingan di kemudian han sejalan
    dengan pertum buhan investasi asing atau swasta besar di Indonesia (yang merupakan
    customer utama Top End Industrial Market) tidak banyak mengalami kemajuan sejak krisis
    1998.
    PT X mengalami penurunan kinerja operasionalnya pada tahun 1997 berupa
    penurunan volume penjualan (dalam metrik ton) sebesar 53 % dibanding tahun sebelumnya
    (1996). Penjualan masih terus menurun sebesar Iebih kurang 37.5% pada tahun 1998
    dibandingkan dengan tahun 1997 (dalam metrik ton). Dan pada tahun 1999 dan 2000
    rnengalami kenaikan berturut turut sebesar 40 % dan 30 %. Tetapi bila dibandingkan,
    kondisi penjualan pada tahun 2000 hanya berkisar 53% (dalam metnik ton) terhadap total
    Volume penjualan pada tahun 1996.
    Beberapa faktor selain ekonomi yang juga cukup menambah intensitas persaingan
    dalam jndustri ini adalah bahan baku import dan lemahnya market development dan PT X.
    Hal ini bisa terlihat dengan jelas dan product range dan distribution channel yang mereka
    miliki. PT X mempunyai product range yang sama hiugga tulìsan ini dibuat bila
    dibandingkan dengan product range mereka 27 tahun Lalu ketika perusahaan ini pertama kali
    berdiri. Bila dilihat secara [ebih detail perusahuan ini sebenarnya hampir tidak memiliki
    customer data base yang berbeda 3 tahun belakangan ini. Hal ini dapat dimengerti karena pasar sasaran merekapun tidak pernah berubah selama ini.
    Dengan kata lain product/market development adalah kelemahan yang paling menonjol dari PT X yang harus segera dibenahi agar perusahaan bisa tetap survive.
    Pengembangan pasar, terutama untuk segment middle and low end industrial plus residential market akan sangat menentukan kelangsungan hidup ke depan dari perusahaan ini. Peluang terbuka masih cukup lebar untuk kedua pasar tersebut (middle and low end industrial) dengan cara mensiasati jenis ketebalan dan brand name yang lain dari standar produk yang ditawarkan, sehingga seccara volume (dalam metric ton) akan segera ada perubahan, tanpa harus merusak pasar yang selama ini dikuasai oleh PT X.
    Dalam pengembangan produk ini perlu dicari produk dengan tingkat entry barrier yang cukup tinggi, sebagai contoh adalah pengembangan produk Roff Truss untuk residential market segment yang harus disupport dengan teknologi piranti lunak yang cukup canggih;. Kecanggihan piranti lunak ini akan menjadi kendala yang sangat berat bagi competitor untuk ikut-ikutan memasuki segmen pasar ini. Sebagai contoh lain adalah PEB (Pre Engineered Building), dimana konsep pemaarannya adalah one stop solution yang akan memberikan service secara lebih komprehensif kepada customer."
    2001
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Rendy Pansa; Darus Kurniadi
    "ABSTRAK
    Strategi pemasaran merupakan rencana pemasaran yang
    berorientasi ke depan, dengan mengintegrasikan sasaran
    organisasi yang diterjernahkan melalui konsep?konsep pemasaran
    dan kegiatan pemasaran. Kemudian melalui taktik pemasaran
    dilakukan implementasi dalam mencapai peningkatan penjualan
    dan akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan secara kese
    luruhan.
    Analisis strategi pemasaran dilakukan melalui pengem
    bangan strategi pemasaran dan manajemen penjualan. Pengem
    bangan strategi pemasaran adalah merumuskan tujuan pemasaran
    dengan melihat total potensi pasar yang dikelompokkan dan
    ditentukan pasar sasaran yang akan dilayani. Untuk menjamin
    tercapainya tujuan pemasaran maka diperlukan bauran
    pemasaran.
    Manajemen penjualan adalah perencanaan penjualan melalui
    pengembangan wiraniaga, penetapan anggaran, sasaran dan wila
    yah penjualan untuk pelaksanaan pencapaian sasaran pemasaran.
    Metode penelitian mencakup penelitian kepustakaan dan
    penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan digunakan untuk
    mengembangkan pengetahuan mengenai strategi pemasaran. Pene
    litian lapangan adalah menghubungkan teori strategi pemasaran
    dengan praktik yang dilakukan perusahaan.
    Sebagai bahan penelitian, penulis mengambil objek peneli
    tian PT. Moya Zamzami Utama. PT. Moya Zamzami Utama bergerak
    dalam industri air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merek
    dagang ?Moya Band?. Pembahasan strategi pemasaran dimulai
    dengan memahami lingkungan eksternal perusahaan, memahami
    lingkungan internal perusahaan, menentukan pengembangan
    strategi pemasaran, menentukan manajemen penjualan dan meru
    muskan strategi guna keunggulan bersaing.
    Pembahasan lingkungan eksternal mencakup dua faktor
    lingkungan yang saling terkait yaitu: lingkungan makro dan
    lingkungan industri. Lingkungan rnakro terdiri dari sosial
    budaya, ekonomi, kebijakan pemerintah, teknologi dan ekologi.
    Lingkungan industri terdiri dari ancaman pendatang baru,
    persaingan antar industri, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli
    dan produk pengganti.
    Peïnbahasan lingkungan industri terdiri atas ancaman
    pendatang baru, persaingan antar industri, kekuatan pemasok,
    kekuatan pembeli dan produk pengganti.
    Pembahasan lingkungan manajerial mencakup analisis mana
    jerial perusahaan, analisis manajerial distributor dan kemam
    puan produksi.
    Pembahasan strategi pernasaran melakukan perumusan tujuan
    pasar, penempatan posisi produk dan
    pemasaran. pengembangan bauran pemasaran.
    Pembahasan manajemen penjualan meliputi perencanaan
    penjualan, manajenen wiraniaga, analisis penjualan kemudian
    dilanjutkan dengan mengembangkan keunggulan daya saing pasar
    domestik."
    1993
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Kentjana A. Kontutodjeng
    "Karya akhir ini membahas mangenai strategi pemasaran produk alat ukur merk Precision buatan Jepang yang dipasarkan di Indonesia melalui PT Presisi indonesia (PT.PI) sebagai Distributor Tunggal dibawah area penjualan Asia Pacific yang berkantor di Singapura sebagai Principal.
    Dalam pembahasan mengenai strategi pemasaran suatu perusahaan menyangkut peranan berbagai faktor yang saling mempengaruhi secara dinamis dalam pencapaian tujuan perusahaan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah lingkungan usaha dimana perusahaan tersebut berada yang umumnya tidak berada dalam kendali perusahaan, terdiri dari remote environment yang meliputi faktor ekonomi, teknologi, ekologi, sosial dan politik; industry envíronmnet meliputi faktor hambatan masuk, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, adanya substitusi ,persaingan; sertaoperating environment meliputi faktor pesaing, kreditur, pelanggan, pemasok dan tenaga kerja. Sedangkan fakior internal adalah sumberdaya, manajemen dan teknologi yang dimiliki yang umumnya masih dibawah kendali perusahaan.
    Dari hasil analisa lingkungan eksternal, beberapa catatan yang perlu mendapat perhatian berikut ini. Keberhasilan pemasaran produk alat ukur di Indonesia erat kaitannya dengan perkembangan sektor industri dalam negeri baik yang berupa PMA maupun PMDN/ Indikator sumbangan sektor industri pada PDB makin lama makin besar peranannya yaitu 22% pada tahun 1991 yang berarti Indonesia telah memasuki era negara industri dengan Laju pertumbuhan pada 3 tahun terakhir ini berkisar antara 11-12 % pertahun atau kurang lebih 2 kali tingkat pertumbuhan ekonomi periode 1989 - 1991. Walupun dari segi impor produk alat ukur berdasarkan klasifikasi HS dan SITC berdasarkan data BPS terlihat adanya penurunan jumlah secara bertahap untuk beberapa tahun terakhir ini namun bila dibandingkan dengan jumlah penjualan PT PI sendiri ternyata malah bertambah sekitar 30 s/d 50 % pertahun sejak 1990, hal ini berarti terjadi kenaikan pangsa pasar PT PI dan 3.3 % ditahun 1990 menjadi 10.2 % ditahun 1992.
    Berdasarkan temuan tersebut dapat diartikan bahwa pertumbuhan dan ukuran pasar produk alat ukur PT PI masih akan cenderung makin bertambah ditahun-tahun mendatang. Disamping itu pasaran produk alat ukur di Indonesia ternyata cukup banyak variasi produknya dengan kata lain deferensiasi produknya cukup beragam tergantung dari fungsi serta spesifikasi yang dibutuhkan pembeli. Disamping dari segi produk, temyata segi harga juga memegang peranan penting karena sifatnya yang cukup sensitif dalam arti kata pelanggan dapat secara cepat berganti merk lain bila harga penawaran tidak kompetitive.
    Kedua hal tersebut diatas tentunya membuat persaingan dipasaran akan makin seru dengan intensitas pesaing yang makin tinggi serta beberapa pesaing mulai mengkonsentrasikan diri khusus untuk golongan sub produk tertentu saja.
    Posisi supplier atau principal masih memegang peranan penting terutama dari segi kendala delivery time untuk barang-barang yang sifatnya agak specific (major item/non stock item) melalui indent order dari Indonesia.
    Beberapa faktor lain ternyata saling bertentangan antara tingkat laba industri ini yang masih tinggi dengan ancaman naiknya secara drastis nilai tukar Yen terhadap rupiah sebesar 18 % unluk semester 1 tahun 1993 ini saja. Situasi agak tertolong dengan diberlakukannya deregulasi sektor perbankan dan sektor nilai baru-baru ini terutama untuk industri otomotif yang merupakan salah satu segmen pasar PT PI yang cukup potensial.
    Dukungan R & D yang kuat sangat menguntungkan posisi produk Precision dan disampìng itu penerapan beberapa sertifikat terhadap produk yang ingin diperdagangkan di pasar internasional seperti ISO-9000 merupakan peluang bagi PT PI dari segi potensi pasar yang lebih terbuka terutama untuk industri exportir.
    Setelah diadakan evaluasi internal Perusahan, langkah berikutnya adalah melakukan analisis SWOT serta analisa GE nine cell untuk menentukan grand strategy atau garis besar strategy yang sebaiknya diambil oleh PT PI, yaitu selective invest for growth strategy. Hal ini diartikan agar ditetapkan sub product range yang merupakan produk utama PT Pl yaitu common item yang merupakan 65 % dari total penjualan dengan pemilihan segmen pasar yang lebih terarah dan terkonsentrasi.
    Dengan berpedoman pada grand strategy yang telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan strategi fungsional dalam hal ini strategi pemasaran yang meliputi : Pemilihan strategi segmentasi pasar dengan concentrated marketing pada segmen pasar sasaran dengan penekanan terhadap pemakai langsung (end user), dengan pasar sasaran yang dituju yaitu industri Otomotive produsen sparepart mobil & motor, industri Mould & Dice, industri Electronik serta pabrik-pabrik yang baru didirikan.
    Penenipatan posisi produk Precision dimata pelanggan yang memerlukan alat dengan fungsi yang dapat diandalkan kwalìatasnya, jaringan yang luas serta dukungan purna jual. Selanjutnya marketing program atau bauran pemasaran yang dapat ditetapkan mulai dan strategi harga yang baru ditetapkan yaitu penetapan harga jual yang lebih fleksible dan Selamanya mengacu kepada situasi pasar, dibandingkan dengan strategi terdahulu yang penetapan harganya sangat kaku dalam arti price range yang dapat dimainkan oleh para manager pemasaran sangat terbatas.
    Kemudian disamping kwalitas produk termasuk salah satu terbaik dipasaran, perlu diperhatikan dari segi seleksi item barang yang akan dibeli dan Principal agar tidak terjadi over stock yang mengakibatkan turnover inventory yang rendah.
    Dari segi distribusi penekanan ditujukan kepada armada Sales force yang sasaran utamanya pemakai langsung atau end user baik memakai tenaga sendiri maupun melalui tenaga dan Group perusahaan. Sedangkan komunikasi pemasaran sebenarnya tidak harus terlalu ditekankan mengingat produk ini sudah dikenal luas oleh pemakai produk alat ukur, sehingga sasarannya lebih kepada pelanggan baru yang belum pernah memakai prooduk ini."
    Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Helen Oetama
    "ABSTRAK
    Pariwisata memegang peranan yang cukup penting sebagai sumber penghasil
    devisa bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Besarnya devisa yang dihasilkan dì
    sektor panwisata, mendorong usaha perjalanan wisata di Indonesia tumbuh dengan
    pesat. Hal itu mengundang banyak peminat memasuki usaha pariwisata. Pada
    bulan September 1996, jumlah perusahaan perjalanan wisata telah mencapai 2.192
    buah dengan rincian 1.434 biro perjalanan wisata (BPW), 444 cabang biro
    peijalanan wisata (CBPW), dan 314 agen peijalanan wisata (APW).
    PT Smailing Tur sebagai salah satu perusahaan biro perjalanan wisata di
    Indonesia, harus terus?menerus menghadapi persaingan dengan makin banyaknya
    perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam usaha pariwisata pada umumnya, dan
    usaha perjalanan wisata pada khususnya. Untuk itu, tujuan dari penulisan karya
    akhir ini adalah untuk mempelajari kehandalan strategi pemasaran PT Smailing Tur
    dengan menggunakan analisis bauran pemasaran; mempelajari peluang, ancaman,
    kekuatan, dan kelemahan Iingkungan yang mempengaruhi perkembangan dan
    kelangsungan hidup perusahaan; dan memberikan alternatif strategi yang dapat
    digunakan perusahaan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam
    menentukan strategi pemasaran di masa mendatang yang dapat menunjang
    kemajuan perusahaan.
    Konsep bauran pemasaran yang dilalwkan PT Smailing Tur terdiri dari
    produk, harga, lokasi, dan promosi, dimana keempat vanabel tersebut saling
    berpengaruh satu sama lain. Adapun produk yang ditawarkan oleh perusahaan
    adalab jasa-jasa yang berhubungan dengan kegiatan peijalanan dan wisata, baik di
    dalain maupun di mar negeri, seperti ticketing, paket wisata, peinesanan hotel,
    corporate travel services, pengui-usan dokumen-dokumen perjalanari,, transportasi,
    pertemuan dan konferensi.
    Dalam usaha perjalanan wisata ini, ada suatu keunikan pada penetapan harga,
    terutama untuk produk berupa paket-paket wisata Adapun keunikan tersebut adalah
    harga paket wisata tidak dapat dibandingkan secara langsung antar perusahaan
    karena adanya unsur-unsur yang membedakan di dalam paket wisata itu sendiri.
    Aksn tetapi, PT Smailing Tur sebagal salah satu biro perjalanan terkemuka di
    Indonesia yang memiliki bargaining position yang balk di mata para pemasoknya,
    akan memberikan banyak keuntungan kepada para konsumennya karena selain
    menawarkan kemudahan dalam melakukan perjalanan wisata, konsumen juga
    mengeluarkan biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan bila melakukan
    perjalanan secara individu.
    Pada pertengahan tahun 1997, PT Smailing Tur telah mempunyai tiga belas
    kantor cabang di Jakarta, yang berlokasi di pusat-pusat bisnis, kompleks pertokoan,
    dan pusat perbelanjaan. Pembukaan kantor cabang atau outlet baru di lokasi-lokasi
    strategis di Jakarta akan terus dilanjutkan, dimana perusahaan telah menetapkan
    target untuk mempunyai 50 kantor cabang atau outlet di Jakarta pada tahun 2000.
    Adapun tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mendekatkan diri kepada pelanggan
    sehingga diharapkan pelayanan yang diberilcan juga akan lebih baik.
    Berbagai promosi telah dilakukan oleh PT Smailing Tur di dalam menunjang
    kegiatan Pemasarannya, antara lain adalah dengan memasang ikian melalui media
    massa, buku wisata selebaran, majalah belVedere, pesta wisata, dan pameran wisata
    internasional.
    PeIuang bagí perusahaan diperoleh dari adanya pertumbuhan ekonomi
    Indonesia yang cukup tinggi, yaitu rata-rata 7 persen per tahun; perubahan gaya
    hidup; peningkatan investasi peranan pemenintah yang mendukung kegiatan
    pariwisata di Indonesia dan ekoturisme. Sedangkan ancaman yang harus dihadapi
    perusahaan adalah adanya perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama di
    bidang komunikasi perusakan lingkungan; tingkat persaingan yang tinggi di dalam
    usaha perjalanan wisata dan kurang tersedianya sumber daya manusia yang sesuai
    dengan kualifikasi pekerjaan.
    Adapun kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah brand image dan reputasi
    yang telah dikenal dan diakui oleh masyarakat, adanya inovasi produk; service team;
    modal yang kuat, serta budaya dan filosofi perusahaan. Sedangkan kelemahan yang
    dimiliki perusahaan adalah bentuk ikian terutama pada media massa yang monoton;
    dan paket wisata yang mudah ditiru.
    Dengan meuggunakan analisis S.W.O.T, perusahaan dapat
    memperlimbangkan beberapa alternatif strategi dengan memanfaatkan kekuatan
    yang ada untuk memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman yang ada, seperti
    memperbanyak service team, membuat paket wisata untuk memenuhi perubahan
    gaya hidup, menonjolkan reputasi dan brand image dalain promosi untuk penetrasi
    pasar, selalu meningkatkan mutu pelayanan, dan lain-lain. Selain itu, perusahaan
    juga dapat meminimumkan kelemahan yang dimilikinya dengan memanfaatkan
    peluang, atau dengan menghindari ancaman yang ada, seperti melakukan promosi
    dalam bentuk iklan yang berbeda dan pada kesempatan yang berbeda beda, serta
    memasang ikian pada Internet."
    1997
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Sucipto
    "Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, pangsa pasar Garuda Indonesia di jalur Jakarta-Surabaya terus mengalami penurunan, tahun 1991 sebesar 86%, tahun 1992 menjadi 80% dan tahun 1993 merosot drastis menjadi 69%. Deregulasi dibidang jasa angkutan udara tahun 1980 tentang diijinkannya perusahaan penerbangan swasta nasional mengoperasikan pesawat jet dan melayani jalur gemuk Jakarta-Surabaya serta adanya pertumbuhan pasar di jalur tersebut menjadi faktor- faktor eksternal utama penyebab penurunan pangsa pasar Garuda. Sebab ini berarti penghapusan hak monopoli Garuda dan merubah struktur industri kedalam pasar yang bersaing.
    Faktor internal Garuda yang menjadi penyebab penurunan pangsa pasar tersebut adalah ketidakmampuan manajemen Garuda dalam mengantisipasi terjadinya perubahan lingkungan pasar serta rendahnya kualitas sumber daya manusia yang menyediakan jasa/produk Garuda. Apabila Garuda tidak ingin terus menerus kehilangan pangsa pasarnya, maka harus dicari strategi yang relevan dengan kondisi pasar yang bersaing dan mampu mengeksploitir seluruh sumber daya yang dimilikinya. Salah satu usaha yang dilakukan adalah membentuk strategi pemasaran yang menampung kondisi perubahan lingkungan pasar dan struktur industri aktual.
    Strategi pemasaran yang dibentuk merupakan hasil analisa lingkungan eksternal untuk mencari peluang dan menghadapi ancaman serta analisa kekuatan dan kelemahan Garuda relatif terhadap pesaing utamanya yang ditujukan kepada delapan bauran pemasaran jasa angkutan udara. Sedangkan titik berat perhatian diberikan kepada variabel-variabel bersaing bagi industri jasa penerbangan berjadual dengan memperhatikan empat karakteristik jasa angkutan udara (the four I's) serta pendekatan pemasaran yang khas untuk industri jasa angkutan udara.
    Disamping berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, sebaiknya Garuda juga meningkatkan kemampuan manajemennya dengan tujuan agar strategi pemasaran yang telah dibentuk dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kiat agar strategi tersebut berjalan dapat dicapai melalui: pengenalan strategi kepada segenap karyawan, penanaman rasa memiliki, tugas kelembagaan, inovasi secara terus menerus; pemantauan untuk mendapat umpan balik, keteladanan, konsistensi sikap dalam menghadapi krisis, serta pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia serta tidak lagi melakukan dikotomi antara formulasi dan implementasi strategi."
    Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Farida Solihati
    "ABSTRAK
    Sebagai dampak dari jatuhnya harga minyak, Indonesia harus terus meningkatkan nilai ekspor non-migas. Salah satu upaya pengorganisasian kegiatan dalam meningkatkan ekspor ini adalah dibentuknya perusahaan dagang (trading house) yang dapat bertindak proaktif dalam melakukan terobosan pada pasar internasional. Model pembentukan Sogososha sebagai perusahaan dagang merupakan suatu contoh yang paling berhasil di dunia bisnis internasional. Inisiatif pihak swasta untuk membentuk suatu perusahaan dagang ini patut dikaji secara mendalam, karena dalam memasuki pasar internasional, kompleksitas dan hambatan akan muncul, termasuk beragamnya karakteristik pasar dan produk di negara tujuan ekspor yang berlainan.
    PT. TNC, yang didirikan pada tahun 1991, adalah merupakan antisipasi positif pihak manajemen korporasi terhadap perlunya keberadaan suatu perusahaan yang bertindak sebagai pengekspor produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain dalam kelompok perusahaan yang sama. Bagi kelompok perusahaan, PT. TNC dimaksudkan sebagai perusahaan yang dapat menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran valuta asing yang dilakukan oleh kelompok. PT. TNC masih dalam tahap pencarian bentuk yang paling tepat bagi pengembangan strategi perusahaan, maupun bagi pengembangan pasar internasional.
    Oleh karena itu, dengan semangat menunjang upaya pemerintah meningkatkan ekspor non-migas, penulis melakukan analisis tentang PT. TNC. Analisis yang dilakukan meliputi kajian kondisi eksternal perusahaan dengan cakupan keunggulan daya saing negara serta daya tarik industri yang melingkupi perusahaan, serta kajian internal perusahaan dengan kekuatan bisnis dan keunggulan daya saing perusahaan.
    Keunggulan daya saing Indonesia dengan endowment factors seperti bahan baku, tenaga kerja serta lahan sangat menunjang kehadiran industri sabun mandi. Selain itu, dukungan pemerintah juga sangat membantu para produsen ataupun eksportir non-produsen yang akan melakukan kegiatan ekspor.
    Daya tarik industri sabun mandi itu sendiri ditentukan oleh beberapa faktor seperti besar pasar, pertumbuhan besar pasar, tingkat keuntungan, tingkat persamgan, teknologi yang dibutuhkan, serta peraturan dan kebijaksanaan pemerintah. Setelah dilakukan analisis kuantitatif, disimpulkan bahwa industri ekspor sabun mandi Indonesia dapat diklasifikasikan dalam industri 'sedang sampai menarik'.
    Kemudian kekuatan bisnis PT. TNC diukur dengan faktor-faktor kunci keberhasilan fungsional sebagai tolok ukur. Sebagai pembanding, dilakukan pula pengukuran kekuatan bisnis para pesaing terdekat. PT. TNC termasuk dalam klasifikasi 'sedang', dan berada dalam sel keempat pada matriks GE Nine Cells. Pada matriks yang sama juga terlihat kekuatan bisnis pesaing.
    Strategi utama yang tepat bagi PT. TNC adalah pertumbuhan terkonsentrasi, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Prioritas utama adalah strategi pertumbuhan terkonsentrasi, dengan penekanan pada pemilihan distributor yang tangguh, serta pengembangan pasar, mengingat peluang yang menjanjikan pada pasar internasional yang belum digarap.
    Sebagai langkah pertama dalam strategi pengembangan pasar, dilakukan seleksi pasar. Setelah seleksi dengan contractible method disimpulkan bahwa terdapat empat pilihan negara yang merupakan negara tujuan ekspor yang paling potensial, yaitu Nigeria, Hongkong, Jepang dan Amerika Serikat. Keempat negara tujuan ekspor ini memiliki karakter pasar dan karakter produk yang sama sekali berbeda, sehingga perlu pula dilakukan analisis kekuatan bersaing PT. TNC dalam kaitannya dengan penetrasi pasar masing-masing negara.
    Kemudian dari analisis kekuatan bersaing PT. TNC pada masing-masing negara serta daya tarik masing-masing negara, dapat disimpulkan bahwa negara tujuan ekspor bagi produk sabun mandi PT. TNC yang menempati prioritas utama adalah Nigeria. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, serta karakteristik pasamya yang sesuai dengan produk PT. TNC yang selama ini dikembangkan, Nigeria menjadi pasar yang patut diperhitungkan.
    Untuk dapat merealisasikan strategi yang disarankan, kajian karya akhir ini mencoba mengembangkan strategi bersaing PT. TNC terutama strategi pemasaran internasional bagi produk sabun mandi. Sebagai hasil analisis diberikan beberapa saran berupa serangkaian perubahan yang dapat mendukung keberhasilan PT. TNC, seperti perubahan dalam struktur organisasi, serta pengembangan strategi yang telah dipilih, agar sasaran perusahaan dapat tercapai."
    1994
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    <<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>