Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199947 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditia Ega Nugraha
"Penulisan ini membahas tentang keterkaitan antara kebijakan pajak minuman keras yang diterapkan oleh pemerintahan Indonesia pada tahun 2013 dan kaitannya dengan motif ekonomi dalam penyelundupan. Penyelundupan dari minuman beralkohol mengincar negara-negara yang menetapkan aturan ketat konsumsi, iklan, ekspor, impor, sampai dengan produksi dari minuman beralkohol. Terutama negara-negara yang menetapkan nilai pajak tinggi dan pembatasan ketersediaan minuman beralkohol di masyarakatnya state monopoly. Peningkatan pajak minuman keras di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan nilai pajak dari ketiga golongan minuman beralkohol yaitu golongan. sampai 5, golongan. 5 sampai 20, golongan. lebih dari 20. Peningkatan nilai pajak seluruh golongan ini akan menyebabkan semua jenis minuman beralkohol mengalami peningkatan pembebanan nilai pajak. Pemaparan hubungan antara kebijakan pajak yang menambah motif ekonomi dalam penyelundupan ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan dalam pembentukan kebijakan pajak minuman keras di Indonesia.

The focus of this writing is about the linkages between liquor tax policy applied by the government of Indonesia in 2013 and its relation with economic motives that drive the smuggler. Smuggler usually targeting countries that set strict rules of consumption, advertising, export, import, and production of alcoholic beverages. Especially countries that set high taxes and restrictions on the availability of alcohol beverages in society state monopoly. Increased the liquor tax in Indonesia is intended to three categories of alcohol beverages, class. up to 5, class. 5 to 20, class. over 20. Increasing the whole group of alcohol beverages tax will lead to increased value of all types of alcoholic beverages. The explanation of the relationship between tax policy and economic motive of smuggling is expected to be. consideration in policy formation liquor tax in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rana Fasya Nuzula
"Latar Belakang Alopesia androgenetik pria (AGA), atau pola kebotakan pria, memengaruhi 30-50% pria pada usia 50 tahun dan dipengaruhi oleh faktor genetik dan hormonal. Faktor lingkungan seperti konsumsi alkohol juga dapat berperan dalam perkembangan AGA. Alkohol dikonsumsi secara luas dan menimbulkan risiko kesehatan, dan kemungkinan hubungan antara konsumsi alkohol dan AGA telah dikemukakan, terutama pada pria. Studi ini mengeksplorasi kemungkinan hubungan antara konsumsi alkohol dan AGA pria di Jabodetabek, Indonesia, yang bertujuan untuk memperjelas hubungan ini dan implikasinya terhadap kesehatan masyarakat. Metode Studi potong lintang analitik ini menggunakan data sekunder dari populasi yang tinggal di Jabodetabek, Indonesia. Studi ini menggunakan formulir persetujuan, kuesioner dengan informasi yang diperlukan untuk studi, dan hasil trikoskopi. Hasil Dari 144 responden, sebagian besar berusia paruh baya (25-44 tahun, 66%) dan berasal dari etnis campuran (23,6%). Prevalensi alopesia androgenetik pria di Jabodetabek adalah 15,3%, dan prevalensi konsumsi alkohol adalah 24,3%. Rasio odds (OR=1,567) menunjukkan bahwa konsumen alkohol 1,567 kali lebih mungkin didiagnosis dengan alopesia androgenetik pria. Namun, interval kepercayaan (95%CI=0,581, 4,222) dan Uji Chi-Square (p=0,372) menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi alkohol dan alopesia androgenetik. Kesimpulan Meskipun konsumen alkohol 1,567 kali lebih mungkin didiagnosis dengan alopesia androgenetik pria, temuan ini secara statistik tidak signifikan. Oleh karena itu, tidak ada hubungan yang signifikan yang dapat ditarik antara keduanya. Studi selanjutnya dengan analisis konsumsi alkohol yang lebih komprehensif, seperti kuantitas dan durasi, diperlukan untuk mendukung temuan ini.

Introduction Male androgenetic alopecia (AGA), or male pattern baldness, affects 30-50% of men by age 50 and is influenced by genetic and hormonal factors. Environmental factors like alcohol consumption may also play a role in AGA development. Alcohol is widely consumed and poses health risks, and a possible link between alcohol consumption and AGA has been suggested, especially in men. This study explores the possible association between alcohol consumption and male AGA in Jabodetabek, Indonesia, aiming to clarify this relationship and its public health implications. Method This analytical cross-sectional study used secondary data from a population residing in Jabodetabek, Indonesia. This study used informed consent forms, questionnaires with information needed for the study, and trichoscopy results. Results Of 144 respondents, most were middle-aged (25-44 years old, 66%) and of mixed ethnicity (23.6%). Male androgenetic alopecia prevalence in Jabodetabek was 15.3%, and alcohol consumption prevalence was 24.3%. The odds ratio (OR=1.567) indicated that alcohol consumers were 1.567 times more likely to be diagnosed with male androgenetic alopecia. However, the confidence interval (95%CI=0.581, 4.222) and Chi-Square Test (p=0.372) showed no significant association between alcohol consumption and androgenetic alopecia. Conclusion While alcohol consumers were 1.567 times more likely to be diagnosed with male androgenetic alopecia, this finding was statistically insignificant. Therefore, no significant association can be drawn between the two. Future studies with more comprehensive analyses of alcohol consumption, such as quantity and duration, are needed to support these findings."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Frichicilia Grace Stahlumb
"Penelitian ini membahas penurunan konsumsi minuman beralkohol di Jepang yang dimulai pada tahun 1990-an dan terus meningkat saat pandemi COVID-19 terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penyebab turunnya konsumsi minuman beralkohol di Jepang dari masa ke masa dan strategi industri alkohol Jepang dalam meningkatkan kembali penjualan minuman beralkohol ditengah tren penurunan jumlah peminum alkohol di Jepang. Konsep value conflict, inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan segmentasi pasar digunakan untuk mengkaji masalah penurunan konsumsi minuman beralkohol di Jepang. Tesis ini menggunakan metode kualitatif bersifat studi literatur sebagai sumber data utama menggunakan artikel berita, buku, jurnal, data dari Kementerian dan website industri alkohol Jepang dengan catatan hasil wawancara dan observasi saat berada di Jepang sebagai sumber data pendukung. Hasil tesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pendapat dan nilai yang dianut masyarakat Jepang terhadap minuman beralkohol dari masa ke masa yang berkontribusi terhadap menurunnya konsumsi minuman beralkohol di Jepang. Menanggapi hal tersebut, industri alkohol Jepang berstrategi dengan melakukan inovasi mengeluarkan berbagai macam varian minuman beralkohol mulai dari yang kadar alkoholnya sangat rendah hingga minuman yang dibuat rasanya menyerupai minuman beralkohol yang asli. Hasil analisis ditemukan bahwa industri alkohol Jepang yang berstrategi untuk tujuan ekonomi harus berhadapan dengan perubahan persepsi masyarakat Jepang tentang makna dari aktivitas terkait minum alkohol, salah satunya yaitu berubahnya makna dari nomikai.

This research discusses the decline in alcohol consumption in Japan that began in the 1990s and continued to rise during the COVID-19 pandemic. The purpose of this study is to analyse the causes of the decline in alcoholic beverage consumption in Japan over time and the strategies of the Japanese alcohol industry to increase alcoholic beverage sales again amid the downward trend in the number of alcohol drinkers in Japan. The concepts of value conflict, innovation, economic growth, and market segmentation are used to examine the problem of declining alcohol consumption in Japan. This thesis uses a qualitative method of literature study as the main source of data, using news articles, books, journals, data from the Ministry, and websites of the Japanese alcohol industry with notes from interviews and observations while in Japan as supporting data sources. The results of the thesis show that there are different opinions and values held by Japanese society towards alcoholic beverages from time to time that contribute to the decline of alcohol consumption in Japan. In response, the Japanese alcohol industry strategized by innovating to produce a wide variety of alcoholic beverages, ranging from those with very low alcohol content to those that are made to taste like real alcoholic beverages. The results of the analysis found that the Japanese alcohol industry, which strategized for economic purposes, had to deal with changes in Japanese people's perceptions of the meaning of alcohol-related activities, one of example was the changing meaning of nomikai activities. "
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Aisyah Wulandewi
"Remaja yang sehat merupakan remaja yang dapat membedakan mana perilaku yang menyimpang dan mana yang tidak. Namun kenyataannya, pada tahun 2017 di Indonesia terdapat 70% pria dan 58% wanita usia 15-24 tahun mulai minum alkohol pada umur 15-19 tahun. Faktor yang paling berpengaruh pada perilaku remaja mengonsumsi alkohol adalah faktor sosial. Remaja akan berusaha untuk diakui dan diterima oleh teman sebaya dengan mengikuti perilaku mereka termasuk perilaku yang menyimpang. Melalui penelitian ini diteliti hubungan penerimaan teman sebaya dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 111. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Peneliti menggunakan kuesioner karakteristik, PAS (Perceived Acceptance Scale), dan CAGE (Cut down, Annoyed, Guilty, Eye-opener). Hasil analisis bivariat menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara penerimaan teman sebaya dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja (p = 0,162; a = 0,1). Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, maka penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih berfokus pada aspek lain yang berakitan dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja.

Healthy adolescents are adolescents who can distinguish between deviant and non-deviant behavior. But in reality, in 2017 in Indonesia there were 70% of men and 58% of women aged 15-24 years starting to drink alcohol at the age of 15-19 years. The most influential factor on the behavior of adolescents consuming alcohol is social factors. Teenagers will try to be recognized and accepted by their peers by following their behavior, including deviant behavior. This study examined the relationship between peer acceptance and consumption behavior of alcoholic beverages in adolescents. The number of samples in this study was 111. The sampling technique used snowball sampling. Researchers used a characteristic, PAS (Perceived Acceptance Scale), and CAGE (Cut down, Annoyed, Guilty, Eye-opener) questionnaire. The results of the bivariate analysis showed that there was no significant relationship between peer acceptance and consumption behavior of alcoholic beverages in adolescents (p = 0.162; a = 0.1). By knowing the results of this study, further research can focus more on other aspects related to the behavior of consuming alcoholic beverages in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Andriyanto
"Berdasarkan statistik dalam bidang kesehatan menyatakan 40% penduduk Jepang secara biologis rentan terhadap minuman beralkohol karena kurangnya enzim ALDH dalam hati yg berperan untuk menetralkan efek buruk minuman beralkohol. Akan tetapi berdasarkan data WHO yang diambil pada tahun 2003, konsumsi minuman beralkohol oleh masyarakat Jepang tetap tinggi, sekitar 7 liter perkapita pertahun. Artikel ini berupaya meneliti penyebab dan mencoba memahami pola pikir masyarakat Jepang dalam mengkonsumsi minuman alkohol. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi individu maupun negara yang mayoritas non-peminum seperti Indonesia, untuk memahami fenomena tersebut dalam rangka menjalin hubungan dengan masyarakat Jepang. Berdasarkan analisis data dan kasus tentang alkohol yang terjadi di Jepang, tingginya konsumsi minuman beralkohol salah satunya dipengaruhi oleh faktor sosial yaitu terdapat kesadaran kelompok masyarakat Jepang untuk menjaga keharmonian dalam kelompok untuk diterima dan bertahan dalam suatu grup. Dilihat dari hubungan antara manusia, struktur vertikal masyarakat Jepang terdapat konsep sempai dan kohai. Untuk menjaga keharmonian kelompok, kohai menghindari sikap kontra secara langsung dengan senpai. Sehingga ajakan untuk minum alkohol pun sulit untuk ditolak. konsep menjaga keharmonian inilah yang menjadi salah satu faktor yang mendorong masyarakat Jepang untuk mengkonsumsi minuman beralkohol.

Based on the statistics in the field of health, states that 40% of Japan's population is biologically vulnerable to alcohol because of the lack of ALDH enzymes in the liver that acts to neutralize the bad effects of alcoholic beverages. However, based on WHO data taken in 2003, the consumption of alcoholic beverages by the Japanese people remains high, about 7 liters per capita per year. This article seeks to examine the cause and tryto understand Japanese view in consuming alcohol. This study is expected to be a reference to individual and country that have majority of non-drinkers such as Indonesia, to understand the phenomenon in order to establish a relationship with the people of Japan. Based on data analysis and cases of alcohol that occurred in Japan, the high consumption of alcoholic beverages is influenced by social factors, namely there is awareness of Japanese society to maintain harmony within the group in order to be accepted and survive in the group. Judging from the relationship between humans, the vertical structure of Japanese society have the concepts of sempai and kohai. To maintain the harmony of the group, kohai avoid direct confrontation with Senpai. This make invitation to drink alcohol too hard to reject. The concept of maintaining harmony is one of the factors that encourage the Japanese people to consume alcoholic beverages.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Afni Wulandari
"Minuman beralkohol merupakan minuman kegemaran bagi masyarakat, namun di Bekasi justru minuman beralkohol dilarang peredarannya melalui Perda Kota Bekasi No. 17 Tahun 2009. Tujuan dari Perda ini adalah untuk meminimalisir kekhawatiran terhadap crime related drugs yang dapat ditimbulkan oleh minuman beralkohol. Akan tetapi realitanya adalah permintaan minuman beralkohol di Kota Bekasi hingga saat ini masih ada, sehingga terdapat peredaran minuman beralkohol ilegal guna memenuhi permintaan masyarakat tersebut. Upaya pencegahan situasional yang dilakukan oleh aparat penegak hukum kenyataannya tidak menghentikan peredaran minuman beralkohol ilegal tersebut. Kekhawatiran terhadap crime related drugs tentu tetap membayangi pemerintah Kota Bekasi. Tulisan ini menitikberatkan pada penelitian kepustakaan yang intinya meneliti sinkronisasi hukum, keberdayaan hukum, dan dampak dari hukum dengan cara menganalisisnya. Data sekunder yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode diskriptif kualitatif. Selanjutnya, permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah mengenai kekhawatiran crime related drugs karena minuman beralkohol oleh pemerintah Kota Bekasi sehingga melarang peredaran minuman beralkohol, akan tetapi justru menimbulkan peredaran minuman beralkohol ilegal kerena permintaan yang masih ada di masyarakat.

Alcoholic beverages are a favorite drink for the community, but in Bekasi, alcoholic beverages are prohibited by Goverment through Bekasi City Regulation no. 17 Year 2009. The purpose of this law is to minimize concerns about crime related drugs that can be caused by alcoholic beverages. However, the reality is the demand for alcoholic beverages in Bekasi City to date still exist, so there is illegal alcoholic circulation to meet the demand of the community. In fact, Situational prevention efforted by law enforcement officials cannot stop the distribution of illegal alcoholic beverages. Concerns about crime related drugs would still overshadow the government of Bekasi. This paper focuses on literature research that essentially examines the synchronization of law, legal empowerment, and the impact of law by analyzing it. The obtained secondary data were analyzed by using qualitative descriptive method. Furthermore, the issues discussed in this paper are concerns of crime related drugs because alcoholic beverages by the government of Bekasi City thus prohibit the circulation of alcoholic beverages,
but it actually causes the circulation of alcoholic beverages illegal because of the demand that still exists in the community.
Keywords: Crime Related Drugs, Alcoholic Beverages, Illegal Alcoholic Beverages, Situational Crime Prevention
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrizka Sarah Dewi
"Kelompok pertemanan merupakan peran utama dalam perkembangan seorang remaja, karena remaja menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman dibandingkan dengan keluarga. Akan tetapi, situasi pertemanan yang negatif seperti berada pada kelompok pertemanan menyimpang atau persepsi penerimaan teman yang rendah dapat mempengaruhi perilaku menyimpang seperti konsumsi alkohol di bawah umur. Penelitian ini merupakan follow-up study dari penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2017 dan 2018, secara spesifik bertujuan untuk memprediksi peran dari keanggotaan geng, persepsi penerimaan teman sebaya, dan jumlah uang saku terhadap perilaku konsumsi alkohol pada siswa SMA DKI Jakarta menggunakan regresi logistik. Penelitian ini menemukan bahwa hanya keanggotaan geng di tahun 2018 (B = 0,548, N = 521, p < 0,05) dan uang saku di tahun 2018 (B = 0,000, N = 521, p<0,05) dapat memprediksi perilaku konsumsi alkohol di tahun 2019.

Peer group plays as a main role in the development of adolescence, as they spend more time with friends than family. However, situation regarding friendship such as involved in deviant peer group and low perceived peer acceptance could influence deviant behavior in adolescent such as underage alcohol consumption. This study is a follow-up study of research conducted in 2017 and 2018, specifically aiming to predict the role of deviant peer group, perceived peer acceptance, and pocket money possession to adolescents alcohol consumption in high school students in DKI Jakarta. Results indicated using logistic regression that only deviant peer group in 2018 (B = 0,548, N = 521, p < 0,05) and pocket money possession in 2018 (B =0,000, N = 521, p<0,05) are able to predict alcohol consumption behavior in 2019.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khumaidi
"

Abstrak

Latar Belakang: Wanita pekerja seks merupakan salah satu populasi kunci penularan human immunodeficiency virus (HIV)  melalui jalur hubungan seksual. Salah satu faktor yang menjadikan  pekerja seks sebagai populasi kunci penularan HIV adalah perilaku seksual berisiko. Perilaku seksual berisiko pada wanita pekerja seks dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah negosiasi penggunaan kondom dan konsumsi alkohol.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara negosiasi penggunaan kondom dan konsusmis alkohol terhadap perilaku seksual berisiko HIV pada wanita pekerja di Kupang.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik purposive sampling dengan melibatkan 125 wanita pekerja seks. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen yakni : safe sexual behavior questionaire (SSBQ), condom influence strategy questionaire (CISQ) dan the alcohol use disorders identification test (AUDIT).

Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara negosiasi penggunaan kondom dan perilaku seksual berisiko (p-value : 0,003) dan konsumsi alkohol dengan perilaku seksual berisiko (p value : 0,037).

Kesimpulan: Negosiasi penggunaan kondom dan konsumsi alkohol  berdampak  pada perilaku seksual berisiko HIV.  Upaya untuk meningkatkan  kemampuan negosiasi penggunaan kondom melalui pelatihan komunikasi efektif  dengan melibatkan teman sebaya perlu ditingkatkan. Intervensi untuk menurunkan konsumsi alkohol juga diperlukan.

Kata kunci: konsumsi alkohol, negosiasi penggunaan kondom, perilaku seksual berisiko, wanita pekerja seks


Abstract

Background : Female sex worker is one of the key populations of transmission human immunodeficiency virus (HIV) through sexual intercourse. One of the factors that make sex workers as the key population of HIV transmission is risky sexual behavior. Risky sexual behavior in female sex workers is influenced by several factors including negotiation of condom use and alcohol consumption.

Objective : The study aimed to determine the relationship between condom negotiation, alcohol comsumption and HIV risk sexual behavior among female sex worker in Kupang .

Method : Cross-sectional was used in this study. Purposive sampling technique involving 125 female sex workers. This study utilized theree instruments: safe sexual behavior questionaire (SSBQ), condom influence strategy questionaire (CISQ) and the alcohol use disorders identification test (AUDIT).

Results : There was a significant relationship between condom negotiation and risky sexual behavior (p-value : 0,003) and alcohol use and risky sexual behavior (p-value : 0,037).

Conclusion : Negotiation of condom use and alcohol consumption affect to HIV risk sexual behavior. Efforts to improve the ability to negotiate condom use through effective communication training involving peers need to be improved. Interventions to reduce alcohol consumption are also needed

Keywords: alcohol consumption, condom negotiation, female sex worker, risky sexual behavior

"
2019
T53070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chanifia Izza Millata
"Perda pengendalian minuman beralkohol di Banyumas yang diterbitkan tahun 2014 pada awalnya memunculkan perbedaan pendapat dalam internal PDI Perjuangan di Banyumas.  Perda ini merupakan hasil tuntutan oleh beberapa ormas Islam di Banyumas, seperti MUI, NU, dan Muhammadiyah.  PDI Perjuangan sebagai partai penguasa di Banyumas sejak reformasi terbagi menjadi dua kubu, yaitu kubu yang setuju dan tidak setuju dengan adanya perumusan Perda tersebut.  Kubu tidak setuju beranggapan bahwa isu minuman beralkohol bukan lah isu yang dibawa oleh PDI Perjuangan.  Hal ini juga akan merugikan konstituen PDI Perjuangan.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan komunikasi, akhirnya terjadi kompromi antara kedua pihak, yaitu tidak dibahasnya ciu Cikakak (minuman beralkohol tradisional khas Banyumas) dalam substansi perda.  Selain itu, PDI Perjuangan menganggap bahwa isu pengendalian minuman beralkohol bukanlah perda syariah.  Dukungan PDI Perjuangan terhadap perda ini merupakan strategi partai untuk mempertahankan konstituen mereka, yaitu dari kelompok masyarakat Islam yang menuntut untuk diterbitkan perda pengendalian minuman beralkohol dan juga dari kelompok perajin minuman beralkohol tradisional di Banyumas.  PDI Perjuangan ingin menampilkan citra yang lebih religius di hadapan masyarakat Islam di Banyumas.  Hal ini sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu strategi politik Peter Schroder.

The regulation on controlling alcoholic beverages in Banyumas, which was published in 2014, initially raised debates in PDI Perjuangan internally in Banyumas. This regulation is the reaction to protests by several Islamic organizations in Banyumas, such as MUI, NU, and Muhammadiyah. PDI Perjuangan as the ruling party in Banyumas which is reformed is divided into two parties, namely those who agree and those who do not agree with the formulation of the regulation. The faction does not agree to assume that the issue of alcoholic beverages is not an issue brought by PDI Perjuangan. This will also harm PDI Perjuangan constituents. The method used in this research is qualitative method. The results showed that after communication, a compromise finally occurred between the two parties, namely not discussing ciu Cikakak (a traditional alcoholic beverage typical of Banyumas) in the substance of the regulation.  In addition, the PDI Perjuangan considers that the issue of alcoholic control resolves sharia regulations. PDI Perjuangans support for this regulation is the partys strategy to defend their constituents, namely from Islamic community groups that demand the prohibition of alcoholic drinks and also from groups of traditional alcoholic drinkers in Banyumas. PDI Perjuangan wants to display a more religious image before the Islamic community in Banyumas. This is in accordance with the theory used in this study, namely Peter Schroders political strategy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia90, 2018
T52523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fachmi Adi Pratama
"Minuman beralkohol adalah minuman yang diproduksi dengan cara memfermentasikan bahan yang mengandung gula menjadi etanol dan karbondioksida. Telah diketahui, tidak hanya etanol saja yang menjadi bahan utama dalam minuman beralkohol, seringkali ditemukan adanya metanol dalam minuman beralkohol. Untuk menganalisis kandungan etanol dan metanol tersebut digunakan metode kromatografi gas. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar etanol dan metanol pada minuman beralkohol dengan kondisi analisis optimum campuran etanol dan metanol pada tekanan gas pembawa 70 kPa, suhu injektor 100ºC, suhu detektor 100ºC, menggunakan pemrograman suhu dengan suhu awal 30ºC dipertahankan selama 10 menit sampai suhu 150ºC dipertahankan 5 menit dan menggunakan butanol sebagai pelarut. Dari 7 sampel yang diperiksa, satu sampel mengandung metanol yaitu pada sampel D dengan kadar (0,1037 ±0,0032)% v/v, lima sampel mengandung etanol dengan kadar berturut-turut sebesar (12.6217 ± 0.1546)% v/v, (3,5825 ± 0,0927)% v/v, (13,1819 ± 0,6154)% v/v, (3,1758 ± 0,0768)% v/v dan (17,6964 ± 0,1157)% v/v.dan dua sampel tidak mengandung etanol dan metanol yaitu pada sampel A dan B.

Alcoholic beverages are drinks that produced by fermented compound that contain sugar become ethanol and carbondioxyde. As know, etanol not only the main component in alcoholic beverages, mostly found methanol in alcoholic beverages too. To analyze the ethanol and methanol contents, the gas chromatography methods is used. This research is purposed to determine the ethanol and methanol contents in alcoholic beverages.with optimum analytical condition of ethanol and methanol, with 70 kPa carrier gas pressure, 100ºC injector temperature, 100ºC detector temperature within temperature programmed with beginning temperature is 30ºC which maintaining for 10 minutes until the temperature 150ºC that maintaining for 5 minutes and using butanol as a solvent. Out of the 7 tested samples, one sample contain methanol in sample D with content is (0,1037 ±0,0032)% v/v, five samples contain ethanol with contents are (12.6217 ± 0.1546)% v/v, (3,5825 ± 0,0927)% v/v, (13,1819 ± 0,6154)% v/v, (3,1758 ± 0,0768)% v/v and (17,6964 ± 0,1157)% v/v respectively, and two samples are not contain ethanol and methanol which are in sample A and B."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>