Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104874 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nilam Fitriah
"Stroke adalah penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Elektroensefalografi kuantitatif qEEG adalah suatu modalitas untuk mendeteksi stroke pada pasien dengan pemantauan berkelanjutan. Tapi, EEG membutuhkan banyak kanal sehingga semakin lama durasi komputasi dan fitur berlebih. Studi ini mengajukan Extreme Gradient Boosting XGBoost dengan reduksi fitur dan kanal; analisis komponen utama PCA atau algoritma genetik GA . Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan stroke dari nilai National Institutes of Health Stroke Scale NIHSS . Hasil menunjukkan PCA meningkatkan akurasi lebih tinggi dari GA; akurasi pengujian 78.67 dengan 8 kanal F7-F8, C3-C4, T1-T2, O1-O2 . Dari evaluasi nilai NIHSS, kanal-kanal perlu merepresentasikan paling utama lobus temporal dan frontal.

Stroke is the most leading cause of death in Indonesia. Quantitative electroencephalography qEEG was one of modality to detect stroke on inward patients with continuous monitoring. However, EEG used many channels that caused longer computation and redundant features. This study proposed Extreme Gradient Boosting XGBoost with feature and channel reduction principle component analysis PCA or genetic algorithm GA . Stroke classification was based on severity from National Institutes of Health Stroke Scale NIHSS . The result showed that PCA gained higher accuracy than GA 78.67 with 8 channels F7 F8, C3 C4, T1 T2, O1 O2 . From NIHSS score evaluation, channels should represent mostly frontal and temporal lobes.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T47096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdi Lamsudin
"ABSTRAK
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menyusun Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM), yaitu suatu strategi klinik yang akurat, cepat, mudah, aman, dan murah, untuk membedakan stroke perdarahan intraseserbri dengan stroke iskemik akut atau stroke infark, sebagai tes diagnostik pengganti pemeriksaan CT-scan kepala.
ABSTRACT
Objective: to develop a Gadjah Mada Stroke Algorithm as a clinical strategy for distinguishing intracerebral haemorrhage from acute ischaemic or infraction stroke afteronset pof stroke with simplicity, accuracy, speed, safety, and at no cost in a setting where computerised tomography brain scans (CT-scan) are not readily available"
1996
D450
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Wakhidaturrohmah
"Stroke menjadi penyebab utama kecacatan dan penyebab kematian kedua di dunia. Sebanyak 87% kasus stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik. Stroke merupakan penyakit neurologis yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan fungsi motorik pada sebagian atau seluruh bagian ekstremitas sebagai akibat kelemahan pada salah satu anggota tubuh yang disebut dengan hemiparese. Hemiparese yang tidak tertangani dapat menurunkan kualitas hidup klien paska perawatan stroke.
Terapi yang dilakukan pada pasien stroke adalah latihan motoric yang bertujuan untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan pergerakan. Salah satu latihan yang dapat diberikan terhadap klien stroke iskemik dengan hemiparese yaitu latihan RPS (Rentang Pergerakan Sendi) aktif asistif dengan menggunakan bola karet yang bertujuan untuk meningkatkan rentang pergerakan sendi, meningkatkan fungsi dan kekuatan otot, serta mencegah kontraktur.
Karya ilmiah ini bertujuan memberikan gambaran analisis asuhan keperawatan pada klien stroke iskemik dan latihan rentang pergerakan sendi menggunakan bola karet. Intervensi latihan rentang pergerakan sendi (RPS) dilakukan selama 4 hari, 7 kali latihan dengan durasi 15 menit. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot. Oleh karena itu, intervensi RPS menggunakan bola karet sangat penting dan direkomendasikan untuk diterapkan oleh perawat kepada klien stroke iskemik dengan hemiparese.

Stroke is the leading cause of disability and the second leading cause of the death in the world. As many as 87% of case are ischemic stroke. Stroke is a neurological disease that can cause loss of motoric function ability to some or all part of extremities. Loss of motoric function ability caused by weakness in a part of exstremities call as hemiparese. Untreated hemiparese can reduce the quality of life after stroke treatment.
Therapy performed on stroke iskemik clientt is intended to develop, maintain and restore moton by motor exercise. One of exercise can be done for stroke ischemic clients with hemiparesis is by providing active assistif ROM (Range Of Motion) exercise using rubber aimed to increase the range of joint movement, improve muscle function and strength, and prevent contracture.
This paper aimed to provide on analyzed nursing care on an ischemic stroke client with hemiparese with Range of Motion using rubber ball. ROM intervention was done for 4 days, 7 times with duration as much as 15 minutes. The result showed an increased of muscle strength. Therefore, ROM exercise is very important and recommended to be applied by nurse to stroke ischemic clients with hemiparesis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Metungku
"Analisis praktik residensi keperawatan medikal bedah merupakan karya ilmiah akhir ners spesialis yang menjelaskan proses residensi keperawatan ners spesialis medikal bedah. Tujuan dari praktik residensi untuk meningkatkan kompetensi sebagai seorang ners spesialis dalam mengelola pasien dengan memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dengan pemberian intervensi keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu yang berbasis bukti. Proses residensi ini dilaksanakan selama 2 semester baik di ruang rawat inap, rawat jalan dan IGD dengan memberikan asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan dilakukan pada pasien 1 kasus kelolaan dengan diagnosis Stroke Iskemik yang diberikan perawatan selama 7 hari atau dari pasien masuk ruang rawat hingga pasien pulang. Selain itu asuhan keperawatan juga diterapkan pada 30 kasus gangguan neurologi lainnya dengan menggunakan pendekatan Teori Model Adaptasi Roy. Penulis juga melakukan penerapan EBN Constraint induce aphasia therapy (CIAT) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi pada pasien stroke dengan afasia dimana diperoleh hasil bahwa CIAT bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan komunikasi pasien dalam pemahaman dan pengucapan. Selain itu kami juga melakukan Proyek inovasi mengenai Tata Laksana Stroke Terkini yang berisi intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien stroke baik saat perawatan di rumah sakit atau saat perawatan di rumah oleh keluarga. Dengan praktek klinik residensi ini penulis dapat memperoleh banyak informasi dan pengaplikasian ilmu bagi kasus pasien dengan gangguan sistem neurologi.

Surgical medical residency nursing analysis is the final scientific work of specialists describing the surgical medical specialist nursing residency process. The purpose of population practice is to increase competency as a specialist in patient care specialists by providing quality nursing care with the help of nursing protection in accordance with the development of knowledge based on licensing. This residency process is carried out for 2 semesters both in the inpatient, outpatient and emergency room by providing nursing care. The provision of nursing care is performed on patients 1 case under management with a diagnosis of ischemic stroke who was given care for 7 days or from patients entering the ward per patient home. In addition, nursing care was also applied to 30 cases of other neurological disorders using Roy's Adaptation Model theory. The author also applies the EBN Constraints to induce aphasia therapy (CIAT) to improve communication skills in stroke patients with aphasia. Where obtaining the results of CIAT is beneficial in improving the communication skills of patients in understanding and remembering. In addition, we also carry out a Promotion Project on the Current Stroke Management which is provided with nursing assistance that can be applied to stroke patients both during treatment at the hospital or at home by family. With this residency clinical practice, the author can provide a wealth of information and applications for patients with neurological system disorders."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Kariasa
"Latarbelakang: Kejadian stroke iskemik termasuk stroke berulang terus meningkat di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Stroke berulang berdampak terhadap peningkatan morbiditas, mortalitas dan ketidakmampuan fungsional. Kemampuan self-management adalah salah satu indikator untuk memprediksi terjadinya stroke berulang. Pengamatan lapangan menunjukkan belum ada alat yang dapat meningkatkan kewaspadaan diri penyintas. Oleh karena itu perlu dikembangkan alat deteksi dini untuk menumbuhkan selfawareness dan motivasi pasien yang berdampak pada peningkatan kemampuan self-management.
Tujuan: penelitian ini bertujuan membentuk model pengelolaan perawatan diri menggunakan kombinasi prototipe deteksi dini SenDiKa dan Pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan manajemen diri dalam upaya mencegah stroke iskemik berulang serta membuktikan keefektifannya terhadap self-management pasien stroke iskemik.
Metodologi: Penelitian ini terdiri dari dua tahap; tahap pertama mengembangkan alat sensor digital yang dinamai SenDiKa (Sensor Digital Kariasa) menggunakan desain cross-sectional dan menyusun pendidikan kesehatan manajemen diri dan tahap kedua menguji alat tersebut menggunakan desain quasi-eksperimen pre–post-test control group melibatkan 44 sampel pasien pasca stroke iskemik yang diambil melalui teknik consecutive sampling. Subyek terdiri dari kelompok intervensi dan kontrol dengan lama intervensi 12 minggu.
Hasil: Penelitian ini menunjukan adanya perbedaan signifikan antara kedua kelompok dengan p-value = 0,000 dimana kelompok intervensi yang menggunakan alat deteksi dini yang dikombinasi dengan pendidikan kesehatan memiliki perubahan kearah yang baik terhadap self-management dibandingkan kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan penggunaan kombinasi alat deteksi dini Prototipe SenDiKa dan pendidikan kesehatan dapat berfungsi dengan baik serta memberi efek positif terhadap peningkatan self-management pasien pasca stroke.
Simpulan dan Saran Utama: Model kombinasi prototipe SenDiKa dan Pendidikan Kesehatan manajemen diri dapat digunakan untuk mengidentifikasi beberapa indikator utama yaitu; tekanan darah, gula darah dan kolesterol oleh pasien secara mandiri. Rekomendasi lain adalah Menyempurnakan Prototipe SenDiKa sehingga dapat mengeluarkan angka riil dari setiap faktor risiko pasien, kalkulasi dari akumulasi besarnya faktor risiko dan membuat aplikasi Pendidikan Kesehatan Manajemen Diri kedalam sistem android sehingga responden dapat langsung mempelajari manajemen diri yang benar dan sesuai. Prototipe ini dibuat agar teruji kebermanfaatannya, mudah digunakan, mudah didapat dan murah harganya.
.....Background: The incident rate of Ischemic stroke has been rising either in developed or developing countries, including Indonesia. In addition to physical and functional disability caused by stroke attack, recurrent stroke attack becomes another concern which can cause problems in economic and psychosocial aspect. Recurrent stroke attacks are associated with increased morbidity, mortality, and functional disability. Patient’s Self-Management ability is one of the indicators to predict the occurrence of recurrent ischemic stroke. Based on researchers’ observations, there is no tool available to improve awareness of the stroke survivors to prevent recurrent stroke attacks. Therefore, it is necessary to develop an early detection tool to foster patients’ self-awareness and motivation which have an impact on improving patients’ self-management abilities.
Purpose: This study aim to develop a model that combining a prototype of early detection SenDiKa and health education to improve self-management ability to prevent recurrent stroke attacks and to measure its effectiveness.
Method: This study consists of two stages; the first stage is to develop a device called SenDiKa (Kariasa Digital Sensor) using a cross-sectional design combined with providing health education. The second stage is to test the device to patients using a quasi-experimental design involving 44 post-ischemic stroke patients taken through consecutive sampling technique. The subjects were divided into two groups, the intervention group, which will be using SenDiKa combined with health education, and the control group. They will be provided with intervention and be observed for 12 weeks.
Results: This study shows a significant difference between the two groups with pvalue= 0.0000 where the intervention group had a better self-management abilities compared to the control group. The combination of SenDiKa, a prototype of early self-detection tool and health education on self-management, has a positive effect on improving the stroke survivor’s self-management abilities in order to prevent recurrent stroke attacks.
Conclusion and Recommendations: SenDiKa prototype, combined with health education of self-management, can be used to identify several ischemic stroke risk factors: blood pressure, blood sugar, and cholesterol. Knowing the value of this examination is expected to improve the patients’ self-awareness and motivation which hopefully will encourage the patients to improve their self-management abilities in preventing recurrent stroke attacks. Another recommendation is to continue the development of this combination between early detection prototype devices with health education so that everyone can experience its benefits, especially for stroke survivors."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wafiyulloh
"Serangan jaringan semakin beragam seiring berkembangnya internet. Dalam menghadapi
serangan-serangan tersebut, diperlukan juga pengembangan sistem keamanan internet
terhadap pengguna salah satunya adalah IDS. Intrusion detection system (IDS) merupakan
sistem keamanan dalam mengawasi aktivitas jaringan yang berbahaya bagi pengguna.
Metode yang umum digunakan yaitu signature-based IDS. Signature-based IDS
menggunakan daftar serangan siber yang diketahui dalam menentukan jaringan berbahaya
atau normal. Akan tetapi, IDS hanya mengetahui serangan yang diketahui saja dan
membutuhkan input secara manual untuk mengubah daftar serangan sehingga tidak efektif
dalam mengatasi serangan yang tidak ketahui. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada
pengembangan IDS dengan pendekatan machine learning menggunakan model autoencoder
untuk reduksi dimensi dan pengaruhnya terhadap model IDS. Autoencoder yang digunakan
pada penelitian ini terdapat 2 model yaitu non-symmetric deep autoencoder (NDAE) dan
modifikasi dari NDAE menggunakan metode variational autoencoder (VAE) yang disebut
sebagai V-NDAE, serta model PCA. Modifikasi NDAE bertujuan untuk mengambil
informasi penting dengan menggunakan distribusi probabilistik sehingga menjadi data yang
berkualitas untuk pelatihan model IDS. Pengujian reduksi dimensi dari model-model ini
dilakukan dengan melatih model IDS yaitu model random forest. Penelitian ini dilakukan
pada 2 dataset yang berbeda yaitu dataset CICIDS2017 dan dataset dari simulasi serangan
jaringan. Metrik yang digunakan adalah metrik accuracy, precision, recall, F-1 score, ROC
curve. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terhadap dataset CICIDS2017, model
NDAE memiliki nilai rata-rata akurasi validasi sebesar 90.85% sehingga memiliki nilai yang
lebih besar daripada model V-NDAE yang memiliki nilai rata-rata akurasi validasi sebesar
87.65%. Pelatihan model NDAE menggunakan hyperparameter yang paling optimal yaitu
dengan optimizer RMSProp dan batch size sebesar 128. Pada pengujian terhadap dataset
dari simulasi serangan jaringan, model NDAE memiliki performa yang lebih baik daripada
model V-NDAE dan model PCA. Model NDAE memiliki nilai rata-rata akurasi validasi
sebesar 94.66% dan model V-NDAE memiliki nilai rata-rata akurasi validasi sebesar
66.32%. Pelatihan model NDAE menggunakan hyperparameter yang paling optimal yaitu
dengan optimizer Adam dan batch size sebesar 32.

The variety of network attacks increases as the internet evolves. In dealing with these attacks,
the development of an internet security system for users is necessary, one of which is IDS.
An intrusion detection system (IDS) is a security system designed to monitor network
activity that is dangerous for users. The commonly used method is signature-based IDS.
Signature-based IDS uses a signature database of known cyber attacks to determine whether
a network is dangerous or normal. However, this IDS only recognizes known attacks and
requires manual input to change the signature database of attacks, making it ineffective in
dealing with unknown attacks. Therefore, this research focuses on developing an IDS using
a machine learning approach, specifically using an autoencoder model for dimensionality
reduction and its impact on the IDS model. The models used in this research consists of a
non-symmetric deep autoencoder (NDAE), modification of NDAE using the variational
autoencoder (VAE) method, and PCA model. The modified NDAE can capture important
information from the latent distribution, which helps stabilize the training of the model.
Dimensionality reduction testing for both models is performed by training an IDS model,
specifically a random forest model. This research is conducted on two different datasets: the
CICIDS2017 dataset and a dataset from network attack simulations. The evaluation metrics
used are accuracy, precision, recall, F-1 score, and ROC curve. Based on the testing
performed on the CICIDS2017 dataset, the NDAE model achieves an average validation
accuracy of 90.85%, which is higher than the average validation accuracy of 87.65% for the
V-NDAE model and PCA model. The NDAE model's training is done using the most optimal
hyperparameters, specifically the RMSProp optimizer and a batch size of 128. In the testing
on the dataset from network attack simulations, the NDAE model outperforms the V-NDAE
model and PCA model. The NDAE model achieves an average validation accuracy of
94.66%, while the V-NDAE model achieves an average validation accuracy of 66.32%. The
NDAE model's training is done using the most optimal hyperparameters, specifically the
Adam optimizer and a batch size of 32.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Aryanti
"Kejadian disfagia ditemukan 19% sampai 81% pada pasien stroke. Perawat merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam manajemen disfagia Keterlambatan manajemen disfagia akan mengakibatkan terjadinya komplikasi disfagia. Komplikasi akibat disfagia adalah terjadinya pneumonia, malnutrisi, dehidrasi bahkan kematian. Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk menganalisis kegiatan pemberian intervensi oral motor exercise pada Tn. R dengan stroke iskemik yang mengalami paresis NVII sinistra sentral dan paresis NXII sinistra sehingga terganggu dalam proses menelan. Oral motor exercise merupakan latihan pergerakan lidah, bibir, dan rahang. Skrining yang digunakan menggunakan format Massey Bedside Swallowing Screen (MBSS) dan evaluasi intervensi menggunakan format Royal Adelaide Prognostic Index for Dysphagic Stroke (RAPIDS). Latihan oral motor exercise dilakukan sehari sekali dalam 10 menit selama 6 hari. Hasil dari karya ilmiah ini menunjukan adanya peningkatan fungsi menelan yang dinilai dengan Tes RAPIDS (Royal Adelaide Prognostic Index for Dysphagic Stroke). Skor RAPIDS sebelum dilakukan intervensi adalah 79, dan skor RAPIDS setelah dilakukan intervensi menjadi 91. Karya ilmiah ini diharapkan dapat digunakan menjadi salah satu dasar untuk dijadikan panduan dalam pembuatan Standar Prosedur Operasional latihan menelan untuk pasien disfagia oral.

Incidence of dysphagia found 19% to 81% in stroke patients. Nurses are one of the health workers who play an important role in the management of dysphagia. Delay in the management of dysphagia will result in complications of dysphagia such as pneumonia, malnutrition, dehydration and even death. The purpose of this paper to analyze the activities of oral motor exercise intervention in stroke patients in restoring swallowing function. Mr. R with ischemic stroke who has central NVII sinistra paresis and NXII sinistra paresis so that it is disturbed in the swallowing process. Oral motor exercise is an exercise in the movement of the tongue, lips, and jaw used for swallowing exercises. Oral motor exercise is done once a day in 10 minutes for 6 days. Screening used Massey Bedside Swallowing Screen (MBSS) and evaluation of intervention using royal Adelaide Prognostic Index for Dysphagic Stroke (RAPIDS). The results showed an improvement in swallowing function assessed by the RAPIDS Test (Royal Adelaide Prognostic Index for Dysphagic Stroke). The RAPIDS score before the intervention was 79, and the RAPIDS score after the intervention was 91. This paper expected to be used as one of the bases to be used as a guide in the creation of Standard Operating Procedures for swallowing exercises for patients with oral dysphagia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Youanita Gunawan
"Stroke merupakan salah satu penyebab penyebab utama disabilitas di seluruh dunia. Salah satu gangguan utama sekaligus manifestasi klinis yang paling sering terjadi pasca stroke yakni hemiparesis. Analisis dilakukan pada pasien seorang laki-laki berusia 45 tahun yang mengalami stroke iskemik dengan hemiparesis. Masalah keperawatan yang muncul setelah dilakukannya pengkajian antara lain risiko perfusi serebral tidak efektif, gangguan mobilitas fisik, dan risiko aspirasi. Penulisan ini dibuat untuk memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan menggunakan intervensi mirror therapy. Intervensi mirror therapy yang terdiri dari latihan adaptasi, latihan gerak dasar, latihan variasi, dan latihan kombinasi dilakukan dengan repetisi delapan kali selama lima hari. Intervensi mirror therapy terbukti efektif meningkatkan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke iskemik dengan hemiparesis. Selain itu, intervensi mirror therapy cenderung sederhana dan tidak menimbulkan penurunan toleransi fisik maupun cedera.

Stroke is one of the leading causes of disability worldwide. One of the main disorders as well as the most frequent clinical manifestations after stroke is hemiparesis. The analysis was conducted on a 45-year-old male patient who had an ischemic stroke with hemiparesis. Nursing problems that arise after the assessment include the risk of ineffective cerebral perfusion, impaired physical mobility, and the risk of aspiration. This writing is made to explain the results of nursing care analysis using mirror therapy interventions. Mirror therapy interventions consisting of adaptation exercises, basic movement exercises, variation exercises, and combination exercises were performed with eight repetitions for five days. The mirror therapy intervention proved effective in increasing upper limb muscle strength in ischemic stroke patients with hemiparesis. In addition, mirror therapy interventions tend to be simple and do not cause a decrease in physical tolerance or injury."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Nurhayati
"Latar belakang: Pentoksifilin belum memberikan hasil yang konsisten pada pasien stroke iskemik akut sehingga pada penelitian ini dipakai suatu penanda spesifik untuk melihat efektifitas terapi yaitu adanya hiperviskositas darah.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis acak tersamar tunggal. Pasien stroke iskemik akut onset kurang dari 72 jam yang mengalami hiperviskositas darah diacak menjadi kelompok perlakuan n=22 dan kontrol n=22 . Terapi standar stroke akut diberikan pada semua subyek. Kelompok perlakuan mendapat terapi tambahan berupa pentoksifilin 1.200mg/hari intravena selama lima hari dan dilanjutkan dosis oral 2x400mg per hari selama 23 hari setelahnya. Pemeriksaan viskositas darah dan interleukin-6 dilakukan pada hari pertama dan ketujuh perawatan. Luaran klinis dinilai dengan menggunakan national institute of health stroke scale NIHSS , modified rankin score mRS dan indeks barthel pada hari ketujuh dan juga pada hari ke-30.
Hasil: Kadar viskositas darah seluruh subyek mengalami penurunan pada hari ketujuh dan ketiga puluh. Pada kelompok perlakuan, rerata penurunan viskositas darah memiliki perbedaan bermakna pada subyek dengan faktor risiko merokok dan dislipidemia. Tidak didapatkan penurunan kadar interleukin-6 pada kedua kelompok. Kelompok perlakuan memiliki perbaikan defisit neurologis sebesar 32 risiko relatif [RR]1,00; 95 interval kepercayaan [IK] 0,421-3,556; p = 1,00 . Disabilitas dan kemandirian fungsional yang baik didapatkan pada 67 kelompok perlakuan RR 1,026; 95 IK 0,656-1,605; p = 0,9 . Pada kelompok perlakuan, luaran klinis berbeda bermakna pada subyek yang memiliki sakit jantung dan diabetes melitus.
Kesimpulan: Setelah pemberian pentoksifilin didapatkan penurunan kadar viskositas dan perbaikan luaran klinis. Studi lanjutan dibutuhkan dengan kriteria yang lebih spesifik dan jumlah sampel yang lebih besar.

Background: The role of pentoxifylline in acute ischemic stroke lacks objective markers of its efficacy. Therefore, we used blood viscosity to determine the efficacy of pentoxifylline.
Method: This was a randomized single blind, controlled trial. Acute ischemic stroke patients with blood hyperviscosity within 3 day onset were randomly allocated to the study n 22 or control n 22 group. All subjects received a standard treatment for acute ischemic stroke. The study group was administered with intravenous pentoxifylline 1,200 mg day for five consecutive days and continued with oral 800 mg in two divided doses for next twenty three days. Blood viscosity and interleukin 6 IL 6 were evaluated at the first and seventh day. Clinical outcomes were measured using the National Institutes of Health Stroke Scale NIHSS, modified Rankin Scale mRS, and barthel index BI at the seventh and thirtieth day.
Result: The level of blood viscosity of all subjects tends to be decreased on the seventh and thirtieth day. In study group, the decrement of blood viscosity was significant for smoking and dyslipidemic subject. There was no decrement of the IL 6 on both group. The improvement of NIHSS in study group was 32 relative risk RR 1,00 95 CI 0,421 3,556 p 1,00 . At 1 month follow up, 67 of study group had a good functional outcome RR 1,026 95 CI 0,656 1,605 p 0,9 and the good functional outcome was statistically significant for diabetes mellitus and heart disease subject.
Conclusion The decrement of blood viscosity and the improvement of clinical outcome were seen after pentoxifylline administration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wardayani
"

 Stroke merupakan salah satu penyakit neurologis yang dapat menyebabkan kematian hingga kecacatan dan memiliki angka kejadian yang meningkat setiap tahun di dunia. Faktor risiko yang menyebabkan pasien menderita stroke yaitu merokok, hipertensi, dan tingginya kadar kolesterol. Pasien dirawat dengan diagnosa stroke iskemik onset hari ke tiga. Terdapat masalah keperawatan pada pasien diantaranya ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, hambatan mobilitas fisik, dan risiko kerusakan integritas kulit. Penegakan diagnosa menyesuaikan kondisi pasien saat pengkajian dilakukan. Saat pengkajian, didapatkan data bahwa pasien berisiko mengalami luka tekan akibat tirah baring yang lama. Oleh karena itu pasien diberikan intervensi berupa back massage selama perawatan. Back massage merupakan gerakan pijat yang dilakukan di area punggung hingga bokong dengan tujuan untuk meningkatkan vaskularitas kulit. Pemberian back massage pada karya ilmiah ini dilakukan pada pasien stroke iskemik selama 6x24 jam, sebanyak 2x/hari dengan 5 gerakan selama 15 – 30 menit dan melibatkan keluarga. Pengukuran intervensi menggunakan skala braden dan observasi kemerahan pada kulit. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa back massage efektif untuk mencegah terjadinya luka tekan pada pasien stroke yang mengalami tirah baring. Terjadi peningkatan skala braden dari 14 atau risiko sedang mengalami luka tekan menjadi 15 atau risiko ringan mengalami luka tekan, kemudian kemerahan pada kulit sudah tidak ada. Pemberian intervensi ini juga aman dan efektif serta dapat dilakukan oleh keluarga secara mandiri. Implikasi karya ilmiah ini menunjukkan bahwa pemberian back massage pada pasien stroke dengan tirah baring perlu dilakukan dengan rutin dan diperlukan keterlibatan keluarga untuk melakukan back massage pada pasien.


Stroke is a neurological disease with increasing prevalence annually in the world and may lead to death and disability. There are some risk factors in patient may be related to stroke; hypertension, hypercholesterolemia, and smokers. Patient with Ischemic stroke, on going to day 3. Nursing diagnosis in patient is ineffective cerebral tissue perfusion, impaired physical mobility, and risk for impaired tissue integrity. We can choose the diagnose by doing assessment in patient. Patient have a bed rest, so this condition may causes a pressure ulcer. Mean while, back massage is a movement carried out in the area of the back to the buttocks that aims to increase vascularity of the skin. Back massage in this paper were performed on patient with stroke for 6x24 hours, 2x per day, with 5 steps and duration about 15 until 30 minutes and family involvement. The intervention was evaluated by using braden scale and monitoring the redness on the skin. The result indicated that back massage was effective for preventing pressure ulcer in patient with stroke and bedrest. There was an increase in braden scale from 14 or middle risk to 15 or mild risk, and the redness of the skin has gone.Giving this intervention is also safe and effective and can be carried out independently by the family. The implication of this paper is that back massage should be performed regularly on patient with stroke and family involvement is essential for back massage implementation.

"
2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>