Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173961 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kristanti Dwi Rahmawati
"ABSTRAK
Remaja putri beresiko tinggi menderita anemia gizi besi, karena pada masa ini
terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan dan haid. Anemia gizi
besi pada remaja putri akan berdampak pada gangguan tumbuh kembang, kognitif,
penurunan fungsi otot, aktifitas fisik dan daya tahan tubuh menurun sehingga
meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melihat gambaran hubungan antara faktor umur, pengetahuan, konsumsi gizi
(energi, protein, vitamin C dan zat besi), kebiasaan minum teh, kebiasaan sarapan,
status gizi, pola haid dan pendidikan ibu terhadap kejadian anemia gizi besi pada
remaja putri di SMAN 2 Kota Bandar Lampung Tahun 2011. Desain penelitian
cross sectional, jumlah sampel 102 dipilih secara proportional random sampling dari
seluruh kelas X dan XI yang memenuhi kriteria inklusi. Instrument yang digunakan
adalah kuesioner, food recall, pengukur hemoglobin dengan digital Amperometric
Enzym Electrode Nesco, timbangan berat badan dan microtoa untuk mengukur
tinggi badan. Hasil penelitian menunjukkan kejadian anemia gizi besi sebesar
43,1%. Kejadian anemia gizi besi berhubungan dengan konsumsi energi (nilai p =
0.0001), protein (nilai p = 0,0001), vitamin C (nilai p = 0,018) dan zat besi (nilai p =
0,0001). Kejadian anemia gizi besi di SMAN 2 Kota Bandar Lampung merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang berat . Penanganan yang penting adalah
meningkatkan konsumsi gizi seimbang dan bervariasi pada remaja putri melalui
KIE , pengadaan skrining anemia gizi dengan pemeriksaan hemoglobin saat awal
tahun ajaran.

ABSTRACT
Adolescent girl have a high risk of iron deficiency anemia, because of their of iron
needs increasing for their growth and menstruation. Iron deficiency anemia in
adolescent girls will have an impact on growth and development disorders,
cognitive decline in muscle function, physical activity and decreased immune
system thereby increasing the risk of infection. The purpose of this study was to see
a picture of the relationship between the factors age, knowledge, nutrition
consumption (energy, protein, vitamin C and iron), drinking tea, breakfast habits,
nutritional status, menstrual patterns and maternal education on the incidence of
iron deficiency anemia in adolescent girl at SMAN 2 Bandar Lampung in 2011.
Cross-sectional study design, sample size of 102 selected by proportional random
sampling of all classes X and XI that meet the inclusion criteria. Instruments used
were questionnaires, food recall, measuring hemoglobin with digital Amperometric
Electrode Enzym NESCO, weight scales and microtoa to measure height. The
results showed the incidence of iron deficiency anemia 43.1% . Incidence of iron
deficiency anemia associated with iron nutritional energy consumption (p-value =
0.0001), protein (p-value = 0.0001), vitamin C (p-value = 0.018) and iron (p-value =
0.0001). Incidence of iron deficiency anemia in SMAN 2 Bandar Lampung is a
serious public health problem. Handling is important is to improve the nutritional
intake of balanced and varied diet in adolescent girls through the IEC, the provision
of screening of iron deficiency anemia with hemoglobin at the beginning of the
school year."
2011
S-FDF
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
"Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi sebaya terhadap perubahan perilaku pencegahan anemia gizi besi pada remaja putri (10-19 tahun). Metode yang dipakai quasi experiment yang terdiri dari dua kelompok 41 remaja putri sebagai kelompok intervensi dan 41 kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling yang dilanjutkan dengan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan edukasi sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan (p=O,OOO), sikap (p=O,OOO), dan keterampilan (p=O,OOO) pencegahan anemia gizi besi. Hasil uji MANCOV A menunjukkan edukasi sebaya dipengaruhi oleh lamanya menstruasi (p=O,OOO). Edukasi sebaya dapat digunakan sebagai salah satu upaya mengubah perilaku remaja putri yang bisa diintegrasikan dalam pelayanan keperawatan di sekolah

Female adolescent is one of the aggregate who risk of having health problems. This study aimed to determine the effect of peer education on the change of behavior of iron deficiency anemia prevention in female adolescent (1 0-19 years). The research design was quasi experiment with two groups involving 41 female adolescent as the intervention group and 41 in control groups. The sampling technique used was stratified random sampling, followed by simple random sampling. The result showed that peer education significantly affects the knowledge (p=O,OOO, attitude (p=O,OOO), and skills (p=O,OOO) of iron deficiency anemia prevention. MANCOVA test showed that peer education is affected by duration of menstruation (p=O,OOO). Peer education can be used as an attempt to change the behavior of female adolescent, which could be integrated in the school nursing service."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Oktalina
"Anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada remaja putri. Dampak anemia pada remaja putri yaitu gangguan pada pertumbuhan, mudah terinfeksi, semangat belajar menurun, dan pada saat akan menjadi calon ibu dapat beresiko tinggi pada saat hamil dan melahirkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMAN I Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2011.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dilaksanakan pada bulan April Tahun 2011 dengan jumlah sampel 100 orang siswi. Prosedur pengambilan sampel adalah simple random sampling (acak sederhana). Cara pengumpulan data status anemia dengan pemeriksaan darah menggunakan Hb sahli, data IMT diperoleh dengan melakukan pengukuran BB/TB, data asupan gizi diperoleh dengan food recall 2x24 jam serta data pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pengetahuan remaja putri tentang anemia, menstruasi, siklus menstruasi, lama menstruasi, volume menstruasi, dan konsumsi tablet tambah darah dengan pengisian kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan 63% remaja putri menderita anemia. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ayah, asupan energi, asupan protein, asupan zat besi serta menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Dari beberapa faktor tersebut faktor yang paling dominan terhadap kejadian anemia pada remaja putri adalah ketika remaja putri sedang menstruasi.

An Iron Nutrition Anemia is one of nutrition problem that frequently occurs to most adolescent. Its effect to adolescent has shown by growth disruptions, easily infected, the spirit of learning declines, and if they will be a high risk future mother for pregnancy and delivery. The purpose of this study was to determine associated factor of anemia to adolescent in SMAN I Lubuk Sikaping Pasaman District in 2011.
This research is quantitative research with cross sectional design conducted in April 2011 with 100 people sample. The procedure of taking samples is simple random sampling. Data is collected to anemia by check up blood with Hb Sahli, BMI data is obtained by means of BB/TB measurements, nutrition intake data with 2x24 hours food recall and mother's educational data, father's occupation, knowledge of anemia to adolescent, menstruation, cycles of menstruation, long of menstruation, volume of menstruation and iron tablet consumption by filling the questionnaire.
The result of 63% adolescent had suffered anemia. A statistic test results shows that there are mean correlation among father?s occupation, energy intake, protein intake, iron intake and menstruation with anemia to adolescent. Most dominant factor to adolescent who had suffered anemia is when they in period menstruation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Nahsty Raptauli
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status anemia pada remaja putri di Kota Depok. Desain penelitian menggunakan Cross-Sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Anemia Remaja Putri Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011 yang analisisnya dilakukan selama bulan Oktober 2011? Januari 2012. Populasi pada penelitian ini adalah semua remaja putri siswi SMP/MTS dan SMU/MA di Kota Depok sedangkan sampelnya adalah remaja putri yang terpilih dari populasi tersebut berjumlah 367 orang.
Hasil penelitian ini menyatakan prevalensi anemia pada remaja putri di Kota Depok Tahun 2011 sebesar 35,7%. Hasil uji statistik menujukkan hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ayah dengan status anemia pada remaja putri. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan tidak bermakna antara tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan orang tua, asupan protein hewani, asupan sayuran hijau, pola konsumsi, frekuensi makan, pantangan makanan, pola haid, tingkat pengetahuan anemia, tingkat pengetahuan TTD, dan konsumsi TTD dengan status anemia pada remaja putri di Kota Depok.
Namun berdasarkan presentase pada uji statistik dalam penelitian ini, beberapa variabel menunjukkan kecendrungan yang mendukung hipotesa, seperti ada perbedaan cukup tinggi antara ibu bekerja yang mempunyai anak anemia dengan ibu tidak bekerja yang mempunyai anak anemia yaitu sebesar 14,7%; ada perbedaan antara remaja putri yang frekuensi makan < 3 kali sehari menderita anemia dengan remaja putri yang frekuensi makan 3 kali sehari menderita anemia sebesar 12,5%; dan ada perbedaan antara remaja putri dengan pola konsumsi baik (asupan protein hewani dan sayuran hijau) menderita anemia dengan remaja putri dengan pola konsumsi kurang baik (asupan protein hewani dan sayuran hijau) menderita anemia yaitu sebesar 7%.

This study aims to determine the factors relating to the status of anemia in adolescent girls at the Depok city. The design of this study using the Cross-Sectional using secondary data Anemia Survey of pre-adolescents in Depok City in 2011 that his analysis conducted during October 2011 - January 2012. The population in this study were all young women student Junior High School/MTS and Senior High School/MA in Depok city, while sample was selected from young women, the population numbered 367 people.
The results of this study states the results of the prevalence of anemia in adolescent girls in the city of Depok in 2011 amounting to 35.7%. Statistical test results showed significant relationship between parental education level with the status of anemia in adolescents in the city of Depok. Statistical test results showed no significant relationship between parental education level, employment status parents, animal protein intake, intake of green vegetables, patterns of consumption, frequency of meals, food taboos, patterns menstruation, the level of anemia, the level of knowledge TTD, TTD and consumption with the status of anemia in adolescents in the city of Depok.
However, based on the percentage of statistical tests in this study, several variables showed trends support the hypothesis, as there difference is quite high among working mothers anemia have children with mothers who did not work children have anemia that is equal to 14.7%; there difference between the frequency of adolescent girls who ate <3 times a day suffer from anemia in young womem frequency of eating three meals a day of suffer anemia 12.5% and there is a difference between young women with consumption patterns of both (intake of animal protein and vegetable green) anemaia suffered by young women with pattern consumption is less well (intake of animal protein and vegetable green) suffer from anemia that is equal to 7%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arti Widiodari Y.
"Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Semakin tinggi prevalensi anemia pada wanita atau ibu hamil, semakin tinggi pula prevalensi anemia pada ibu menyusui, sehingga secara tidak langsung prevalensi anemia pada bayi dan anak-anak juga ikut. Oleh karena prevalensi anemia balita (52,2%) di Jawa Barat dan prevalensi anemia ibu menyusui (52%) di Kabupaten Bogor masih cukup tinggi, maka perlu diketahui faktor-faktor yang berhuhungan dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu menyusui bayi terutama usia 2-4 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi pada ibu menyusui bayi usia 2-4 bulan.
Desain penelitian ini adalah krosseksional. Sampel penelitian adalah ibu yang sedang menyusui bayi usia 2-4 buian di Kabupaten Bogor. Jumlah keseluruhan sampel penelitian sebanyak 172 ibu menyusui. Analisis data menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan, persentase ibu menyusui yang mengalami anemia (kadar Hb < 12 g/dl) adalah sebesar 34,3%. Rata-rata lama pendidikan yang dimiliki ibu dan suami adalah 46 tahun atau setingkat SD. Sebagian besar (58,7%) ibu menyusui termasuk dalam kategori keluarga miskin dan hampir seluruh (93,6%) ibu menyusui berstatus sebagai ibu rumah tangga. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pendidikan suami merupakan faktor yang paling berhubungan dengan anemia gizi besi ibu (P< 0,05).
Ibu menyusui yang memiliki suami dengan lama pendidikan <9 tahun berpeluang 2,5 kali (95% CI: 1,165 - 5,392) lebih besar menderita anemia gizi besi dibanding ibu menyusui yang memiliki suami dengan lama pendidikan > 9 tahun, setelah dikontrol variabel IMT dan asupan zat besi.
Penelitian ini menyarankan untuk mengadakan program pemberian suplementasi tablet besi kepada ibu menyusui seperti anjuran WHO tahun 2001. Selain itu, meningkatkan anjuran mengkonsumsi bahan makanan sumber zat besi alami, meningkatkan kegiatan penyuluhan gizi yang ditujukan kepada suami dan ibu menyusui, soda kexjasama lintas sektor instansi terkait, terutama dalam pembuatan cetakan dan penyebaran media (leaflet, poster) anemia gizi untuk ibu menyusui.

Anemia is still public health problem in the world including Indonesia. The high prevalence of anemia in pregnancy, the high prevalence of anemia in lactating mother. Un-directly, anemia prevalence in infant and children become higher too. Because of anemia prevalence of children under five years (52,2%) in West Java and anemia prevalence of lactating mother (52%) in Bogor were still high, factors related to this problems especially for lactating mother of 2- to 4 mo-old infants were needed to know.
The objective of this research was estimating the prevalence of iron deficiency anemia in lactating mother of 2- to 4-mo-old infants in Bogor, years 2004, and leaming the factors related to this. Thesis design was cross-sectional. Thesis sample was lactating mother of 2- to 4-mo-old infants in Bogor. All of the samples were 172 mothers. The logistic regression was used in analysis of data.
The prevalence of iron deficiency anemia (Hb < I2 g/dl) in lactating mothers of 2-to 4-mo-old infants was 34,3%. Mean of mother?s and father`s term of formal education was 4-6 years or as same as basic school. 58,7% of mother`s families were in low~income social economic. 93,6% mothers were totally wife household. Father`s education was a factor that most relate to iron deficiency anemia in lactating mother, after controlled by IMT and iron intake (P <0.05).
Logistic regression analysis revealed that lactating mother who husband has short-term of formal education (< 9 years) had an odds ratio (OR) [95% confidence interval (CI)] of 2.5 [l,165-5,3921] to have iron deficiency anemia (Hb < 12 g/dl) compared with lactating mother who husband has long-term of formal education (>9 years).
The suggestion of this thesis are giving supplementation program for lactating mothers, giving more nutrition education for lactating mother and her husband, and making inter relation teamwork for printing and publishing leaflet and poster of anemia for lactating mother."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21108
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Siyanti Sumarlan
"Latar Belakang: Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang tersering pada remaja. Dampak defisiensi besi mulai dari berkurangnya kemampuan kerja fisis hingga gangguan fungsi kognitif. Pada saat memasuki kehamilan, ADB dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada ibu maupun pada bayi. Faktor risiko ADB pada remaja multifaktorial.
Tujuan: Mengetahui status besi, prevalens dan faktor risiko ADB pada remaja perempuan usia 12-15 tahun di Jakarta Pusat.
Metode: Studi potong lintang pada remaja perempuan usia 12-15 tahun di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Subjek dibagi menjadi kelompok status sosial ekonomi (SSE) menengah-keatas dan menengah-kebawah. Pada subjek dinilai status gizi, status dan karakteristik menstruasi, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan orangtua, serta asupan besi. Pada subjek juga dilakukan pemeriksaan laboratorium hematologis, biokimia besi, dan (C-reactive protein) CRP. Uji tuberkulin dilakukan untuk menyingkirkan APK akibat tuberkulosis, penyakit kronik tersering di Indonesia.
Hasil: Diantara 163 subjek, prevalens status besi normal sebesar 69,3%. Prevalens defisiensi besi non anemia lebih tinggi (17,2%, berupa deplesi (3,1%) dan defisiensi besi (14,1%) dibandingkan prevalens ADB (13,5%). Prevalens ADB pada kelompok status sosial ekonomi (SSE) menengah-keatas lebih rendah daripada SSE menengah-kebawah (11,5% dan 15,8%). Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara prevalens ADB dengan status gizi, status dan karakteristik menstruasi, SSE, dan pendidikan maupun penghasilan orangtua. Asupan besi bioavailable pada seluruh subjek kurang dari angka kecukupan gizi (AKG), namun tidak didapatkan hubungan yang bermakna dengan prevalens ADB.
Simpulan: Prevalens deplesi dan defisiensi besi yang lebih tinggi dari prevalens ADB berpotensi meningkatkan prevalens ADB pada masa mendatang. Meskipun tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara prevalens ADB dengan faktor risikonya, namun asupan besi yang kurang dari AKG pada seluruh subjek perlu diperhatikan. Suplementasi besi sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia perlu dilaksanakan dalam upaya pencegahan dan penanggulan defisiensi besi pada remaja.

Background: Iron deficiency anemia (IDA) is the most common anemia in adolescents. Iron deficiency cause decreased physical performance as well as cognitive impairment. In pregnancy, IDA increases maternal and fetal mortality and morbidity. Risk factors of IDA in adolescents are multifactorials.
Objectives: To identify iron status, prevalence dan risk factors of IDA in 12 to 15-year old adolescents girls in Central Jakarta.
Methods: Cross-sectional study in 12 to 15-year old adolescent girls who study in Junior High School. Subjects were classified into higher and lower social economy status (SES). Assessment of nutritional status, menstruation status and characteristics, occupation, parents education level and income, as well as iron intake. Subjects were undergo supporting examinations, such as hematological, iron parameters and C-reactive protein (CRP). Tuberculin test was done to rule out anemia of chronic disease due to tuberculosis, the most common chronic disease in Indonesia.
Results: Out of 163 subjects, prevalence of normal iron status was 69,3%. Non anemia iron deficiency prevalence was higher (17,2%, consists of 3,1% iron depletion and 14,1% iron deficiency) than IDA prevalence (13,5%). Prevalence of IDA in higher SES was lower than that in lower SES (11,5% and 15,8%). There was no significant association betwen prevalence of IDA and nutritional status, menstruation status and characteristics, SES, as well as parents’ education level and income. Bioavailable iron intake in all subjects was less than RDA, no significant association betwen bioavailable iron intake and IDA prevalence.
Conclusions: Non anemic iron deficiency prevalence that was higher than prevalence of IDA is potensial to increase prevalence of IDA in the future. Altough there is no significant association betwen IDA and its risk factors, iron intake that is less than RDA in all subjects requires more attention. Iron supplementation based on Indonesian Pediatric Society need to be reinforced to prevent and overcome iron deficiency in adolescent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Farhanah
"Anemia merupakan salah satu penyebab dari sebagian permasalahan gizi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data Riskesdas, prevalensi kejadian anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 11,7% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 22,7% pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berusia 15-18 tahun. Jumlah sampel penelitian sebanyak 1113 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 28,4%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia (p=0,030). Namun,tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi TTD, daerah tempat tinggal, paparan asap rokok, status pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pendidikan remaja, dan jumlah anggota keluarga.

Anemia is one of causes the nutrition problems in the world, especially in developing countries like Indonesia. According data of Riskesdas, the prevalence of anemia on adolescent girl in Indonesia was 11,7% in 2007 dan increased to 22,7% in 2013. This study aims to determine the factors associated to anemia on adolescent girl in Indonesia. This study using cross sectional study design based on data of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018. The sample in this study, were all adolescent girls aged 15-18 years there are 1113 respondents. The result of this study showed the prevalence of anemia in adolescent girls aged 15-18 years in Indonesia was 28,4%. The statistical test result show a significant relationship between nutritional status with anemia (p= 0,030). However, there was no significat relationship between iron supplement consumption, area of residence, exposure of cigarette smoke, father’s employment status, mothers education, adolescent education dan number of family members.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rochmah
"Anemia merupakan masalah gizi yang banyak diderita oleh remaja putri karena usia remaja berada pada masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi yang berdampak pada kesehatan. Penyebab anemia adalah defisiensi zat gizi, kondisi non gizi dan kelainan genetik (herediter). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status anemia.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMAN 13 Kota Tangerang. Jumlah sampel 261 orang. Data diambil menggunakan kuesioner, antropometri berat badan dan tinggi badan, sedangkan untuk pemeriksaan kadar Hb, responden diambil sampel darahnya kemudian dilakukan pemeriksaan di laboratorium klinik. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan chi square.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan anemia (p-value 0,04) dan status gizi (p-value 0,02) dengan status anemia. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan status anemia adalah pengetahuan Tablet Tambah Darah (TTD), sikap, pola menstruasi, lama menstruasi, riwayat penyakit infeksi/kronis, pendidikan ayah, pendidikan ibu, status bekerja ayah, status bekerja ibu, pendapatan orangtua dan konsumsi TTD.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah remaja putri yang menderita anemia bersama keluarga disarankan memilih mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dalam jumlah cukup dan menghindari mengonsumsi makanan yang dapat menghambat absorbsi zat besi, mengonsumsi TTD sesuai pedoman, saling memotivasi untuk mau memeriksakan kadar Hb secara rutin dan berkala.

Anemia is a nutritional problem that affects many young women because their teens are at puberty is characterized by menstruation which affect health. the cause of anemia are deficiency of nutrients, non-nutrient conditions and genetic disorders (hereditary). The purpose of this research is to study the factors that influence anemia status.
This study usea descriptive cross-sectional approach. The population in this study are women student from SMAN 13 Tangerang City. Number of samples 261 people. The data were taken using a questionnaire, anthropometric body weight and height, whereas for hemoglobin examination, a blood samplewas taken from respondents then examined in clinical laboratories. The analysis used is the univariate and bivariate analysis using chi square.
These results indicatea significant association between knowledge of anemia (p-value 0.04) andnutritional status (p-value 0.02)with anemia status. While the factors that are not related to the status of anemia isknowledge of TTD, attitude, menstrual pattern, time periods, history of infectious disease/chronic, nutritional status, father's education, maternal education, father's work status, maternal work status, parental incomeand consumption of TTD.
Recommendations from this research is that young women suffer from anemia as a couple should choose to consume foods that contain lots of iron in sufficient quantities and avoid foods that can inhibit iron absorption, consume TTD as per guidelines, motivate each other to check Hb regularly and periodically.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gayuh Siska Laksananno
"ABSTRAK
Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang banyak diderita oleh remaja putri
karena usia remaja berada pada masa petumbuhan dan juga dampak dari menstruasi yang
didapat setiap bulannya. Beberapa penelitian menunjukkan tingginya anemia pada remaja
putri. Penyebab anemia defisiensi besi adalah kurangnya pemasukan zat besi,
meningkatnya kebutuhan akan zat besi, kehilangan darah kronis, penyakit malaria, cacing
tambang dan infeksi-infeksi lain serta pengetahuan yang kurang tentang anemia. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
terjadinya anemia defisiensi besi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMU
Muhammadiyah Kota Tegal. Jumlah sampel 113 orang. Data diambil menggunakan
kuesioner, sedangkan untuk pemeriksaan kadar Hb dan Ferritin serum, responden diambil
sampel darahnya kemudian dilakukan pemeriksaan di laboratorium klinik. Analisis yang
digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan independen t-test dan chi square serta
analisis multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan pada 95% CI
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan (p value 0.003), kebiasaan
diet (p value 0.000), asupan zat besi (p value 0.014), kebiasaan konsumsi vitamin C (p
value 0.003), kebiasaan minum teh (p value 0.01), siklus (p value 0.02) dan lama
menstruasi (p value 0.000) dengan anemia defisiensi besi. Sedangkan faktor yang tidak
berhubungan dengan anemia defisiensi besi adalah umur (p value 0.566), tingkat
pendapatan orang tua (p value 0.054) dan jumlah anggota keluarga (p value 0.672). Dari
analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berkontribusi adalah kebiasaan
konsumsi vitamin C (OR = 4,321). Rekomendasi dari penelitian ini adalah remaja putri
untuk meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, meningkatkan
konsumsi vitamin C dan mengurangi minum teh.

ABSTRACT
Iron deficiency anemia is nutrient problem on many female adolescence because in growth process and the effect of their menstruation. The studies shown increasing amount of anemia on female adolescence. The cause of iron deficiency anemia are less of intake iron, increasing iron needed, chronic bleeding, malariae and other infection, also less of knowledge about anemia. The objective of this study is to identify contribute factor to event of iron deficiency anemia. This research use descriptive metode with cross sectional approach. The population are students Muhammadiyah Senior High School at Kota Tegal. They were 113 respondents. The data taken with questionaire, therefore assesment of Hb level and serum ferritin level were use blood sample in laboratory. The data analyze that use was univariat, bivariat with independent t-test and chi-square, also multivariat with logistic regretion. The result show at 95 CI, there is the correlation between knowledge (p value 0,003), dietary history (p value 0,000), iron intake (p value 0,014), consumption of vitamin C (p value 0,003), tea drink history (p value 0,01), menstruation cycle (p value 0,02) and duration of menstruation (p value 0,000) with iron deficiency anemia. Therefore factors not correlated with iron deficiency anemia are age (p value 0,566), level of parents income (p value 0,054) and family member (p value 0,672). Multivariat analyze shown consumption of vitamin C is dominant factor to contribute iron deficiency anemia (OR = 4,321). Recomendation of this study is increasing consumption of iron and vitamin C and decreasing drink of tea to prevent iron deficiency anemia."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kinantika Nur Dewanti
"Latar Belakang: Masalah anemia gizi besi pada remaja akan berpengaruh pada kondisi kesehatan dimasa yang akan datang jika tidak ditangani sedini mungkin. Anemia juga akan berpengaruh pada kualitas generasi muda yang seharusnya aktif dan berprestasi.Tujuan: Gerakan Ayo BERSERI merupakan inovasi yang diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk memaksimalkan penanganan anemia gizi besi pada remaja putri. Metode: Pelaksanaan Gerakan Ayo BERSERI menggunakan pendekatan keperawatan komunitas dengan populasi remaja usia sekolah menengah kejuruan di SMK wilayah kelurahan Jatijajar kota Depok. Besar sampel sebanyak 87 orang yang dipilih menggunakan total sampling. Hasil menunjukkan ada perbedaan yang signigikan antara pengetahuan,sikap dan tindakan (p value 0,000) sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Selain itu juga terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian anemia sebelum dan sesudah intervensi (p value 0,000). Gerakan Ayo BERSERI dapat meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan berpengaruh pada kejadian anemia pada remaja putri. Simpulan: Pelaksanaan Gerakan Ayo BERSERI dapat terintegrasi dengan program PKPR di puskesmas dan PMR di sekolah sehingga remaja dapat mendapatkan pelayanan yang optimal dan berkelanjutan.

Background: The problem of iron nutritional anemia in adolescents will affect health conditions in the future if not treated as early as possible. Anemia will also affect the quality of the younger generation who should be active and accomplished. Purpose: The Ayo BERSERI movement is an innovation that is expected to be one of the efforts to maximize the treatment of iron nutritional anemia in adolescent girls. Method: The implementation of the Ayo BERSERI Movement uses a community nursing approach with a population of vocational high school-age adolescents in SMK Jatijajar sub-district, Depok city. The sample size is 87 people selected using total sampling. Results : There was a significant difference between knowledge, attitudes and actions (p value 0.000) before and after the intervention. In addition, there was also a significant difference between the incidence of anemia before and after the intervention (p value 0.000). The Ayo BERSERI movement can improve behavior (knowledge, attitudes and actions) and affect the incidence of anemia in adolescent girls. Conclusion: The implementation of the Ayo BERSERI Movement can be integrated with the PKPR program in health centers and PMR in schools so that youth can get optimal and sustainable services. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>