Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitriyani
"LATAR BELAKANG: Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang di dunia (IDF, 2011). Salah satu provinsi yang memiliki prevalensi Diabetes yang tinggi adalah Provinsi Banten. Prevalensi DM Provinsi Banten di daerah perkotaan sebesar 5,3% (mendekati angka nasional 5,7%) (Balitbangkes, 2008).
TUJUAN: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon.
DISAIN: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional, yang merupakan analisis data sekunder dari data Program Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 dan Faktor Risikonya di Kota Cilegon. Data dikumpulkan tahun 2011 dan analisis dilakukan tahun 2012.
HASIL: Prevalensi DM Tipe 2 adalah sebesar 4,4%. Variabel yang terbukti memiliki hubungan dengan kejadian DM Tipe 2 adalah aktivitas fisik (p: 0,032). Orang yang aktivitas sehari-harinya ringan memiliki risiko 2,68 kali untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisik sehariharinya sedang dan berat (OR: 2,68; 95% CI: 1,11-6,46).

BACKGROUND: Diabetes Mellitus is one of big health problems. Global study showed that diabetician in 2011 had reached 336 millions people (IDF, 2011). One of provinces that had high prevalence of Diabetes Mellitus is Banten Province. The prevalence of Diabetes Mellitus in Banten Province in urban areas is 5,3% (approaching the national prevalence 5,7%) (Balitbangkes, 2008).
OBJECTIVE: The objective of this research was to investigate the risk factors that have correlation with Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) in Citangkil Primary Health Care and Pulo Merak Primary Health Care, Cilegon City.
DESIGN: This research was a quantitative research with cross sectional design. It used the secondary data of T2DM and Its Risk Factors Controlling Program in Cilegon City. Data was collected in 2011 and the analyzing was done in 2012.
RESULT: The Prevalence of T2DM was 4,4%. The variabel that have correlation with T2DM is physical activity (p value: 0,032). People who have low intensity in physical activity has 2,68 times probabilty to get T2DM than people who has middle and high intensity in phisycal activity (OR: 2,68; 95% CI: 1,11-6,46).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Youvita Indamaika
"Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire (SFFQ).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.

The level of dietary adherence in Indonesia is still low. Diet in maintaining food is often become an obstacles because the patient is still tempted by all food that can worsen their health. The purpose of this study is to determine the factors that associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. This study was using a cross-sectional design. The samples studied were all type 2 diabetes mellitus type 2 with the age range 25-65 years was outpatient, samples were taken with non-random sampling method with purposive sampling of 130 people. Data were collected through anthropometric measurements, filling-out questionnaires, 1x24 hour food recall and dan (semiquantitative food frequency questionnaire) SFFQ form.
The results showed 13.8% of respondents were diet-compliant. There were significant relationship between gender (p=0.008) and length of suffering (p=0.044) with between dietary adherence. The result of logistic regression test showed that the duration of suffering is the dominant factor associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. Type 2 diabetes mellitus patients were expected to pay attention to the diet recommended and carry it out well, to actively to improve the knowledge related to the disease diabetes mellitus and related to the other factors and still preserve diet that has been run for who has long been suffering from type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Tumonglo
"Pasien diabetes melitus tipe 2 berisiko tinggi mengalami penurunan fungsi kognitif yang dapat berkembang menjadi penyakit Alzheimer dan memperburuk manajemen mandiri pasien, termasuk manajemen pengobatan mandiri. Akan tetapi, tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan primer tidak rutin melakukan pemeriksaan fungsi kognitif. Selain itu, belum diketahui faktor lain yang memengaruhi penurunan fungsi kognitif. Maka dari itu, diperlukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 agar menjadi dasar dalam pengambilan langkah tindak lanjut yang tepat. Penelitian potong lintang ini dilakukan untuk menilai prevalensi penurunan fungsi kognitif pada pasien diabetes melitus tipe 2 dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Sebanyak 101 subjek penelitian diperoleh menggunakan metode consecutive sampling. Data diperoleh melalui observasi rekam medis, wawancara, dan pengukuran langsung. Instrumen asesmen fungsi kognitif yang digunakan adalah The Montreal Cognitive Assessment (MoCA) yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia atau MoCA-INA. Subjek penelitian dengan skor MoCA-INA di bawah 26 dinyatakan mengalami penurunan fungsi kognitif. Prevalensi tinggi (81,2%) penurunan fungsi kognitif ditemukan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki penurunan subdomain fungsi eksekutif atau visuospasial, bahasa, dan memori tunda. Faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Pasar Minggu Jakarta Selatan adalah usia (r=-0,351, p=0,001), waktu tempuh pendidikan (r=0,320, p=0,001), durasi menderita diabetes melitus (r=-0,374, p<0,001), durasi konsumsi metformin (r=-0,405, p<0,001), aktivitas fisik (p=0,005), dan diet (p=0,039).

Diabetes mellitus type 2 patients are at high risks of developing cognitive function impairment that can progress to Alzheimer’s disease and impair patients’ self-management, including self-medication management. However, primary care physicians do not routinely assess cognitive function. On the other hand, the other factors affecting cognitive function impairment have not been known. Therefore, analysis of factors affecting cognitive function is needed to take appropriate follow-up steps. This cross-sectional study aimed to assess prevalence of cognitive function impairment among diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta and analyze the affecting factors. A total of 101 study subjects were selected by the consecutive sampling method. Data were obtained by medical record observation, interview, and direct assessment. The instrument used to assess cognitive function was The Montreal Cognitive Assessment (MoCA) which was translated to Bahasa Indonesia or MoCA-INA. Study subjects with MoCA-INA score below 26 were stated as having cognitive function impairment. A high prevalence (81,2%) of cognitive function impairment was found in diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta. Diabetes mellitus type 2 patients was found to have impairments in executive or visuospatial function, language, and delayed recall subdomains. Factors affecting cognitive function of diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta were age (r=-0,351, p=0,001), years of education (r=0,320, p=0,001) duration of diabetes mellitus (r=-0,374, p<0,001), duration of metformin consumption (p<0,001), physical activity (r=-0,405, p=0,005), and diet (p=0,039)."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70499
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Yuniarti
"Ketidakpatuhan terapi Diabetes Melitus (DM) dapat menimbulkan komplikasi kronis mikrovaskular dan makrovaskular. Penelitian ini bertujuan membandingkan antara kepatuhan pasien DM tipe 2 yang diberi booklet yang disusun bersama pasien dan booklet lama. Rancangan penelitian ini adalah quasi experimental design dengan two group pretest-posttest design secara prospektif. Penilaian kepatuhan berdasarkan skor Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) dan kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c). Penelitian dilaksanakan di puskesmas Beji dan Pancoran Mas bulan Maret hingga Juni 2013. Total sampel terdiri dari 62 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan mengikuti pretest, hanya 49 pasien DM tipe 2 yang mengikuti hingga akhir penelitian (posttest). Sampel secara random dibagi menjadi kelompok yang menerima booklet yang disusun bersama pasien DM tipe 2 (25 orang) dan kelompok booklet lama (24 orang). Penilaian skor MMAS-8 dan kadar HbA1c diukur sebelum dan 8 minggu setelah pemberian intervensi. Analisis menggunakan uji paired t test untuk perubahan kadar HbA1c serta uji Wilcoxon untuk skor MMAS-8. Pada kelompok yang menerima booklet yang disusun bersama pasien DM tipe 2 menunjukkan perbedaan bermakna kadar HbA1c (p=0,066<0,1) dan skor MMAS-8 (p=0,002<0,05) sebelum dan setelah 8 minggu intervensi. Penelitian ini menunjukkan bahwa media edukasi booklet yang disusun bersama pasien DM tipe 2 dengan bahasa yang mudah dimengerti dapat meningkatkan kepatuhan pasien DM tipe 2 terhadap terapi.

The uncompliance to diabetes mellitus (DM) therapy can lead to chronic microvascular and macrovascular complications. This study aimed to compare the compliance of type 2 DM patients who were given the booklet that rearranged together with the patients and the original booklet. This study design was a quasi experimental design with two group pretest-posttest design prospectively. Compliance assessment score based on Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) and the levels of glycated hemoglobin (HbA1c). Research is carried out in Beji and Pancoran Mas Health Center during March to June 2013. The sample consisted of 62 patients who met the inclusion criteria and follow the pretest, only 49 patients with type 2 diabetes who followed up to the end of the study (posttest). Samples were randomly divided into group receiving the rearranged booklet with type 2 DM patients (25 patients) and original booklet group (24 patients). MMAS-8 assessment scores and HbA1c levels were measured before the intervention and 8 weeks after the intervention. The result is analized by using a paired t-test for change in HbA1c levels and the Wilcoxon test for MMAS-8 score. Group receiving the rearranged booklet with type 2 DM patients showed significant differences in HbA1c levels (p=0.066<0.1) and MMAS-8 scores (p=0.002<0.05) before and after 8 weeks of intervention. So this study may indicate that rearranged booklet with type 2 DM patients as an education media with understandable language may improve the compliance of type 2 diabetes patient to their medication therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T38414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Farina Amalia
"Menurut RISKESDAS 2007, angka penderita Diabetes Melitus di wilayah Jawa yang tertinggi berada di DKI Jakarta dengan prevalensi sebesar 2,6%. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian Diabetes Melitus tipe 2 pada lansia. Desain penelitian yang digunakan adalah case control dengan jumlah responden kelompok kasus adalah 28 orang dan kelompok kontrol 76 orang. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa riwayat keluarga DM merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kejadian DM tipe 2 pada lansia (p= 0,001).
Orang yang memiliki riwayat keluarga DM mempunyai risiko sebesar 6,48 kali lebih besar terkena Diabetes Melitus dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga DM (OR: 6,48; 95% CI: 2,08 - 20,21). Perlunya pengurangan pola makan yang kurang sehat dan peningkatan aktivitas fisik yang cukup bagi masyarakat khususnya yang memiliki riwayat keluarga DM untuk mencegah terjadinya kejadian DM.

According to RISKESDAS 2007, diabetician in Java that have the highest rate are in DKI Jakarta with the prevalence 2,6%. The objective of this research is to identify risk factors that influence the occurrence of type 2 diabetes mellitus in elderly. Research design is case control with the number of case group respondent are 28 people and control group respondent are 76 people. Bivariat analysis showed that family history of DM is a risk factor that influence the occurrence of type 2 DM in elderly (p= 0,001).
Those with a family history of DM had 6,48-fold greater chance of getting the disease as compared to those without a family history of DM (OR: 6,48; 95% CI: 2,08 - 20,21). It's recommended to reduce the habit of eating junk food and increase the amount of activity for people especially who have family history of DM to prevent the disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Rachman
"Obat antidiabetes yang paling banyak diresepkan di Puskesmas Indonesia adalah metformin atau kombinasi metformin dan sulfonilurea. Studi tentang metformin telah menunjukkan berbagai dampak penurunan kognitif pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, sedangkan sulfonilurea telah terbukti mengurangi dampak ini. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dampak metformin dan metformin-sulfonilurea pada fungsi kognitif dan menentukan faktor apa yang mempengaruhinya. Studi potong lintang ini dilakukan di Puskesmas Pasar Minggu dengan melibatkan 142 pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengonsumsi metformin atau metformin-sulfonilurea selama >6 bulan dan usia >36 tahun. Fungsi kognitif dinilai menggunakan kuesioner Montreal Cognitive Assessment versi bahasa Indonesia. Efek dari metformin dan metformin-sulfonylurea pada penurunan kognitif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, bahkan setelah mengontrol kovariat (aOR = 1,096; 95% CI =  13.008px;">0,523–2,297; nilai-p = 0,808). Analisis multivariat menunjukkan usia (OR = 4,131; 95% CI = 1,271–13,428; nilai-p = 0,018) dan pendidikan (OR = 2,746; 95% CI = 1.196–6.305; nilai-p = 0,017) mempengaruhi fungsi kognitif. Pendidikan yang lebih rendah dan usia yang lebih tua cenderung menyebabkan penurunan kognitif, tenaga kesehatan didorong untuk bekerja sama dengan ahli kesehatan masyarakat untuk mengatasi faktor risiko fungsi kognitif ini.

The most prescribed antidiabetic drugs in Indonesian primary health care are metformin or a combination of metformin and sulfonylurea. Studies on metformin have shown various impacts on cognitive decline in patients with type 2 diabetes mellitus, whereas sulfonylurea has been shown to reduce this impact. This study aimed to compare the impacts of metformin and metformin-sulfonylurea on cognitive function and determine what factors affected it. This crosssectional study was conducted at Pasar Minggu Primary Health Care involving 142 type 2 diabetes mellitus patients taking metformin or metformin-sulfonylurea for >6 months and aged >36 years. Cognitive function was assessed using the validated Montreal Cognitive Assessment Indonesian version. The effects of metformin and metformin-sulfonylurea on cognitive decline showed no significant difference, even after controlling for covariates (aOR = 1.096; 95% CI = 0.523–2.297; p-value = 0.808). Multivariate analysis showed age (OR = 4.131; 95% CI = 1.271–13.428; p-value = 0.018) and education (OR = 2.746; 95% CI = 1.196–6.305; p-value = 0.017) affected cognitive function. Since a lower education and older age are likely to cause cognitive decline, health professionals are encouraged to work with public health experts to address these risk factors for cognitive function."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Ayu Lestari
"Badan Pusat Statistik Indonesia menyatakan bahwa terjadinya peningkatan pravalensi DM dari diperkirakan, yaitu meningkat menjadi 8,5%. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM dengan kondisi tertentu. Ketepatan penggunaan dan kepatuhan pasien dalam pengobatan diabetes melitus dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi, seperti kerusakan pembuluh darah makrovaskular (jantung, otak, dan pembuluh darah), mikrovaskular (mata dan ginjal), ataupun kerusakan neuropati Peran pelayanan kefarmasian dalam pencegahan ataupun pelaksanaan pengobatan yang tepat dan rasional terhadap penyakit DM sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. PIO merupakan kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dalam memberikan informasi terkait obat untuk meningkatkan pemahaman dan menunjang penggunaan obat yang rasional. Dari hasil edukasi dan pemberdayaan masyarakat terkait penyakit Diabetes Melitus melalui leaflet Di Mushalla Nurul Iman Kelurahan Halim Perdana Kusuma II, wilayah Puskesmas Kecamatan Makasar didapatkan kesimpulan bahwa pemahaman dewasa dengan penyakit tidak menular (PTM) dan lansia terkait pengertian, klasifikasi, dan kriteria penyakit Diabetes Melitus secara umum, pemahaman terapi farmakologi dan non farmakologi penyakit Diabetes Melitus, serta pemahaman tanda dan gejala hipoglikemia dianggap telah bertambah yang ditunjukkan dengan respon, tanggapan, serta pertanyaan yang diajukan peserta saat edukasi dilakukan.

Badan Pusat Statistik Indonesia reports an increase in the prevalence of diabetes mellitus (DM) from an estimated rate, rising to 8.5%. Diabetes mellitus is a chronic condition characterized by elevated blood glucose levels (hyperglycemia) and can be classified based on its causes, including DM type 1, DM type 2, gestational DM, and DM associated with specific conditions. The accuracy of DM treatment and patient adherence can reduce the risk of complications, such as damage to macrovascular (heart, brain, and blood vessels), microvascular (eyes and kidneys), and neuropathic complications. Pharmaceutical services play a vital role in preventing and providing appropriate and rational treatment for DM, thereby enhancing patients' quality of life. Pharmaceutical Information and Education (PIO) is a service provided by pharmacists to deliver information related to medications to improve understanding and support rational drug use. Through educational efforts and community empowerment regarding Diabetes Mellitus in leaflets distributed at Mushalla Nurul Iman, Halim Perdana Kusuma II Subdistrict, within the Makasar District Health Center's jurisdiction, it was concluded that the understanding of adults with non-communicable diseases (NCDs) and the elderly regarding the general definition, classification, and criteria of Diabetes Mellitus, as well as knowledge of pharmacological and non-pharmacological therapies for Diabetes Mellitus, and understanding of signs and symptoms of hypoglycemia, had improved. This was evidenced by the responses, feedback, and questions posed by participants during the educational sessions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Triulan Agustina
"Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa yang akan datang. Tidak hanya kelompok lanjut usia yang terkena diabetes melitus tipe 2 tetapi juga kelompok dewasa muda seperti mahasiswa. Mahasiswa cenderung memiliki gaya hidup yang tidak sehat sehingga berisiko terkena diabetes melitus tipe 2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa tentang faktor risiko, tanda dan gejala diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana. Pengambilan sampel menggunakan purpose sampling pada 106 mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner berisi data demografi dan 40 pertanyaan.
Hasil yang diperoleh berupa mahasiswa memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang faktor risiko, tanda dan gejala diabetes melitus tipe 2. Promosi kesehatan berupa pemberian pengetahuan kepada mahasiswa tentang diabetes mellitus tipe 2 diupayakan segara untuk mencegah dan mengontrol perkembangan diabetes mellitus tipe 2.

Type 2 diabetes mellitus is a non-communicable disease that will be increased for a few years later. Not only elderly can be attached by type 2 diabetes mellitus but also young people like student at university. Students tended to have unhealthy life style that were risky to be attached by type 2 diabetes mellitus.
The main aim of this research was to identify the knowledge of State Polytechnic of Jakarta about risk factor, sign and symptom type 2 diabetes mellitus. This study used simple descriptive design. The sample was collected using purpose sampling towards 106 student of State Polytechnic of Jakarta. The instrument that used was questionnaire containing demography data and 40 questions.
This research result that students have poorly knowledge about risk factor, sign and symptom type diabetes mellitus. Promotion health in giving knowledge about type 2 diabetes mellitus is needed soon to prevent and control type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43626
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Anggun Sayekti
"Diabetes mellitus merupakan salah satu bentuk penyakit tidak menular dengan prevalensi yang terus meningkat di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Selain berdampak pada kualitas hidup individu dan keluarga, diabetes mellitus menjadi masalah kesehatan utama karena berdampak pada banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan kesehatan dan hilangnya produktivitas akibat penyakit.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada pekerja pria. Penelitian ini dilakukan di head office PT. X dengan melibatkan 64 pekerja pria sebagai responden dan dilakukan dari bulan Januari hingga Juni 2013. Variabel yang diteliti adalah umur, riwayat keluarga, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, asupan serat, berat badan berlebih, obesitas sentral, hipertensi, dislipidemia, durasi tidur, stres kerja, dan derajat merokok. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square.
Hasil analisis menunjukkan variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah umur, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, berat badan berlebih, obesitas sentral, dan hipertensi.

Diabetes mellitus is one of non communicable diseases which its having continuously increasing prevalence in South East Asia, including Indonesia. Besides its influences in quality of life of people and their family, diabetes mellitus also causes loss of productivity and increases health care cost.
This study was aimed to know the relationship between risk factors and diabetes mellitus type 2 in male employees. There were 64 head office male employees involved in this study which was held in January until June 2013. Variables of this research were age, family history, physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, carbohydrate intake, fiber intake, overweight and obese, abdominal obesity, hypertension, dyslipidemia, sleep duration, work related stress, and degree of smoking.This research used bivariate analysis with chi squa re test.
The result of this study showed that age, physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, overweight and obese, abdominal obesity, and hypertension was significantly related to type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>